Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-

EXPLAIN (POE) BERBANTUAN MATERI BERMUATAN


KEARIFAN LOKAL TERHADAP HASIL BELAJAR
IPA SISWA KELAS IV

N. Pt. Evi Yupani1, N. Nyn. Garminah2, L. Pt. Putrini Mahadewi3


1,2
Jurusan PGSD, 3Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: eviyupani@yahoo.com1, garninyoman@yahoo.co.id2,


mahadewi@undiksha.ac.id3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa
yang belajar dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) berbantuan materi
bermuatan kearifan lokal dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IV di Gugus III Kecamatan Jembrana tahun pelajaran
2012/2013. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan non-
equivalen post-test only control group design. Populasi penelitian berjumlah 9 kelas dan
sampel yang digunakan 2 kelas. Data hasil belajar IPA, dikumpulkan dengan metode tes.
Instrument yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda. Data dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji-t. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan
model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) berbantuan materi bermuatan kearifan
lokal dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan uji-t, karena thitung lebih besar dari
ttabel (thitung = 3,81 > t tabel = 2,000) dan rerata kelompok eksperimen lebih tinggi dari rerata
kelompok kontrol ( eksperimen = 21,4 > kontrol = 17,3). Dengan demikian model pembelajaran
Predict-Observe-Explain (POE) berbantuan materi bermuatan kearifan lokal berpengaruh
terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di Gugus III Kecamatan Jembrana tahun pelajaran
2012/2013.

Kata-kata kunci: Predict-Observe-Explain (POE), kearifan lokal, hasil belajar

Abstract
This study aimed to determine differences in outcome between groups of students learn science
learners and learning model Predict-Observe-Explain (POE) assisted local wisdom laden material
groups of students who are learning with conventional learning models in grade IV in Jembrana
District Cluster III school year 2012/2013. This study is a quasi-experimental research design with
non-equivalent post-tes only control group design. The study population amounted to 9 classes
and class 2 samples used. Science learning outcomes data, collected by the test method.
Instrument used was a multiple choice objective tests. Data were analyzed using descriptive
statistics and inferential statistics with t-test Data were analyzed using descriptive statistics and
inferential statistics with t-test. The results showed a significant difference between the groups of
students who use leaning model Predict-Observe-Explain (POE) assisted local wisdom laden
material with groups of students who use conventional learning models. This can be seen from the
results of hypothesis testing using t-test, because thitung is greater than t table (thitung = 3,81 > ttabel
= 2,000) and the mean of the experimental group is higher than the average of the control group (
eksperimen =
21,4 > kontrol = 17,3). Thus learning model Predict-Observe-Explain (POE) assisted local
wisdom laden material effect on science learning outcomes in grade IV in Jembrana District
Cluster III school year 2012/2013.

