Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP

PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT

Julprida Saragih *), Diana Chalil**), Siti Khadijah **)


*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl.
Prof. A. Sofyan No.3 Medan,julpridasaragih@ymail.com
**)Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara

ABSTRAK

Julprida Saragih (100304141) dengan judul skripsi “Analisis Dampak Erupsi


Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan
Simpang Empat” di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Diana
Chalil, M.Si, P.hD dan Ibu Siti Khadijah, SP, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung
terhadap produktivitas kubis dan pendapatan petani kubis di daerah penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simpang Empat yang merupakan salah satu
kecamatan penghasil utama kubis diantara kecamatan yang terkena erupsi Gunung
Sinabung, dan Desa Gajah dipilih karena merupakan salah satu desa yang telah
kembali melakukan kegiatan usahataninya.Sampel ditentukan dengan
menggunakan metode Accidental Sampling,dan besar sampel ditentukan
menggunakan metode Slovin. Data dianalisis dengan metode uji rata – rata atau t-
hitung dengan uji dua sampel yang saling bebas (Independent Sample T–Test).
Dari hasil uji diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
produktivitas kubis di daerah yang terkena dengan yang tidak terkena erupsi
Gunung Sinabung; dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dengan yang tidak terkena erupsi
Gunung Sinabung.

Kata kunci: Daerah Terkena dan Tidak Terkena, Erupsi Gunung Sinabung,
Produktivitas, Pendapatan

1
ABSTRACT

Julprida Saragih (100304141) with the title of the thesis “ The Impact Analisys
Of Mount Sinabung Eruption on Cabbage Farmers’ Income In District
Simpang Empat”, in Gajah Village, Simpang EmpatDistric, Karo Regency.
This study aims to analyze the impact of Mount Sinabung eruption on the cabbage
and on the income of cabbage farmers in the area of research. The location was
purposively chosen, in Simpang Empat District, which is one of the main cabbage
producer district that is affected by the eruption of Mount Sinabung, and Gajah
Village is chosen because it is one of the village that has recovered. Samples are
chosen with Accidental Sampling Methods, and the sample size is determined
using the Slovin Method. The data is analyzed with Compare Means Test for two
independent sample (Independent Sample T - Test). The results show that no
significant difference between the cabbage productivityin the affected and not
affected areas; and there is no significant difference between the income of
cabbages’ farmers inaffected and not affectedareas.

Keywords: Affected And Not Affected Areas, Mount Sinabung Eruption,


Productivity, Income.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kabupaten Karo sejak lama sudah dikenal sebagai daerah penghasil aneka sayuran
ekspor dan buah-buahan Agroklimat yang sesuai dan jarak yang relatif dekat
dengan sentra pemasaran domestik dan ekspor merupakan salah satu keunggulan
Kabupaten Karo dibandingkan dengan Kabupaten lain. Hal ini merupakan
peluang yang ditawarkan pasar dunia dari komoditi kubis Indonesia khususnya di
Kabupaten Karo. Menurut Dinas Koperindag Kabupaten Karo volume dan nilai
ekspor kubis sebesar 7,22% per tahun atau nilai ekspor US$493.243 per tahun
(Sinuhaji, 2013).

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung yang terdapat di Sumatera Utara,
Indonesia. Pada Agustus 2010, telah terjadi letusan Gunung Sinabung yang
menyebabkan vulkanik menyebar ke beberapa daerah dengan jarak terjauh 6 km
dari kaki gunung. Debu-debu ini menutupi seluruh tanah dan benda-benda di

2
atasnya. Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, debu
vulkanik yang dikeluarkan Gunung Sinabung saat erupsi tidak berpengaruh
terhadap tanaman para petani. Namun seteleh beberapa tahun dapat menyuburkan
tanah. Tiga tahun silam, erupsi gunung tersebut sangat mengganggu proses
pembuahan tanaman Solanase seperti kentang, kubis, tomat dan cabai. Akan tetapi
produksinya tidak berkurang, hanya kualitasnya saja yang menurun (Yonavilbia,
2013).
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis di Kecamatan
Simpang Empat Tahun 2008 – 2012
No Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 2008 1818 68792 37,8
2 2009 1818 68792 37,8
3 2010 1818 68792 37,8
4 2011 415 13976 33,68
5 2012 307 9098 29,64
Sumber : Badan Pusat Statistik Karo, 2014.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa produktivitas kubis di Kecamatan Simpang Empat


