Latar Belakang
Pada pengolahan bahan pangan yang sering kita jumpai setiap hari yaitu
semakin sedikit dan juga mikroba serta enzim pada bahan menjadi inaktif.
Berkurangnya kadar air dalam bahan pangan akn memperpanjang daya simpan
produk namun tidak semua bahan pangan dapat bertahan lama dengan cara
melakukan penggorengan.
massa, dimana minyak menjadi media penghantar panas. Minyak goreng berasal
drai lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan. Minyak goreng digunakan
dan nilai kaloridalam bahan pangan. Hasil dari penggorengan adalah bahan
pangan yang matang, renyah dan minyak goreng sisa proses. Minyak goreng yang
dan bahan pangan. Oleh karena itu, praktikan akan melakukan praktikum
sampai bahan matang, suhu rata-rata minyak goreng dan produk yang meliputi
penggorengan pada suhu permukaan dan tengah produk, Estimasi kehilangan air
dan serapan lemak selama proses penggorengan, Studi perubahan fisik dan tekstur
dan kualitas sensori produk penggorengan. Manfaat dari praktikum ini adalah agar
dapat mengetahui dan mengevaluasi pengaruh suhu dan lama penggorengan pada
suhu permukaan tengah produk, serta melihat perbedaan yang terjadi pada bahan
atau makanan yang digunakan, beberapa jenis makanan yang mudah rusak dengan
panas maka harus dilakukan penggorengan dalam waktu yang singkat, seperti
minyak yang digunakan sudah dipanaskan terlebih dahulu atau belum. Selain itu
oksidasi dan hidrolisis. Makin tinggi suhu penggorengan maka makin cepat
penggorengan bahan pangan. Jumlah minyak yang terserap dalam bahan pangan
dipengaruhi oleh lama waktu dan suhu penggorengan. Semakin lama waktu maka
minyak yang terserap semakin tinggi, semakin tinggi suhu penggorengan maka
bahan pangan lebih cepat matang. Semakin lama penggorengan dan waktu, maka
penguapan air semakin tinggi sehingga minyak yang terserap semakin tinggi dan
mengisi ruang kosong pada bahan pangan. Minyak yang terserap dalam bahan
pangan akan melunakkan dan membasahi bahan pangan yang digoreng sehingga
Metode penggorengan, untuk deep fat frying yang lebih cepat merata
panasnya maka akan butuh waktu yang lebih singkat daripada shallow contact
frying.
Ukuran bahan, kelembapan dan karakteristik permukaan bahan, semakin
besar ukuran bahan (tebal) yang digoreng maka semakin lama waktu
ulang dan pada suhu tinggi, akan menghasilkan senyawa polimer yang berbentuk
yang menjadi bagian dari bahan pangan hasil penggorengan yaitu 10-40%
tergantung jenis bahan yang digoreng (Block dalam Matz, 1984). Pada
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 21 Maret 2018 pada pukul
Pertanian,Universitas Papua.
Thermometer Infra merah, Deep-Fat Fryer,Wadah (piring plastic dan loyang) dan
pisau ,sedangkan bahan yang digunakan adalah Kentang segar, Minyak goreng.
Prosedur Kerja
1900 c
Masukkan Thermocouple
kedlm titik tengah bahan
2000 c
Pada praktikum ini variabel yang diamati adalah perubahan suhu pada titik
dengan menggoreng sampel kentang kita mendapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 1.
Pembahasan
cepat dan praktis dengan menggunakan media minyak ayng dipanaskan (Rosell,
2001). Pada percobaan kali ini pengujian yang dilakukan adalah pengujian
terhadap warna, tekstur dan waktu penggorengan. Pengujian pada warna produk
180 oC dalam waktu 0s, 60s, 120s, 180s, hasil dari pengamatan warna bahan yang
digoreng cukup cerah pada waktu 0s – 180s, warna yang didapatkan adalah
kuning kecoklatan. Hal ini dikarenakan awal penggorengan sehingga masih belum
terjadi degradasi minyak dan terbentuknya bahan yang larut dalam minyak.
Pada pengujian kedua pada suhu 190 oC dalam waktu 0s, 60s, 120s, 180s,
hasil dari pengamatan warna bahan yang digoreng terjadi peningkatan warna
dimana warna yang dihasilkan lebih baik dibandingkan sampel pertama. Hal ini
terjadi karena proses penggorengan yang lebih singkat dan suhu penggorengan
Pada pengujian yang ketiga pada suhu 200 oC hasil yang didapatkan produk
berwarna coklat menuju gosong yaitu cokelat kemerahan. Hal ini terjadi karen
suhu pemanasan yang tinggi sehingga terjadi reaksi Maillard pada produk.
Dari data diatas tidak sesuai dengan literatur yang menujukkan bahwa
dengan tingkat warna yang semakin jelek/ berwarna gelap. Hal ini dikarenakan
minyak goreng telah mengandung bahan yang larut dalam minyak sehingga warna
produk yang dihasilkan kurang baik. Timbulnya warna pada permukaan bahan
merupakan hasil reaksi Millard (browning non enzimatis) yang terdiri dari
Kesimpulan
Pengaruh suhu serta lama penggorengan pada suhu permukaan dan tengah
bahan menjadi berbeda setiap suhunya seperti semakin tinggi suhu penggorengan
serta semakin lama waktu penggorengan maka bahan pun mengalami perubahan
warna dan tekstur. Perubahan fisik bahan mulai dari warna bahan yang mulanya
diperpanjang begitu pula dengan tekstur bahan yang awalnya bertekstur keras
Rossell, J.B. 2001. Frying: Improving Quality. Cambridge: Woodhead Pub. Ltd