Anda di halaman 1dari 32

Terhadap kepemimpinan di sekolah atau lembaga atau organisasi yang membutuhkan perubahan

secara reguler dalam mencapai pertumbuhan yang menyehatkan bagi lembaganya, saya melihat
perlunya melahirkan pemimpin yang memiliki kompetensi utuh dalam melahirkan hasil kerja
optimal lembaga dan sekaligus mampu juga memberikan inspirasi bagi lahirnya pemimpin baru
di lembaga yang dipimpinnya. Model pemimpin ideal, yang mampu mewujudkan apa yang
menjadi visi lembaganya. Gambarkan model pemimpin seperti itu, menurut saya, adalah model
kepemimpinan yang menitik beratkan pada bagian operasional dan bukan hanya kepemimpinan
yang berkutat pada persoalan administratif.
Saya mengartikan istilah kepemimpinan operasional ini sebagai bentuk kepemimpinan yang
berfungsi sebagai pengawalan atas kebijakan yang diambil pemimpin dan lembaga. Pengawalan
akan bersifat kontrol dan sekaligus sebagai pendampingan atau patner. Sehingga fungsi
pemimpin akan terus menerus berada dalam atmosfir atau berada dalam komunitas yang
dipimpinnya. Ia secara aktif dan proaktif dalam mengembangkan visi yang dimilikinya tidak saja
dalam tataran administratif tetapi langsung ada di lapangan perjuangan. Saya membadingkan
secara frontal model kepemimpinan operasional seperti itu dengan model kepemimpinan
administratif. Perbandingan ini akan memberikan gambaran yang lebih nyata terhadap fungsi dan
manfaat dari dua model kepemimpinan ini.
Kepemimpinan administratif saya artikan sebagai model kepemimpinan yang pemimpinnya
menitikberatkan kepada ketuntasan administratif. Baik dalam pembuatan target, implementasi
strategi pencapaian target, hingga pencapaian targetnya, pemimpin hanya akan berkutat kepada
data serta fakta administrasi di belakang meja di ruang kerja sang pemimpin.
Dari dua model kepemimpinan yang saya gambarkan di atas, menuntut pula pola komunikasi
yang kontras berbeda. Kepemimpinan operasional akan menuntut seorang pemimpin yang
mampu berkomunikasi secara emosional, strategis, dan taktis. Pola komunikasi ini akan
dirasakan oleh komunitas sebagai kehangatan yag sekaligus mencerdaskan komunitas yang ada.
Pola komunikasi kepemimpinan operasional akan melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang
akan lebihcemerlang dikemudian hari. Karena kepemimpinan oprasional selalu akan
memberikan inspirasi bagi anggota komunitas yang memiliki potensi pemimpin.
Sedang kepemimpinan administratif hanya akan membuat kelanjutan atau keberlangsungan dari
lembaga atau organisasi yang dipimpinnya. Namun karena model kepemimpinan ini tidak
memiliki pola komunitasi yang hangat tetapi justru malah komunikasi formal yang kaku, maka
dalam jangka panjang model kepemimpinan seperti ini akan merugikan organisasi atau lembaga.
Lebih-lebih oraganisasi atau lembaga swasta.
Darimana model kepemimpinan operasional ini dapat dimiliki oleh kita semua yang telah
menjadi pemimpin atau yang akan menjadi pemimpin, atau yang bercita-cita menjadi pemimpin?
Menurut saya, tidak ada jalan lain selain kita sendiri belajar dan sekaligus meneladani pemimpin-
pemimpin yang telah mampu menorehkan sejarahnya. Baik pemimpin paripurna yang ada di
khasanah agama seperti Muhammad SAW serta para sahabatnya hingga pada generasi tabi’-
tabi’in.
Nurul Darmayanti : Rumusan tentang ruang lingkup serta ciri ciri suatu konsep yang menjadi
pokok pembahasan dan penelitian suatu karya ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau
berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam
kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.

Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup
perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga
kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia
di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik
& mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan
dengan baik.

Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu
dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber
daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.

Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan
baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan
dengan baik.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan.
Permasalahan tsb antara lain :

Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?

Adakah teori – teori untuk menjadi pemimpin yang baik?

Apa & bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?

Apa & bagaimana menjadi pemimpin sejati?

Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?

I.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah

Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan
kreatifitas mahasiswa.

Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
kepemimpinan dan kearifan lokal.

I.4 METODE PENULISAN

Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada
zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula
dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena
jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data – data
tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.

I.5 RUANG LINGKUP

Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup karya
tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai kepemimpinan dan kearifan lokal

.BAB II

PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN

Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai
dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan.
Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.

Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan.

Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang


formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung
jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan
dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik
untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan
moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak
ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.

Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan
orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.

Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.

Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,
menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari
kepemimpinan Pancasila adalah :

Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang
dipimpinnya.

Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat


berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.

Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai
apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa :
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik
untuk mengurus atau mengatur orang lain.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain


untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak
lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing
obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian
rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk
menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan
apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan
yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena
untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat
– sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi
yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya
fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :

– Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan


menyediakan fasilitasnya.

– Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.

II.2 TEORI KEPEMIMPINAN

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang
kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang
teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :

Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian


pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan
yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan


kepemimpinan organisasi, antara lain :

o Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang


tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada
umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal


maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi
yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik
dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang


tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

o Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para


pengikutnya mampu berpihak kepadanya

Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini


memiliki kecendrungan kearah 2 hal.

o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang


pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan.

o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang


memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat ,
bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.