Kabupaten Karo sebelum Gunung Sinabung meletus (tahun 2008 – 2010) adalah
konstan yaitu 37,8 ton/ha. Namun mengalami penurunan setelah Gunung
Sinabung Meletus (tahun 2011 – 2012) yaitu sebesar 4,12 ton/ha pada tahun 2011
dan kembali turun sebesar 4,04 ton/ha pada tahun 2012.

Untuk mengetahui apakah debu vulkanik yang menyuburkan tanah di sekitarnya


akibat erupsi Gunung Sinabung mempengaruhi produktivitas dan pendapatan
petani di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, perlu dilakukan analisis
dampak erupsi Gunung Sinabung tersebut.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana dampak erupsi
Gunung Sinabung terhadap produktivitas kubis dan pendapatan petani kubis.

3
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas kubis
di daerah penelitian dan untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung
terhadap pendapatan petani kubis di daerah penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA

Dampak Erupsi
Gunung Sinabung adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo,
Sumatera Utara, Indonesia. Gunung Sinabung yang meletus pada tahun 2010 dan
terus berlanjut erupsi hingga tahun 2013 berdampak terhadap kehidupan manusia.
Dalam suatu letusan gunung berapi beberapa material akan keluar dari kepun dan
gunung berapi, dan memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap lingkungan
hidup. Dalam jangka pendek, abu vulkanik memiliki dampak yang buruk bagi
lingkungan hidup. Namun dalam jangka panjang, abu vulkanik memiliki manfaat
untuk kehidupan manusia khususnya di bidang pertanian. Terdapat empat buah
mineral utama yang terkandung di dalam abu vulkanik, diantaranya: Besi (Fe),
Aluminium (Al), Magnesium (Mg), Silika (Si). Keempat mineral tersebut
merupakan zat hara yang dapat membantu menyuburkan tanaman (Hermawati,
2010).

LANDASAN TEORI

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat


produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi
menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi
yang dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi
seperti tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan
teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2005).

4
Pendapatan petani adalah selisih antara total penerimaan (TR) dengan semua
biaya (TC). Penerimaan usahatani (TR) adalah perkalian antara produksi yang
diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan
menjadi dua yaitu biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap (FC)
adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya
yang besar kecilnya dipengaruhi oleh faktor produksi yang digunakan, contohnya
biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC)
dengan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian


Lokasi penelitian ditentukan secara purposivedi Kecamatan Simpang Empat,
karena merupakan salah satu penghasil utama kubis di antara kecamatan yang
terkena erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Adapun desa yang dipilih
adalah Desa Gajah, karena berdasarkan pra survey desa tersebut merupakan salah
satu daerah yang sudah kembali melakukan kegiatan usahataninya. Desa Gajah
dipilih sebagai daerah yang terkena erupsi Gunung Sinabung. Karena data
usahatani sebelum dan sesudah erupsi di Desa Gajah tidak diketahui, maka
sebagai pembanding Desa Gundaling II, Kecamatan Berastagi dipilih sebagai
daerah yang tidak terkena erupsi gunung Sinabung. Dimana Desa Gundaling II
menggambarkan Desa Gajah sebelum terkena erupsi.

Metode Penentuan Sampel


Populasi petani kubis di desa Gajah berjumlah 65 petani. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini ditentukan menggunakan metode Slovin. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 40 petani.
Informasi tersebut diperoleh dari kepala Desa Gajah pada saat peneliti melakukan
pra survey. Desa Gajah dipilih sebagai daerah yang terkena erupsi Gunung
Sinabung. Sebagai pembanding daerah yang dipilih sebagai daerah yang tidak
terkena erupsi adalah Desa Gundaling II, Kecamatan Berastagi, dan jumlah
sampel yang digunakan sebanyak 40 petani. Metode yang digunakan dalam

5
penentuan sampel adalah metode accidental sampling yaitu metode pengambilan
sampel dengan memilih responden secara spontan/kebetulan atau siapapun yang
dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber data.

Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden
di daerah penelitian, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga/ instansi
yang terkait, literatur, buku dan media lain yang sesuai dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan Uji t dengan bantuan
SPSS. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan rata – rata dua sampel yang
saling bebas (Independent Sample T–Test), dan uji yang digunakan adalah Tes
Dua Sampel Kolmogorof – Smirnov. Adapun rumusnya adalah

D = maksimum {(Sn1 (X) – Sn2 (X)}

Untuk suatu test satu sisi, dan rumus:

D = maksimum |Sn1 (X) – Sn2 (X)|

Untuk suatu tes dua sisi. (Siegel, 1986).

Dimana, Sn1 = fungsi jenjang kumulatif observasi di Desa Gajah


Sn2 = fungsi jenjang kumulatif observasi di Desa Gundaling II

Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:


Jika nilai signifikansi >α ; H0 diterima, H1 ditolak, (α = 0,05).
Jika nilai signifikansi <α; H0 ditolak, H1 diterima, (α = 0,05).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:


H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas kubis dan
pendapatan petani di daerah yang terkena dengan daerah yang tidak
terkena erupsi Gunung Sinabung.

6
H1 =Terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas kubis dan
pendapatan petani di daerah yang terkena dengan daerah yang tidak
terkena erupsi Gunung Sinabung.

Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih petani
yaitu selisih antara total penerimaan terhadap total biaya yang dikeluarkan oleh
petani selama 1 musim tanam (Rp/ha/musim tanam). Total penerimaan adalah
total hasil yang diterima petani dari penjualan kubis yaitu jumlah produksi
dikalikan dengan harga jual kubis selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim
tanam).Total biaya produksi adalah seluruh total pengeluaran petani yang
dikeluarkan petani untuk usahataninya selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim
tanam). Total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah
biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya relatif tetap selama masa produktif.
Petani harus tetap membayarnya, berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan
usahataninya.
Analisis biaya produksi dihitung dengan rumus:

TC = FC + VC

Keterangan:
TC = Total Cost/ Total biaya (Rp/ha/musim tanam)
FC = Fixed Cost/ Biaya tetap (Rp/ha/musim tanam)
VC = Variable Cost/ Biaya variabel (Rp/ha/musim tanam).
Sedangkan total penerimaan dihitung dengan rumus:

TR = Y . Py

Keterangan:
TR = Penerimaan usahatani (Rp/ha/musim tanam)
Y = Jumlah Produksi (Kg/ha/musim tanam)
Py = Harga y (Rp/Kg).
Perhitungan pendapatan dilakukan dengan menggunakan analisis total
pendapatan. Pendapatan dihitung dengan rumus:

I = TR − TC

7
Keterangan:
I = Income (pendapatan bersih usahatani) (Rp/ha/musim tanam)
TR = Total Revenue (penerimaan usahatani) (Rp/ha/musim tanam)
TC = Total Cost (total biaya) (Rp/ha/musim tanam).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas Kubis di Daerah yang Terkena dan Daerah yang Tidak


Terkena Erupsi Gunung Sinabung
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata produktivitas pada daerah yang
tidak terkena erupsi adalah sebesar 26.640,48 kg per hektar per musim tanam,
sementara didaerah yang terkena erupsi adalah sebesar 25.825,29 kg per hektar
per musim tanam. Hal ini dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Rata – Rata Luas Lahan, Rata – Rata Produksi dan Produktivitas
Kubis di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Erupsi Gunung
Sinabung Tahun 2015
Erupsi Rata – Rata Rata – Rata Produksi Produktivitas
Luas Lahan (Kg/MT) (Kg/Ha/MT)
(Ha/MT)
Tidak Terkena 0,645 17.800 26.640,48
Terkena 0,7325 18.925 25.825,29
Selisih 0,0875 1.125 715
Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)
Tabel 2 memperlihatkan bahwa selisih produktivitas kubis di daerah yang terkena
erupsi Gunung Sinabung (Desa Gajah) dengan produktivitas di daerah yang tidak
terkena erupsi Gunung Sinabung (Desa Gundaling II) adalah sebesar 715
kg/ha/musim tanam. Produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena erupsi lebih
tinggi dibandingkan dengan produktivitas kubis di daerah yang terkena erupsi
Gunung Sinabung. Perbedaan produktivitas tersebut disebabkan oleh perbedaan
rata – rata produksi dan input produksi yang digunakan petani kubis di daerah
penelitian. Adapun perbedaan input produksi yang digunakan meliputi perbedaan
jumlah bibit, pupuk dan pestisida.