Keywords: Predict-Observe-Explain (POE), local wisdom, learning out

PENDAHULUAN Pembaharuan kurikulum menuntut


Pendidikan telah menjadi salah satu seorang guru untuk mengembangkan
kebutuhan yang penting dalam kehidupan pembelajaran seperti pengembangan Si-
manusia. Hal ini dikarenakan peran pen- labus dan RPP. “Namun fakta menunjukkan
didikan sangat besar dalam mensejah- dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru
terakan kehidupan manusia itu sendiri. masih lebih banyak menggunakan sumber
Melalui pengalaman dan pendidikan yang belajar tunggal berupa buku ajar yang
diperoleh, seseorang dapat memanfaatkan dipegang siswa dan hanya menggunakan
dan menerapkan ilmu pengetahuan LKS yang berisi sekumpulan pertanyaan”
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (Warpala, dkk, 2010:302). Fenomena ini
Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya disebabkan karena keterbatasan kemam-
(2010:2) pendidikan diarahkan untuk puan yang dimiliki oleh guru seperti
membentuk manusia yang cerdas, memiliki kurangnya kemampuan guru untuk
kemampuan memecahkan masalah hidup, mengemas bahan ajar, banyak guru yang
serta membentuk manusia yang kreatif dan tidak menggunakan media, kurang
inovatif. Terbentuknya manusia yang pahamnya guru terhadap sumber-sumber
cerdas, memiliki kemampuan memecahkan lokal yang dapat digunakan sebagai
masalah hidup, kreatif dan inovatif akan suplemen bahan ajar, serta kurangnya
menunjukkan kualitas sumber daya kemampuan guru untuk menerapkan model
manusia. Semakin tinggi kualitas sumber pembelajaran yang inovatif.
daya manusia maka manusia memiliki Dewasa ini pembelajaran IPA ber-
kesiapan untuk menghadapi kemajuan iptek kembang sangat pesat. Mengingat
yang semakin berkembang dalam pentingnya peranan IPA dalam kehidupan
kehidupan global. Namun salah satu sehari-hari, terutama berkaitan dengan
masalah yang mendasar yang dihadapi perkembangan IPTEK dan perkembangan
dunia pendidikan adalah rendahnya hasil industri. Setiap siswa dituntut mampu
belajar siswa. Dari hal itu perlu dilakukan menguasai IPA karena merupakan suatu
suatu penanganan atau upaya yang pelajaran yang sangat penting diajarkan
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pada pembelajaran sekolah dasar. Menurut
pendidikan. Sudana, dkk., (2010:6), alasan pentingnya
Upaya peningkatan kualitas pen- pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah
didikan di Indonesia ditandai dengan “(1) IPA dapat membantu anak-anak untuk
adanya penyempurnaaan-penyempurnaan dapat memahami mata pelajaran lain
yang dilaksanakan oleh pemerintah pada terutama bahasa dan matematika, (2) IPA
setiap aspek pendidikan. Selain dengan di sekolah dasar merupakan pendidikan
penyediaan dana pendidikan yang begitu terminal untuk anak-anak, selama di
besar, berbagai upaya lain juga telah sekolah dasar itulah mereka dapat
ditempuh dalam meningkatkan kualitas mengenal lingkungannya secara logis dan
pendidikan, antara lain: pengembangan sistematis, (3) IPA SD benar-benar me-
model pembelajaran, diadakannya pena- nyenangkan, anak-anak di manapun diam-
taran bagi guru-guru, penyebaran guru, diam tertarik dengan masalah-masalah
perbaikan sarana dan prasarana pen- kecil, baik masalah buatan maupun
didikan, serta pembaharuan kurikulum. masalah kebetulan dari alam sekitarnya.
Pembaharuan kurikulum yang dilakukan Apabila pembelajaran IPA dapat dipusatkan
oleh pemerintah dari KBK menjadi KTSP, ke arah masalah-masalah seperti itu, me-
bahkan saat ini telah disosialisasikan dan lakukan eksplorasi menjadi jalan untuk
akan diterapkan kurikulum 2013. mengungkap apa yang diminta siswa, maka
tidak ada pelajaran lain yang menggiurkan pemanfaatan potensi lingkungan yang
dan menakjubkan selain IPA”. berupa potensi kearifan lokal oleh guru.
Kenyataan yang ditemukan pada Berdasarkan faktor penyebab ren-
pembelajaran IPA siswa cenderung meng- dahnya hasil belajar tersebut, maka sangat
hapal informasi atau konsep dan tidak penting bagi pendidik khususnya guru untuk
mengembangkan kemampuan yang di- memahami karakteristik materi, peserta
milikinya untuk berpikir kritis dan sistematis didik dan pemilihan model pembelajaran.
serta tidak dapat mengaplikasikan konsep Dengan demikian pembelajaran akan lebih
tersebut dalam kehidupan nyata. Pada variatif, inovatif, dan konstruktif dalam
akhirnya akan berdampak rendahnya hasil membangun pengetahuan peserta didik.
belajar siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
Rendahnya hasil belajar siswa ter- tersebut ditentukan oleh banyak faktor,
sebut terkait dengan komponen-komponen salah satunya didukung oleh penggunaan
pembelajaran IPA di sekolah, diantaranya model pembelajaran yang sesuai. Salah
kurikulum, media, pendekatan, model, dan satu model pembelajaran yang meng-
evaluasi. Pembelajaran IPA yang eksplorasi pengetahuan awal siswa adalah
digunakan di beberapa sekolah dasar (SD) model pembelajaran Predict-Observe-
masih menggunakan pendekatan kon- Explain (POE) berbantuan materi ber-
vensional yang didominasi metode ceramah muatan kearifan lokal.
dan pemberian tugas. Siswa kurang Indrawati dan Wanwan Setiawan
dilibatkan sepenuhnya dalam pembelajaran (2009) menyatakan, POE adalah singkatan
dan tidak dilatih untuk menggali dan dari Predict-Observe-Explain. P.O.E ini
mengolah informasi, mengambil keputusan sering juga disebut suatu model
secara tepat, dan memecahkan masalah. pembelajaran dimana guru menggali pema-
Siswa hanya sebagai penerima informasi haman peserta didik dengan cara meminta
sehingga membuat kecakapan berpikir mereka melaksanakan tiga tugas utama
siswa rendah atau dengan kata lain yaitu meramalkan, mengamati, dan
pembelajaran dirasakan kurang bermakna. memberikan penjelasan. Sintaks model
Selain itu, guru kurang paham terhadap pembelajaran Predict-Observe-Explain
sumber-sumber belajar lokal yang dapat (POE) adalah sebagai berikut 1. Predict
digunakan dalam suplemen bahan ajar. Hal merupakan suatu proses membuat dugaan
ini juga didukung dengan hasil wawancara, terhadap suatu peristiwa atau fenomena.
pencatatan dokumen dan observasi awal di Siswa akan meramalkan jawaban suatu
Gugus III Kecamatan Jembrana. Dari hasil permasalahan yang diberikan guru,
observasi ternyata nilai rata-rata UAS IPA menuliskan ramalan tersebut beserta
siswa masih berada pada interval 61,00- alasannya. Siswa menyusun dugaan awal
69,00. Jika dikonversikan terhadap berdasarkan pengetahuan awal yang
Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5, mereka miliki. 2. Observe yaitu melakukan
nilai tersebut berada pada predikat cukup. pengamatan mengenai apa yang terjadi.
Mengacu pada interval 61,00-69,00 Siswa mengadakan eksperimen atau
menandakan bahwa hasil belajar ranah praktikum, siswa mencatat apa yang
kognitif berada di bawah 70. Hal ini terjadi mereka amati, mengaitkan prediksi mereka
karena dalam proses pembelajaran guru sebelumnya dengan hasil pengamatan
cenderung berorientasi pada materi dan yang mereka peroleh. 3. Explain yaitu
guru lebih banyak menggunakan buku ajar memberikan penjelasan terutama tentang
atau LKS. Faktor penyebab rendahnya hasil kesesuaian antara dugaan dengan hasil
belajar tersebut dapat dikelompokkan eksperimen dari tahap observasi. Seperti
menjadi tiga, yaitu (1) pemilihan pende- model-model pembelajaran lain, model
katan dan strategi pembelajaran yang pembelajaran Predict-Observe-Explain
kurang sesuai, (2) pengetahuan awal siswa (POE) memiliki kelebihan dan kelemahan.
yang belum terakomodasi dengan baik Adapun kelebihan dari model pembelajaran
dalam pembelajaran, (3) kurangnya Predict-Observe-Explain (POE) yaitu
merangsang peserta didik untuk lebih
kreatif khususnya dalam mengajukan
prediksi, dapat mengurangi verbalisme, nilai, konsep, dan teknologi yang “asli” yang
proses pembelajaran menjadi lebih memang telah dimiliki oleh suatu
menarik, sebab peserta didik tidak hnya masyarakat budaya dan diterapkan dalam
mendengarkan tetapi juga mengamati kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini,
peristiwa yang terjadi melalui eksperimen, pengkajian diarahkan pada identifikasi
siswa akan memiliki kesempatan untuk kearifan lokal yang sesuai untuk
membandingkan antara teori (dugaan) memperkaya materi IPA SD kelas IV
dengan kenyataan (Joyce, 2006). semester 2 yaitu pada materi penyebab
Sedangkan kelemahan dari model perubahan lingkungan seperti hujan, angin
pembelajaran Predict-Observe-Explain topan, cahaya matahri, gelombang laut,
(P.O.E) adalah memerlukan persiapan yang pengaruh perubahan lingkungan, cara
lebih matang terutama berkaitan penyajian mencegah kerusakan lingkungan, dan
persoalan IPA dan kegiatan yang akan hubungan sumber daya alam dan
dilakukan untu membuktikan prdiksi yang lingkungan. Kearifan lokal yang
akan diajukan peserta didik, memerlukan diintegrasikan adalah konsep Tri Hita
alat, bahan dan tempat yang memadai, Karana, konsep hubungan manusia
memerlukan kemampuan dan keterampilan (Bhuana Alit) dengan alam semesta
yang khusus bagi guru sehingga guru (Bhuana Agung), sistem terasering (nyabuk
dituntut untuk bekerja lebih professional, gunung), dan pelestrian lingkungan fisik (Tri
memerlukan kemauan dan motivasi guru Buwana) (Suja, 2011). Melalui
yang bagus untuk keberhasilan proses pengintegrasian materi bermuatan kearifan
pembelajaran peserta didik (Joyce, 2006). lokal dalam pembelajaran IPA dapat
Model pembelajaran Predict-Observe- menunjang kegiatan pembelajaran IPA
Explain (POE) ini berasal dari teori belajar yang ada di sekolah. Hal ini dikarenakan
kontruktivisme. Lapono (2010:25) kearifan lokal tersebut terkait dengan
menyatakan “teori konstruktivisme dalam kegiatan siswa dalam kehidupan sehari-hari
pembelajaran didasari oleh kenyataan sehingga materi pelajaran IPA lebih mudah
bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk dipahami oleh siswa. Model
untuk mengkonstruksi kembali pengalaman pembelajaran yang tepat dengan bantuan
atau pengetahuan yang dimilikinya”. Ini materi bermuatan kerifan lokal akan
berarti siswa sendiri yang harus menciptakan pembelajaran yang lebih
menemukan pengetahuan atau konsep, bermakna dan menyenangkan sehingga
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, mencapai pemahaman dan pembelajaran
dan berusaha dengan ide-ide. Hubungan yang efektif.
model Predict-Observe-Explain (POE) Berdasarkan paparan di atas maka
dengan teori kontruktivisme yaitu pembelajaran dengan menggunakan model
menganggap bahwa siswa dengan pembelajaran Predict-Observe-Explain
pengetahuan yang telah mereka miliki akan (POE) berbantuan materi bermuatan
dapat mengembangkan kemampuan atau kearifan lokal mampu meningkatkan hasil
pengetahuannya itu. belajar IPA dibandingkan pembelajaran
Di samping dengan model pem- dengan menggunakan model pembelajaran
belajaran yang tepat, upaya dalam konvensional. Berkaitan dengan hal
menambah kebermaknaan pembelajaran tersebut, maka dilakukan penelitian dengan
dapat dilakukan dengan mengintegrasikan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil
materi bermuatan kearifan lokal dalam belajar IPA antara kelompok siswa yang
pelajaran IPA. Kearifan lokal adalah segala belajar dengan model pembelajaran
nilai, konsep, dan teknologi yang telah Predict-Observe-Explain (POE) berbantuan
dimiliki suatu bangsa sebelum mendapat materi bermuatan kearifan lokal dengan
“pengaruh asing” (Sedyawati, 1986:186). kelompok siswa yang belajar dengan model
Sedangkan menurut Rahyono (dalam pembelajaran konvensional pada Siswa
Atmaja, 2011:8) kearifan lokal merupakan Kelas IV di Gugus III Kecamatan Jembrana
butir-butir kecerdasan atau kebijaksanaan Tahun Pelajaran 2012/2013.
asli yang dihasilkan oleh suatu masyarakat
budaya. Jadi kearifan lokal adalah segala
METODE PENELITIAN (M0), Median (Me) dan Standar Deviasi
Penelitian ini merupakan jenis (SD). Uji prasyarat dilakukan dengan uji
penelitian eksperimen semu (quasi normalitas dengan Chi-Kuadrat (  2 ) pada
eksperimen) karena tidak semua variabel
taraf signifikan 5% dan dk= jumlah kelas
yang muncul dalam kondisi eksperimen dikurangi parameter dikurangi 1 dengan
dapat diatur dan dikontrol secara ketat. kriteria pengujian data berditribusi normal
Rancangan yang digunakan adalah non-
equivalen post-test only control group jika  2 hitung <  2 tabel, dan uji
design. Populasi dalam penelitian ini adalah homogenitas varians dengan uji F, dengan
semua siswa kelas IV SD di Gugus III Kriteria pengujian tolak H0 jika Fhitung  Fαn1
Kecamatan Jembrana Kabupaten 1, n2 1 , pada taraf signifikan 5% dengan
Jembrana yang berjumlah 9 kelas. db pembilang =n1 – 1 dan db penyebut n2 –
Pengambilan sampel menggunakan teknik 1. Teknik analisis yang digunakan untuk uji
simple random sampling. Dari 9 kelas yang hipotesis adalah uji-t sampel independent
ada di Gugus III Kecamatan Jembrana (tidak berkorelasi) dengan rumus polled
dilakukan pengundian untuk diambil dua varians dengan criteria jika thitung >ttabel
kelas yang akan dijadikan sampel maka H0 ditolak atau H1 diterima.
penelitian. Berdasarkan hasil pengundian
diperoleh dua sekolah sebagai sampel yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
SD Negeri Budeng dan SD Negeri 4 Hasil
Dauhwaru. Untuk mengetahui apakah Berdasarkan hasil analisis data, hasil
kedua sampel setara atau tidak maka post-test, terhadap 30 orang siswa
dilakukan uji kesetaraan kelas. Uji kelompok eksperimen, menunjukkan bahwa
kesetaraan yang dilakukan dalam penelitian skor tertinggi adalah 28 dan skor terendah
ini adalah menguji perbedan hasil belajar adalah 12. Diperoleh pula rentangan skor
IPA siswa pada semester I tahun pelajaran hasil post-test kelompok eksperimen = 16,
2012/2013, digunakan uji-t sampel banyak kelas = 6, dan panjang kelas = 3.
independent (tidak berkorelasi) yaitu polled Dari hasil tersebut didapatkan nilai Modus
varians. sebesar 22,3, nilai Median sebesar 21,83,
Untuk mengumpulkan data hasil dan nilai Mean sebesar 21,4. Dapat
belajar IPA digunakan metode tes, dengan diketahui bahwa nilai modus lebih besar
instrumen pengumpulan data adalah tes dari median dan median lebih besar dari
hasil belajar IPA. Instrument yang mean (Mo>Md>M) atau 22,3 > 21,83 >
dikembangkan adalah tes objektif bentuk 21,4. Dengan demikian, maka data tersebut
pilihan ganda biasa. termasuk pada distribusi juling negatif yang
Sebelum instrument digunakan, berarti sebagian besar skor hasil belajar
instrument terlebih dahulu dianalisis dengan IPA cendrung tinggi. Bila data di atas
menggunakan uji validitas, reliabilitas, disajikan dalam bentuk kurva polygon,
tingkat kesukaran dan daya beda. Uji maka akan tampak seperti pada Gambar 1.
validitas menggunakan rumus korelasi point
biserial, tes valid jika rpbi > rtabel pada taraf
signifikansi 5%. Untuk uji reliabilitas
digunakan Formula Kuder Richadson 20
(KR-20). Pengujian tingkat kesukaran untuk
mengetahui tes yang digunakan tergolong
mudah, sedang, atau sukar. Pada
pengujian daya pembeda untuk mengetahui
kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa
yang bodoh.
Selanjutnya data dianalisis dengan
menggunakan metode analisis statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Pada
deskripsi data dicari nilai Mean (M), Modus
termasuk pada distribusi juling positif yang
berarti sebagian besar skor hasil belajar
10
IPA cendrung rendah. Bila data di atas
8 disajikan dalam bentuk kurva polygon,
Frekuensi

6 maka akan tampak seperti pada Gambar 2.


4
2 12
0 10

Frekuensi
8
13 16 19 22 25 28
6
Titik Tengah 4
2
M = 21,4 0
Mo = 22,3
10 13 16 19 22 25
Md = 21,83
Titik Tengah
Gambar 1. Grafik Polygon Data Mo=16,4
Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
Md=16,8 M=17,38
Setelah didapatkan nilai Modus, nilai
Median dan nilai Mean, dilanjutkan dengan
menghitung Standar Deviasi (SD) dari kelas Gambar 2. Grafik Polygon Data Hasil
eksperimen. Dari hasil perhitungan, Belajar IPA Kelompok Kontrol
diperoleh Standar Deviasi (SD) sebesar
4,06. Mean dan Standar Deviasi (SD) Untuk mengetahui tinggi rendahnya
digunakan untuk mengetahui tinggi hasil belajar IPA kelompok control,
rendahnya hasil belajar IPA kelas IV digunakan suatu kriteria dengan lima
kelompok eksperimen dengan kriteria lima katagori. Sebelum menentukan tinggi
katagori. Sesuai analisis data bahwa rerata rendahnya hasil belajar IPA, maka terlebih
(mean) pada hasil belajar IPA dengan dahulu menghitung Standar Deviasi (SD).
menggunakan model pembelajaran Predict- Dari hasil perhitungan, diperoleh Standar
Observe-Explain (POE) berbantuan materi Deviasi (SD) dari kelas kontrol adalah 4,01.
bermuatan kearifan lokal pada kelompok Sesuai analisis data bahwa rerata (mean)
eksperimen adalah 21,4. Jika dilihat pada hasil belajar IPA pada kelompok kontrol
rentang skor pada PAP skala lima di atas adalah 17,38. Jika dilihat pada rentang skor
maka berada pada klasifikasi tinggi. PAP skala lima maka berada pada
Sedangkan, hasil post-test IPA, klasifikasi sedang.
terhadap 26 orang siswa kelompok kontrol, Rekapitulasi perhitungan data hasil
menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah belajar siswa kelas eksperimen dan kelas
25 dan skor terendah adalah 9. Diperoleh kontrol disajikan pada Tabel 1.
pula rentangan skor hasil post-test
kelompok eksperimen = 16, banyak kelas =
6, dan panjang kelas = 3. Dari hasil tersebut
didapatkan nilai Mean sebesar 17,38, nilai
Median sebesar 16,9, dan nilai Modus
sebesar 16,4. Dapat diketahui bahwa nilai
mean lebih besar dari median dan median
lebih besar dari modus (M>Md>Mo) atau
17,38 > 16,8 > 16,4. Dengan demikian,
maka data di atas
Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Data Hasil Belajar Siswa