Teori Kewibawaan Pemimpin

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab


dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang
lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia
untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

Teori Kepemimpinan Situasi


Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

Teori Kelompok

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang
positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin
yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya.
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi
dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa
berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.
Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana
perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila
pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis
maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika
pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam
banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.

Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.

Otokratis

Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai


keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan.
Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata
situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

Partisipasif

Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan


yang diambil tidak bersifat sepihak.

Demokrasi

Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan


pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan
dapat mengarahkan diri sendiri.
Kendali Bebas

Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat


longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung –
jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan
dan menanggulangi masalahnya sendiri.

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan,
yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi
tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja
pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan.
Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka
memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk
berproduksi.

Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan


pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya
kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan
teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara
orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi.
Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member
rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power).
Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh
pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan
pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.

Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan
Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman
dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan
situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak
pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi
apapun yang dimiliki pemimpin.

Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing –
masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya
meskipun perlu.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah
satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya
dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang
pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya.
Keempat gaya tersebut adalah
Directing

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di
bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus
dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan
berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses
pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada
bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.

Coaching

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga
menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya,
dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah
lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan
meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.

Supporting

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam
melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini
akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah
mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita
perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam
penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai
peningkatan kinerja.

Delegating

Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung
jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan
tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari
lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka
kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership
mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang
yang dipimpinnya.

Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya
perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi,
penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah
yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini,
seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :

Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman
dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.

Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan


kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.

Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran
pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision
making) (Gordon, 1996 : 314-315).

Peran pertama meliputi :

Peran Figurehead  Sebagai simbol dari organisasi

Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya

Liaison  Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan
organisasi.

Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :

Monitior  Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau


berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.

Disseminator  Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.

Spokeman  Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar
organisasinya.

Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :

Enterpreneur  Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.

Disturbance Handler  Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang


dalam keadaan menurun.
Resources Allocator  Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan
waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan
mengesahkan setiap keputusan.

Negotiator  Melakukan perundingan dan tawar – menawar.

Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran
pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :

Alighting  Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.

Aligning  Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap


orang menuju ke arah yang sama.

Allowing  Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah


cara kerja mereka.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak
mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat
yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi
pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa
mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh,
megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun
masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri.
Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa
mengendalikan diri.

II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI

Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan
formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya
dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan
adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir
tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu
kepemimpinan yang melayani.

A. Karakter Kepemimpinan

Hati Yang Melayani


Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut
suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi
pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa
banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki
integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam
pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.

Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai
yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan utama
seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya
adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan
publik yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka


yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan
dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun
orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada
potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau
masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa
tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang
dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan,
impian da harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable
). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya
seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public atau
kepada setiap anggota organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap
kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani
adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi
kepentingan public atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat
mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu
berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.

B. Metode Kepemimpinan

Kepala Yang Melayani

Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi
juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter
dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif
sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para
pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.

Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini
tidak pernah diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan
Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan
berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode
kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter
kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :

Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah
daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian
dari orang – orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa
nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat
secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin
adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas kemana
organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk
membawa orang – orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas.
Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong
sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam
mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2
aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang
pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi
memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian
tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang
dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap
permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang –
orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun
perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan
sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan
pengendalian, serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

C. Perilaku Kepemimpinan

Tangan Yang Melayani


Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta
memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun
kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang
pemimpin, yaitu :

Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh –
sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup
dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.

Pemimpin focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan
duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal
lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi
melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh
kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan
(recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui
solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang sangat


relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan
menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence,
salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant
leadership). Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate
Luderman, menunjukkan pemimpin – pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya
ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka
biasanya adalah orang –orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik,
rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang
terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.

II.4 KEPEMIMPINAN SEJATI

Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri
seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam
diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan
tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin
sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari
proses internal (leadership from the inside out ).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi
lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. ” I don’t think
you have to be waering stars on your shoulders or a title to be leadar. Anybody who want to raise
his hand can be a leader any time”,dikatakan dengan lugas oleh General Ronal
Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda
menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin
mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.

Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan
mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang
pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.

Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima
oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor &
praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati
dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang
didasarkan pada kerendahan hati (humble).

Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari
kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa
bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan merdeka.Selama
penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri
Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang
telah membuatnya menderita selam bertahun – tahun.

Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Perubahan karakter adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari
dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya
tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan
pernah menjadi pemimpin sejati.

Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan


kepemimpinan sejati, yaitu :

Q berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan intelektual,EQ
berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang
pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.

Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner
maupun aspek manajerial.
Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin
yang berarti kehidupan).

Q keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang
sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan
mengendalikannya (self management atau qolbu management).

Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan
bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu) yang
lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna
kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.

Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :

Perubahan karakter dari dalam diri (character chage).

Visi yang jelas (clear vision).

Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence).

Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh,
belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal,
kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain
(pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan
oleh John Maxwell, ” The only way that I can keep leading is to keep growing. The the day I
stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is way it always it.” Satu-satunya
cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya
berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tsb.

II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL

Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan
berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumit,

Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan
seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang
dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang
dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.

Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan.
Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan,
seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.

Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang muncul
dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah masalah
banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir
di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak menguntungkan.
Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya,
diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk.
Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit
air yang meluber ke jalan.

Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan
sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah
menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No.
620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007

BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN

Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya
sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.

Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu
yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses
internal (leadership from the inside out).

