B. TINJAUAN PUSTAKA
I.Tinjauan Tanaman
Nama umum : Jambu Biji
Klasifikasi
Tanaman jambu biji (Psidium guajava) dalam sistematika dunia tumbuhan
diklasifikasikan menjadi seperti di bawah inimenurut( Cronquist, 1981):
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Tanaman jambu biji sering disebut jambu batu. Beberapa nama daerah
untuk tanaman tersebut antara lain glima breuen, glimeu beru, galiman,
masiambu, jambu biawas (Sumatra) dan kayawase, kayawusu, lainehatu, lutuhatu
dan gayawa (Maluku) (Wijayakusuma et al. 1994).
Pohon jambu biji banyak ditanam sebagai pohon buah-buahan. Pohon
jambu biji sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1 m sampai
1.200 m dari permukaan laut (Dalimartha, 2001). Batangnya berkayu, keras, kulit
batang licin, berwarna coklat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak
berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas daun tua licin.
Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal
membulat, tepi rat agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6 sampai
12 cm, lebar 3 cm sampai 6 cm. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak
daun, berkumpul 1 sampai 3 bunga, berwarna putih. Buahnya buah buni,
berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan.
Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan
atau merah jambu. Biji buah banyak mengumpul ditengah, kecil-kecil, keras,
berwarna kuning kecoklatan (Dalimartha, 2001).
Menurut Taiz dan Zeiger (2002) secara fitokimia, Pada Daun Jambu Biji
(Psidium guajava)mengandungsenyawametabolit sekunder yang dihasilkan
tumbuhan merupakan bagian dari sistem pertahanan diri. Senyawa tersebut
berperan sebagai pelindung dari serangan infeksi mikroba patogen dan mencegah
pemakanan oleh herbivora. Metabolit sekunder dibedakan menjadi tiga kelompok
besar yaitu terpen, fenolik, dan senyawa mengandung nitrogen terutama alkaloid.
Polifenol ini berperan melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal
bebas dengan cara mengikat radikal bebas sehingga mencegah proses inflamasi
dan peradangan pada sel tubuh. Polifenol juga bermanfaat menurunkan risiko
penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, alzheimer, dan kanker.
Asam galat : Senyawa ini tidak terlalu berperan didalam tumbuhan tetapi
cukup memberikan manfaat bagi manusia khususnya dalam bidang kesehatan.
Senyawa jenis ini telah diteliti dapatmenghambat tumor, anti-virus, antioksidasi,
antideabetes dan anticacing.
Flavon jenis polifenol ini paling banyak terdapat dialam. Senyawa ini juga
termasuk flavonoid, Contoh senyawa ini adalah epicatechin dan epigalocatechin,
senyawa ini terkandung di dalam teh yang memiliki fungsis ebagai antioksidan.
Asam sinamat, Senyawa jenis ini memliki struktur umum asam sinamat.
Salah satu contoh jenis ini adalah lignin. Lignin banyak terdapat pada tumbuhan
sebagai penyusun dinding sel. Senyawa ini berupa polimer yang memiliki struktur
kompleks dan berat molekul lebih dari 10.000 monomer pada lignin disebut
monolignols.
Saat ini Polyphenol merupakan salah satu produk anti oksidan yang sangat
kuat dan ampuh dalam menangkal radikal bebas. Senyawa ini juga memiliki
kemampuan sebagai anti Aging (Anti Penuaan Dini). Berbagai studi dan
penelitian membuktikan bahwa radikal bebas adalah penyebab utama dari
penyakit-penakit degeneratif seperti : Kanker, Kolesterol, Diabetes,Jantung
maupun Stroke.Dengan demikian, Polyphenol begitu diperlukan dalam mencegah
ataupun menanggulangi penyakit-penyakit tersebut diatas.
Journal of Cellular Biochemistry mempublikasikan bahwa polyphenol
tergolong dalam antioksidant yang memiliki kekuatan 100 kali lebih efektif dari
vitamin C dan 25kali lebih efektif dari vitamin E. Senyawa ini mampu
menetralisir radikal bebas yang menjadi penyebab kanker payudara, menurunkan
resiko kanker lambung, paru-paru, usus besar, hati dan pancreas serta membantu
menurunkan tingkat kadar gula dalam darah. Polyphenol efektif mengurangi
penumpukan kolesterol jahat (LDL) di dalam darah, karena anti oksidan mampu
mencegah oksidasi kolesterol dalam pembuluh arteri yang menyebabkan
pembekuan trombosit abnormal penyebab terjadinya serangan jantung dan stroke.
Sebuah study oleh para peneliti Amerika Serikat yang dipublikasikan
dalam American Journal of Epidemiologi menyatakan bahwa mereka yang minum
sedikitnya dua cangkir teh yang mengandung polyphenol setiap hari, ternyata 68%
lebih rendah kemungkinan terkena kanker usus.
