Anda di halaman 1dari 2

Press release dalam rangka Seminar Nasional TEKNOIN 2009

diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII)
didukung oleh PT. LG Innotek Indonesia

Energi Alternatif: Adakah Solusi atas Krisis Energi Nasional?

Seminar ini diharapkan menjadi wahana untuk menggali solusi terhadap krisis energi bangsa.
Untuk mengatasi permasalahan ini pemerintah telah melakukan beberapa usaha di antaranya
mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional yang yang dijadikan sebagai landasan untuk
pengembangan dan peningkatan kapasitas penyediaan energi ke depan yang disebut dengan
energi mix dengan komposisi batubara 32,7 %, Gas bumi 30.6%, minyak bumi 26.2%, PLTA
2.4%, panas bumi 3.8% dan lainnya 4.4%.

Tidak hanya itu, Pemerintah telah mengeluarkan instruksi presiden nomor 10 Tahun 2005
tentang penghematan energi. Di samping itu PLN juga membuat kebijakan tarif berdasar
Reward dan punishment, yakni bagi yang mampu menghemat listrik akan didiskon dan bagi
yang melampui yang ditetapkan akan dikenakan pembayaran yang lebih. Dalam rangka
penghematan pula PLN telah mendistribusikan lampu hemat energi dengan asumsi ketika
pelanggan menggunakan lampu yang diberikan oleh PLN maka akan menghemat energi
secara nasional yang proporsional terhadap penghematan lampu tersebut.

Walaupun berbagai macam usaha telah dilakukan, namun efek krisis energi ini masih sangat
dirasakan oleh masyarakat.

Ketergantungan kita terhadap energi dari bahan bakar fosil akan menjadi ancaman bagi kita
sendiri, antara lain: semakin menipisnya sumber-sumber minyak bumi jika tidak ditemukan
sumber minyak yang baru, meningkatnya polusi (CO2) yang dihasilkan dari penggunaan
energi dari bahan bakar fosil tersebut sehingga akan memicu efek rumah kaca.

Sebenarnya di Indonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan dalam jumlah besar.
Beberapa diantaranya bisa segera diterapkan di tanah air, seperti: bioethanol sebagai
pengganti bensin, biodiesel untuk pengganti solar, tenaga panas bumi, mikrohidro, tenaga
surya, tenaga angin, bahkan sampah/limbah pun bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Bioethanol sebagai pengganti bensin, dapat diproduksi dari tumbuh-tumbuhan seperti tebu,
singkong, ubi, dan jagung yang dapat dengan mudah dikembangkan di negara kita. Salah satu
keunggulan dari bioethanol ini adalah tingkat polusi yang lebih rendah dibandingkan dengan
bahan bakar fosil.

Biodiesel yang berasal dari minyak tanaman seperti kelapa sawit, jarak, kelapa dll, juga
dengan mudah diperoleh di indonesia. Kedua bahan energi dapat dimanfaatkan sebagai
pengganti bahan bakar fosil. Tetapi kendala yang utama adalah bagaimana membangun rantai
produksi energi tersebut mulai dari petani sebagai pelaku utama dalam penyediaan bahan
baku sampai ke distribusi energi yang dihasilkan. Ketersediaan dan keberlanjutannya jangan
sampai mengganggu produksi pertanian kita.

Sebagai negara yang terletak di daerah ring of fire, Indonesia memiliki sumber energi panas
bumi yang melimpah, tetapi saat ini baru sebagian kecil yang dimanfaatkan untuk
pembangkitan listrik.

dokumen: http://fit.uii.ac.id/
Untuk daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh jaringan listrik, maka dapat
menggunakan energi dari matahari. Solar Home System (SHS) adalah modul sel surya yang
digunakan untuk satu rumah dengan daya kecil. Untuk sementara SHS ini dapat
meningkatkan rasio elektrifikasi. Tetapi pendampingan harus selalu dilakukan agar program
ini tidak hanya sebatas gebrakan awal dan selanjutnya masyarakat tidak dapat melakukan
perawatan secara mandiri. Dari sisi ekonomi SHS termasuk mahal terutama dalam perawatan,
karena umur batere yang tidak telalu lama dan harganya yang masih tinggi.

Mikro hidro merupakan sumber energi yang menarik dan murah. Meskipun daya yang
dibangkitkan tidak terlalu besar, tetapi mikro hidro ini termasuk sumber energi yang ramah
lingkungan. Tidak terlalu besar lahan yang dibutuhkan, tetapi cukup aliran air yang memiliki
perbedaan ketinggian tertentu agar dapat membangkitkan energi listrik. Mikro hidro ini sangat
cocok untuk daerah pedesaan yang terdapat sumber aliran air dan jauh dari jangkauan jaringan
listrik.

Hampir semua sumber energi tersebut sudah diterapkan, meskipun dalam skala sangat kecil
dan belum mampu menggantikan energi dari bahan bakar fosil. Beberapa hal yang harus
dilakukan untuk mengatasi krisis energi ini antara lain:

Perlu dibangun kepedulian masyarakat akan pentingnya energi dan terbatasnya sumber
sumbernya, sehingga dalam memanfaatkan dapat dilakukan secara efisien.

Dalam jangka pendek, selain penghematan maka perlu dibangun pembangkit energi yang
lebih murah dan dengan cepat dapat segera digunakan, seperti PLTU dari batu bara ataupun
dari gas. Tetapi yang perlu diperhatikan dalam penggunaan batu bara adalah bagaimana
menurunkan tingkat emisi yang dihasilkan dari batu bara tersebut. Penerapan clean coal
technology perlu dipertimbangkan agar tidak menimbulkan emisi yang merugikan
masyarakat. Juga potensi panas bumi di Indonesia harus digali dan diberdayakan juga untuk
kontribusi energi nasional

Untuk jangka panjangnya, maka perlu diusahakan pencarian sumber sumber energi baru dan
mengintensifkan penggunaannya, termasuk dalam bidang transportasi, karena saat ini
konsumsi bahan bakar untuk transportasi sangat tinggi. Riset terkait konsep hidrogen
economy perlu digalakkan menuju konversi energi yang bebas emisi. Kepedulian masyarakat
terkait dengan penghematan listrik dan pemerintah terkait dengan kebijakan energi nasional
yang taktis dan bertanggung jawab harus segera dibangun secara bersama agar krisis energi
ini segera teratasi.

Narasumber:
Wahyudi Budi Pramono, ST., M.Eng., dan Tito Yuwono, ST., M.Sc.
Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri UII

dokumen: http://fit.uii.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai