Anda di halaman 1dari 23

KASUS II

“Stroke Hemoragic”

Seorang laki-laki berusia 53 tahun dirawat dibangsal saraf dengan stroke


hemorrhagic post trepanese hari ke-2. Hasil pengkajian GCS 4, kesadaran koma,
terdengar ronchi dan lender pada jalan napas, terpasang oksigen 6lt/menit, suhu tubuh
38°𝐶

A. Klarifikasi Istilah Penting


1. Bangsal
Bangsal berarti rumah besar (untuk pertemuan , bersenam, bermain main, pertunjukan,
dan sebagainya). (KBBI : 2018)
2. Saraf
Saraf adalah serat-serat yang menghubungkan organ organ tubuh dengan sistem saraf
pusat (yakni otak dan sumsum tulang belakang) dan antar bagian sistem saraf dengan
lainnya. Saraf membawa impuls dari dan ke otak atau pusat saraf.
3. Stroke hemorhagik
Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan
pengeluaran darah ke parenkim otak, ruang cairan cerebrospinal di otak, atau keduanya
dan terjadi secara akut (Yulianti kartika : 2014)
4. Trepenese
Trepanasi/kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan
mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif.
5. GCS
Glasgow Coma Scale adalah Adalah skala yang dipakai untuk menentukan atau menilai
tingkat kesadaran pasien, mulai dari keadaan sadar penuh hingga keadaan Coma.
6. Koma
Koma adalah situasi darurat medis ketika seorang mengalami keadaan tidak sadar dalam
jangka waktu tertentu. Ketidaksadaran ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas
didalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi seperti cedera otak parah, keracunan
alkuhol, atau infeksi otak (ensefalitis).
7. Ronchi
Ronchi (rales) adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran
nafas yang berisi secret/eksudat atau akibat saluran nafas yang menyempit atau oleh
edema saluran nafas (dokudok : 2015)

1
8. Lendir
Lendir adalah barang cair yang pekat dan licin (seperti dahak, ingus) yang dihasilkan
oleh kelenjar bersel satu pada selaput lendir, menyebabkan permukaan yang dilapisi
selalu basah (KBBI : 2018)
9. Oksigen
Oksigen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang mengisi 20%
dari udara yang kita hirup (dan setidaknya setengah dari berat seluruh kerak bumi yang
padat) (kamuskesehatan.com>arti>oksigen)
10. Suhu
Suhu tubuh mencerminkan keadaan panas seseorang. Pengukuran suhu tubuh dilakukan
dengan cara menggunakan alat ukur suhu yang disebut thermometer. Tergantung jenis
thermometer yang digunakan, pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan melalui mulut,
ketiak, dubur, telinga dan kulit dahi. Suhu tubuh normal orang dewasa adalah 36,5-
37,50C (Muhlisin. D.A : 2017)

B. Kata kunci

“STROKE HEMORHAGIK”

C. Pertanyaan Penting
1. Mengapa pasien mengalami kesadaran koma ?
2. Mengapa terdengar ronchi dan lendir pada jalan nafas klien?
3. Mengapa klien terpasang oksigen?
4. Mengapa suhu badan klien meningkat ?

D. Jawaban pertanyaan penting


1. Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi.
Energy yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen. Jadi kekurangan aliran darah ke otak
tidak walaupun sebentar menyebabkan gangguan fungsi. Dimulai dari rupture pembuluh
dari cerebral kemudian menimbulkan Hemoragic cerebral terjadilah penambahan massa
yang terbagi dari Edema dan Tekanan Intra Kranial Meningkat pada edema terjadi pada
batang otak dan menimbulkan penurnan kesadara sehingga terjadilah apatis atau koma
dan berisiko kematian, demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolism otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan mengalami koma.
2. Suara napas dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke
alveoli, dengan sifat bersih. Ronchi adalah bunyi gaduh yang dalam terdenggar selama
ekspirasi yang disebabkan gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat
obstruksi napas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum. Kekurangan