Manfaat dan Khasiat Polifenol adalah sebagai anti oksidan yang yang
sangat kuat dalam menangkal radikal bebas. Mampu meredam perkembangan
aktifasi sel kanker hingga 50%. Untukmengobati asam urat, eksim, migrain,
demam, asma, dll. Mencegah penyakit degenaratif seperti : kanker, klesterol,
jantung maupun stroke. Mampu menurunkan kadar gula dalam plasma darah
sehingga baik diminum bagi penderitadiabetes. Memiliki kemampuan anti aging
(anti penuaan dini)
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.
Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna
daun saat musim gugur.
Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat, biasanya mengandung 10%
H2O. Struktur kimia tanin adalah kompleks dan tidak sama. Asam tanat tersusun 5
- 10 residu ester galat, sehingga galotanin sebagai salah satu senyawa turunan
tanin dikenal dengan nama asam tanat. Beberapa struktur kimia senyawa tanin
adalah sebagai berikut.
Tanin dapat ditemukan didaun, tunas, biji, akar, dan batangjaringan. Sebagai
contoh dari lokasi tanin dalam jaringan batang adalah tanin sering ditemukan di
daerah pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder dan xylem dan lapisan antara
korteks dan epidermis. Tanin dapat membantu mengatur pertumbuha njaringan
ini.
Tanin berikatan kuat dengan protein & dapat mengendapkan protein dari
larutan.Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam
industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu
mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena
kemampuannya menyambung silang protein.
Secara fisika, tanin memiliki sifat-sifat: jika dilarutkan kedalam air akan
membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat, jika dicampur dengan alkaloid dan
glatin akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal, dan dapat mengendapkan protein dari
larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi
oleh enzim protiolitik.
Senyawa phenol yang secara biologis dapat berperan sebagai khelat logam.
Proses pengkhlatan akan terjadi sesuai pola subtitusi dan pH senyawa phenolik itu
sendiri. Karena itulah tanin terhidrolisis memiliki potensial untuk menjadi
pengkhelat logam. Hasil khelat dari tanin ini memiliki keuntungan yaitu kuatnya
daya khelat dari senyawa tanin ini membuat khelat logam menjadi stabil dan aman
dalam tubuh. Tetapi jika tubuh mengkonsumsi tanin berlebih maka akan
mengalami anemia karena zat besi dalam darah akan dilkhelat oleh senyawa tanin
tersebut.
Senyawa tanin termasuk ke dalam senyawa polifenol yang artinya senyawa
yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua
berdasarkan pada sifat dan struktur kimianya, yaitu tanin yang terhidrolisis dan
tanin yang terkondensasi. Tanin terhidrolisis biasanya ditemukan dalam
konsentrasi yang lebih rendah pada tanaman bila dibandingkan dengan tanin
terkondensasi. Tanin terkondensasi terdiri dari beberapa unit flavanoid (flavan-3-
ol) dihubungkan oleh ikatan-ikatan karbon. Tanin terkondensasi banyak
ditemukan dalam berbagai jenis tanaman seperti Acacia spp, sericea Lespedeza
serta spesies padang rumput seperti Lotus spp.
Tanin terkondensasi (condensed tannins) biasanya tidak dapat dihidrolisis,
tetapi dapat terkondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan
terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari
tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari
flavonoid yang dihubungkan dengan melalui ikatan C-8 dengan C-4. Salah satu
contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang
tersusun dari epiccatechin dan catechin. Senyawa ini jika dikondensasi maka akan
menghasilkan flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil berupa
floroglusinol.
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan
membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan
menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini
adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat dengan
asam galat. Selainmembentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin
terhidrolisis yang biasa disebut Ellagitanins. Ellagitanin sederhana disebut juga
ester asam hexahydroxy diphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi
asam galic jika dilarutkan dalam air.
Tannin ialah salah satu contoh dari senyawa polifenol. Tannin tersebut
terdapat luas didalam tumbuhan berpembuluh dan juga terdapat khsus dalam
jaringan kayu pada suatu angiospermae.
Secara kimia terdapat dua jenis tannin, ialah :
1.tannin-terkondensasi atau flavolan
2.tannin terhidrolisiskan.
V. ELUEN
Eluen adalah pelarut yang dipakai dalam proses migrasi atau pergerakan
dalam membawa komponen-komponen zat sampel atau fasa yang bergerak
melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen senyawa yang akan
dipisahkan. Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang
dapat tercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi.
Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas
fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel (Johnson, 1991).