Statistik Kelas Kelas Kontrol


Eksperimen
Mean (M) 21,4 17,38
Median (Me) 21,82 16,8
Modus (Mo) 22,3 16,4
Standar Deviasi (s) 4,06 4,01

Berdasarkan hasil uji prasyarat berdistribusi normal. Jadi secara


analisis data yaitu uji normalitas terhadap keseluruhan data pada semua unit analisis
data hasil belajar siswa untuk kelompok berdistribusi normal.
eksperimen diperoleh harga χ 2 = 2,783, Pada uji homogenitas diperoleh harga
hitung Fhitung adalah 1,03 sedangkan F tabel adalah
dan harga χ2 = 7,815 pada taraf 1,85 dengan taraf singnifikansi 5% dengan
tabel
db pembilang 29 dan db penyebut 25. Ini
signifikan 5%. Karena χ 2 hitung  χ 2 tabel maka berarti bahwa harga Fhitung < Ftabel,
data hasil belajar siswa untuk kelompok sehingga varians homogen.
eksperimen berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penelitian ini untuk
Sedangkan untuk kelompok kontrol menguji hipotesis digunakan uji-t kelompok
diperoleh harga χ 2 hitung = 5,426 dan harga independent (tidak berkorelasi) polled
varians. Hasil analisis uji-t kelompok
χ 2 tabel = 7,815 pada taraf signifikan 5%. eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
Karena χ 2 hitung  χ 2 tabel maka data hasil pada Tabel 2.
belajar siswa untuk kelompok kontrol juga
Tabel 2. Hasil Analisis Uji-t Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Sampel N db S2 thitung ttabel


kelompok Eksperimen 30 21,4 16,52
54 3,81 2,000
Kelompok Kontrol 26 17,38 16,02
Keterangan: N=jumlah sampel, db= derajat kebebasan, = rata-rata, S2= varians

