(Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ekologi Pangan dan Gizi Kelas B)
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Kelompok 3
UNIVERSITAS JEMBER
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan limpahan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pangan Nabati (Kedelai)” dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Ibu Sulistyani, S.KM., M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi.
2. Keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan, serta
3. Rekan-rekan yang menempuh mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi yang
telah memberikan dukungan moril.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan ataupun kekurangan,
tentunya kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan
wawasan bagi kita semua khususnya teman-teman mahasiswa serta bisa menjadi
bahan referensi untuk pembelajaran kita bersama.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB 3. PEMBAHASAN.........................................................................................6
BAB 4. PENUTUP................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................38
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi pangan nabati?
2. Bagaimana kebutuhan dan ketersediaan kedelai di Indonesia?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi produksi kedelai?
4. Apa saja kendala dan bagaimana upaya untuk mengatasi kendala
produksi kedelai?
1.3 Tujuan
1. Untuk menetahui definisi pangan nabati terutama kedelai.
2. Untuk mengetahui kebutuhan dan ketersediaan produksi kedelai di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi produksi
kedelai.
4. Untuk mengetahui kendala dan upaya untuk mengatasi kendala
produksi kedelai.
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
6
2.2 Kedelai
7
perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus
diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan
tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya
ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan
mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam.
Berikut langkah-langkah utama yang dapat dilakukan dalam upaya
membudidayakan kedelai :
1. Pemilihan Benih
Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai.
Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung,
sehingga apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi per
satuan luas akan berkurang. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat
adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi.
2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan penanaman kedelai di areal persawahan dapat
dilakukan secara sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa
dibersihkan, kemudian dikumpulkan, dan dibiarkan mengering.
Selanjutnya, dibuat petak-petak penanaman dengan lebar 3 m - 10 m, yang
panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Diantara petak penanaman
dibuat saluran drainase selebar 25 cm - 30 cm, dengan kedalaman 30 cm.
Setelah didiamkan selama 7-10 hari, tanah siap ditanami.
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi pupuk
dasar. Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg – 200 kg/ha,
KCl 50 kg – 100 kg/ha, dan Urea 50 kg/ha. Pupuk disebar secara merata di
lahan, atau dimasukkan ke dalam lubang di sisi kanan dan kiri lubang
tanam sedalam 5 cm. Untuk jenis kedelai manis (edamame), jarak tanam
40 cm x 40 cm.
3. Penanaman
Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi
yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman
8
antara 1,5 – 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan
diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh. Penanaman dilakukan dengan jarak
tanam 40 cm x 10 – 15 cm. Pada lahan subur, jarak dalam barisan dapat
diperjarang menjadi 15 – 20 cm. Populasi tanaman yang optimal berkisar
400.000 – 500.000 tanaman per hektar.
4. Pemeliharaan
Untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan
mulsa berupa jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat
penanaman benih dengan ketebalan antara 3 cm – 5 cm. Satu minggu
setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman
bertujuan untuk mengganti benih kedelai yang mati atau tidak tumbuh.
Keterlambatan penyulaman akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan
tanaman yang jauh berbeda.
Tanaman kedelai sangat memerlukan air saat perkecambahan (0 – 5
hari setelah tanam), stadium awal vegetatif (15 – 20 hari), masa
pembungaan dan pembentukan biji (35 – 65 hari). Pengairan sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan
menggenangi saluran drainase selama 15 – 30 menit. Kelebihan air
dibuang melalui saluran pembuangan. Jangan sampai terjadi tanah terlalu
becek atau bahkan kekeringan. Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari
setelah tanam, dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan pertama
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan
kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan
dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh menggunakan tangan
atau kored. Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah. Penggemburan
dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.
5. Panen
Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar
75-110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu
diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi
dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik
9
pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna dan
merata.
10
BAB 3. PEMBAHASAN
11
urbanisasi, dan peningkatan pendapatan (Silitonga et al. 1996, Hutabarat
2003).
Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
jumlah penduduk dan kebutuhan bahan baku industri olahan pangan
seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya
(Damardjati et al. 2005). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
memperkirakan konsumsi kedelai saat ini sekitar 1,8 juta ton, dan bungkil
kedelai sekitar 1,1 juta ton (Ditjentan 2004). Hal ini diperkuat oleh data
statistik dari FAO dan BPS, bahwa konsumsi kedelai pada tahun 2004
sebesar 1,84 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai
0,72 juta ton. Kekurangannya diimpor sebesar 1,12 juta ton, atau sekitar
61% dari total kebutuhan. Konsumsi per kapita berfluktuasi tergantung
ketersediaan, yaitu dari 4,12 kg pada tahun 1970 menjadi 10,85 kg pada
tahun 2000 dan 7,90 kg pada tahun 2005, atau secara keseluruhan
meningkat rata-rata 2,3% per tahun selama 35 tahun terakhir (BPS 2006).
12
3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kedelai
Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup besar, dan
industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat maka komoditas
kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di dalam negeri.
Upaya tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan produksi kedelai. Ada
berbagai faktor yang harus diperhatikan agar produksi kedelai meningkat.
Berikut adalah faktor-faktor yang yang mempengaruhi produksi kedelai :
1. Sumber Daya Alam (SDA)
a. Keadaan Iklim
Kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah
tropis dengan ketinggian tempat O-900 m dpl. Kondisi curah hujan
yang ideal bagi pertanaman kedelai lebih dari 1.500 mm/tahun dan
curah hujan optimal antara 100-200 mm/bulan. Berdasarkan penyebaran
curah hujan, di kalangan petani dikenal empat musim tanam, yaitu
13
labuhan, rendengan, marengan. dan kemarau. Keempat musim tanam
tersebut berguna untuk mengatur pola tanam secara spesifik lokasi.
Pertumbuhan terbaik diperoleh pada kisaran suhu antara 20-350℃.
Suhu optimal berkisar antara 250-270℃, dengan kelembapan rata- rata
50%. Tanaman kedelai memerlukan intensitas cahaya penuh, dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang terkena sinar
matahari selama dua belas jam sehari.
Kriteria kesesuaian lahan termasuk iklim untuk usaha tani kedelai
dibagi empat, yaitu: sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai (S3),
dan tidak sesuai (N). Berikut adalah tabel kriteria kesesuaian lahan
untuk tanaman kedelai
Iklim yang sesuai dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
produksi kedelai. Produktivitas akan meningkat apabila kedelai ditanam
sesuai dengan iklimnya. Indonesia, merupakan negara yang mempunyai
iklim yag mendukung untuk menigkatkan produksi kedelai. Maka dari itu,
sebaiknya peluang ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
b. Tanah
Kedelai memerlukan tanah yang memiliki aerasi, drainase, dan
kemampuan menahan air cukup baik. pada tanah kering berpasir serta
tanah dangkal, kedelai tidak dapat tumbuh dengan baik. Jenis tanah
yang sesuai bagi tumbuhan tanaman kedelai adalah tanah aluvial,
regosol, grumosol, latosol dan andosol. Jenis-jenis tanah tersebut
tersebar pada tanah persawahan, tegalan. maupun tanah kering di
14
perkebunan dan kehutanan. Tanah yang cukup lembap cocok untuk
budi daya tanaman kedelai.
15
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya alam yang melimpah akan sia-sia bila tidak diimbangi
dengan sumber daya manusia yang memadai. Sumber daya manusia tidak
hanya dilihat dari segi kuantitasnya saja, namun kualitasnya juga harus
diperhatikan agar dapat meningkatkan produktivitas di sektor pertanian
khususnya kedelai.
a. Kuantitas
Pada kurun waktu 2004 sampai dengan 2009 lebih dari 40 persen
penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Jumlah tenaga kerja
pertanian (pelaku utama/petani) mencapai 39.035.692 orang (37,22 %)
dari seluruh tenaga kerja nasional yang berjumlah 104.870.663 orang
(BPS 2010). Banyaknya sumber daya manusia yang tersedia
seharusnya dapat menjadi peluang untuk meningkatkan produksi
kedelai apabila sumber daya manusia ini dikelola dengan baik.
Banyaknya sekolah tinggi yang menyediakan tenaga lulusan ahli
pertanian seharusnya juga dapat menyeimbangkan antara kuantitas dan
kualitas sumber daya manusia yang ada.
b. Kualitas
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan
dalam menunjang produksi kedelai. Dengan adanya SDM yang
berkualitas baik diharapkan mampu berinovasi dalam melakukan
produksi, menghadapi persaingan global dan lain sebagainya. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian
yakni dengan pembinaan SDM. Pembinaan SDM penting karena SDM
tidak hanya faktor produksi melainkan pelaku langsung dari
pengembangan pertanian. Pembinaan tersebut dapat dilakukan dengan:
16
pemasaran operasi produksi dan lain-lain. Pembinaan unsur
kognitif ini mencakup upaya-upaya peningkatan pengetahuan,
melatih daya pikir, kemampuan analisis, mempertajam intelegensi
dan kecerdasan serta peningkatan pengetahuan manejerial dan
wawasan teknologi bidang agribisnis.
2) Pembinaan unsur psikomotorik, mencakup upaya-upaya untuk
membina dan meningkatkan keahlian dan keterampilan spesifik
dari penjabaran bidang-bidang kognitif seperti keterampilan
bidang manejerial, keterampilan bidang produksi, keterampilan
bidang tekhnologi.
3) Pembinaan unsur afeksi, yakni sikap mental, moral, dan etika.
Sesungguhnya pembinaan unsur ini akan sangat berpengaruh
terhadap kinerja SDM agribisnis. Sikap mental, moral dan etika
tersebut mampu mendorong terciptanya suasana kerja yang
harmonis, ketenagan kerja serta memberikan dukungan moral
terhadap peningkatan produktivitas organisasi.
Dengan adanya keseimbangan antara kuantitas dan kualitas SDM,
secara otomatis akan mampu mempengaruhi produksi kedelai semakin
meningkat. Maka dari itu diperlukan suatu upaya agar SDM yang
melimpah memiliki kualitas yang baik agar dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
17
(2) pengelolaan tanah, (3) cara dan sistem tanam, (4) pemupukan, (5)
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT; hama, penyakit, dan
gulma), (6) pengelolaan lengas tanah, dan (7) penanganan pasca panen.
Inovasi teknologi yang sesuai diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas kedelai. Teknologi ini, juga harus disesuaikan dengan lahan
yang digunakan untuk menanam kedelai, seperti teknologi kedelai lahan
sawah, teknologi kedelai lahan sub optimal dan lain sebagainya. Di lahan
sawah, kedelai umunya ditanam pada musim kemarau setelah pertanaman
padi. Sedangkan di lahan kering (tegalan) kedelai umumnya ditanam pada
musim hujan. Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman
kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balit kabi) telah merakit teknologi
produksi kedelai untuk lahan sawah dan lahan kering, dan lahan pasang
surut tipe C dan D yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dan
keuntungan usahatani. Dengan penggunaan varietas unggul baru yang
sesuai dan teknologi yang tepat, hasil kedelai dapat mencapai lebih dari
2,0 t/ha.
18
2) Untuk menjaga stabilitas harga
b. Mengurangi impor
19
Indonesia mengimpor kedelai 1,6 juta ton di antara jumlah kebutuhan
kedelai 2,2 -2,3 juta ton.
20
Faktor sosial, ekonomi dan budaya berpengaruh dalam produksi
kedelai. Para petani kedelai umumnya berada dalam keadaan prasejahtera
sehingga tidak mempunyai cukup modal untuk meningkatkan produksi
mereka, seperti membeli pupuk, membeli bibit unggul dan lain
sebagainya. Dengan adanya bantuan modal dari pemerintah maupun
pihak-pihak lain kepada para petani kedelai dapat membantu
meningkatkan produksi kedelai. Faktor budaya juga berpengaruh dalam
produksi kedelai. Di Indonesia masih sering dijumpai petani menanam
kedelai dengan cara menyebar benih dan selanjutnya dibiarkan tumbuh
tanpa kegiatan pemeliharaan tanaman yan memadai. Budaya yang
melekat dan kurangnya pengetahuan yang seperti ini lah yang dapat
mempengaruhi hasil dari produksi kedelai.
21
dan permintaan komoditas pertanian yang dilaksanakan Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian (2000), dikemukakan bahwa rendahnya
poduktivitas aktual yang dicapai diduga disebabkan oleh :
1. Tidak adanya kepastian harga komoditas pangan terutama kedelai
ditingkat petani, dan
2. Penghapusan subsidi sarana produksi yangmenyebabkan meningkatnya
biaya produksi, sehingga sebagian petanitidak mampu menerapkan
teknologi usahatani secara baik dan benar.