2
oksigen dapat terjadi karena berkurangnya oksigenasi darah akibat kegagalan fungsi
paru, atau karena aliran darah otak menurun, misalnya akibat syok. Karena itu pada
cedera kepala harus dijamin bebasnya jalan napas, gerakan napas yang adekuat dan
hemodinamik tidak terganggum sehingga oksigenasi cukup. Hematoma cerebral akan
menimbulkan perdarahan sub arakhnoid (PSA) kemudian pecahnya aneurisma terjadi
peningkatan tekanan intra cranial yang menyebabkan terjadinya vasopasme pembuluh
darah cerebral kemudian menimbulkan dusfungsi otak fokal yang menyebabkan
gangguan hemisensorik, menurnya nervus 12/reflek mengunyah, tidak adanya reflex
batuk dan tidak adanya reflek mengeluarkan secret secera spontan sehingga jalan napas
pasien terdapat lendir dan terdenggar ronkhi.
3. Pada keadaan gawat misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan
napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigen dan melakukan
pemasangan oksigen. Saat mucus menutup sebagian saluran napas maka terjadi
penurunan tidal volume yang berdampak pada penurunan saturasi oksigen sehingga
tubuh melakukan kompensasi dengan peningkatan frekuensi pernapasan dan
peningkatan denyut jantung. Dengan kondisi tersebut tindakan yang diberikan yaitu
dengan pemberian oksigen. (Huak, 210)
4. Peningkatan suhu badan dipengaruhi oleh fungsi hipotamus yang terganggu. Dimulai
dari perdarahan intra serebri, kemudian darah masuk kedalam jaringan otak, terhadilah
hematoma cerebral, peningkatan tekanan intra cranial menyebabkan herniasi cerebral
sehingga fungsi thalamus terganggu yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu.

E. Tujuan pembelajaran
Untuk mengetahui tentang Pengobatan terbaru stroke
F. Informasi Tambahan
Informasi tambahan di dapatkan dalam jurnal “Isra Reslina, Dedy Almasdy, Armenia” tentang
“HUBUNGAN PENGOBATAN STROKE DENGAN JENIS STROKE DAN JUMLAH
JENIS OBAT”
G. Klarifikasi Informasi
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan efektifitas pengobatan stroke dengan
jenis stroke dan jumlah jenis obat pada pasien rawat inap di bangsal syaraf RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Penelitian bersifat observatinal descriptif analitic melibatkan 47 orang
pasien stroke rawat inap di bangsal syaraf RSUP Dr. M. Djamil Padang selama tahun 2011
(data retrospektif) dan periode Mei-Juli 2012 (data prospektif). Analisa data menggunakan
uji Chi Square untuk melihat hubungan antara jenis stroke dan jumlah jenis obat dengan
lama hari rawat, outcome tekanan darah dan outcome motorik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pasien stroke hemoragik memerlukan lama hari rawat yang lebih

3
panjang dibandingkan stroke iskemik (p<0,05), namun tidak terdapat perbedaan bermakna
antara tekanan darah dan aktivitas motorik pasien antara ke dua jenis stroke ini (p>0,1).
Pasien yang menggunakan obat dalam jumlah yang banyak, memilki lama hari rawat yang
lebih panjang dibandingkan dengan pasien yang menggunakan jumlah obat yang sedikit
(p<0,05). Namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara jumlah jenis obat dengan
tekanan darah dan aktivitas motorik pasien (p>0,1).

H. Analisa & Sintesis Informasi


Bedasarkan hasil analisis diatas bahwa dapat disimpulkan pasien ini menderita Stroke
Hemoragic dengan diagnosa keperawatan
1. Risiko Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
3. Hipertermia

I. Laporan Diskusi

4
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

STROKE HEMORHAGIK”

A. Definisi

Stroke adalah kelainan fungsi otak yang timbul mendadak, disebabkan karena terjadi
gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Mutaqin :
2008). Lebih lanjut Irfan (2010) menyebutkan stroke atau cerebrovaskular accident
merupakan gangguan sistem saraf pusat dan merupakan penyebab utama gangguan aktivitas
fungsional pada orang dewasa

Stroke hemorhagik adalah Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
yang menyebabkan pengeluaran darah ke parenkim otak, ruang cairan cerebrospinal di otak,
atau keduanya dan terjadi secara akut (Yulianti kartika : 2014)

B. Anatomi fisiologi
Sistem persarafan utama manusia terbagi atas 2 bagian yaitu sistem saraf pusat (otak) dan
sistem saraf tepi (tulang belakang).
1. Otak (sistem saraf pusat)
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan
jembatan varol.
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental , yaitu yang
berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan
kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks
serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang
terletak disebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor
dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat
kesimpulan dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut adalah bagian
yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan
pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat
penglihatan terdapat di bagian belakang.
b. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar endokrin. Bagian

5
atas (dorsal) otak tenga merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
c. Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam kondisi gerakan otot yang terjadi secara
sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
d. Jembatan varol (pons varol)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
e. Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi mengantar impuls yang datang dari medulla spinalis
menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi
seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga
mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih,
sedangkan bagian dalam berbentuk kupu kupu dan berwarna kelabu.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi
atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari
reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls
motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada
tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan
menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motorik.
Sistem saraf tepi terdiri dari: sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (Sistem Saraf
Otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak,
sedangkan sistem saraf otonom mengontrol aktifitas yang tidak dapat diatur oleh otak
antara lain denyut jantung, gerakan saluran pencernaan dan sekresi keringat.
Saraf tepi dan aktifitas aktifitas yang dikendalikannya.
1). Sistem Saraf Sadar
Sistem Saraf Sadar disusun oleh saraf otak (saraf cranial), yaitu saraf-saraf yang keluar
dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari
sumsum tulang belakang.
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
a) Tiga pasang saraf sensori , yaitu saraf nomor 1,2, dan 8
b) Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3,4,6,11,dan 12
c) Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5,7,9, dan 10,
yang mempunyai fungsi masing masing sebagai berikut:

6
1. N. Olfactorius
Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian atas
dari mukosa hidung di sebelah atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari
concha nasalis superior.
2. N. Optikus
Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori
khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke perifer.
3. N. Oculomotorius
Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini
berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata
4. N. Trochlearis
Pusat saraf ini terdapat pada mesensephalon. Saraf ini mensarafi muskulus
oblique yang berfungsi memutar bola mata
5. N. Trigeminus
Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris dan
saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga
saraf ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam
hidung, mulut, gigi, dan meningen.
6. N. Abducens
Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini mempersarafi muskulus rectus latelaris.
Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakkan ke lateral
dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada strabismus konvergen.
7. N. Facialias
Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferent. Saraf aferen berfungsi
untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf efferent untuk otot wajah.
8. N. Statoacusticus
Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf keseimbngan
9. N. Glossopharyngeus
Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut sensori
khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otot otot pharing untuk
menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori khusus mengurus pengecapan di
lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang
lidah, pharing, tuba, eusthacius dan telinga tengah.
10.N. Vagus
Saraf ini terdiri dari 3 komponen: a) komponen motoris yang mempersarafi otot
otot pharing yang menggerakkan pita suara, b) komponen sensori yang
mempersarafi bagian bawah pharing, c) komponen saraf parasimpatis yang
mempengaruhi sebagian alat alat dalam tubuh.

7
11.N. Accesorius
Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus dan
komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini
mempersarafi muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus.
12.N. Hypoglosus
Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot otot lidah.
Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan menonjol
sebagian pada trigonum hypoglosi.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang
melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus
membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka
nervus vagus disebut saraf pengembara dan merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan
asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher. 12 pasang
saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan 1 pasang saraf
ekor. Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus.
2). Saraf otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini
terdapat beberapa jalur dan masing masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks
dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut
urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post
ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada
posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang
belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra
ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang
panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem
saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang cabangnya
di tambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
`` (Anatomi, ganong : 2005)
Tabel Fungsi Saraf Otonom
Parasimpatik Simpatik

1. Memperbesar pupil
1. Mengecilkan pupil
2. Menghambat aliran ludah
2. Menstimulasi aliran ludah

8
3. Memperlambat denyut jantung 3. Mempercepat denyut jantung
4. Membesarkan bronkus 4. Mengecilkan bronkus
5. Menstimulasi kelenjar pencernaan 5. Menghambat sekresi kelenjar pencernaan
6. Mengerutkan kantung kemih 6. Menghambat kontraksi kandung kemih