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa Pembahasan


nilai thitung = 3,81 sedangkan ttabel dengan Secara umum, hasil penelitian ini
taraf signifikansi 5 % dan db = 54 diperoleh dapat dideskripsikan bahwa terdapat
2,00. Karena thitung > ttabel (3,81 > 2,00), perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan
berdasarkan kriteria pengujian maka H0 antara kelompok siswa yang belajar dengan
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikan, model pembelajaran Predict-Observe-
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat Explain (POE) berbantuan materi
perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan bermuatan kearifan lokal dengan kelompok
antara kelompok siswa yang belajar dengan siswa yang belajar dengan model
model pembelajaran Predict-Observe- pembelajaran konvensional. Hasil ini
Explain (POE) berbantuan materi didasarkan pada rata-rata skor post test
bermuatan kearifan lokal dengan kelompok siswa. Rata-rata skor post test yang
siswa yang belajar dengan model dibelajarkan dengan model pembelajaran
pembelajaran konvensional pada siswa Predict-Observe-Explain (POE) berbantuan
kelas IV di gugus III Kecamatan Jembrana. materi bermuatan kearifan lokal adalah 21,4
dan rata-rata skor post test siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional adalah 17,3.
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok aktif dalam kegiatan belajar. Menurut
siswa yang belajar dengan model Indrawati dan Wanwan Setiawan (2009),
pembelajaran Predict-Observe-Explain model pembelajaran Predict-Observe-
(POE) berbantuan materi bermuatan Explain (POE) merupakan model
kearifan lokal memiliki hasil belajar yang pembelajaran yang dimulai dengan
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok penyajian masalah, siswa diarahkan untuk
siswa yang belajar dengan model memberikan dugaan sementara terhadap
pembelajaran konvensional. Jika skor hasil kemungkinan yang akan terjadi, dilanjutkan
belajar IPA siswa kelompok eksperimen dengan observasi atau pengamatan
digambarkan dalam polygon tampak bahwa langsung terhadap masalah, kemudian
kurve sebaran data merupakan juling dibuktikan dengan melakukan percobaan
negatif yang artinya sebagian besar skor untuk menemukan kebenaran dari dugaan
hasil belajar IPA siswa cenderung tinggi. sementara dalam bentuk penjelasan.
Hal ini berbanding terbalik dengan Selanjutnya Indrawati dan Wanwan
kelompok kontrol, jika skor hasil belajar IPA Setiawan (2009), mengungkapkan model
siswa kelompok kontrol digambarkan dalam pembelajaran Predict-Observe-Explain
polygon tampak bahwa kurve sebaran data (POE) terdiri atas tiga tahap yaitu sebagai
merupakan juling positif yang artinya berikut.
sebagian besar skor hasil belajar IPA siswa Pertama, predict merupakan suatu
cenderung rendah. proses membuat dugaan terhadap suatu
Selanjutnya berdasarkan analisis data peristiwa atau fenomena. Siswa akan
menggunakan uji-t, diketahui thitung = 3,81 meramalkan jawaban suatu permasalahan
dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% = yang diberikan guru, menuliskan ramalan
2,000. Hasil perhitungan tersebut tersebut beserta alasannya. Siswa
menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari menyusun dugaan awal berdasarkan
ttabel (thitung > t tabel), sehingga hasil penelitian pengetahuan awal yang mereka miliki. Guru
adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat tidak membatasi pemikiran peserta didik,
perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan sehingga banyak gagasaan dan konsep
antara kelompok siswa yang belajar dengan yang muncul dari pikiran siswa.
model pembelajaran Predict-Observe- Kedua, observe yaitu melakukan
Explain (POE) berbantuan materi pengamatan mengenai apa yang terjadi.
bermuatan kearifan lokal dengan kelompok Guru memberikan waktu kepada siswa
siswa yang belajar dengan model untuk melakukan percobaan atau
pembelajaran konvensional. demonstrasi terkait permasalahan yang
Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas untuk membuktikan kebenaran dari
diperoleh, maka terlihat bahwa model hipotesis atau kebenaran prediksi yang
pembelajaran Predict-Observe-Explain mereka sampaikan. Pada tahap ini siswa
(POE) berbantuan materi bermuatan mengadakan eksperimen atau praktikum,
kearifan lokal dapat memberikan pengaruh siswa mencatat apa yang mereka amati,
yang lebih baik dibandingkan dengan model mengaitkan prediksi mereka sebelumnya
konvensional. Perbedaan hasil belajar IPA dengan hasil pengamatan yang mereka
yang signifikan antara siswa yang belajar peroleh.
dengan model pembelajaran Predict- Ketiga explain yaitu memberikan
Observe-Explain (POE) berbantuan materi penjelasan terutama tentang kesesuaian
bermuatan kearifan lokal dengan kelompok antara dugaan dengan hasil eksperimen
siswa yang belajar dengan model dari tahap observasi. Jika hasil prediksi
pembelajaran konvensional disebabkan tersebut sesuai dengan hasil observasi,
adanya perbedaan perlakuan pada saat maka mereka memperoleh penjelasan
kegiatan pembelajaran berlangsung. tentang kebenaran prediksinya dan siswa
Pembelajaran dengan menggunakan model semakin yakin akan konsepnya. Tetapi
pembelajaran Predict-Observe-Explain apabila dugaan tidak tepat maka peserta
(POE) berbantuan materi bermuatan didik dapat mencari penjelasan
kearifan lokal akan memberikan ketidaktepatan prediksinya. Dalam hal ini
kesempatan kepada siswa untuk berperan siswa akan mengalami perubahan konsep
dari konsep yang tidak benar menjadi hari di dunia sekitarnya, maka materi
benar. Siswa dapat belajar dari kesalahan, pelajaran IPA lebih mudah untuk dipahami
yang biasanya belajar dari kesalahan tidak oleh siswa. Konsep IPA siswa juga akan
akan mudah dilupakan. bertahan lama di benak siswa karena
Model pembelajaran Predict-Observe- terkait dengan kearifan lokal yang ada di
Explain (POE) dapat digunakan untuk lingkungan siswa.
menggali pengetahuan awal siswa, Berbeda halnya dengan pembelajaran
membangkitkan siswa untuk melakukan yang menggunakan model pembelajaran
diskusi, dan memotivasi siswa untuk konvensionl. Pembelajaran dengan model
mengeksplorasi konsep yang mereka miliki pembelajaran konvensionl lebih bersifat
sehingga proses pembelajaran lebih hapalan (ingatan) didominasi ceramah yang
menarik (Liew, 2004). Model pembelajaran berpusat pada guru (Rasana, 2009). Pada
Predict-Observe-Explain (POE) dapat pembelajaran konvensional, guru lebih
merangsang siswa untuk lebih kreatif mendominasi kegiatan pembelajaran dan
khususnya dalam mengajukan prediksi, tetap berperan sebagai sumber informasi
proses pembelajaran menjadi lebih menarik yaitu menerangkan materi, memberikan
sebab siswa tidak hanya mendengarkan contoh penyelesaian soal-soal, serta
tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
melalui eksperimen. Dengan cara siswa. Adapun langkah-langkah
mengamati secara langsung peserta didik pembelajaran dengan menggunakan model
akan memiliki kesempatan untuk pembelajaran konvensional yaitu (1) guru
membandingkan antara teori (dugaan) mempersiapkan siswa dengan menjelaskan
dengan kenyataan (Joyce, 20006). Model materi apa yang akan dipelajari dengan
pembelajaran Predict-Observe-Explain berorientasi kepada buku ajar dan LKS, (2)
(POE) juga berhubungan dengan teori siswa mendengarkan penjelasan guru
kontruktivisme yang menyatakan dalam dengan baik dan menerima materi baru, (3)
pembelajaran didasari oleh kenyataan guru membagi siswa menjadi beberapa
bahwa setiap individu memiliki kemampuan kelompok dan membagikan LKS, (4) guru
untuk mengkonstruksi kembali pengalaman menyuruh siswa menyelesaikan soal-soal
atau pengetahuan yang dimilikinya yang ada dalam LKS, (5) siswa mencatat
(Lapono, 2010:25). Hal ini menunjukkan dan menyelesaikan soal-soal yang ada
bahwa siswa sendiri yang harus dalam LKS, (7) guru meminta siswa untuk
menemukan pengetahuan atau konsep, menyampaikan hasil yang diperoleh, (8)
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, siswa menyampaikan hasil yang diperoleh
dan berusaha dengan ide-ide. dari mengerjakan LKS, (9) guru
Selain itu, dalam menambah memberikan tanggapan dan umpan balik
kebermaknaan pembelajaran bagi siswa terhadap hasil yang diperoleh siswa
diintegrasikan materi bermuatan kearifan (Rasana, 2009). Pembelajaran konven-
lokal dalam pelajaran IPA. Pengintegrasian sional menekankan pada resitasi konten,
kearifan lokal dalam pelajaran IPA terkait tanpa memberikan waktu yang cukup
dengan pengertian kearifan lokal yaitu kepada siswa untuk merefleksi materi-
kemampuan-kemampuan (kompetensi) materi yang dipresentasikan, meng-
yang dimiliki masyarakat yang telah terbukti hubungkannya dengan pengetahuan
terlestarikan sampai saat ini, dimana sebelumnya, atau mengaplikasikannya
kemampuan tersebut dapat berupa kepada situasi kehidupan nyata (Putrayasa
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan dalam Rasana, 2009). Kegiatan ini dapat
nilai-nilai yang dioperasionalkan dalam membosankan dan melemahkan semangat
kehidupan sehari-hari (Warpala, dkk, 2010). siswa dalam belajar. Pada akhirnya juga
Hal ini berarti kearifan lokal telah dimiliki akan mengakibatkan hasil belajar siswa
oleh masyarakat dan diterapkan dalam menjadi kurang masksimal.
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal Hasil uji hipotesis menunjukkan
tersebut, jika dalam suatu pembelajaran bahwa hasil belajar IPA siswa yang
IPA, siswa dihadapkan pada situasi nyata mengikuti pembelajaran dengan model
terkait kearifan lokal yang dialami sehari- pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE) berbantuan materi bermuatan 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan
kearifan lokal lebih baik daripada siswa bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA
yang mengikuti pembelajaran dengan antara kelompok siswa yang dibelajarkan
model pembelajaran konvensionl. Namun dengan model pembelajaran Predict-
apabila dilihat dari analisis deskriptif, hasil Observe-Explain (POE) berbasis
belajar IPA siswa yang mengikuti kontekstual dan kelompok siswa yang
pembelajaran dengan model pembelajaran belajar dengan model pembelajaran
Predict-Observe-Explain (POE) berbantuan konvensional. Ini berarti model
materi bermuatan kearifan lokal belum pembelajaran Predict-Observe-Explain
mencapai kategori sangat tinggi. Hal ini (POE) berbasis kontekstual berpengaruh
diakibatkan karena siswa belum terbiasa terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V
dibelajarkan menggunakan model semester II SD Negeri 1 Baktiseraga
pembelajaran Predict-Observe-Explain kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng
(POE) berbantuan materi bermuatan tahun pelajaran 2011/2012.
kearifan lokal. Model pembelajaran Predict- Berdasarkan kajian tersebut, model
Observe-Explain (POE) berbantuan materi pembelajaran Predict-Observe-Explain
bermuatan kearifan lokal menuntut peran (POE) berbantuan materi bermuatan
aktif siswa untuk membangun kearifan lokal dipandang perlu untuk
pengetahuannya sendiri melalui proses diterapkan dalam pembelajaran IPA.
pengamatan. Namun, ada beberapa siswa Penggunaan model pembelajaran Predict-
yang belum terbiasa belajar secara mandiri. Observe-Explain (POE) berbantuan materi
Mereka masih tampak pasif dan menunggu bermuatan kearifan lokal pada
perintah dari guru tanpa adanya usaha pembelajaran IPA akan memberikan akses
