Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN NKRI”

DISUSUN OLEH :

Intan Mega Pratiwi (10011181722097)


Tya Mutiara Octaviani (10011181722111)
Marisa Nurhaliza (10011281722061)
Athiyyah Aryaza Putri (10011281722071)
Indah Sari (10011281722103)

Dosen Pembimbing : Erwin Nofyan

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila Dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia” tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan senang hati
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang pancasila dalam konteks
ketetatanegaraan NKRI ini dapat memberikan manfaat serta memberi informasi terhadap
pembaca.

Indralaya, 20 Februari 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.………………………………………………………………………………..2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………….3
BAB I: Pendahuluan…………………………………………………………………………..4
A. Latar Belakang………………………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….…………..5
C. Tujuan Penulisan..…..…………………………………………………….…………...5
BAB II: Pembahasan…………………………………………………………………………..6
A. Pengertian Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan RI……………..……………....6
B. Isi dan Pokok Pikiran Dalam Pembukaan UUD 1945………………………………...6
C. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila…………………...……..8
D. Sistem Pemerintahan dan Kelembagaan Negara Menurut UUD 1945..………………9
BAB III: Penutup……………...……………………………………………………………..12
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………...12
B. Saran..………………………………………………………………………………...12
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
yang berasal dari bahasa Sanskerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib
hukum Indonesia berarti setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD
1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang
meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau
dijabarkan dari UUD 1945, serta hukum positif lainnya. Pancasila sebagai dasar filsafat
negara, pandangan hidup bangsa serta idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk
sebuah rangkaian kata- kata yang indah namun semua itu harus diwujudkan dan
diaktualisasikan di dalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Konsep negara yang digunakan di Indonesia populer dengan nama rechtsstaat,
Sementara itu untuk memberikan ciri “ke-Indonesiaannya”, juga dikenal dengan istilah
Negara hukum dengan menambah atribut “pancasila’ sehingga menjadi “negara hukum
Pancasila”.

Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh
struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak
bahkan sangat banyak anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak
sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal, jika membahas negara
dan ketatanegaraan Indonesia, kita harus meninjau dan memahami kembali sejarah
perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan
pembentuk negara Republik Indonesia.

Perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai Pancasila.


Pembentukan karakter bangsa, dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia, harus
mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa, yaitu Pancasila. Namun, jika dalam suatu
pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa
Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan, begitu juga dengan
bangsa Indonesia itu sendiri.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia?
2. Apa saja isi dan pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945?
3. Bagaimana hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila?
4. Bagaimana sistem pemerintahan dan kelembagaan negara menurut UUD 1945?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Pak Erwin Nofyan
serta menjelaskan rumusan masalah diatas, yaitu:
1. Mengetahui pengertian pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI.
2. Mengetahui isi dan pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945.
3. Mengetahui hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila.
4. Mengetahui sistem pemerintahan dan kelembagaan negara menurut UUD 1945.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan RI


Pancasila merupakan dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila berperan mengatur seluruh tatanan kehidupan
bangsa dan negara Indonesia. Artinya, segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan suatu sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
haruslah berdasarkan Pancasila.
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum. Oleh
karena itu, segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam
suatu sistem peraturan perundang-undangan. Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
Republik Indonesia mengandung makna bahwa pembagian kekuasaan lembaga-lembaga
tinggi negara, hak dan kewajiban, keadilan sosial, dan lainnya diatur di dalam UUD
Negara.

B. Isi dan Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


Undang Undang Dasar Negara adalah peraturan perundang-undangan negara yang
tertinggi tingkatnya dalam negara dan merupakan hukum dasar negara yang tertulis. UUD
1945 ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Setelah di amandemen, UUD
1945 terdiri atas pembukaan dan pasal-pasal.
Dalam berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 dijelaskan bahwa “…Pembukaan
UUD 1945 yang di dalamnya terkandung pokok-pokok pikiran, meliputi suasana
kebatinan dari UUD Negara Indonesia, serta mewujudkan suatu cita-cita hukum yang
menguasai hukum dasar tertulis (convence)”. Pokok-pokok pikiran tersebut dijelmakan
dalam pasal-pasal UUD 1945, dan dapat dikatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai sumber hukum positif Indonesia, dengan demikian seluruh peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan asas kerohanian negara atau dasar filsafat negara Indonesia.
 Isi Pembukaan UUD 1945:
1. Alinea Pertama
Alinea pertama berbunyi, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” Alinea pertama ini

6
mengandung makna dua dalil, yaitu: (1) dalil objektif, bahwa penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan. Bangsa Indonesia menjunjung kemerdekaan bukan hanya
untuk bangsa Indonesia sendiri, melainkan juga untuk seluruh bangsa di dunia.
Walaupun Indonesia baru memproklamasikan kemerdekaannya, Indonesia telah
mengakui adanya hak asasi manusia yang dimiliki oleh seluruh bangsa di dunia;
dan (2) dalil subjektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia untuk membebaskan diri
dari penjajahan.
2. Alinea Kedua
“Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.” merupakan bunyi alenia kedua yang menunjukkan bahwa
perjuangan yang telah lama dilakukan oleh rakyat Indonesia melawan penjajahan
telah berhasil sehingga bangsa Indonesia dapat menyatakan kemerdekaannya.
Alinea ini mengandung cita-cita bangsa Indonesia, yaitu negara yang merdeka,
bersatu, berdaulat, dan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
3. Alinea Ketiga
Alinea ketiga berbunyi, “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Ini menunjukkan bahwa
perjuangan yang telah susah payah dilalui oleh bangsa Indonesia dalam
memperoleh kemerdekaan tak lepas dari campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Artinya, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius. Dengan dinyatakan
kembali proklamasi pada alinea ketiga ini menunjukkan bahwa Pembukaan UUD
1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
4. Alinea Keempat
“Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar

7
kepada: Ketuhanan Yang Maha, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.” adalah bunyi dari alinea keempat yang mengandung
tujuan negara, asas politik serta falsafah hidup bangsa dan dasar negara (Pancasila).
Tujuan negara Indonesia yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Asas politik negara yaitu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Di alinea keempat
ini juga dirumuskan Pancasila yang merupakan sumber dari segala hukum. Oleh
karena itu, peraturan perundang-undangan yang dibentuk tidak boleh bertentangan
dengan pancasila.
 Pokok Pikiran UUD 1945:
1. Pokok pikiran pertama berisi bahwa Indonesia adalah negara persatuan. Artinya,
negara menghendaki persatuan yang meliputi segenap bangsa dan seluruh wilayah
Indonesia. Jadi, negara mengatasi segala faham golongan maupun perorangan dan
menghendaki agar dalam penyelenggaraan negara, warga negara mengutamakan
kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
2. Pokok pikiran kedua adalah negara hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat. Dalam hal ini, negara berkewajiban mewujudkan kesejahteraan
umum bagi seluruh warga negara.
3. Pokok pikiran ketiga adalah negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Artinya, negara Indonesia adalah
negara demokrasi, dimana kedaulatan berada di tangan rakyat, dan segala
persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah/perwakilan.
4. Pokok pikiran keempat adalah negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Ini berarti bahwa negara
Indonesia menjunjung tinggi keberadaban semua agama dan menghormati segenap
manusia yang memiliki adat serta perlakuan yang adil bagi setiap manusia.

C. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila


Pancasila mempunyai fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara dan merupakan unsur penentu berlakunya tertib hukum Indonesia. Alinea
8
keempat menunjukan bahwa Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat, yang bentuk dan wujudnya tertuang dalam UUD. Pembukaan
maupun Pancasila tidak bisa dirubah maupun diganti oleh siapapun, karena merubah
ataupun mengganti berarti membubarkan Proklamasi 17 Agustus 1945, sebab Pancasila
merupakan fundamental terbentuknya bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai substansi esensial dari Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Secara material, tertib hukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Hal terpenting bagi bangsa
Indonesia adalah mewujudkan cita-citanya sesuai dengan Pancasila, artinya cara dan
hasilnya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Sedangkan cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh
karena itu, Pancasila dan Pembukaan yang memilki hubungan erat harus dilaksanakan
secara serasi, seimbang, dan selaras.

D. Sistem Pemerintahan dan Kelembagaan Negara Menurut UUD 1945


1. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945
Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh
UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut :
a. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). Ini tercantum
dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Maknanya, kepastian hukum dapat dirasakan oleh
seluruh warga negara. Setiap hal yang dilakukan oleh warga negara memiliki
konsekuensi hukum yang harus dipertanggung jawabkan.
b. Sistem konstitusional. Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar)
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Dengan ketentuan ini,
pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang termuat dalam konstitusi.
Suatu konstitusi menjadi fondasi negara, yang mengatur pemerintahannya,
menspesifikasi kekuasaannya, dan memimpin tindakan-tindakannya.
c. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan rakyat. Hal ini terdapat dalam pasal 1
ayat (2) UUD 1945. Badan yang diberi kewenangan untuk melaksanakan kedaulatan
ini adalah MPR, yang merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. Majelis
ini bertugas mengubah dan menetapkan UUD, serta melantik dan memberhentikan
Presiden dan Wakil Presiden.
d. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi disamping MPR dan
DPR. Ini berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, dimana Presiden dipilih

