METODE
PELAKSANAAN
Strategi paling tepat dalam mengantisipasi keterlambatan proyek konstruksi adalah dengan
membuat Risk Management yang berdampak atas waktu pelaksanaan. Bagian penting atas risk
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
management tersebut adalah adanya risk response dan tentu monitoringnya. Pada proyek yang sudah
terlanjur mengalami keterlambatan artinya risiko yang berdampak atas waktu pelaksanaan telah terjadi.
Risiko yang terjadi adalah problem. Ini terjadi karena kurang memadainya risk management yang dibuat.
Strategi percepatan proyek identik dengan risk respons dalam risk management. Hanya saja pada
risiko yang telah terjadi. Strategi diterapkan berdasarkan prioritas jika faktor yang menyebabkan
keterlambatan proyek jumlahnya cukup banyak. Dengan melihat karakteristik khusus proyek konstruksi
dan faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek.
Langkah-langkah antisipasi agar pekerjaan diselesaikan tepat waktu adalah sebagai berikut :
A. Manajerial
E. Managemen Peralatan
H. Managemen Kontrak
I. Site
URAIAN METODE
PENGGUNAAN PERALATAN
SELAMA PELAKSANAAN
PEKERJAAN
METODE
PELAKSANAAN
Peralatan dalam pekerjaan konstruksi diartikan sebagai alat lapangan (alat berat), peralatan
laboratorium, peralatan kantor (misalnya computer), dan peralatan lainnya. Dengan menggunakan
peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat dicapai dengan ketepatan waktu yang lebih akurat, serta
memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan.
i. Alat-alat berat
Jenis peralatan dengan variasi kapasitas dan kegunaannya dapat digunakan untuk pekerjaan
konstruksi sesuai fungsinya. Pemilihan dan pemanfaatan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan
ditinjau dari jenis, jumlah, kapasitas maupun waktu yang tersedia. Demikian pula cara penggunaannya,
harus mengikuti prosedur pengoperasian dan perawatannya, sesuai dengan fungsi masing-masing
peralatan.
Pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencanaan, dimana jenis, jumlah, dan kapasitas alat
merupakan faktor-faktor penentu. Tidak setiap alat berat dipakai untuk setiap proyek konstruksi, oleh
karena itu pemilihan alat berat yang tepat sangatlah diperlukan. Apabila terjadi kesalahan dalam
pemilihan alat berat maka akan terjadi keterlambatan di dalam pelaksanaan, biaya proyek yang
membengkak, dan hasil yang tidak sesuai dengan rencana. Di dalam pemilihan alat berat, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan sehingga kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari. Faktor-faktor
tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, seperti untuk
menggali, mengangkut, meratakan permukaan, dan lain-lain.
2. Kapasitas peralatan. Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material yang harus
diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
3. Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun vertikal) dan jarak gerakan,
kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain-lain.
4. Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan pemeliharaan
merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat.
5. Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-proyek
tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan hutan, dam, dan
sebagainya.
6. Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan : dalam pemilihan alat
berat. Sebagai contoh lokasi proyek di dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan
lokasi proyek di dataran rendah.
7. Jenis material yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah dapat
dalam kondisi padat, lepas, keras, atau lembek.
8. Kondisi lapangan. Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik merupakan faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan alat berat.
2. Melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan tenaga yang berimbang dengan jumlah alat yang ada.
4. Memperbandingkan ekonomisasi jenis alat alat yang berlainan, pada jenis pekerjaan yang sama.
3. Membuat schedulle penggunaan yang dikaitkan dengan volume pekerjaan dan jumlah alat yang
tersedia.
4. Memobilisasi peralatan yang digunakan seperlunya, agar tidak terjadi penumpukkan peralatan di
lokasi pekerjaan.
6. Menyediakan spartpart di lokasi pekerjaan, agar setiap kerusakan alat dapat langsung ditangani.
8. Memanfaatkan waktu lembur, untuk mempersingkat waktu penggunaan alat di lokasi pekerjaan.
9. Menyediakan penambah daya tahan tubuh untuk personil agar penggunaan alat lebih effektif dan
effisien.
11. Menghindari menggunakan alat yang tidak effisien digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
12. Membuat jalan alternatif agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas dalam mengangkut material.
14. Menghindari jalur lalu lintas alat yang berbahaya, kondisi jalan buruk, jika perlu lakukan perbaikan
agar jalur lalu lintas alat tidak terhambat.
15. Jika menurut perhitungan, pelaksanaan pekerjaan akan terlambat, dilakukan penambahan jumlah
alat.
16. Secara rutin, melakukan evaluasi terhadap produksi alat dan evaluasi penggunaan alat.
17. Secara rutin melakukan perhitungan biaya kepemilikan dan biaya operasional peralatan.
METODE PENANGANAN K3
METODE
PELAKSANAAN
K3 merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil yang
maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan.
Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Integrasi diperlukan untuk memastikan
bahwa tugas menjalankan program K3 dapat dicapai sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
1. Perusahaan mempunyai tanggung jawab moral terhadap keselamatan dan kesehatan kerja,
tenaga kerja, sifat perusahaan, masyarakat pengguna fasilitas proyek, pemilik proyek serta
menjaga keawetan dan umur dari fasilitas yang telah dibuat. Selain itu, program K3 yang efekktif
akan meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja banyak pihak.
2. Sebagai antisipasi perusahaan untuk pemenuhan aspek legal hukum yang berlaku sebagaimana
diatur dan dipersyaratkan dalam :
a. Undang-Undang Kerja tahun 1948-1951, yang mengatur keselamatan kerja beserta
pencegahannya.
b. Undang-Undang No.14/1969, perlindungan keselamatan tenaga kerja.
c. Undang-Undang No.1 tahun 1970, mengatur tentang keselamatan kerja.
d. Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum No. Kep. 174/Men/1986/104/KPTS/1986,
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat dilakukan kegiatan konstruksi.
e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 195/KPTS/1989, mengenai Pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
f. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum No. 1/IN/M/1990, mengenai Pelaksanaan Kampanye
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan DPU.
3. Dengan menerapkan konsep keselamatan kerja, berarti perusahaan telah menerapkan salah satu
fungsi manajemen di mana kinerja program K3 dpat menampilkan hasil program dengan tingkat
kecelakaan paling minimal atau tidak sama sekali.
d. Reputasi yang baik bagi perusahaan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja dapat
meningkatkan permintaan pasar terhadap keahlian perusahaan.
e. Tingkat efisiensi dan efektif kerja bagi perusahaan menjadi lebih tinggi dengan menekan
risiko kecelakaan yang akan terjadi.
Konstruksi merupakan suatu jenis Industri konstruksi mempunyai sifat-sifat antara lain :
Selain itu industri konstruksi mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan industri lain,
yaitu :
1. Orang – orang yang terlibat dalam proyek seringkali bekerja secara sementara
2. Tiap proyek adalah unik dan perubahan kondisi mengurangi hasil yang ingin dicapai dari
factor-faktor pendukung yang ada.
3. Keorganisasian bersifat sementara dan sebagai akibatnya tidak ada komitmen antara klien
dan penyedia jasa untuk membangun ketrampilan tenaga kerja dan proyek.
Industri konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses
konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan juga para pemasok yang bersama-
sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri. Di bidang konstruksi mempunyai karakteristik
yang sangat spesifik, bahkan unik. Karakteristik usaha jasa konstruksi terdiri dari :
6. Proses produk melibatkan berbagai jenis peralatan berbagai klasifikasi dan kualifikasi
tenaga kerja, serta berbagai tingkatan teknologi
A. MAKSUD
B. TUJUAN
1. Memastikan bahwa perencanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ini
dilaksanakan dalam usaha memenuhi persyaratan yang diperlukan serta memastikan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ini tetap terpelihara.
3. Memastikan hasil dari penilaian dan pengaruh dari pengendalian dipertimbangkan dalam
menetapkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja dan memelihara informasi yang
relevan dengan perubahan yang diperlukan, mencakup aktivitas rutin dan non rutin dan
aktivitas dari semua personil yang memiliki akses ke tempat kerja (termasuk sub kontraktor
dan pengunjung).
4. Melakukan proses identifikasi terhadap resiko keselamatan dan kesehatan kerja sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk setiap rencana pengembangan atau aktivitas
baru atau perubahan aktivitas dan jasa.
1. Dokumen Kontrak;
4. Setiap personil / pegawai harus diberikan pelatihan mengenai K3 yang sesuai dengan
lingkup dan tugasnya;
6. Setiap area tempat kerja yang mempunyai resiko dan kemungkinan terjadinya bahaya,
harus menyediakan petunjuk-petunjuk / informasi-informasi yang tepat cara penanganan
dan pencegahan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi;
7. Setiap karyawan harus disediakan kebutuhan akan alat-alat pelindung diri, dilatih
bagaimana cara menggunakan dan digunakan tempat yang seharusnya;
9. Bahan-bahan yang mudah meledak atau terbakar harus disimpan, diangkat dan
diperlakukan sedemikian rupa sehingga dapat dicegah dari kemungkinan terjadinya
kebakaran.
10. Alat-alat penyelamat harus tersedia di areal atau tempat-tempat yang membutuhkan.
11. Pekerjaan yang dilakukan diatas air harus menyediakan peralatan keselamatan, seperti
pelampung / life jacket yang mudah dijangkau dan diketahui oleh pegawai yang berada di
lokasi tersebut.
13. Pihak Manajemen Proyek harus melakukan tinjauan manajemen mengenai safety secara
berkala.
14. Setiap personil saat bekerja di lapangan harus dilakukan secara berkelompok.
17. Kegiatan Pembangunan, Rahabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara harus
menyediakan fasilitas keselamatan kerja upaya pencegahan dan personil yang mampu
menangani, serta peralatan P3K.
18. Kegiatan Pembangunan Rahabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara harus
menjalin kerjasama yang baik / layak dengan rumah sakit / puskesmas terdekat untuk
merawat kasus-kasus penyakit yang gawat atau korban luka parah.
19. Kegiatan Pembangunan Rahabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara sepanjang
waktu menyediakan pelayanan keselamatan kerja, upaya pencegahan dan personil yang
mampu menangani serta pelayanan P3K.
21. Semua pegawai dari Pihak Penyedia Jasa untuk Kegiatan Pembangunan Rahabilitasi dan
Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara diasuransikan kesehatannya oleh Perusahaan
E. TANGGUNG JAWAB
1. Manajer Proyek
a. Menyusun konsep Instruksi tentang Safety yang sesuai dengan ruang lingkup
pekerjaan dan membahasnya bersama bagian-bagian yang terkait.
3. Pelaksana
F. PENANGANAN KECELAKAAN
1. Tangani segera apabila ada kecelakaan kerja dan utamakan keselamatan jiwa manusia.
2. Segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan jenis kecelakaan.
3. Apabila perlu, segera dibawa ke Puskesmas / dokter / rumah sakit yang telah dirujuk pada
alamat yang ditentukan.
1. Apabila terjadi kebakaran kecil agar ditangani sendiri dengan menggunakan peralatan
pemadam kebakaran.
2. Beritahukan kepada personil yang berada di lokasi bahwa terjadi bahaya kebakaran.
3. Jika terjadi kebakaran besar yang tidak dapat ditangani sendiri, utamakan manusia dengan
memberitahukan agar menjauhi lokasi.
Setiap personil yang bertugas pada Kegiatan Pembangunan Rahabilitasi dan Pemeliharaan
Prasarana Bandar Udara yang berisiko tinggi terutama yang di lapangan wajib menggunakan
Peralatan Pelindung Diri yang sesuai dengan Standar yaitu :
1. Helm Proyek, disarankan dipakai setiap ke lapangan dan diwajibkan dipakai pada tempat
tempat yang berisiko tinggi terhadap kejatuhan / benturan material;
4. Master, jika bekerja di daerah yang beracun / berbau yang bisa mengakibatkan
terganggunya kesehatan;
5. Sarung Tangan, apabila hal tersebut diperlukan (untuk tukang las diwajibkan);
7. Body Protector (pelindung badan), apabila hal tersebut diperlukan (untuk tukang las
diwajibkan);
8. Life Jacket (Pelampung), untuk bekerja diatas air dipakai setiap menggunakan transportasi
air.
11. Setiap Pembantu Pelaksana, pelaksana, coordinator pengukuran harus dilengkapi dengan
sarana komunikasi;
Untuk pegawai bagian pengukuran / surveyor serta pematokan diharuskan melaksanakan hal-
hal sebagai berikut :
2. Mengetahui lay out daerah yang akan dikerjakan dengan memahami gambar teknik yang
menjadi tanggung jawabnya.
3. Pada saat pelaksanaan di lapangan harus dipastikan apakah lokasi yang diinjak adalah
daerah rawa atau bukan dengan cara menggunakan ranting yang ditusukkan ke tanah.
5. Membawa perlengkapan P3K, perlengkapan tidur / istirahat yang layak pakai; tenda tidak
tembus air, lindungi tempat berkemah dengan garam untuk menghindari binatang-binatang
hutan mendekat.
6. Bagi tim perintis, patahkan batang-batang sebagai jejak untuk membantu agar tidak
tersesat pada waktu kembali.
5. Operator melaksanakan pengoperasian alat sesuai instruksi kerja yang berlaku di proyek.
2. Semua fasilitas transportasi terutama dump truck dan mobil harus operasi dengan ijin resmi
dari pihak yang berwenang.
1. Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam menghadapi keadaan darurat, menyelamatkan tenaga
kerja, asset perusahaan dan lingkungan kerja.
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan kesiagaan dan ketanggapan darurat penanganan
kebakaran, penanganan kecelakaan kerja atau darurat medis (PPPK).
3. Uraian Umum
Keadaan darurat adalah suatu kondisi dimana terjadi kebakaran, kecelakaan kerja, darurat medis
dan kejadian lain yang memerlukan penanganan segera dan terpadu. Kebakaran adalah kobaran
api yang membesar yang tidak terkendali yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia,
barang dan lingkungan.
Darurat medis adalah situasi yang mengancam jiwa seseorang dan perlu penanganan yang serius.
Pada umumnya keadaan ini disebabkan karena keletihan, pingsan, sakit, keracunan dan lain-lain.
Emergency plan harus disiapkan untuk kondisi darurat yang mungkin terjadi dan mencakup :
d. Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas personel dengan tanggung jawab khusus
selama kejadian darurat (seperti pemadaman kebakaran, P3K dan sebagainya).
e. Proses evakuasi.
f. Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan darurat yang dipersyaratkan.
k. Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti denah lokasi perusahaan /
proyek, data material berbahaya, instruksi kerja dan nomor telepon penting.
l. Peralatan darurat untuk penanggulangan jika terjadi kondisi darurat yang harus ada dilokasi
kerja (bila dapat diterapkan) harus disesuaikan dengan aktivitas potensi kondisi darurat,
diuji kelayakannya dalam waktu yang terancana.
j. Setiap lokasi kegiatan kerja perusahaan harus menentukan tempat yang aman (assembly
point) yang berfungsi sebagai tempat berkumpul selama kegiatan evakuasi.
Tahapan :
Buanglah sampah pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jagalah alat-alat, material-
material dan peralatan tersimpan secara teratur pada tempat-tempat yang sudah dise -paku
yang menonjol keluar pada kayu yang masih akan dipakai, maka paku-paku tersebut harus
dicabut. Paku-paku yang menonjol keluar pada potongan kayu yang tidak akan dipakai lagi, maka
paku-paku harus dibengkokkan atau kayu dibuang ditempat pembuagan sampah. Setiap luka
koyak, luka lecet, atau luka tusuk memerlukan pengobatan segera dan harus dijaga agar tetap
bersih. Luka-luka tusuk merupakan tempat-tempat berbahaya bagi infeksi tetanus, karena itu
jagalah agar tetap bersih dan tertutup. Cucilah selalu tangan-tangan anda sebelum merokok atau
memegang makanan dan sesudah memegang bahan-bahan beracun.
Pekerja wajib menggunakan alat pelidung diri dengan benar sesuai dengan kegiatan
pekerjaannya. Pekerja wajib memelihara alat pelindung diri sebaik-baiknya. Sebelum dan
sesudah pemakaian alat pelindung diri pekerja harus melakukan pengecheckan dan pembersihan
secara menyeluruh terhadap kondisi masing - masing alat pelindung diri. Tidak boleh
menyalahgunakan atau pelanggaran dalam penggunaan alat pelindung diri, diantaranya :
b. Penolakan dengan sengaja untuk memakai alat pelindung diri yang dibutuhkan.
Bekerja berdasarkan agenda yang harus di distribusikan paling tidak seminggu dalam pertemuan,
memiliki prosedur baku untuk mengangkat permasalahan . mengembangkan system untuk
mengukur keefektifan dengan cara sebagai berikut :
P. Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, meliputi:
- Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat.
- Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (BPJS Kesehatan) Pendaftaran dan
pembayaran asuransi lainnya.
- Ijin dari pihak berwajib tentang penggunaan jalan atau jembatan yang menuju lokasi untuk lalu-
lintas alat berat.
- Keterangan layak pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang berwenang
memberikan rekomendasi Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempat
Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja sama dengan instansi
yang terkait K3, yaitu desnaker, polisi dan rumah sakit .Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi
kegiatan:
- Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli
untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3 dan yang memiliki resiko kecelakaan.
- Safety supervisor; adalah petugas yang ditunjuk manajer proyek untuk mengadakan
pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3 Safety meeting; yaitu rapat
dalam proyek yang membahas hasil laporan safety patrol maupun safety supervisor Pelaporan
dan penanganan kecelakaan, terdiri dari: Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan
Pelaporan dan penanganan kecelakaan dengan korban meninggal Pelaporan dan penanganan
kecelakaan peralatan berat.
R. PENUTUP.
Rencana pelaksanaaan sangat penting untuk di rencanakan dan dipikirkan sedemikian rupa
untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan di lapangan yang mungkin terjadi dalam mendukung
tercapainya hasil akhir yang memenuhi aspek-aspek penilaian keberhasilan suatu konstruksi. Di
dalam rencana pelaksanaan tersebut mengandung skema urutan dan tahap-tahap pekerjaan
yang harus dilaksanakan karena adanya suatu keterikatan antar pekerjaan.
EDY SISWANTO
Direktur