Anda di halaman 1dari 13

Nama : Muhammad Okta Iskandar

NIM : 030543997
UPBJJ : Pangkalpinang
Jurusan : S1-Akuntansi
Tugas : Lanjutan

Pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Dalam era orde baru yang dimulai dengan tahun 1967 sampai dengan 1997. Dalam kategori
investasi asing, dari tahun ketahun mengalami kenaikan jumlah yang sangat signifikan dan
mengalami peningkatan kuantitas baik dalam jumlah investor ataupun modal yang disertakannya.

Hal yang sama juga terjadi pada investor dalam negeri, sedangakan pada masa reformasi yang
dimulai sejak tahun 1998 sampai dengan sekarang ini. Baik pada tingkatan investor asing ataupun
lokal dalam negeri mengalami penurunan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun.

Hal ini yang menjadi bahan kajian dari para ahli atas penurunan daya investor terhadap Indonesia
baik itu modal asing ataupun lokal. Pada masa orde baru kenaikan investasi dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan yang cukup signifikan dan menggembirakan untuk perkembangan
perekonomian Indonesia.

Akan tetapi, pada masa reformasi justru mengalami penurunan dari tahun ketahun. Pada era orde
baru, jumlah investasi yang diinvestasikan di Indonesia cukup tinggi. Hal ini disebabkan stabilitas
politik, ekonomi, keamanan dan pertahanan, sosial dan kemasyarakatan dalam keadaan aman dan
terkendali sehingga para investor mendapat perlindungan dan jaminan keamanan dalam berusaha
di Indonesia. Sementara itu, dalam kuantitas investasi, khususnya modal asing yang masuk ke
Indonesia, sejak era reformasi mengalami penurunan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun.

Tahun 1998 sampai dengan sekarang ini merupakan masa transisi, dari orde baru ke
masa reformasi. Pada saat sekarang ini, sering terjadi konflik. Yang pertama adalah pada tahun
1998, yaitu pada awal Presiden Suharto sebagai Presiden RI selama kurang lebih 32 tahun
berkuasa, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 sebagai awal momentum mulainya era reformasi.

Ada dua hambatan atau kendala yang dihadapi dalam menggerakkan investasi di Indonesia,
sebagaimana yang di kumpulkan oleh BKPM, yaitu persoalan internal dan eksternal.

Kendala eksternal antara lain adalah :

1. Kesulitan perusahaan mendapatkan lahan atau lokasi proyek yang sesuai.

2. Kesulitan dalam memperoleh bahan baku atau mentah yang harus diproduksi.
3. Kesulitan dana atau pembiayaan proyek.

4. Kesulitan dalam melakukan pemasaran produk.

5. Adanya perselisihan antara para pemegang saham dalam perusahaan.

Sedangkan kendala internal diantaranya, yaitu :

1. faktor lingkungan bisnis, baik nasional, regional atapun secara global yang tidak mendukung
serta kurang menariknya insentif atau fasilitas investasi yang diberkan pemerintah.

2. Adanya peraturan yang tidak konsisten dengan peraturan yang lebih tinggi, seperti
Peraturan Daerah, Keputusan Menteri, ataupun peraturan lainnya yang mendistorsi
peraturan mengenai penanaman modal.

Dalam literatur ekonomi makro, investasi asing dapat dilakukan dalam bentuk, investasi portofolio
dan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). Investasi portofolio ini dilakukan melalui
pasar modal contohnya dengan surat berharga sseperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi
langsung yang dikenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentuk investasi dengan
jalan membangun, membeli total atau dengan melakukan pembelian perusahaan.

Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing
(PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia
yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal).

Dibanding dengan investasi portofolio, Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak kelebihannya,
yaitu sifatnya permanen (jangka panjang), banyak membantu dalam alih teknologi, alih keterampilan
manajemen, dan membuka lapangan kerja baru.

Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara Indonesia mengingat terbatasnya kemampuan
pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja. Sedangkan, dalam investasi portofolio, dana yang
masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga belum tentu membuka lapangan kerja baru.

Sekalipun yang setelah mendapat dana dari pasar modal untuk memperluas usahanya atau
membuka usaha baru yang hal ini berarti membuka lapangan kerja. Tidak sedikit pula dana yang
masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga hanya untuk memperkuat struktur modal
atau mungkin malah untuk membayar utang bank. Selain itu proses ini tidak terjadi alih teknologi
atau alih keterampilan manajemen.
Di Indonesia sendiri, investasi yang banyak masuk yaitu jenis FDI (Foreign Direct Investment).

Tabel I

Realisasi Investasi Asing Langsung di Indonesia tahun 2001-2008 (juta dolar)

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Nilai 3509.4 3082.6 5445.3 4572.7 8911 5991.7 10341.4 14871.4

Pertumbuhan (%) -64.47 -12.16 76.65 -16.03 94.87 -32.76 72.6 43.81

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Dilihat dari perkembangannya investasi langsung yang masuk ke Indonesia stelah krisis yang terjadi
di pertengahan tahun 1997, menunjukkan keadaan yang fluktuatif. Di tahun 2001 nilai realisasinya
mencapai 3509,4 juta dolar menurun 64,47% dari tahun sebelumnya dan turun lagi 12,16% pada
tahun 2002 dengan nilai 3082,6 juta dolar. Tetapi pada dua tahun terakhir nilai realisasi FDI
meningkat, yaitu pada tahun 2007 meningkat 72,6% dan pada tahun 2008 meningkat 43,81%.

Kenaikan atau penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi mengandung arti proses kenaikan atau
penurunan output dalam jangka yang panjang. Pertumbuhan ekonomi akan memperlihatkan
seberapa besar kemampuan penduduk dalam suatu negara untuk menghasilkan output dan juga
dapat memperlihatkan luasnya pasar. Tahap selanjutnya dalam peningkatan pada pendapatan
nasional akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan masyarakatnya juga sehingga daya beli
masyarakat tinggi dan begitu sebaliknya.

Secara garis besar, Penanaman Modal Asing (PMA) ini terhadap pembangunan bagi negara
Indonesia ada lima, yaitu :

1. Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

2. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi
dan perdagangan.
3. Modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun perubahan
struktural.

4. Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-
benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif.

5. Bagi negara yang tidak mampu memulai membangun industri berat dan industri strategis,
adanya modal asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja, alat-
alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.

Selama ini investor domestik di Indonesia yang enggan melakukan usaha yang beresiko tinggi
seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan
baru, maka hadirnya investor asing akan sangat mendukung merintis usaha dibidang tersebut.
Adanya pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru, pemanfaatan sumber-sumber
baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan membuka kecenderungan baru yaitu meningkatkan
lapangan kerja. Inilah keuntungan sosial yang diperoleh adanya kehadiran investor asing.

Adanya transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat akan menjadi lebih terampil,
sehingga dapat meningkatkan marginal produktifitasnya, yang pada akhirnya akan meningkatkan
keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing cenderung menaikkan tingkat
produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional.

Dengan demikian, kehadiran PMA di Indonesia sangat diperlukan yaitu untuk mempercepat
pembangunan ekonomi. Modal asing akan sangat membantu dalam industrialisasi, pembangunan
modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Dan keterkaitan pertumbuhan
ekonomi dengan FDI adalah semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara akan
semakin tinggi pula tingkat penanaman modal asing langsung.

Faktor-faktor pendorong investasi.

Hal utama modal internasional baik yang bersifat investasi modal asing langsung (foreign direct
investment) maupun investasi portofolio adalah untuk mendapatkan return yang lebih tinggi daripada
di negara sendiri melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sistem perpajakkan yang
lebih menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik.

Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Iklim investasi yang kondusif.

2. Prospek pengembangan di negara penerima modal.

3. Pengaruh rasio ekspor dan impor terhadap PDB terhadap Investasi Asing Langsung.
Kenaikan atau penurunan rasio ekspor dan impor terhadap PDB akan menunjukkan tingkat
keterbukaan suatu negara. Dengan diketahui tingkat keterbukaan ekonominya, maka jika
suatu negara semakin terbuka terhadap aktivitas ekonomi dari negara lain artinya semakin
relatif terbuka/tinggi juga negara lain untuk menginvestasikan modalnya di negara kita ini
dan sebaliknya. Sehingga keterkaitan keterbukan ekonomi dengan FDI adalah semakin
tinggi tingkat keterbukaan ekonomi (rasio ekspor dan impor terhadap PDB) suatu negara
semakin tinggi pula tingkat penanaman modal asing langsung.

Oleh karena itu, perlu ditingkatkan nilai ekspor Indonesia ke pasar internasional, karena dengan
begitu value added-nya semakin meningkat dari produk-produk nasional ini selain bahwa devisa
yang dihasilkan dari sektor ekspor ini sangat dibutuhkan untuk menambah pasokan devisa dari
sisi supply yang dapat digunakan untuk menahan gejolak nilai tukar rupiah.
Sektor impor pun masih diperlukan bagi Indonesia selain untuk memenuhi kebutuhan bahan dasar
produksi dalam negeri juga transfer teknologi dan manajemen yang efektif.

4. Pengaruh Inflasi Terhadap Investasi Asing Langsung.

Kenaikan inflasi menyebabkan daya beli (purchasing power) masyarakat menurun. Jika peningkatan
harga umum ini terus menerus menyebabkan kurang menguntungkan. Penyebabnya, di samping
daya beli masyarakat terhadap barang makin menurun, inflasi juga dapat menyebabkan tingkat
resiko kegagalan usaha semakin besar, yang pada akhirnya investasi di dalam negeri menjadi
kurang menarik.

5. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Terhadap Investasi Asing Langsung.

Hal yang lebih penting terkait dengan nilai tukar ini adalah tingkat kestabilannya. Nilai tukar yang
stabil merupakan hal penting, sehingga para investor dapat menghitung secara tepat mengenai
biaya produksi yang akan terjadi selama proses produksi, dan harapan untuk mendapatkan kembali
investasi yang telah dikeluarkan beserta profit yang dihasilkan. Terutama bagi para investor yang
bertujuan melakukan ekspor dari produk yang dihasilkan tentu saja hal ini sangat penting dalam
perdagangan internasional yang dilakukan.

Dilihat dari faktor diatas, maka terlihat arus modal asing justru lebih banyak ke negara-negara yang
maju daripada ke negara berkembang seperti Indonesia.

Faktor-faktor yang masih mempengaruhi aliran modal ke negara berkembang, yaitu :

1. Tingkat perkembangan ekonomi negara penerima modal.

2. Stabilitas politik yang memadai.

3. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan investor.


4. Aliran modal cenderung mengalir ke negara maju dengan tingkat pendapatan per kapita
yang tinggi.

Selain itu juga ada keengganan masuknya investasi asing dan adanya indikasi pemindahan
investasi ke negara lain yang disebabkan karena tidak kondusifnya iklim investasi di Indonesia saat
ini.

Menurut Rahmadi Supanca, berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya tidak kondusifnya
iklim investasi, yaitu :

1. Kurang stabilnya politik dan keamanan.

2. Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan.

3. Pemahaman yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah serta


belum lengkap dan jelasnya pedoman menyangkut tata cara pelaksanaan otonomi daerah.

4. Kurangnya jaminan kepastian hukum.

5. Lemahnya penegakkan hukum.

6. Kurangnya jaminan/ perlindungan terhadap investasi.

7. Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan.

8. Masih banyaknya KKN

9. Citra buruk Indonesia sebagai negara yang bangkrut, diambang disintegrasi dan tidak
berjalannya hukum secara efektif yang semakin memerosotkan daya saing Indonesia dalam
menarik investor untuk melakukan kegiatannya di Indonesia.

10. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia.