9
langsung oleh rakyat (Pasal 6A ayat (1)). Jadi, Presiden tidak lagi merupakan
mandataris MPR, melainkan dipilih oleh rakyat.
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. UUD 1945 telah mengatur
kerjasama antara Presiden dan DPR, antara lain dalam membentuk UU dan
menetapkan APBN, pengangkatan duta dan konsul, penganugerahan gelar dan tanda
jasa, pemberian amnesty dan abolisi, dan lain-lain. Presiden dan DPR harus bekerja
sama, namun ini bukan berarti Presiden bertanggung jawab kepada DPR karena
kedudukan Presiden tidak tergantung kepada DPR.
f. Menteri negara ialah pembantu Presiden dan menteri negara tidak bertanggung
jawab kepada DPR. Ini sesuai dengan pasal 17 ayat (1) UUD 1945. Presiden
mengangkat dan memberhentikan menteri. Menteri tidak bertanggung jawab kepada
DPR.
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Hasil Amandemen UUD 1945
menyebutkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat. Sehingga dalam sistem kekuasaan kelembagaan negara, Presiden sejajar
dengan MPR dan DPR. Tetapi, apabila Presiden terbukti melanggar Undang-Undang
maupun UUD 1945, maka MPR dapat melakukan impeachmant (kemungkinan
pemberhentian).
2. Kelembagaan Negara Menurut UUD 1945
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Anggota MPR terdiri atas anggota-anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui
pemilu. MPR sebagai pemegang kekuasaan tinggi di samping DPR dan Presiden.
Dalam UUD 1945, MPR diatur dalam bab II, pasal 2 dan pasal 3.
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. DPR juga
mempunyai hak, yaitu hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat.
DPR diatur dalam bab VII yang meliputi pasal 19, 20, 20A, 21, 22, 22A dan 22B
UUD 1945
c. Presiden
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
1945 dan dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden.
Presiden berkedudukan sejajar dengan MPR dan DPR. Presiden diatur dalam bab III
yang mencakup pasal 4 sampai pasal 16 UUD 1945.
d. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

10
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap provinsi.
DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak mengajukan
RUU kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai dengan bidangnya. DPD diatur
dalam bab VIIA, yang meliputi pasa 22C dan 22D UUD 1945.
e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPK dibentuk untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan
DPRD sesuai dengan kewenangannya. BPK diatur dalam bab VIIIA yang mencakup
pasal 23E, 23F dan 23G UUD 1945.
f. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya memegang kekuasaan
kehakiman terlepas dari pengaruh semua lembaga negara. Mahkamah Agung
berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lain
yang diberikan oleh undang-undang. MA diatur dalam bab IX, pasal 24 dan 24A
UUD 1945
g. Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
dengan keputusan yang bersifat final, menguji undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diatur oleh UUD, memutus pembubaran partai politik, dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum. MK diatur dalam bab IX pasal 24C
UUD 1945.
h. Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial bersifat mandiri dan mempunyai wewenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, martabat serta perilaku hakim. KY diatur dalam bab IX
pasal 24B UUD 1945.
i. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU merupakan penyelenggara pemilihan umum dan bersifat nasional, tetap dan
mandiri. KPU terdapat dalam bab VIIB pasal 22E UUD 1945.
j. Bank Sentral

11
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan UU. Ini terdapat dalam pasal
23D UUD 1945.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia mengandung makna
bahwa pembagian kekuasaan lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban,
keadilan sosial, dan lainnya diatur di dalam UUD Negara. Pembukaan UUD 1945
memiliki isi dan pokok pikiran yang seluruhnya berkaitan erat dengan Pancasila.
Keduanya sama-sama menjadi dasar dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan sistem
pemerintahan di Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam menjalankan ketatanegaraan di
Indonesia, segala sesuatunya harus mengacu kepada Pancasila dan Pembukaan UUD
1945 dan tidak boleh menyimpang dari dua fondasi tersebut.

B. Saran

Setelah mengetahui dan memahami pancasila dalam konteks ketatanegaraan, kita


sebagai penerus bangsa Indonesia harus mencermati serta memegang teguh nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
sebagai masyarakat madani, kita harus menjalankan dan melaksanakan ketatanegaraan
yang sesuai dengan Pancasila.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Warga Negara yang


Demokratis. Jakarta: Grafindo Media Pratama

Dani, Ram, 2013. Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum, dalam
http://pedabuntung.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sumber-dari-segala.html,
diakses tanggal 16 Februari 2018.

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma

Nurdiaman, Aa. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Kecakapan Berbangsa dan


Bernegara. Bandung: Pribumi Mekar.

Setijo, Panji. 2010. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta:
Grasindo.

Simanjuntak, P.N.H. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Grasindo.

Syamsir, dkk. 2017. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Indonesia Bagian Barat.

13

Anda mungkin juga menyukai