C. Etiologi

Stroke hemorhagik disebabkan oleh adanya perdarahan intraserebral karena hipertensi. Faktor
faktor yang dapat menyebabkan perdarahan intraserebral diantaranya adalah:

1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskular seperti:
a. Penyakit arteri koronaria
b. Gagal jantung kongestif
c. Hipertrofi ventrikel kiri
d. Abnormalitas irama
e. Penyakit jantung kongetif
3. Kolestrol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit meningkatkan resiko infark serebral\
6. Kontrasepsi oral
7. Merokok
8. Penyalahgunaan obat
9. Konsumsi alkohol

D. Manifestasi Klinis
1. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering dijumpai pada perdarahan Intraserebral adalah nyeri kepala berat,
mual dan muntah dan adanya darah dirongga subarachnoid pada pemeriksaan fungsi
lumbal meruakan gejala penyerta yang khas.
2. Gejala Perdarahan Subarachnoid (PSA)
Gejala yang sering dijumpai pada perdarahan subarachnoid adalah nyeri kepala yang
hebat nyeri dileher dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat
dilakukan dengan pemeriksaan kaki kuduk, lasegue dan kering untuk mengetahui kondisi
rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf.
3. Gejala Perdarahan Subdural

9
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala adalah nyeri kepala, tajam
penglihatan mundur akibat edema pupil yang terjadi, tanda-tanda deficit neurologic
daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
setelah terjadinya trauma kepala
a. Aneurisma
Yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat pecah
b. Kanker, terutama kanker yang menyebarke otak dari organ jauh seperti payudara,
kulit dan tiroid
c. Cerebral amyloid angiopathy yang membentuk protein amilod dalam dinding arteri
diotak, yang membuat kemungkinan stroke lebih besar
d. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin)
e. Vertigo
f. Gejala merangsang meningen

E. Patofisiologi
Ada dua bentuk CVA bleeding
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk
kedalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema disekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral
sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, subkortikal, nucleus kaudatus, pon, dan
serebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah
berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering didapat
pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada
jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak
dan ruang subarachnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarachnoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda
tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan
subarachnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini
seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9,
dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena
interaksi antara bahan bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarachnoid. Vasospasme ini dapat

10
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun vocal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain lain). Otak dapat berfungsi jika
keburuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energy yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan,
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolism otak, tidak
boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turunsampai 70% akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat ini otak hipoksia, tubuh
brusaha memenuhi O2 melalui proses metabolic anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak.

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnose stroke hemoragik
antara lain adalah:
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena
atau adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau
malformasi vascular
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemoragi pada subarachnoid atau perdarahan pada intrakranial
3. CT Scan
Penilaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti
4. EEG (Elektro Enchephalogram)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
5. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang magnetic untuk menetukan posisi dan besar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.

G. Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1. Infark serebri
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum

11
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

H. penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral infark cerebral terdapat kehilangan secara
mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih
bisa diselamatkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin
area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan
mengontrol/memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK dengan meninggikan kepala 15-30 cm
menghindari flexi kepala dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti koagulan: heparin untuk menurunkan kecenderungan perdarahan pada fase akut
b.Obat anti trombotik: pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik
c. Diuretika: untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak. Penderita
yang menjalani tindakan tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti
hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan
dengan anastesi umum sehingga saluran pernapasna dan kontrol ventilasi yang baik
dapat dipertahankan.

12
Pathways Klinis Stroke Hemoragik

Hipertensi aneurisma

Viskositas darah adanya titik lemah dalam dinding arteri serebral

Tekanan Intravaskuler ruptur aneurisma

Pembuluh darah serebral pecah

Perdarahan arachnoid/ventrikel

Hematoma serebral
Perdarahan intra serebri (PIS) Perdarahan sub arachnoid (PSA) Suplai darah ke otak