Selain faktor diatas, iklim investasi di Indonesia bertambah tidak kondusif lagi dikarenakan stabilitas
politik dan sosial serta jaminan keamanan dan penegakkan hukum di dalam negeri yang masih
rawan. Masalah yang sangat sering dikeluhkan oleh para investor asing adalah
masalah penegakkan hukum.

Hal lain yang sering dikeluhkan oleh para investor yaitu masalah perizinan dan birokrasi yang masih
dianggap bertele-tele dan juga memakan biaya yang besar. Semenjak dikeluarkannya UU 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing hal tersebut mulai mengalami perbaikan.

Harmonisasi hukum, adalah cara untuk penyesuaian hukum tertentu, menjadi hukum yang bersifat
global yang dapat diakui dan diterima oleh berbagai negara dalam melaksanakan transaksi
perdagangan internasional dan penanaman modal asing. Harmonisasi hukum nasional dilakukan
dengan menyesuaikan peraturan perundang-undangan dengan berbagai perjanjian internasional
yang disusun oleh lembaga internasional, seperti ICC, UNCITRAL, UNCTAD, WTO tentang uniform
laws danmodal laws.

Harmonisasi hukum dalam bidang penanaman modal, berarti upaya untuk memberikan jaminan dan
kepastian hukum serta perlindungan hukum kepada para investor asing. Jaminan terhadap
perlindungan dan kepastian hukum akan menghindari penanam modal atau para investor asing dari
risiko, terutama risiko politik yang dapat membawa kerugian besar bagi penanam modal atau para
investor asing. Risiko politik dapat terjadi karena adanya ketidakpastian peraturan perundang-
undangan, perubahan drastis di bidang usaha, tekanan politik yang besar, dan faktor keamanan
dalam melakukan usahanya yang tidak optimal.

Masalah lainnya adalah daya tarik investasi di daerah, faktor kelembagaan yang menjadi daya tarik
investasi di daerah. Kelembagaan ini menyangkut pelayanan, kebijakan pemerintah derah dan
kepastian hukum untuk mengetahui daya tarik investasi kabupaten atau kota. Peraturan yang
tumpang tindih, panjangnya rantai birokrasi, pungutan liar, merupakan beban yang besar bagi
pengusaha. Dari segi peraturan yang diterbitkan pemerintah derah tak jarang tumpang tindih
dengan peraturan yang dikeluarkan pemerintahan diatasnya.

Karena itu suatu daerah yang potensi alamnya sangat melimpah sangat mungkin tidak menarik bagi
pelaku usaha atau bagi investor karena adanya berbagai kebijakan tumpang tindih tersebut. Oleh
karena itu faktor daya tarik bagi investor datang dari potensi ekonomi suatu daerah, namun faktor
kelembagaan juga harus dibenahi. Potensi sumber daya alam di berbagai daerah di Indonesia yang
tersedia masih memerlukan pemodal untuk pengelolaannya, oleh karenanya upaya yang dilakukan
adalah menarik banyak investor agar berminat menanamkan modalnya dan perlu menciptakan iklim
investasi yang kondusif.

Pada pelaksanaan penanaman modal di daerah, seringkali timbul kendala-kendala yang dikeluhkan
oleh para investor, yaitu tidak efisiennya pengurusan perizinan usaha. Investor seringkali dibebani
oleh urusan birokrasi yang berbelit-belit sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan
disertai dengan biaya tambahan yang cukup besar, oleh sebab itu pemerintah pada akhirnya perlu
untuk mengeluarkan Keppres mengingat cukup banyaknya kendala yang dihadapi oleh para
investor yang berkaitan dengan proses pengurusan izin usaha atas kegiatan investasi yang
dilakukan di daerah.

Masalah ini timbul setelah berlakunya kebijakan otonomi daerah, dimana pemerintah daerah, baik di
tingkat propinsi, kabupaten dan kota diberikan kewenangan dalam bidang penanaman modal.
Pelaksanaan otonomi daerah telah menimbulkan ekses negatif bagi kegiatan usaha dan
penanaman modal. Banyak investor asing yang mengeluh karena banyak pungutan liar yang tidak
jelas landasan hukumnya. Berbagai peraturan daerah yang tumpang tindih dengan peraturan pusat
sehingga membebani dunia usaha, di samping praktek korupsi yang hampir merata di seluruh
daerah.