Dalam kromatografi cair komposisi pelarut atau fase gerak adalah satu
variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat keragaman yang luas dari fase
gerak yang digunakan dalam semua mode KCKT, tetapi ada beberapa sifat-sifat
yang diinginkan yang mana umumnya harus dipenuhi oleh semua fase gerak. Fase
gerak harus :
Sebagai bahan penyerap selain kertas digunakan juga zat penyerap berpori,
misalnya aluminiumoksida yang diaktifkan, asam silikat atau silika gel
kiselgur dan harsa sintetik. Bahan tersebut dapat digunakan sebagai penyerap
tunggal atau campurannya atau sebagai penyangga bahan lain. Kromatografi
kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih berguna untuk percobaan
identifikais karena cara ini khas dan mudah dilakukan untuk zat dengan
jumLah sedikit. Kromatografi gas memerlikan alat yang lebih rumit, tetapi
cara tersebut sangat berguan untuk percobaan identifikasi dan penetapan
kadar. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 523)
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan zat secara cepat
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba
rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom
kromatografi terbuka dan pemisahan didasarkan pada penyerapan pembagian
atau gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan
zat penyerap dan jenis pelarut. KLT dengan penyerap penukar ion dapat
digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada KLT
tidak tetap jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas
karena itu pada lempeng sama disamping kromatogram dari zat yang diperiksa
perlu dibuat kromatogram dari zat pembanding kimia lebih baik dengan kadar
yang berbeda-beda. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2
bercak dengan harga Rf dan ukuran yang kurang lebih sama. Ukuran dan
intensitas bercak dapat digunakan untuk memperkirakan kada. Penetapan kadar
yang lebih telitibdapat digunakan dengan cara densito metri atau dengan
mengambil bercak dengan hati-hati dari lempeng, kemudian disari dengna
pelarut yang cocok, dan ditetapkan dengan spektrofotometri.
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan zat secara cepat
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba
rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai kolom
kromatografi terbuka dan pemisahan didasarkan pada penyerapan pembagian
atau gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap pembagian atau
gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat
penyerap dan jenis pelarut. KLT dengan penyerap penukar ion dapat digunakan
untuk pemisahan senyawa polar.
Harga Rf yang diperoleh pada KLT tidak tetap jika dibandingkan dengan
yang diperoleh pada kromatografi kertas karena itu pada lempeng yang sama
disamping kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat kromatogram dari
zat pembanding kimia lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda. Perkiraan
identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran
yang lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat digunakan untuk
memperkirakan kadar.
Penetapan kadar yang lebih teliti dapat digunakan dengan cara densito metri
atau dengan mengambil bercak dengan hati-hati dari lempeng, kemudian disari
dengan pelarut yang cocok, dan ditetapkan dengan cara spektrofotometri. Pada
KLT 2 dimensi lempeng yang telah dievaluasi diputar 900 dan dievaluasi lagi
umumnya menggunakan bejana lain yang berisi pelarut lain. Alat yang
digunakan adalah lempeng kaca, baki lempeng, rak penyimpanan, zat penyerap,
alat pembuat lapisan, bejana kromatografi, sablon, pipet mikro, alat penyemprot
pereaksi, pelarut, dan lampu ultraviolet. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal
528).
Cara menggunakan KLT :
1. Potong plat sesuai ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat
selebar 1 cm. berarti jika menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan
plat selebar 3 cm.
2. Buat garis dasar (base line) dibagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung
bawah plat, dan garis akhir di bagian atas.
3. Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah disiapkan
sejajar, tepat di atas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut
tertentu. Keringkan totolan.
4. Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke dalam
chamber dan campurkan.
5. Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai
tercelup oleh eluen. Tutuplah chamber.
6. Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di sana
pemisahan akan terlihat
7. Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset keringkan dan
ukur jarak spot. Jika spot tidah kelihatan, amati pada lampu UV. Jika
masih tak terlihat, semprot dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat,
asam sulfat pekat dalam alcohol 96% atau ninhidrin.
C. BAGAN ALIR
a. Preparasi Sampel
b. Uji gelatin
Larutan IVA sebagai blanko, larutan IVB ditambah dengan sedikit larutan gelatin dan 5 ml
larutan NaCl 10%
Larutan IVC diberi beberapa tetes larutan Fecl3, amati perubahan warna
Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan putih, tetapi
setelah ditambahkan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau biru hingga
hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol.
Dibiarkan sampai
temperature kamar
2. Uji gelatin
Ditambah 5 ml
IV B
larutan NaCl 10 %
Jika pada penambahan gelatin dan NaC l tidak ada endapanputih,tetapi setelah + FeCl3terjadi
perubahan wanamenjadi hijau biru hingga hitamsenyawa polifenol
Cek dipanjang
gelombang 254nm
Cek dipanjang
gelombang 365nm
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Cetakan Pertama. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman 528.
Dinoto, A., J. Sulistyo, Y.S. Soeka, dan R. Handayani. 2000.
Glikosidapolifenoltehdanpeluangpemanfaatannyasebagaisenyawabio
aktifkosmetika. Prosiding Seminar SehariTehuntukKesehatan.