III.2 SARAN

Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan
itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak
mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat
yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
operasional/ope·ra·si·o·nal/ a secara (bersifat) operasi; berhubungan dengan operasi;
-- normal Man operasi yang didasarkan pada aturan; operasi yang sesuai dan tidak menyimpang
dari suatu norma atau kaidah

Pengertian Manajemen Operasional


July 1, 2015 ila Definisi Manajemen Operasional, Manajemen Operasional, Pengertian
Manajemen Operasional

Pengertian manajemen operasional yaitu suatu pengelolaan yang dilakukan secara optimal dan
menyeluruh terhadap berbagai unsur seperti tenaga kerja, mesin, bahan mentah, peralatan, dan
produk yang menjadi komoditi yang nantinya akan dijual pada konsumen. Manajemen
operasional sendiri berasal dari dua kata, yaitu manage (Bahasa Inggris) yang berarti mengatur
atau mengelola, dan operasional yang memiliki arti semua hal yang berkaitan dengan kegiatan
produksi, baik pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa atau barang. Manajemen
perusahaan juga seringnya dikaitkan dengan pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi
kegiatan produksi.

Masih berkaitan dengan manajemen produksi, terdapat beberapa hal yang wajib Anda ketahui
dan pahami soal manajemen produksi, yaitu fungsi manajemen operasional, sistem manajemen
operasional, dan pengambilan keputusan dalam implementasi manajemen operasional. Fungsi
manajemen operasional lebih fokus pada hal-hal yang ada kaitannya dengan pengambilan
keputusan soal semua kebutuhan operasional perusahaan, sedang sistem manajemen operasional
fokus pada jenis sistem yang diterapkan oleh perusahaan. Umumnya perusahaan menerapkan
sistem transformasi sebagai sistem operasionalnya. Sistem transformasi di sini meliputi sistem
pembuatan rancangan dan analisa selama kegiatan operasional berlangsung.
Pengertian manajemen operasional

Manajemen operasional memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan karena
manajemen operasional sangat berkaitan erat dengan pengambilan keputusan oleh seorang
pemimpin atau manajer operasional.Posisi tertinggi pada struktur manajemen operasional adalah
manajer operasional. Seorang manajer oeprasional menjadi pilar pengelolaan kegiatan
operasional suatu perusahaan. Tugas seorang manajer operasional yaitu membuat perencanaan
atau pemetaan sejumlah fungsi manajemen yang memiliki tugas yang berbeda-beda. Sebut saja
contohnya pembuatan konsep perencanaan kegiatan operasional, kegiatan pembentukan staf,
pembentukan struktur, dan masih banyak lainnya.

Orientasi utama seorang manajer operasional yaitu memberikan pengarahan soal output, jumlah
output, harga produk yang terus di kontrol, kualitas produk, momen untuk memanjakan
konsumen, dan hal lainnya yang ada kaitannya dengan produk/ jasa dan kepuasan
konsumen. Para pemegang keputusan, dalam hal ini manajer operasional, mempunyai tanggung
jawab yang besar untuk memajukan perusahaannya. Salah satunya yaitu seorang manajer
operasional harus memiliki pengetahuan yang luas, terutama pengetahuan tentang bagaimana
cara menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas dan banyak diminati oleh banyak
konsumen. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang manajer operasional tidak
dilakukan secara terburu-buru, melainkan keputusan harus diambil setelah dikaji terlebih dahulu.

Fungsi manajemen operasional tak hanya berkutat pada kegiatan operasi saja, melainkan telah
mengalami perluasan fungsi seperti persiapan produksi dan kegiatan operasional perusahaan,
penunjang pelayanan kegiatan produksi, perencanaan dan pengendalian kegiatan operasional
suatu perusahaan.

Terdapat beberapa langkah pengambilan keputusan dalam manajemen operasional antara lain :

 mengambil keputusan dari peristiwa yang bersifat pasti


 mengambil keputusan dari peristiwa yang mengandung risiko
 mengambil keputusan dari peristiwa yang bersifat tidak pasti
 dan mengambil keputusan dari peristiwa yang muncul akibat adanya pertentangan-
pertentangan

Manajemen operasional juga memiliki hubungan yang sangat serta dengan unsur persediaan,
baik persediaan yang dipesan, kualitas bahan mentah yang digunakan, dan waktu pemesanan
bahan mentah. Tak hanya itu, seorang manajer operasional juga akan berkutat pada hal-hal yang
berkaitan erat dengan tenaga kerja, seperti perekrutan tenaga kerja via program seleksi yang
ketat, perekrutan tenaga kerja, pemberian gaji dan kompensasi pada karyawan, pemberian
promosi pada karyawan, hingga PHK. Manajer operasional juga bertanggung jawab atas kualita.
Tak hanya kualitas produk atau jasa saja yang diprioritaskan, melainkan juga sektor-sektor
lainnya seperti kualitas peralatan dan kualitas pengawasan terhadap produk atau jasa yang
dihasilkan.
B. TATA PAMONG, KEPEMIMPINAN,
SISTEM PENGELOLAAN DAN
PENJAMINAN MUTU
1. 1. Struktur dan Suasana Organisasi

Mengacu kepada lima pilar tata pamong, maka dapat dinyatakan bahwa sistem tata pamong di
pendidikan Antropologi dapat dipaparkan sebagai berikut:

a) Kredibel, b) Transparan, c) Akuntabel,d) Bertanggungjawab dan e) Keadilan. Sistem tata


pamong berjalan secara efektif melalui mekanisme yang disepakati bersama.