Untuk membuat iklim perekonomian Indonesia yang lebih kondusif yaitu dengan sistem
perkonomian dan perdagangan yang terbuka. Dengan sistem perekonomian dan perdagangan yang
terbuka akan meningkatkan laju perdagangan dan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,
maka untuk mencapai keadaan ini diperlukan iklim yang memungkinkan, keadaan tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Arus perdagangan yang dapat berkembang dengan semakin mengurangi hambatan-


hambatan baik dalam bentuk tarif (yang memang semakin menurun) serta hambatan non
tarif yang masih cukup banyak.

2. Kebebasan arus modal baik dalam bentuk direct investment, investasi portofolio, pinjaman
komersial maupun bantuan finansial multilateral tanpa hambatan administratif, atau
hambatan lainnya yang berlebihan.

3. Kebebasan arus migrasi tenaga kerja, baik tingkat buruh maupun tingkat tenaga ahli tanpa
resistensi yang berlebihan dari pihak sindikat buruh di negara maju yang memprotes adanya
pendatang baru maupun relokasi usaha dari negara maju ke negara berkembang.

4. Kebebasan arus teknologi tanpa hambatan yang diambil oleh perusahaan pemilik teknologi
secara berlebihan ataupun hambatan yang diambil oleh pemerintah dari negara pemilik
teknologi yang menghendaki agar teknologi yang ada tidak menyebar keluar wilayah negara
yang bersangkutan.

Ada beberapa tuntutan dari negara-negara maju yang belum dapat diterima oleh negara-negara
Indonesia, yaitu :

1. Negara berkembang tidak menerapkan kebijakan yang menentukan investor asing untuk
mengekspor sebagian dari produksinya sebagai syarat memperoleh izin investasi (export
performance requirement).
2. Menerapkan kebijakan yang menentukan investor asing untuk menggunakan dari input
produksinya dari sumber dalam negeri (domestic content requirement).

Sementara itu, negara Indonesia mempunyai pandangan bahwa investasi merupakan masalah
perdagangan semata. Keputusan mengenai investasi mencakup masalah makro ekonomi, stabilitas
sosial, maupun pembangunan regional. Dengan demikian sulit diterima bahwa sebuah kebijakan
yang menyangkut masalah yang cukup luas disubordinasikan ke dalam masalah perdagangan. Bagi
negara Indonesia perundingan di bidang investasi, berarti sama dengan melayani tuntutan dan
kehendak negara maju.

Hal tersebut menunjukkan bahwa investor asing menginginkan adanya kewajiban timbal balik antar
negara penanam investasi dengan negara penerima investasi, adanya pengaturan standar sehingga
aktivitas perusahaan menjadi kondusif, adanya sikap saling menghargai kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan dan adanya keharmonisan kebijakan dibidang pajak dan insentif lainnya antara negara
penerima investasi.

Saat ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan PMA di Indonesia. Hal tersebut sangat
mengkhawatirkan pemerintah Indonesia, karena adanya penurunan keunggulan dan berdampak
negatif untuk pembangunan ekonomi di Indonesia.

Faktor-faktor tersebut, yaitu :

Beberapa faktor eksternal baik secara langsung maupun secara tidak langsung memang
mempengaruhi penurunan PMA di Indonesia. Gejala tersebut mengkhawatirkan pemerintah
Indonesia, karena adanya penurunan keunggulan komparatif khusus dan berdampak negatif
terhadap pembangunan ekonomi nasional.

Faktor secara tidak langsung adalah bahwa dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi perubahan
struktur dana internasional. Pertama, telah terjadi pengalihan dana pinjaman kepada equity. Kedua,
peningkatan penggunaan berbagai instrumen finansial tradisional maupun bentuk yang baru, yaitu
portofolio investment, debt equity swaps, bonds, structured project finance, dan lain-lain.

Selain itu juga ada faktor internalnya, yaitu :

1. Faktor lemahnya perangkat hukum dan peraturan di Indonesia.

Umumnya masalah perangkat hukum dan peraturan yang sangat lemah di Indonesia menjadi faktor
utama yang menyebabkan penurunan PMA yang masuk ke Indonesia.

2. Faktor Kualitas Sumber Daya Manusia.

Faktor sumber daya manusia dilihat baik dari kualitas maupun kuantitas sangat berperan penting
dalam pembenahan usaha bagi investor asing ketika ingin menanamkan modalnya di suatu negara.
Sumber daya manusia di Indonesia sendiri sering dibilang tenaga kerja yang murah atau tenaga
kerja yang terampil yang mudah di dapat.
3. Faktor ekonomi biaya tinggi (High Cost Economy).

Faktor ekonomi biaya tinggi mencakup banyak aspek, yaitu tingkat bunga kredit perbankan yang
tinggi, belum berkembangnya pasar modal, prosedur-prosedur yang tumpang tindih, tindakan
korupsi birokrat, fasilitas keuangan yang tidak efisien, produktivitas tenaga kerja yang rendah, dan
sebagainya.

4. Kurangnya Infrastruktur

Persoalan kurangnya infrastruktur sudah lama dibicarakan, tetapi hingga saat kasus tersebut belum
dapat terpecahkan secara tuntas. Gambaran tentang infrastruktur Indonesia yang masih suram dan
lemah, diperkirakan akan terus mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia dan juga
peningkatan PMA di masa mendatang.

Dampak yang ditimbulkan investor asing bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Investasi asing atau penanaman modal asing memang banyak menguntungkan untuk Indonesia.
Tetapi disamping itu investasi asing berdampak negatif bagi Indonesia.

Pencarian keuntungan yang sebesar-besarnya akhirnya akan melahirkan:

1. Praktik eksploitasi oleh perusahaan asing yang notabenenya berasal dari negara maju
terhadap negara host country yang merupakan negara berkembang dan terbelakang.

Eksploitasi dapat terjadi melalui pemberian upah buruh yang murah, upah sumber daya manusia
lokal lebih murah daripada dari penanam modal, pengerukan sumber daya alam yang berlimpah
yang memberikan banyak keuntungan penanam modal, padahal hal tersebut amat sangat
merugikan secara nasional, dan menciptakan ketergantungan pasar bagi masyarakat di negara host
country. Dikarenakan semua kebijakan dikelola dan ditentukan oleh penanam modal, sementara
masyarakat di negara host country hanya sebagai pemakai atau penikmat.

2. Perusahaan asing yang dikelola oleh pihak asing, maka kebijakan manajemennya sesuai
dengan operasional perusahaan asing. Kebijakan manajemen tersebut seringkali
berlawanan dengan kebijakan dalam negeri.

3. Manajemen keuangan perusahaan asing bersifat tertutup, sehingga perusahaan tidak dapat
diketahui sehat atau tidak.

4. Sumber Daya Alam yang dikelola asing dengan hak dan kewajiban sebagaimana diatur
undang-undang, sering menimbulkan dampak lingkungan dan sosial dimana perusahaan
baru tersebut akan didirikan.
5. Bagi hasil (Product Sharing) tidak sebanding dengan kerusakan yang timbul dan harus
ditanggung oleh pemerintah atau masyarakat itu sendiri. Seringkali penanam modal hanya
memikirkan keuntungan yang diperolehnya, tanpa memikirkan akibat atau kerusakan yang
ditimbulkan oleh adanya perusahaannya.

6. Perusahaan asing mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dan keuntungannya dibawa


ke negaranya, sehingga mengakibatkan kerugian dan kekecewaan bagi masyarakat atau
pemerintahan setempat.

7. Diskriminasi pendapatan antara pegawai asing dan pegawai lokal

Pada umumnya pendapatan pegawai lokal lebih murah dibandingkan dengan pegawai asing,
meskipun mereka memiliki skill yang sama.

8. Manajemen produksi sulit untuk diawasi terutama dalam perkembangannya, hal ini sebagai
akibat dari manajemen asing lebih tertutup.