Darah masuk ke dalam Pecahnya aneurisma Perfusi jar. serebral

Jaringan otak TIK tidak adekuat

Hematoma serebral Vasospasme pembuluh Iskemik/infark

TIK Nyeri akut darah serebral jaringan otak

Hemiasi serebral resiko kematian

Gangguan fungsi brainstem Gangguan fungsi Ketidak efektifan

Thalamus cerebrum dan cerebellum perfusi jaringan serebral

Depresi pusat Depresi pusat

Pencernaan pernapasan Disfungsi otak Disfungsi otak fokal

Respon GI perubahan pola napas global

Mual muntah inefektif nyeri kepala Kesadaran Hemiparesis Afasia

Resiko defisit volume Gangguan pola Kelumpuhan sebagian

cairan dan elektrolit napas tubuh G3 fungsi bicara

G3 mobilitas G3 komunikasi

Depresi pusat pengaturan Resiko aspirasi Fisik verbal

kardiovaskuler Resiko trauma Defisit perawatan diri

Perubahan denyut Resiko jatuh Bedrest

13
Jantung Intoleran aktivitas Resiko kerusakan G3 hemisensorik

Kardiak output integritas kulit

Gangguan perfusi

jaringan perifer (N1) daya penciuman (N9,10,11,5) kemampuan (N12) reflek

(N2346) daya penglihatan menelan mengunyah

(N7) daya pengecap G3 nutrisi kurang dari tersedak

(N8) daya pendengaran dan kebutuhan tubuh obstruksi jalan

Keseimbangan tubuh nafas

Gangguan sensori perceptual Bersihan jalan nafas inefektif

14
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE HEMORHAGIC

PADA KLIEN Tn.A

Seorang laki-laki berusia 53 tahun dirawat dibangsal saraf dengan stroke


hemorrhagic post trepanese hari ke-2. Hasil pengkajian GCS 4, kesadaran koma, terdengar
ronchi dan lender pada jalan napas, terpasang oksigen 6lt/menit, suhu tubuh 38°𝐶

IDENTITAS PASIEN

A. Pengkajian
1. Identitas Diri Pasien :
Nama : Tn.A
Umur : 53 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan :-
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suhu Bangsa :-
Tanggal masuk RS :-
No. CM :-
Alamat :-
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
GCS 4, Kesadaran koma, terdenggar ronchi dan lendir pada jalan napas,
terpasang oksigen 6 lt/menit, suhu 38°𝐶
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Post Trepanase
c. Riwayat Kesehatan yang lalu :
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :-
3. Pengkajian Primer :
a. Airway
Pada jalan nafas terpasang ET, ada akumulasi senkret dimulut dan selang ET,
lidah tidak jatuh kedalam dan tidak terpasang OPA.
b. Breating
Terdenggar ronchi dan lendir pada jalan napas3.
c. Circulation :-

15
d. Disability
Kesadaran : Koma
e. Exposure : suhu 38 ⁰C
4. Pengkajian sekunder :
a. TTV :
1) TD :-
2) Nadi :-
3) Respirasi :-
4) Suhu : 38 ⁰C
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :-
b. Mata :-
c. Telinga :-
d. Hidung :-
e. Mulut :-
f. Leher :-
g. Thoraks :
1) Jantung
a) Inspkesi :-
b) Palpasi :-
c) Perkusi :-
d) Auskultasi :-
2) Paru-paru
a) Inspkesi :-
b) Palpasi :-
c) Perkusi :-
d) Auskultasi :-
3) Abdomen
a) Inspeksi :-
b) Auskultasi :-
c) Perkusi :-
d) Palpasi :-
4) Ekstremitas :-
5) Genitalia :-
6. Pola Eliminasi :
a. Urin / Sift :-
b. Feses/shift :-
7. Tingkat Kesadaran :

16
a. Gasgow Coma Scale : 4
b. Status kesadaran : kesadaran koma.
8. Status Nutrisi dan Cairan
a. Nutrisi :-
b. Cairan :-

B. DATA PENUNJANG :-

17
WOC

Hipertensi Aneurisma

↑ Viskositas darah Adanya titik lemah dalam


dinding arteri cerebral
↑ Tekanan
Ruptur aneurisma
intravaskuler

Pembuluh darah
cerebral pecah

Perdarahan
arakhnoid / venrikel

Hematoma cerebral

Perdarahan intra Suplai darah


selebri Intrakranial keotak ↓ Perdarahan sub
arakhnoid (PSA)
Fungsi Perfusi jaringan
Hipotalamus cerebral tidak Pecahnya
terganggu adekuat aneurisma