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas


kubis di daerah yang terkena dan tidak terkena erupsi Gunung Sinabung,

8
dilakukan uji beda rata – rata dua sampel yang saling bebas (Independent Sample
T–Test)). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3.Tabel Test StatisticsUji Beda Rata-Rata Produktivitas Kubis di
Daerah Terkena dan Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung
Produktivitas
Kubis
Most Extreme Differences Absolute ,250
Positive ,100
Negative -,250
Kolmogorov-Smirnov Z 1,118
Asymp. Sig. (2-tailed) ,164
a Grouping Variable: dampak erupsi Gunung Sinabung
Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)
Tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa hasil analisis uji beda rata – rata
produktivitas kubis di daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena dampak
erupsi Gunung Sinabung diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,164. Dengan α
0,05 maka diambil kesimpulan bahwa H0 diterima. Artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara produktivitas kubis di daerah yang terkena
erupsi dengan produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung
Sinabung.

Pendapatan Petani Kubis Di Daerah Terkena Dan Daerah Tidak Terkena


Erupsi Gunung Sinabung
Dalam penelitian ini, biaya tetap meliputi biaya penyusutan dari peralatan yang
dugunakan oleh petani dan biaya PBB. Sedangkan biaya variabel adalah biaya
yang besarnya tergantung pada jumlah produksi. Umumnya biaya variabel
meliputi biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi (saprodi).

Rincian dari penerimaan, biaya produksi dan pendapatan petani kubis di daerah
yang terkena erupsi dan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung
Sinabungdapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

9
Tabel 4 Total Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Petani Kubis di
Daerah yang Terkena dan di Daerah yang Tidak Terkena Erupsi
Gunung Sinabung Tahun 2015
Keterangan Daerah Terkena Daerah Tidak Terkena
Erupsi Erupsi
Rata-Rata Rata-Rata
(Rp/Ha/MT) (Rp/Ha/MT)
Penerimaan 19.368.967 20.779.574
Biaya Tetap
1. Biaya PBB 21.667 21.667
2. Biaya Penyusutan 29.884 25.071
Biaya Variabel
1. Biaya Tenaga Kerja 3.793.463 2.997.200
2. Biaya Saprodi 6.735.229 6.343.604
Total Biaya 10.581.353 9.387.542
Pendapatan 9.138.974 9.338.232
Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah).

Tabel 4 di atas memperlihatkan bahwa rata – rata pendapatan petani di daerah


yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung lebih tinggi daripada rata – rata
pendapatan petani di daerah yang terkena erupsi Gunung Sinabung. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan oleh petani kubis di daerah
yang terkena dengan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung.

Perbedaan rata – rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani adalah
sebesar Rp 796.263,- per hektar per musim tanam.Biaya tenaga kerja yang
digunakan oleh petani di daerah yang terkena lebih tinggi daripada di daerah yang
tidak terkena. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan oleh petani terhadap usahataninya, dimana di daerah yang terkena
erupsi petani melakukan kegiatan penyiraman, sedangkan di daerah tidak terkena
tidak melakukan penyiraman. Perbedaan biaya tenaga kerja dapat dilihat lebih
rinci pada Tabel 5 berikut ini:

10
Tabel 5 Rata – Rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar di Daerah
Terkena dan Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung Tahun
2015
No Tenaga Kerja Daerah Terkena Daerah Tidak Terkena
Erupsi Erupsi
(Rp/Ha/MT) (Rp/Ha/MT)
1 Pengolahan Tanah 1.055.089 891.449
2 Penanaman 784.877 471.393
3 Pemupukan 720.078 477.195
4 Penyemprotan 987.268 1.176.063
5 Penyiraman 246.150 -
Total 3.793.463 2.997.200
Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah).