dalam dirinya untuk melakukan konstruksi kepada siswa untuk mengembangkan
pengetahuan sendiri. Hal ini mengakibatkan potensinya. Pembelajaran yang menyajikan
proses pembelajaran menyita banyak waktu fakta-fakta konkret dan mengaitkan fakta
sehingga tidak dapat terlaksana secara dengan masalah-masalah lain yang relevan
optimal. Selain itu serta masih ada siswa akan menjadikan pembelajaran menjadi
yang belum dapat memahami soal-soal lebih bermakna. Pembelajaran yang
post test yang berupa ilustrasi dari sebuah bermakna akan memudahkan pemahaman
permasalahan. siswa terhadap materi pelajaran dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penguasaan konsep-konsep IPA akan
penelitian yang telah dilakukan oleh G. A. menjadi lebih baik. Implikasi dari
Dewi Wismayani yang meneliti tentang pembelajaran yang bermakna adalah
Pengaruh Model Pembelajaran Predict- mampu meningkatkan pemahaman konsep
Observe-Explain (POE) Terhadap Hasil siswa yang nantinya akan berpengaruh
Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester terhadap hasil belajar siswa.
Genap SMA Negeri 1 Mengwi Tahun
Pelajaran 2008/2009. Hasil penelitian PENUTUP
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Berdasarkan hasil penelitian dan
hasil belajar fisika yang signifikan antara pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
kelompok siswa yang belajar dengan terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang
menggunakan model pembelajaran Predict- signifikan antara kelompok siswa yang
Observe-Explain (POE) dan kelompok belajar dengan model pembelajaran
siswa yang belajar dengan menggunakan Predict-Observe-Explain (POE) berbantuan
model pembelajaran konvensional (MPK). materi bermuatan kearifan lokal dengan
Penelitian yang lain juga dilakukan oleh kelompok siswa yang belajar dengan model
Komang Ariantini yang meneliti tentang pembelajaran konvensional pada siswa
Pengaruh Model Pembelajaran Predict- kelas IV di Gugus III Kecamatan Jembrana,
Observe-Explain (POE) Berbasis yang diperoleh dari hasil perhitungan uji-t,
Kontekstual terhadap Hasil Belajar IPA dengan thitung sebesar 3,81 sedangkan
Siswa Kelas V Semester II SD Negeri 1 ttabel dengan db=30+26–2 = 54 pada taraf
Baktiseraga Kecamatan Buleleng signifikansi 5 % adalah 2,000. Hal ini
Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung >
ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Pengembangan dan
Adanya perbedaan yang signifikan Pemberdayaan Pendidik dan
menunjukkan bahwa penerapan model Tenaga Kependidikan Ilmu
pembelajaran Predict-Observe-Explain Pengetahuan Alam (PPPTK IPA).
(POE) berbantuan materi bermuatan
kearifan lokal berpengaruh positif terhadap Joyce, Chris. 2006. “Predict, Observe,
hasil belajar IPA dibandingkan dengan Explain (POE).” Tersedia pada
model konvensional, yang dapat dilihat dari http://arb.nzcer.org.nz/strategies/p
oe.php (diakses tanggal 7
nilai rata-rata ( X ) eksperimen > rata-rata ( Desember 2012)
X ) kontrol yaitu (21,4>17,3).
Sejalan dengan temuan dalam Lapono, Nabisi. 2010. Belajar dan
penelitian ini, untuk siswa sekolah dasar Pembelajaran SD. Jakarta:
agar selalu terlibat secara aktif dan kreatif Direktorat Jenderal Pendidikan
dalam proses pembelajaran sehingga Tinggi Departemen Pendidikan
mendapatkan pengetahuan baru melalui Nasional.
pengalaman yang ditemukan sendiri. Bagi
guru agar terus dalam melakukan inovasi Liew, Chong-Wah. 2004. “The Effectivines
pembelajaran untuk meningkatkan Predict-Observe-Explain (POE)
profesionalisme dan mengembangkan Technique in Diagnosing Student’s
model pembelajaran Predict-Observe- Understanding of Science and
Explain (POE) di sekolah dasar sehingga Identitying Their Level of
dapat meningkatkan kualitas proses Achievement”. Tersedia pada
pembelajaran. Bagi sekolah, hasil penelitian http://espace.library.curtin.edu.au/
ini dapat dijadikan masukan untuk R?func=dbin-jump-
meningkatkan pengelolaan pembelajaran full&local_base=g en01-
dalam rangka mencapai tujuan era02&object_id=15777 (diakses
pembelajaran di sekolah dasar serta tanggal 10 Desember 2012)
sebagai tolak ukur peningkatan kualitas
sekolah dalam melakukan inovasi Rasana, I D. P. R. 2009. Model-Model
pembelajaran di sekolah dasar. Penelitian Pembelajaran. Singaraja:
ini dilakukan pada sampel yang terbatas, Universitas Pendidikan Ganesha.
bagi peneliti lain hendaknya meneliti lebih
lanjut dan lebih mendalam dengan variabel Sanjaya, Wina. 2010. Strategi
dan sampel yang lebih luas sehingga dapat Pembelajaran Berorientasi Standar
menemukan faktor lain yang berpengaruh Proses Pendidikan. Jakarta:
dalam meningkatkan hasil belajar. Kencana.
.
DAFTAR RUJUKAN Sedyawati, E. 1986. Lokal Genius dalam
Atmaja, N. B. 2011. “Lokal Genius dan Kesenian Indonesia. Jakarta:
Kearifan Lokal sebagai Modal Dunia Pustaka Jaya.
Budaya dalam Pendidikan
Karakter”. Makalah Disajikan Sudana, Dewa Nyoman, dkk. 2010. Bahan
dalam Seminar Nasional Tentang Ajar Pendidikan IPA SD. Singaraja:
Pendidikan Karakter Berbasis Undiksha.
Lokal Genius yang
Diselenggarakan oleh Senat Suja, I Wayan. 2011. “Analisis Kebutuhan
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengembangan Buku Ajar Sains
Pendidikan Undiksha 2011. SD Bermuatan Pendagogi Budaya
Bali”. Jurnal Pendidikan dan
Indrawati dan Wanwan Setiawan. 2009. Pengajaran, Jilid 44, Nomor 1-3
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, (hal. 84-92).
dan Menyenangkan untuk Guru
SD. Bandung: Pusat
Warpala, I W. S., dkk. 2010.
“Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Kearifan Lokal untuk
Mata Pelajaran Sains SMP”. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan, Volume 4, Nomor 3
(hal. 300-314).

Anda mungkin juga menyukai