Iskemik / infark ↑ TIK


↑ Suhu Tubuh
jaringan otak
Vasopasme
pembuluh darah
Hipertermia Risiko Kematian cerebral
Disfungsi otak
lokal
Risiko
Ketidakefektifan
Petfusi Jaringan Gangguan
Cerebral Hemisensorik

Obstruksi jalan
napas

Bersihan Jalan
Napas Tidak
Efektif

18
Klasifikasi Data
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
 -  GCS 4
 Kesaradan koma
 Terdenggar ronchi dan lendir
pada jalan napas
 Terpasang oksigen 6 lt/menit
 Suhu 38°𝐶

Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 Data Subjektif :- Hematoma cerebral Risiko
Ketidakefektifan
Suplai darah ke otak ↓
Data Objektif perfusi jaringan otak
 GCS 4 Perfusi jaringan cerebral
 Kesaradan koma tidak edekuat

Iskemik/infark jaringan otak

Resiko kematian

Ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral

2 Data subjektif :- Hematoma cerebral Ketidakfektifan


Bersihan Jalan Napas
Perdarahan sub arakhnoid
Data Objektif
(PSA)
 Terdenggar ronchi dan
lendir pada jalan napas Pecahnya anuerisma
 Terpasang oksigen 6
↑TIK
lt/menit
Vasospasme pembuluh darah
cerebral

Disfungsi otak fokal

Gangguan hemisensorik

(N12) reflek mengunyah ↓

Obstruksi jalan napas

19
Bersihan jalan napas tidak
efektif

3 Data Subjektif : - Perdarahan intra selebri Hipertermia


Intrakranial
Data Objektif :
 SB 38°𝐶
Fungsi Hipotalamus
terganggu

↑ Suhu Tubuh

Hipertermia

DIAGNOSA KEPERAWATAN

4. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak (00201)


Domain 4. Aktifitas / Istirahat
Kelas 4. Respon Kardiovaskular / Pulmonal

5. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)


Domain 11. Keamanan / Perlindungan
Kelas 2. Cedera Fisik

6. Hipertermia (00007)
Domain 11 Keamanan / Perlindungan
Kelas 6. Termoregulasi

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Risiko Ketidakefektifan Keefektifan perfusi jaringan Manajemen Edema


Perfusi Jaringan Otak Serebral
Setelah dilakukan tindakan
(00201)
keperawatan 2x24 jam 1. Monitor status
Domain 4. Aktifitas / diharapkan terjadi keefektifan neurologi dengan
Istirahat pompa jantung dengan ketat dan
kriteria hasil bandingkan dengan
Kelas 4. Respon nilai normal
Kardiovaskular / Pulmonal Status Neorologi 2. Monitor tanda-tanda
Definisi : rentan mengalami  Kesadaran ditingkatkan vital
penurunan sirkulasi jaringan ke skala 5 3. Monitor TIK pasien
otak yang dapat menganggu  Kontrol motor sentral dan respon neurologi

20
kesehatan ditingkatkan ke skala 4 terhadap aktivitas
 Fungsi sensorik dan perawatan
Data Subjektif 4. Posisikan tinggi
motorik cranial
- kepala tempat tidur
ditingkatkan ke skala 4
Data Objektif
 Fungsi sensorik dan 30 derajat atau lebih
 GCS 4
motorik spinal
 Kesadaran coma ditingkatkan ke skala 4
 Fungsi otonom
ditingkatkan ke skala 4
 Tekanan intracranial
ditingkatkan ke skala 4

Ket

oSkala 1 sangat terganggu


oSkala 2 banyak terganggu
oSkala 3 cukup terganggu
oSkala 4 sedikikit
terganggu
o Tidak terganggu
2 Ketidakefektifan Bersihan Status Pernafasan Manajemen Jalan
Jalan Napas (00031)
Setelah dilakukan tindakan Napas
Domain 11. Keamanan / keperawatan 2x24 jam 1. Monitor status
Perlindungan diharapkan terjadi keefektifan pernafasan dan
pompa jantung dengan oksigenasi
Kelas 2. Cedera Fisik kriteria hasil 2. Auskultasi suara
Definisi : Ketidakmampuan nafas, catat area
Kepatenan Jalan Napas
membersihkan sekresi atau yang ventilasinya
obstruksi dari saluran napas  Frekuensi pernafasana menurun atau tidak
untuk mempertahankan dalam skala 4 ada dan adanya suara
bersihan jalan napas  Kemampuan untuk tambahan
mengeluarkan secret 3. Posisikan pasien
ditingkatkan ke skala 4 untuk
memaksimalkan
Ket : ventilasi
o Skala 1 Devisiasi berat 4. Masukkan alat NPA
dari kisaran normal atau OPA
o Skala 2 Devisiasi cukup 5. Buang secret dengan
yang berat dari kisaran memotivasi pasien
normal untuk melakukan
o Skala 3 Devisiasi sedang batuk atau menyedot
dari kisaran normal lendir
o Skala 4 Devisiasi ringan 6. Lakukan penyedotan
dari kisaran normal melalui endotrakea
o Skala 5 tidak ada devisiasi atau nasotrakea
dari kisaran normal sebagaimana
mestinya
 Suara napas tambahan 7. Lalukan fisioterapi

21
dalam skala 4 dada
 Pernafasan cuping
hidung dalam skala 4
Ket :
o Skala 1 sangat berat
o Skala 2 berat
o Skala 3 cukup
o Skala 4 ringan
o Skala 5 tidak ada

3 Hipertermia (00007) Termoregulasi Perawatan Demam

Domain 11 Keamanan / Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu dan


keperawatan 2x24 jam tanda-tanda vital
Perlindungan
diharapkan terjadi keefektifan lainnya
pompa jantung dengan 2. Monitor warna kulit
Kelas 6. Termoregulasi
kriteria hasil dan suhu
3. Monitor asupan dan
 Melaporkan
keluaran, sadari
kenyamanan suhu dalam
perubahan
skala 5
kehilangan cairan
 Tingkat pernafasan 5
yang tak dirasakan
Ket : 4. Beri obat atau cairan
IV(misalnya,
o Skala 1 sangat antipiretik,
tergaggu agenbakteri, dan
o Skala 2 banyak agen anti menggigil)
tergaggu 5. Tutup pasien dengan
o Skala 3 cukup selimut atau pakaian
tergaggu ringan, tergantung
o Skala 4 sedikit pada fase demam
tergaggu 6. Berikan oksigen
o Skala 5 tidak tergaggu yang sesuai
7. Lembabkan bibir
 Stroke panas skala 5 dan mukosa hidung
yang kering
Ket :

o Skala 1 berat
o Skala 2 cukup berat
o Skala 3 sedang
o Skala 4 rigan
o Skala 5 Tidak
terganggu

22
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. 2010. “Kebutuhan Dasar Manusia”. Selamba Medika: Jakarta

Bare & Suzanne, 2012, “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Volume 2, (Edisi 8), EGC,Jakarta

David C. 2009. “Capillary Nail Test”. Medlineplus

Greenspan, FS. 2014. “Treatment Guidelines for Patient with Hyperthyroidism and
Hypothyroidism. Standart of Care Committee”. American Thyroid Assosiation JAMA 273
Indah, Mutiara. 2014. “Mekanisme Kerja Hormon”. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Elsevier Gloria Bulechek, dkk 2016. “Nursing Intervention Classification (NIC)” : United States of
America, Elsevier

Long, Barbara C. 2006. “Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)”
Jilid 3. Bandung:Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Rachmadi, Agus. 2013. “Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal”. Penerbit : AKPER


Depkes, Banjarbaru.

Saryono. 2011. “Biokimia Hormon”. Yogyakarta : Nuha Medika.

Semiardji, Gatut. 2013. “Penyakit Kelenjar Tiroid”. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sue Moorhead, dkk 2016. “Nursing Outcomes Classification (NOC)”: United States of America

http://titiksblog.blogspot.co.id/2010/08/askep-stroke-hemoragic.html

23

Anda mungkin juga menyukai