Rata – rata pendapatan yang diperoleh petani kubis di daerah yang terkena erupsi
Gunung Sinabung (Desa Gajah) adalah sebesar Rp 9.138.974,-/ha/MT. Dimana
rata – rata luas lahan adalah sebesar 0,73 ha/petani. Artinya rata – rata pendapatan
per petani adalah sebesar Rp 6.309.505,-/MT atau Rp 1.577.376,-/petani/bulan.
Pendapatan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung(Desa
Gundaling II) adalah sebesarsebesar Rp 9.338.232,-/ha/MT. Dimana rata – rata
luas lahan adalah sebesar 0,65 ha/petani. Artinya rata – rata pendapatan per petani
adalah sebesar Rp 6.069.850,- /MT atau Rp 1.517.462,-/petani/bulan. Pendapatan
petani di daerah ini dapat dikatakan rendah, karena jika dibandingkan dengan
standart Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Karo pada tahun 2015
yaitu sebesar Rp 1.996.000,-.

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan


petani kubis di daerah yang terkena dan tidak terkena erupsi Gunung Sinabung,
dilakukan Uji Beda Rata – Rata dua sampel yang saling bebas (Independent
Sample T–Test). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:

11
Tabel 6Tabel Test Statistics Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Petani Kubis di
Daerah Terkena dan Daerah Tidak Terkena Erupsi Gunung
Sinabung.
Pendapatan
Petani
Most Extreme Differences Absolute ,150
Positive ,125
Negative -,150
Kolmogorov-Smirnov Z ,671
Asymp. Sig. (2-tailed) ,759
a Grouping Variable: erupsi Gunung Sinabung
Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah).

Tabel 6 di atas memperlihatkan bahwa hasil analisis Uji Beda Rata – Rata
pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena
erupsi Gunung Sinabung diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,759. Dengan α 0,05
maka diambil kesimpulan bahwa H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dengan
pendapatan petani kubis di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara produktivitas kubis di daerah yang terkena dengan
produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di
daerah penelitian dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan
petani kubis di daerah yang terkena dengan pendapatan di daerah yang tidak
terkena erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian. Dengan demikian petani
kubis di daerah penelitian agar dapat tetap meneruskan usahataninya, karena tidak
terdapat perbedaan produktivitas kubis dan pendapatan petani di daerah yang
terkena dengan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung.

12
Saran
Diharapkan kepada pemerintah agar tetap mempertahankan kebijakan untuk tidak
memindahkan atau merelokasi petani terutama petani kubis di Desa Gajah ke
daerah yang lain, karena petani masih tetap dapat melakukan kegiatan
usahataninya. Namun pemerintah perlu memperhatikan petani di Desa Gajah
dengan mengalokasikan bantuan agar usahatani kubis di daerah ini tidak terhenti.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2014. Kecamatan Simpang Empat Dalam Angka 2013.
BPS. Karo

Hermawati, Nofia.dkk. 2010. Aplikasi Teknologi Nuklir untuk Penentuan


Kandungan Unsur Abu Vulkanik Gunung Merapi Pasca Erupsi 2010
dengan Metode Analisis Aktivitas Neutron Cepat. Yogyakarta

Siegel, S. 1986. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Gramedia.


Jakarta

Sinuhaji, N. 2013. Analisis Harga Domestik dan Harga Ekspor Kubis di


Singapura Terhadap Ekspor Kubis (Brassica O.Capitata) Dari Kabupaten
Karo. Jurnal. Volume: III. No.01. Hal: 14

Soekartawi.2002. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada.


Jakarta

Soetarno, H. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada


University Press bekerja sama dengan Prosea Indonesia dan Balai
Penelitian Hortikultura Lembang.

Sugiyono, 2010. MetodePenelitian Sosial. Alfabeta. Bandung.

Sukirno, S. 2005. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Rajagrafindo


Persada. Jakarta.

Yonavilbia, E. 2013. “Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemkab Karo Jamin Debu
Vulkanik Erupsi Sinabung Tak Pengaruhi Tanaman”. Medan Bagus. 20
September 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai