ESTERIFIKASI
REKAYASA PROSES
Disusun Oleh :
Kelompok 1
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur dan Titik Didih Beberapa Senyawa Alkil Alkanoat ............... 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian esterifikasi.
2. Untuk mengetahui reaksi esterifikasi.
3. Untuk mengetahui kegunaan esterifikasi.
1.3 Manfaat
1. Dapat memahami materi esterifikasi.
2. Dapat mengetahui contoh pengaplikasian esterifikasi.
1
BAB II
ISI
2.1 Ester
Dalam ilmu kimia, ester adalah campuran organik dengan simbol R’ yang
menggantikan suatu atom hidrogen atau lebih. Ester juga dibentuk dengan asam yang
tidak tersusun teratur; sebagai contoh, dimetil sulfat yang juga disebut “asam
belerang, dimethyl ester” (Anonim, 2006).
Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH dengan
gugus OR (R adalah gugus alkil atau aril). Ester merupakan turunan dari asam
karboksilat yang diperoleh dengan cara mereaksikan asam karboksilat dengan alcohol
atau phenol (Nurul, 2012).
Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol dan asam
karboksilat. Reaksi hidrolisis tersebut merupakan kebalikan dari pengesteran. Disini
senyawa karbon mengikat gugus fungsi –COOR adalah alkilalkanoat. Ester
diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat. Untuk ester turunan dari asam
karboksilat paling sederhana, nama-nama tradisional digunakan, sepertiformate,
asetat, dan propionate (Arianti, 2013). Kegunaan Ester yaitu :
1. Sebagai pelarut, butil asetat (pelarut dalam industri cat).
2. Sebagai zat wangi dan untuk esterifikasi fenol sintesis aspirin
3. Berperan pada saat pembuatan biodiesel
2
Tabel 2.1 Struktur dan Titik Didih beberapa senyawa Alkil alkanoat
Nama Trivial Struktur Titik Didih (C)
Metil metanoat HCO2CH3 31,6
Metil asesat CH3CO2CH3 57,5
Etil asetat CH3CO2CH2CH3 77
Propil asetat CH3CO2CH2CH2CH3 102
Etil butirat CH3(CH2)2CO2CH2CH3 121
Isoamil asetat CH3CO2(CH2)2CH(CH3)2 142
Isobutyl CH3CH2CO2CH2CH(CH3)2 137
propionat
3
Tabel 2.2 Tata Nama Pada Ester
Nama Trivial Nama Trivial
No Rumus Struktur
Ester As. Karboksilat
1 H-CO-O-CH3 Metil formiat Asam formiat
2 CH3-CO-O-CH3 Metil asetat Asam asetat
3 CH3-CH2-CO-O-CH2-CH3 Etil propionat Asam propionat
4 CH3-(CH2)2-CO-O-CH3 Metal butirat Asam butirat
5 CH3-(CH2)3-CO-O-CH2-CH3 Etil valerat Asam valerat
B. Nama IUPAC
Bagian dari gugus ester yang mengandung gugus karbonil berasal dari
asam karboksilat, sedangkan gugusan yang terikat pada oksigen berasal dari
alkohol atau fenol. Ester yang lebih kompleks menggunakan tata nama IUPAC,
yaitu dengan nama alkil alkanoat. Alkil berasal dari gugus alcohol dan alkanoat
berasal dari gugus karboksilat.
Rantai induk ester adalah rantai terpanjang yang mengandung gugus ester
(-COOR’). Rantai alkil atau gugus lain yang terikat pada rantai induk dinamakan
rantai cabang. Penomoran rantai induk dimulai dari salah satu ujung sedemikian
sehingga atom C pada gugus ester mendapatkan nomor terkecil, diberi akhiran -
OAT, dari nama rantai hidrokarbonnya.
2.4 Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester
asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2R dengan R
dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik
(Fessenden, 1981).
Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol
menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga sering disebut
esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR
dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi
4
esterifikasi berkatalis asam. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat balik
(reversible). Reaksi esterifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
5
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya reversible maka salah satu pereaktan harus dibuat berlebih
agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan.
3. Pencampuran
Dengan adanya pengadukan saat pencampuran maka molekul-molekul pereaktan
dapat mengalami tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat berjalan lebih
optimal.
4. Katalis
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalis agar berjalan lebih
cepat.
6
Proses esterifikasi secara umum harus diketahui untuk dapat mendorong
konversi sebesar mungkin. Secara umum ada tiga golongan proses, dan penggolongan
ini bergantung kepada volatilitas ester, yaitu :
1. Golongan 1
Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metil format, metil asetat, dan
etil format, titik didih ester lebih rendah daripada alkohol, oleh karena itu ester
segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat dengan
metode distilasi Bachaus merupakan sebuah contoh dari golongan ini. Metanol
dan asam asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi dan ester segera dipisahkan
sebagai campuran uap dengan metanol dari bagian atas kolom. Air terakumulasi
di dasar tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alkohol dipisahkan lebih lanjut
dalam kolom distilasi yang kedua.
2. Golongan 2
Ester dengan kemampuan menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara
menghilangkan air yang terbentuk secara distilasi. Dalam beberapa hal, campuran
terner dari alkohol, air dan ester dapat terbentuk. Kelompok ini layak untuk
dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat, semua bagian ester dipindahkan
sebagai campuran uap dengan alkohol dan sebagian air, sedangkan sisa air akan
terakumulasi dalam sistem. Dengan butil asetat, semua bagian air dipindahkan ke
bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alkohol, sedangkan sisa ester
terakumulasi dalam sistem.
3. Golongan 3
Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa kemungkinan timbul.
Dalam hal butil dan amil alkohol, air dipisahkan sebagai campuran biner dengan
alkohol. Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil ftalat.
