Anda di halaman 1dari 4

Tanggal : 5 Mei 2017

Bahan Bacaan : Renungan (Diambil dari artikel), Bisakah Yesus Berbuat Dosa

Bisakah Yesus Berbuat Dosa

Pertanyaan ini terbagi dalam dua kategori


1. Mungkinkah Yesus berbuat berdosa (bisa atau tidak bisa)? 2. Kalau Yesus tidak bisa berdosa,
lalu apa gunanya Yesus dicobai?

Penting untuk mengingat bahwa pembahasan ini bukanlah mengenai apakah Yesus
berdosa atau tidak. Karena dengan jelas telah dikatakan oleh Alkitab, Yesus tidak
berdosa.
(“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam
Dia kita dibenarkan oleh Allah.” 2 Korintus 5:21, “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada
dalam mulut-Nya.” 1 Petrus 2:22)

Pertanyaannya: apakah mungkin bagi Yesus untuk berdosa?

Mereka yang berpegang pada ketidakmungkinan Yesus berdosa, percaya Yesus itu tidak bisa
berbuat dosa. Mereka yang berpegang pada kemungkinan berdosa, percaya bahwa Yesus bisa
saja berdosa, namun tidak berdosa.

Pandangan mana yang benar?

Ajaran Alkitab yang benar adalah Yesus itu tidak mungkin berdosa, Yesus tidak bisa
berdosa. Kalau Yesus bisa berbuat dosa, Dia masih tetap bisa berdosa sampai saat ini karena
Yesus memiliki esensi yang sama dengan ketika Dia masih berdiam di dalam dunia. Dia adalah
Allah-manusia [the Godman] – dan akan selamanya demikian, memiliki Keilahian dan
Kemanusiaan yang sempurna yang begitu menyatu dalam satu pribadi sehingga tidak dapat
dibagi.

Mempercayai bahwa Yesus dapat berbuat dosa sama saja percaya bahwa Allah
dapat berbuat dosa. Kolose 1:19 berkata, “Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan
diam di dalam Dia.” Sementara di Kolose 2:9 berkata, “Sebab dalam Dialah berdiam
secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.”
Sekalipun Yesus itu manusia yang sempurna, Dia tidak dilahirkan dengan natur dosa
sebagaimana kita dilahirkan. Jelas Dia dicobai sama seperti kita, ketika pencobaan ditempatkan
di hadapanNya oleh Iblis, namun Dia tetap tidak berdosa karena Allah tidak dapat
berdosa. Jika Dia dapat berdosa maka itu akan berlawanan dengan naturNya (Matius
4:1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.; Ibrani 2:18 “Sebab oleh
karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang
dicobai.”, Ibrani 4:15 “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak
dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” ; Yakobus 1:13 “Apabila seorang dicobai, janganlah ia
berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang
jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.”).

Berdasarkan definisinya, dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah. Allah


menciptakan Taurat, dan Taurat itu secara natur adalah apa yang akan dilakukan dan tidak
akan dilakukan Allah; oleh karena itu, dosa adalah segala sesuatu yang tidak akan
dilakukan Allah karena naturNya.

Dicobai bukanlah merupakan dosa. Seseorang bisa saja mencobai anda dengan sesuatu
yang tidak anda inginkan, misalnya membunuh atau ambil bagian dalam tingkah laku seks
yang tidak wajar. Anda mungkin sama sekali tidak berhasrat untuk ambil bagian dalam
perbuatan ini, namun anda akan tetap dicobai karena seseorang menempatkan kemungkinan
itu di hadapan anda. Sedikitnya ada dua definisi dicobai:
Dicobai – mendapatkan tawaran dari seseorang atau sesuatu di luar diri anda, atau dari
natur/hakekat diri anda sendiri untuk melakukan dosa. (Yakobus 1:14 Tetapi tiap-tiap
orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.)
Dicobai – mempertimbangkan untuk ambil bagian dalam perbuatan dosa dan kenikmatan serta
konsekuensi dari perbuatan itu sampai pada tahap di mana perbuatan tersebut sudah
terjadi dalam pikiran anda. (Yakobus 1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia
melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.)

Definisi pertama tidak bisa dianggap berdosa, sementara definisi kedua sudah bisa
dianggap berdosa. Ketika anda tergoda pada perbuatan dosa dan
mempertimbangkan bagaimana melakukannya dengan sukses, maka anda telah
berdosa.

Yesus dicobai dalam definisi pertama, kecuali pada konteks dicobai oleh natur dosa,
karena Yesus tidak memiliki natur dosa. Iblis menawarkan perbuatan-perbuatan dosa
tertentu kepada Yesus, namun Yesus tidak memiliki keinginan dari diriNya sendiri
untuk melakukan dosa itu. Jadi, Dia dicobai sama seperti kita, namun tetap tidak
berdosa.

Mereka yang berpegang pada kemungkinan Yesus bisa berdosa mempercayai bahwa kalau
Yesus tidak bisa berdosa berarti Dia tidak bisa betul-betul mengalami pencobaan, dan karena itu
tidak bisa benar-benar berempati dengan pergumulan dan pencobaan-pencobaan kita.
Tetapi, kita harus mengingat bahwa untuk dapat memahami sesuatu, seseorang tidak harus
secara langsung mengalaminya sendiri. Allah mengetahui segala-galanya tentang segala-
galanya.
Walaupun Allah tidak punya keinginan untuk berdosa, dan jelas tidak pernah berdosa – Allah
tahu dan mengerti bagaimana rasanya dicobai. Yesus dapat berempati dengan pencobaan-
pencobaan kita karena Dia mengetahui, bukan karena Dia telah “mengalami” segala yang kita
alami. Yesus tahu bagaimana rasanya dicobai, namun Dia tidak tahu bagaimana rasanya
berbuat dosa. Hal ini tidak membatasi Yesus untuk dapat menolong kita.

Kita dicobai dengan dosa-dosa yang biasa dialami manusia (“Pencobaan-pencobaan


yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.”
1Korintus 10:13).

Dosa-dosa ini secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori: 1. keinginan mata, 2.
keinginan daging dan 3. keangkuhan hidup (1Yohanes 2:16 “Sebab semua yang ada di dalam
dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah
berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” ).
Coba perhatikan pencobaan dan dosa Hawa, kemudian perhatikan pencobaan terhadap Yesus,
maka anda akan menemukan bahwa semua pencobaan tersebut berasal dari ketiga
kategori ini.

Yesus dicobai dalam segala cara dan kategori, sama seperti kita, namun Ia tetap suci.

Jika kita percaya kepada Yesus Kristus, maka kita memiliki pengharapan di dalam
Dia.
Karena sekalipun natur kita yang sudah rusak mengakibatkan keinginan hati untuk ambil
bagian dalam perbuatan dosa tertentu, kita diberikan kemampuan untuk mengatasi dosa
karena di dalam Kristus kita bukan lagi budak dosa, melainkan hamba Allah
(Perhatikan ayat-ayat dalam Roma pasal 6 berikut, khususnya ayat 2, ayat 3-11 dan ayat 16-22).

1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa,
supaya semakin bertambah kasih karunia itu? 2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita
telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? 3 Atau
tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam
kematian-Nya? 4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. 5 Sebab jika
kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi
satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. 6 Karena kita tahu, bahwa manusia
lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita
menghambakan diri lagi kepada dosa. 7 Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
8 Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.
9 Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi:
maut tidak berkuasa lagi atas Dia. 10 Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa,
satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.
11 Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi
kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.
12 Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu
jangan lagi menuruti keinginannya. 13 Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota
tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu
kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.
Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-
senjata kebenaran. 14 Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak
berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.
15 Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum
Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! 16 Apakah kamu tidak tahu,
bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk
mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam
dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang
memimpin kamu kepada kebenaran? 17 Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu
memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah
mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. 18 Kamu telah
dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. 19 Aku mengatakan hal ini
secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah
menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan
kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu
sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba
kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.
20 Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. 21 Dan buah
apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa
malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. 22 Tetapi
sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba
Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai
kesudahannya ialah hidup yang kekal. 23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia
Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Anda mungkin juga menyukai