9. Perusahaan asing akan menguasai pasar lokal, sehingga dikhawatirkan produk dalam
negeri tidak mampu bersaing dengan produk asing dan kehilangan pasar lokal.

10. Banyaknya perusahaan asing melakukan penggabungan atau merger, terhadap perusahaan
lokal bahkan beberapa saham BUMN telah dijual ke perusahaan asing sehingga dapat
menimbulkan monopoli harga, contoh saham yang telah dijual ke perusahaan asing adalah
PT Asuransi Jasa Indonesia, Krakatau Steel, Sarana Karya, PTB Inka, BNI Persero, PT
Dirgantara Industri. Pada saat ini tercatat sudah 85% saham BUMN yang telah di jual ke
negara asing.

11. Dengan adanya banyak perusahaan asing, berpengaruh juga terhadap perkembangan
teknologi lokal. Pada umumnya investor asing menggunakan teknologi yang lebih cepat,
praktis dan murah, untuk itu mereka membawa teknologi yang telah ada di negaranya,
dengan demikian teknologi lokal banyak yang tertinggal, hal ini mengakibatkan negara lokal
akan bergantung pada teknologi yang diterapkan oleh investor asing.

12. Keberadaan perusahaan asing akan mempengaruhi pula pada budaya bangsa lokal, sebab
mereka akan menerapkan budaya asing tersebut untuk bersosialisasi dengan masyarakat
lokal, dan pada umumnya masyarakat lokal menilai bahwa budaya asing lebih baik dan lebih
menarik daripada budaya lokal, sehingga secara perlahan budaya lokal akan tergeser
dengan budaya asing.

13. Banyak asset strategis Indonesia yang diambil perusahaan asing.


Contohnya adalah dalam sektor perkereta apian. Penanaman modal asing untuk sektor
perkeretaapian jangan sampai melebihi 49 persen supaya kemandirian negara tidak tergerus.
Pemerintah membuka investasi asing bagi sektor perkeretaapian melalui Daftar Negatif Investasi
(DNI). Pemerintah ingin memberi porsi jumbo, 95 persen, bagi investor asing. Nah saat ini banyak
kalau mayoritas modal dimiliki oleh investor asing atau perusahaan asing, kapan kita mau bisa
mandiri???.

Untuk itu pemerintah harus menyamakan batas maksimal modal asing di perkeretaapian dengan
sektor lain seperti bandara dan angkutan barang.

“Untuk hal strategis seperti itu, sebaiknya pemilik modal nasional lah yang mendapatkan
porsi yang lebih besar daripada pemilik atau para investor asing”. Jangan malah
memperbanyak atau membuka investasi, lalu semua hal mau diserahkan pada investor asing.

Harapan bagi pemerintah untuk kedepannya dalam masalah investasi asing yang masuk ke
Indonesia, hendaknya :

1. Lebih selektif untuk memilih para investor asing yang akan meninvestasikan modalnya di
Indonesia.

2. Sebaiknya sebelum menyeteujui investor asing tersebut, pemerintah hendaknya memikirkan


dampak positif dan negatifnya terhadap lingkungan, budaya, dan keuntungannya bagi
masyarakat Indonesia.

3. Menyelamatkan kekayaan alam negara Indonesia.

4. Menjadikan BUMN sebagai lokomotif dan ujung tombak bagi kebangkitan ekonomi nasional
Indonesia.

5. Meninjau kembali semua kontrak yang merugikan bagi kepentingan nasional.

6. Menghentikan penjualan asset strategis yang dimiliki bangsa Indonesia.

7. Menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup.

 Melakukan penghijauan kembali 59 juta Ha hutan yang rusak serta konservasi


aneka ragam hayati dan hutan lindung.

 Mengamankan dan merehabilitasi daerah aliran sungai.


 Mencegah dan menindak tegas pelaku pencemaran lingkungan.

 Melindungi flora dan fauna sebagai bagian dari aset bangsa.

Anda mungkin juga menyukai