Pemilihan Ketua prodi ditetapkan oleh Rektor berdasarkan usulan dari Prodi. Ketua Prodi
Antropologi ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Rektor Unimed Nomor
191/H.33.Kep/KP/2008.

1. Selanjutnya, transparansi ditunjukkan oleh ketersediaan SOP pada berbagai layanan


akademik dan administrasi. Disamping itu, juga tersedia buku panduan yang diberikan
kepada dosen dan mahasiswa, pengumuman beberapa informasi terkait dengan dosen dan
mahasiswa dan penjadwalan kegiatan perkuliahan dan even lain sejak awal semester dan
atau tahun akademik.
2. Akuntabilitas tata pamong ditunjukkan oleh ketersediaan laporan pertanggungjawaban
kegiatan dan keuangan yang dilaporkan Prodi ke pihak universitas dan atau sponsor yang
disosialisasikan kepada dosen melalui rapat rutin.
3. Prinsip responsibilitas atau bertanggungjawab ditunjukkan oleh sikap fungsionaris dalam
mengelola layanan administrasi dan akademik serta staf akademik yang dihunjuk dalam
mengelola berbagai program pengembangan yang dilakukan oleh prodi. Prinsip ini dianut
oleh Prodi dalam memberikan pelayanan terbaik, iklas dan benar.
4. Sedangkan keadilan yang dimaksud adalah adanya kelaziman dalam pendelegasian tugas
dan wewenang kepada seluruh sivitas akademik sesuai dengan kemampuan dan
kinerjanya.
Organisasi dan tata kelola prodi Pendidikan Antropologi digambarkan pada bagan di bawah

Personil Beserta Fungsi dan Tugas Pokoknya

Program Studi Pendidikan Antropologi UNIMED yang saat ini diketuai oleh Dra.
Nurjannah,M.Pd. di bawah koordinasi Dekan dan Pembantu Dekan I,yakni Drs. Restu MS, dan
Drs. Sugiharto,M.Si.

Ketua Prodi bertugas untuk mengelola Prodi, seperti memimpin dan menghadiri rapat,
mempersiapkan jadwal perkuliahan, memonitor kinerja staf pengajar, berkoordinasi dengan unit-
unit kerja di lingkungan UNIMED, dan mengusahakan agar proses belajar mengajar berlangsung
dengan maksimal. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas. Selain itu, untuk memaksimalkan
pelayanan akademik bagi mahasiswa, Ketua Prodi juga dibantu oleh para dosen Pembimbing
Akademik (PA) dan Pembimbing Kemahasiswaan, dewan dosen penilai proposal penelitian
mahasiswa, dan dosen-dosen kelompok mata kuliah. Ketua Prodi bertanggungjawab untuk
mengkoordinasikan penyelenggaraan program kerja yang sudah disusun.

Dalam melaksanakan tugas pokok fungsinya, Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi
berkoordinasi dengan Pembantu Dekan 1. Uraian tugas dan tanggung jawab serta mekanisme
koordinasi antar pejabat struktural di tingkat Prodi Pendidikan Antropologi telah diatur dalam
dokumen Analisis Jabatan (Anjab) Pejabat Struktural Unimed tahun 2006 sebagai upaya
pelaksanaan sistem tata pamong (governance) dan manajemen yang efektif. Pada dokumen
Anjab tersebut diatur tentang (1) Rumusan Tugas, (2) Perincian Tugas, (3) Hasil Kerja, (4)
Bahan Kerja, (5) Pedoman Kerja, (6) Tanggung Jawab, (7) Wewenang, (8) Hubungan Kerja,
dan (9) Syarat Jabatan. Deskripsi analisis jabatan berkaitan dengan Rumusan Tugas, Perincian
Tugas, dan Hasil Kerja antara pejabat struktural tersebut di atas dijabarkan pada Tabel 2.1.

Untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan pelanggaran kode etik dan peraturan yang
berlaku di Prodi, diselesaikan dalam rapat fungsionaris dengan Dewan Dosen. Apabila
permasalahannya di luar wewenang fungsionaris Prodi, atau permasalahannya tidak bisa
diselesaikan di tingkat Program Studi akan diserahkan ke tingkat fakultas, atau universitas.