Untuk menghasilkan ester dari alkohol yang lebih pendek (metil, etil, propil)
dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti benzena dan toluena untuk
memperbesar air yang terdistilasi. Dengan alkohol bertitik didih tinggi (benzil,
furfuril, b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk menghilangkan
kandungan air dari campuran.
7
2.7 Mekanisme Reaksi Esterifikasi
Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi asam karboksilat
berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil
diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air akan
menghasilkan ester yang dimaksud. Mekanisme reaksi esterifikasi dapat dilihat pada
Gambar 2.4.
8
alkohol dengan suatu anhidrida asam atau klorida asam, yang lebih reaktif daripada
asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak dapat balik.
Ester fenil umumnya tidak dibuat dengan secara langsung dari fenol dan asam
karboksilat karena kesetimbangan cenderung bergeser ke sisi pereaksi daripada
produk. Ester fenil dapat diperoleh dengan menggunakan derivat asam yang lebih
reaktif.
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara
merefluks sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam.
Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis
seperti skandium (III) triflat.
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap
alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan
anhidrida asam (ekonomi atom yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap
kelembapan). Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan
kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam
karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan
melalui distilasi Dean-Stark atau penggunaan saringan molekul.
Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah:
1. Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga
meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon karbonil.
2. Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol, yang
bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan
kompleks teraktivasi.
4. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan
molekul air menghasilkan ester.
9
Gambar 2.5 Contoh Reaksi Esterifikasi
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3.
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini
berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat
EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat
diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap),
tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan
hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya
proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom
elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air
hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya
meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil
dalam air yang mengandung basa atau asam.
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam
asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat menghambat
hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer.
Pembuatan etil asetat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Esterifikasi fischer: merefluks asam dengan alkohol yang berlebihan dalam
suasana asam.
2. Mereaksikan garam perak karboksilat dengan alkil halide.
3. Reaksi asam dengan sintesis Williamson dari ester berlangsung melalui
pertukaran atom unsur dua molekul yang meliputi pelepasan Oag dan reaksi itu
pada wujudnya tidak dihalangi oleh adanya gugus alkil yang
bercabang. Kelemahan cara ini adalah panjangnya prosedur dan mahalnya biaya.
10
Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol, maka
reaksi yang terjadi cukup progresif (bahkan berlangsung hebat) pada suhu
kamar menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari asap hidrogen klorida
yang asam dan beruap.
Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol klorida kedalam etanol, maka
akan terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil
etanoat.
2. Pembuatan ester dari alkohol dan anhidrida asam
Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding
reaksi-reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi
yang terbentuk perlu dipanaskan.
Contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat sebagai sebuah reaksi
sederhana yang melibatkan sebuah alkohol.
Reaksi berlangsung lambat pada suhu kamar (atau lebih cepat pada
pemanasan). Tidak ada perubahan yang bisa diamati pada cairan yang tidak
berwarna, tetapi sebuah campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk.
3. Pembuatan ester dari asam karboksilat dan alkohol
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol
dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat.
Terkadang juga digunakan gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis
ini cenderung melibatkan ester-ester aromatic (yakni ester yang mengandung
sebuah cincin benzen).
11
atau asam sulfat encer. Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis
menggunakan sebuah katalis asam: Hidrolis Etil Etanoat (Gambar 2.6) dan
Hidrolisis Metil Propanoat (Gambar 2.7)
12
berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer ke dalam larutan
yang tersisa setelah distilasi pertama.
4. Hidrolisis ester-ester kompleks untuk membuat sabun
Pembahasan ini berkaitan dengan hidrolisis basa (dengan
menggunakan larutan natrium hidroksida) ester-ester besar yang ditemukan
dalam lemak dan minyak hewani dan nabati. Terbentuk asam karboksilat kali
ini, garam natrium dari sebuah asam besar seperti asam oktadekanoat (asam
stearat). Garam-garam ini merupakan komponen sabun yang penting, yaitu
komponen yang melakukan pembersihan. Juga terbentuk alkohol - kali ini,
alkohol yang lebih rumit, propan-1,2,3-triol (gliserol).Karena hubungannya
dengan pembuatan sabun, hidrolisis ester dengan basa terkadang disebut
sebagai saponifikasi.
5. Reaksi ester dengan pereaksi Grinard
Ester bereaksi dengan dua ekuivalen pereaksi grinard menghasilkan
alkohol tersier. Reaksi berlangsung melalui serangan nukleofil pada gugus
karbonil ester. Hasil awalnya, keton, bereaksi lebih lanjut menghasilkan
alcohol tersier. Metode ini digunakan dalam pembuatan alcohol tersier dimana
paling sedikit dua dari 3 gugus alkil yang melekat pada atom karbon adalah
identik.
6. Reduksi Ester
Ester dapat direduksi dengan litium hidrida menjadi alcohol
O LiAlH4
R C OR’ RCH2OH + R‘OH
(ester) (alkohol primer)
13
RINGKASAN
14
GLOSARIUM
Katalis : Suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu tanpa mengubah reaksi itu sendiri.
Etil asetat : Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis.
15
EVALUASI
16
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold (alih bahasa oleh Dr. Suminar Acmadi Ph.D). 1983. Kimia Organik, Suatu
Keenaan,C.W, D,C Kleinfelter dan J.H Wood. 1980. General College Chemestry. New
http://www.suryadi.webege.com/web_documents/_presentasi-ayndri.pdf.
[Online]. Diakses Maret 2017.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/sifat_senyawa organik /alkohol1/
reaksi_pengesteran _esterifikasi/ [Online]. Diakses Maret 2017.
http://Students.chem.itb.ac.id/organic/kimia%20karbon.pdf [Online]. Diakses Maret
2017.
17