Tabel 2.1 Uraian Jabatan Pejabat Struktural di Tingkat Jurusan dan Prodi Pendidikan
Antropologi
Uraian
Ketua Jurusan Sekretaris Jurusan Ketua Prodi
Jabatan
Rumusan Menyusun rencana, Membantu pengelolaan Menyusun rencana,
Tugas memberi petunjuk, administrasi akademik, memberi petunjuk,
mengkoordinasikan dan mengkoordinasikan dan mengkoordinasikan dan
mengevaluasi mengevaluasi pelaksanaan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan kegiatan pendidikan dan pelaksanaan kegiatan
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pendidikan dan
pengajaran, penelitian pengabdian kepada pengajaran yang
dan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan dosen di
masyarakat yang dilaksanakan dosen di lingkungan Program
dilaksanakan dosen di lingkungan jurusan Studi berdasarkan
lingkungan jurusan berdasarkan ketentuan yang ketentuan yang berlaku
berdasarkan ketentuan berlaku untuk kelancaran untuk kelancaran
yang berlaku untuk pelaksanaan tugas. pelaksanaan tugas.
kelancaran pelaksanaan
tugas
Perincian (1) Menyusun (1) Membantu menyusun (1) Menyusun rencana
Tugas rencana dan program rencana dan program kerja dan program studi
kerja jurusan sebagai tahunan jurusan sebagai sebagai pedoman
pedoman pelaksanaan pedoman pelaksanaan kerja(2) Memeriksa
tugas tugas(2) Menyusun konsep beban tugas
;(2) Menetapkan konsep beban tugas mengajar mengajar dosen
beban tugas mengajar dosen setiap semester program studi setiap
dosen setiap semester berdasarkan ketentuan yang semester berdasarkan
berdasarkan ketentuan berlaku sebagai bahan ketentuan yang berlaku,
yang berlaku, untuk masukan atasan ; untuk mengetahui
mengetahui kesesuaiannya ;
kesesuaiannya; (3) Mengkordonir dosen
dalam penyusunan rencana (3) Merencanakan
(3) Mengkordinir perkuliahan dan satuan acara kegiatan Proses Belajar
dosen dalam pembuatan perkuliahan berdasarkan Mengajar dan penelitian
Rencana Perkuliahan ketentuan yang berlaku ; setiap semester ;
dan Satuan Acara
Perkuliahan berdasarkan (4) Menyusun konsep (4) Meneliti bahan
ketentuan yang berlaku surat penugasan dosen rencana perkuliahan dan
untuk mengetahui penasehat akademik sebagai satuan acara perkuliahan
kecocokannya; bahan masukan atasan ; berdasarkan ketentuan
yang berlaku untuk
(4) Menetapkan (5) Mempersiapkan mengetahui
surat penugasan sebagai instrumen monitoring kecocokannya ;
Penasehat Akademik ; pelaksanaan perkuliahan
sesuai dengan ketentuan yang (5) Memonitor
(5) Memonitor berlaku untuk kelancaran pelaksanaan perkuliahan
pelaksanaan perkuliahan sesuai dengan program
Uraian
Ketua Jurusan Sekretaris Jurusan Ketua Prodi
Jabatan
berdasarkan ketentuan pelaksanaan tugas studi dan ketentuan
yang berlaku sebagai yang berlaku sebagai
bahan evaluasi; (6) Menyusun konsep bahan evaluasi ;
evaluasi hasil pelaksanaan
(6) Mengevaluasi perkuliahan berdasarkan data (6) Mengevaluasi hasil
hasil pelaksanaan dan informasi untuk pelaksanaan perkuliahan
perkuliahan berdasarkan meningkatkan mutu ; sesuai dengan beban dan
hasil monitoring untuk rencana untuk
meningkatkan mutu ; (7) Menyusun konsep mengetahui target
rencana biaya operasional pencapaian ;
(7) Menyusun jurusan berdasarkan data dan
rencana biaya informasi serta ketentuan (7) Menyusun konsep
operasional jurusan yang berlaku untuk usul dosen pembimbing
pertahun berdasarkan kelancaran pelaksanaan tugas; bagi mahasiswa yang
beban kerja jurusan dan menyelesaikan tugas
ketentuan yang berlaku (8) Menseleksi mahasiswa akhir berdasarkan
untuk kelancaran yang akan diikutsertakan petunjuk atasan untuk
kegiatan perkuliahan ; dalam kegiatan kelancaran tugas
kemahaiswaan di lingkungan akademik ;
(8) Membimbing Jurusan sebagai bahan
dan menilai kegiatan masukan Fakultas (8) Pengembangan
kemahasiswaan di kurikulum bersama
lingkungan jurusan (9) Menyusun konsep dengan dosen menuju
untuk bahan penugasan dosen pembimbing kualitas lulusan yang
pengembangan ; bagi mahasiswa yang lebih baik ;
menyelesaikan tugas akhir
(9) Menentukan berdasarkan petunjuk atasan (9) Menunjuk dosen
dosen pembimbing bagi untuk kelancaran tugas pembimbing
mahasiswa yang akademik ; penyusunan skripsi
menyelesaikan skripsi
dan tugas akhir (10) Memberi informasi (10)Menunjuk dosen
berdasarkan petunjuk tentang kegiatan penelitian penguji skripsi, tugas
atasan untuk kelancaran dan pengabdian kepada akhir bersama dengan
tugas akademik ; masyarakat ; jurusan ;

(10) Member nilai (11) Menyusun laporan (11)Menyelenggarakan


pada daftar penilaian pelaksanaan kegiatan jurusan ujian smester;
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan data dan
dosen ; informasi sebagai bahan (12)Membuat
masukan atasan rekapitulasi hasil belajar
(11) Menyusun laporan mahasiswa secara
pelaksanaan kegiatan (12) Membuat rekapitulasi priodik ;
jurusan sesuai dengan aktifitas kinerja dosen dalam
Uraian
Ketua Jurusan Sekretaris Jurusan Ketua Prodi
Jabatan
hasil yang telah dicapai pengajaran, penelitian, dan (13)Menyusun laporan
sebagai pertanggung pengabdian pada masyarakat ; pelaksanaan kegiatan
jawaban pelaksanaan program studi sesuai
tugas; (13) Melaksanakan tugas dengan hasil yang telah
lain yang diberikan oleh dicapai sebagai
(12) Melaksanakan atasan menyangkut kedinasan. pertanggung jawaban
tugas lain yang pelaksanaan tugas ;
diberikan oleh atasan
menyangkut kedinasan. (14)Melaksanakan tugas
lain yang diberikan oleh
atasan menyangkut
kedinasan.

3. Sistem Kepemimpinan, Pengalihan, serta Akuntabilitas Pelaksanaan Tugas

Kepemimpinan program studi memiliki karakteristik yang kuat dalam:

1) kepemimpinan operasional, 2) kepemimpinan organisasi, dan 3) kepemimpinan


publik.

Kepemimpinan di Prodi Pendidikan Antropologi dilaksanakan secara demokratis.


Ketua Prodi dan seluruh dosen akan mendiskusikan secara formal maupun nonformal
berbagai hal yang penting yang terjadi di Prodi, khususnya yang berhubungan dengan
kelancaran jalannya organisasi. Setiap kebijakan yang dikeluarkan di buat
berdasarkan hasil diskusi bersama dan masukan dari pihak-pihak terkait. Seluruh
dosen memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapat terkait
dengan kemajuan prodi.

Rapat kordinasi dilakukan setiap hari Jumat pagi dan/atau apabila diperlukan dapat
dilakukan sewaktu-waktu. Terkait dengan penyampain informasi terhadap seluruh
dosen Prodi melakukan undangan rapat. Kegiatan rapat dimaksudkan untuk
sosialisasi kegiatan, menjaring informasi dan masukan dari dosen. Dengan demikian
aktifitas yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik.

Ketua Prodi selalu mengingatkan visi yang ingin dicapai setiap pertemuan dilakukan,
memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan dukungan terhadap civitas
akademik termasuk mahasiswa yang bermasalah diperkuliahan. Hal ini mendorong
terciptanya suasana akademik yang kondusif di Prodi. Semua permasalahan yang
menghambat pelaksanaan aktivitas selalu diskusikan untuk diketahui akar
masalahnya sehingga dapat ditemukan solusi alternative pemecahannya. Dalam
rangka menciptakan atmosfir kepemimpinan yang baik, ketua prodi selalu
memberikan pelayanan yang baik seperti dalam hal kepangkatan dosen dan indeks
prestasi mahasiswa. Ditempuh dengan melakukan pertemuan khusus yang dihadiri
dosen atau mahasiswa yang bermasalah, dilakukan dengan menerapkan prinsip-
prinsip supervisi klinis. Ketua Prodi, selalu berkonsultasi dengan dosen penasehat
akademik untuk mengatasi permasalahan akademik mahasiswa. Dalam rangka
meningkatkan fungsi sebagai pemimpin publik maka, ketua prodi menjajaki dan
melakukan kerjasama dengan pihak eksternal seperti Balai Arkeologi Medan dan
Museum Negeri Sumatra Utara dalam rangka penyelenggaraan kegiatan maupun
penelitian.

1. 4. Partisipasi Civitas Akademika dalam Pengembangan Kebijakan, serta


Pengelolaan dan Koordinasi Pelaksanaan Program

Sistem pengelolaan fungsional dan operasional program studi Pendidikan Antropologi


berjalan sesuai dengan SOP, mencakup: planning, organizing, staffing, leading, dan
controllingyang efektif untuk dilaksanakan.Sistem pengelolaan di Prodi Antropologi
mencakup pengembangan prodi, penyusunan Rencana Strategis (Renstra), Rencana
kerja Tahunan (RKT), Rencana Operasional (Renop) dan Rencana Implementasi
Program (RIP).

1. Perencanaan program pengembangan tahunan disusun berdasarkan hasil


evaluasi diri yang selanjutnya dituangkan dalam RKT untuk selanjutnya
diusulkan untuk mendapatkan pendanaan melalui DIPA PNBP Unimed. RKT
yang tidak didanai, diupayakan untuk mendapatkan skema pendanaan lain
(kerjasama, sponsorship).
2. Setiap kegiatan pengembangan dilaksanakan di lingkungan prodi yang
diorganisir oleh kepanitiaan yang ditandatangani ketua prodi dan disyahkan
oleh Dekan. Setiap anggota tim kerja melaksanakan tugasnya masing-masing
dan berkordinasi dengan ketua prodi.
3. Prodi selalu memberikan arahan dan kebijakan terhadap seluruh dosen terkait
tujuan, arah dan mekanisme pelaksanaan tugas. Seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh Prodi di monitoring dan evaluasi oleh tim monev universitas
untuk mengetahui realisasi kegiatan berjalan dengan baik. Monev dilakukan
dua kali setahun pada pertengahan dan menjelang akhir pelaksanaan program
kegiatan.
4. Seluruh kegiatan pengembangan yang telah selesai dilaksanakan disusun
dalam bentuk laporan kegiatan. Pada akhir tahun, prodi menyusun dan
melaporkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) kepada universitas.

5. Perencanaan Program Jangka Panjang (Renstra) Serta Monitoring Pelaksanaannya


Rencana jangka panjang Prodi mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) UNIMED 2006-2010
yang dalam dokumen tersebut dikatakan bahwa UNIMED bertekad menjadi salah satu
Universitas Pelopor dan Unggul (a leading and outstanding university), dalam disiplin ilmu
pendidikan dan pendidikan disiplin ilmu. Target UNIMED ke depan adalah unggul sebagai
universitas pelopor di Indonesia pada tahun 2010. Misi yang diusung UNIMED selain
peningkatan kualitas pengamalan tridharma Perguruan Tinggi juga internasionalisasi pendidikan.
Di atas segala-galanya, UNIMED bertujuan untuk mengembangkan manusia yang beriman,
bermoral, berilmu, professional, religius, dan memiliki integritas dan cinta terhadap bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan Renstra UNIMED tersebut, dalam kurun
10 tahun, Prodi Pendidikan Antropologi UNIMED diproyeksikan untuk menjadi pusat
keunggulan pada tingkat nasional dalam bidang (1) pendidikan guru Antropologi dan (2) kajian
tentang Kebudayaan dan Masyarakat Lokal

Sejalan dengan visi di atas, Prodi Antropologi memiliki misi untuk:

a) melaksanakan proses belajar-mengajar dengan standar pelayanan prima guna menyiapkan


tenaga pendidik Antropologi bagi lingkup pendidikan formal dan non-formal.

b) melaksanakan penelitian berkualitas dalam bidang Pengajaran Kebudayaan dan


Masyarakat;

c) melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang optimal guna memberikan kontribusi


nyata pada masyarakat.

Sistem penjaminan mutu berjalan sesuai dengan standar penjaminan mutu,


ada umpan balik dan tindak lanjutnya seperti adanya kelompok dosen bidang ilmu
yang menilai mutu soal ujian, silabus, dan rancangan tugas akhir.Penjaminan mutu di
Prodi Pendidikan Antropologi dimulai dengan penetapan spesifikasi prodi, Standar
Lulusan dengan mengacu pada Standar Lulusan Fakultas dan Universitas. Standar
tersebut dikembangkan menjadi Standar Isi (Kurikulum), Standar Proses dan Standar
Evaluasi.

Dengan mengacu pada standar-standar tersebut selanjutnya disusun Prosedur Mutu,


Standard Operating Procedure (SOP), dan Instruksi Kerja serta instrumen
monitoring yang terkait. Seluruh dokumen ini kemudian ditetapkan oleh pimpinan
Unimed sebagai “Dokumen Penjaminan Mutu Program Studi Pendidikan
Antropologi Unimed”.

KDBK Prodi Pendidikan Antropologi memiliki kewenangan untuk menyusun dan


mereview perencanaan kegiatan akademik seperti silabus, SAP, RPP dan soal ujian.
Untuk kepentingan penjaminan mutu perangkat pembelajaran, setiap tahun dilakukan
evaluasi dan refleksi KDBK untuk dijadikan bahan perbaikan pada tahun berikutnya,
yang bertujuan untuk peningkatan mutu perangkat pembelajaran secara
berkesinambungan.

Untuk menghindari disparitas soal ujian mata kuliah pada kelas-kelas paralel, KDBK
telah menetapkan soal yang digunakan bersama oleh masing-masing dosen yang
mengampu mata kuliah yang sama di kelas paralel. Soal-soal ujian ini disusun
dengan mengacu pada pengukuran kompetensi dasar dan direview oleh KDBK setiap
tahun. Soal yang disusun dan hasil review terhadap soal-soal ujian mata kuliah
tersebut selanjutnya dilaporkan ke program studi.

Untuk kegiatan pembinaan mahasiswa di luar kelas, terutama dalam hal


kepenasehatan akademik ditetapkan dengan SOP “Kepenasehatan Akademik” yang
dipublikasi dalam bentuk “Buku Pedoman Kepenasehatan Akademik” dan
dimonitoring dengan menggunakan “Buku Kendali Kepenasehatan Akademik”.

Khusus buku pedoman dan kendali pembimbingan skripsi belum tersedia, namun
demikian SOP tersebut telah direncanakan.

Namun dalam hal pengujian mahasiswa pada ujian mempertahankan skripsi,


program studi masih menggunakan penilai internal dan belum memutuskan untuk
menggunakan penguji luar (external examiner).

5. Evaluasi Internal yang Berkelanjutan

Upaya untuk peningkatan animo calon mahasiswa:

Dalam upaya peningkatan animo calon mahasiswa, Prodi Antropologi melakukan serangkaian
program seperti: (1) sosialisasi Prodi Pendidikan Antropologi melalui kerjasama dengan sekolah,
(2) sosialisasi dengan pemerintah kabupaten/kota pada saat kunjungan lapangan, (3) sosialisasi
Prodi Pendidikan Antropologi melalui kegiatan seminar nasional, lokakarya, dan workshop yang
melibatkan pihak dari dalam dan luar kota.

Wujud peningkatan animo calon mahasiswa ini tergambar dari persentase daya tampung dengan
peminat yang pada tahun 2009 mencapai 1 : 10. Peningkatan ini cukup drastis jika dibandingkan
dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya.

1. Upaya peningkatan mutu manajemen:

Layanan langsung yang diberikan kepada mahasiswa oleh prodi berupa penunjukkan
Pembimbing Skripsi, Pembimbing Akademik dan dosen pengasuh mata kuliah. Data dan
informasi adalah merupakan wujud riil dari akuntabilitas kinerja prodi kepada stakeholders.
Karena itu, dalam program peningkatan manajemen dan organisasi program studi sejak tahun
2008 telah menjadi prioritas. Pengadaan database prodi yang bersifat communicable dan
accessible menjadi tujuan dari program ini. Program ini selanjutnya dijadikan sebagai program
yang terintegrasi di tingkat universitas. Selanjutnya sistem database yang telah dibangun Prodi
Antropologi digunakan sebagai dasar pembangunan jaringan data Unimed, hingga tahun 2009
program ini telah online untuk tingkat fakultas dan tahun 2008 telah dapat diakses dimana saja
dan kapan saja oleh stakeholder Unimed dan dapat diakses oleh mahasiswa melalui internet baik
materi kuliah dan kontrak perkuliahan maupun hasil ujian untuk masing-masing matakuliah yang
diampu oleh dosen.

Wujud dari peningkatan mutu manajemen ini yakni kemudahan dalam pengisian Kartu Rencana
Studi.

1. Upaya untuk peningkatan mutu lulusan:

Upaya yang dilakukan Prodi Pendidikan Antropologi untuk mempercepat masa studi dan
peningkatan mutu lulusan dilakukan dengan kegiatan: penerapan learning revolution dan softskill
integrated, menumbuhkan budaya diskusi ilmiah, peningkatan kualitas manajemen dan
pelayanan administrasi, Teaching Grant, Research Grant, pengembangan staf, pengadaan buku
teks.

Walaupun hingga kini, prodi belum meluluskan, namun rancangan ataupun rintisan untuk
peningkatan mutu lulusan ini telah dilakukan.

Wujud dari peningkatan mutu lulusan ini adalah peningkatan yang gradual mahasiswa lulus tepat
waktu dan rata-rata indeks prestasi mahasiswa diatas 3.00.

1. Upaya untuk pelaksanaan dan hasil kerjasama kemitraan:

Untuk mendukung kebermanfaatan dan keberfungsian Program Studi Pendidikan Antropologi,


maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan kerjasama ataupun kemitraan
dengan extra kampus terutama untuk peningkatan pembelajaran dan kompetensi lulusan, ataupun
kemampuan dosen dalam bidang penelitian dan pengabdian. Oleh karena itu, prodi
merencanakan untuk melakukan kerjasama seperti dengan 1) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Sumut/kota/kab di Provinsi Sumatra Utara, 2) Balai Arkeologi Medan, 3) Museum
Negeri Provinsi Sumatra Utara, 4) Badan Warisan Sumatra, 5) Badan Perencanaan Daerah Kota
Medan, 6) Balitbang Provsu/Kota/Kab maupun dinas-dinas lainya. Disamping itu, telah dirintis
kerjasama dengan Ikatan Antropologi Indonesia dalam serangkaian kegiatan seperti seminar
ataupun workshop.

Wujud dari pelaksanaan kerjasama dan kemitraan ini adalah dalam bentuk penelitian dan
penyelenggaraan kegiatan. Hingga kini, beberapa dosen di prodi telah turut serta penelitian
dengan stakeholder seperti BP 3 Banda Aceh, Balai Arkeologi Medan, Museum Negeri Sumut,
dll.

1. Upaya dan prestasi memperoleh dana hibah kompetitif:

Hingga saat ini, program studi belum pernah menerima dana hibah kompetitif terutama dengan
eksternal Universitas Negeri Medan, karena masih relatif baru. Namun demikian, beberapa orang
dosen dilibatkan dalam kegiatan hibah Teaching grant pada PHKI Batch-III tahun 2009 di
Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed.
1. 6. Analisis SWOT Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, Dan
Penjaminan Mutu Serta Strategi Pengembangannya.

Evaluasi Kekuatan ( Strength) Kelemahan (Weakness)


Memiliki struktur organisasi Konsistensi penerapan SOP belum
Internal sesuai dengan peraturan memadai, Kerjasama dan sistem
yang berlaku, memiliki SOP koordinasi antar personil belum
Evaluasi yang lengkap sesuai dengan optimal, dan Rekomendassi
kebutuhan, memiliki perbaikan mutu sesuai hasil monev
Eksternal personil yang sesuai dengan belum ditindaklanjuti secara
kebutuhan organisasi, optimal.
memiliki sistem penjaminan
mutu mulai dari tingkat
universitas sampai ke prodi,
memiliki tim task force
yang kredibel, dan memiliki
sistem IT/ICT untuk
menerapkan e-learning, e-
management dan e-
procurement
Kesempatan Strategi (S – 0) Strategi (W – 0)
(opportunity)
Jaringan kerjasama Memperoleh dana tetap bagi Meningkatkan konsistensi
internasional, income pengembangan prodi, dan penerapan SOP untuk
generating melalui memiliki jaringan meningkatkan kinerja prodi,
kerjasama penggunaan kerjasama luar negeri membangun jaringan kerjasama dan
IT/ICT, dan bekerja di bidang penjaminan mutu koordinasi yang solid antar staf
instansi yang untuk melakukan cotinuous quality
mempersyaratkan improvement sebagai upaya untuk
akreditasi Prodi meningkatkan kualitas program
studi.
Ancaman (Threat) Strategi (S – T) Strategi (W – T)
Perguruan tinggi lain yang Meningkatkan daya saing
menyelanggarakan produk untuk merespon
program yang sama, dan perkembangan kebutuhan
ketatnya persyaratan pengguna, dan
lembaga pengguna lulusan mengintegrasikan
persyaratan-persyaratan
baru yang digunakan oleh
pengguna lulusan dalam
program inovasi kurikulum
dan pembelajaran
http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.co.id/2009/03/ruang-lingkup-kepemimpinan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok

http://referensi-kepemimpinan.blogspot.co.id/2009/03/tugas-dan-fungsi-pemimpin.html

http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.co.id/2009/03/ruang-lingkup-kepemimpinan.html

http://antoncharlianetika.blogspot.co.id/2014/04/etika-sebagai-pimpinan.html

Arep, Ishak dan Tanjung, Hendri, 2003. [I]Manajemen Motivasi[/I]. PT Gramedia Widiasarana Indonesia:
Jakarta.

Danim, Sudarwan, 2004. [I]Motivasi, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok[/I],

PT Rineka Cipta: Jakarta

Gibson, James, 1994. [I]Organisasi dan Managemen[/I], Erlangga: Jakarta.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, 2000. [I]Manajemen Sumber Daya Manusia,[/I] Rosdakarya:
Bandung.

Sedarmayanti, 2001. [I]Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja[/I], Ilham Jaya: Bandung

Anda mungkin juga menyukai