Kendala lain meliputi:
1. Pupuk
Hingga kini lemahnya lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang
berperan mengawasi distribusi pupuk hingga ke petani. Hal ini
mempengaruhi tidak maksimalnya sistem distribusi pupuk. Itulah
sebabnya selalu terulang, pupuk menghilang di pasaran ketika petani
bersiap-siap memulai musim tanam.
Petani di berbagai wilayah berusaha untuk mendapatkan pupuk.Salah
satu contoh yang dialami petani SPI di Jawa Timur, sejak Oktober 2008
lalu pupuk praktis menghilang.Mereka pun akhirnya mengadakan
audiensi dengan industri pupuk Indakop, Petrokimia dan Komisi B DPRD
Ponorogo.Namun hingga waktu petani membutuhkan pupuk penyediaan
pupuk ini tidak terealisasi.
Pencanangan Go-Organic 2010 agar petani lebih mandiri tidak
tercermin dari anggaran subsidinya ditahun 2008 yang hanya 474 Milyar
untuk pupuk organik dari total subsidi pupuk sebesar 15, 175 Triliun.
Padahal salah satu langkah yang terbaik tentu ialah mendukung
pengembangan pupuk organik yang dapat dikembangkan sendiri oleh
petani.Dukungan pemerintah kearah itu lah yang harus diperbesar.
Pengembangan pupuk organik ini selain mengembalikan kesuburan tanah
dan membantu meningkatkan produktivitas juga akan sangat berperan
dalam membangun kedaulatan petani. Petani dapat menghasilkan pupuk
yang dibutuhkannya sendiri.
2. Benih
Kondisi perbenihan di Indonesia hingga tahun 2008 yang telah lewat
tidak banyak berubah, benih yang merupakan salah satu input dasar
22
produksi pertanian kerap kesulitan ketersediaannya. Pemerintah tidak
memberikan dukungan sepenuhnya kepada rakyat, dalam hal ini petani
untuk memproduksi benih nya sendiri.
Benih varietas unggul yang terdaftar di Kementerian Pertanian terlihat
sejak 2005 sampai dengan sekarang tidak terdapat varietas unggul yang
baru.Pengembangan dan penyediaan benih oleh pemerintah di serahkan
kepada pihak swasta yang mencarai keuntungan sendiri dan tidak berpihak
kepada petani.Kebijakan pemerintah telah menyebabkan situasi
perbenihan di Indonesia sudah menjurus pada krisis benih dan
ketergantungan petani terhadap benih yang diproduksi perusahaan
agribisnis multinasional.Sebagian besar benih untuk tanaman pangan
dikuasai dan didistribusikan oleh perusahaan multinasional.
Harga benih yang ada dipasaran yang menjadi tumpuan petani sangat
mahal. Benih subsidipun kerap sampai di tangan petani dengan harga yang
mahal dikarenakan petani harus menebus terlebih dahulu ke dinas
pertanian dan akibatnya petani tetap menerima benih itu dengan harga
mahal.
3. Pengaruh dari Liberalisasi
Masuknya sistem liberalisasi perekonomian di Indonesia sangat
banyak berpengaruh terhadap sektor pertanian.Petani harus mengeluarkan
biaya lebih besar untuk berproduksi.
Mulai dari benih yang harus beli dari pihak swasta yang harganya
mahal, pupuk juga di pasok tidak hanya oleh BUMN tetapi juga oleh
pihak swasta dan pestisida juga harus di beli dengan harga yang mahal.
4. Harga Kedelai
Fluktuasi harga kedelai juga berpengaruh terhadap produksi petani.
Harga kedelai yang terlalu rendah pada saat musim panen akan
mengakibatkan keengganan petani untuk memanen. Harga kedelai dapat
dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedelai internasional, dikarenakan
sebagaian besar pasokan kedelai kita berasal dari impor.
Selama ini harga kedelai dipermainkan importir.Begitu panen raya,
kedelai banjir di pasaran sehingga harga anjlok. Akibat turunnya harga
membuat petani tak mau memanen kedelainya. Petani kemudian menjadi
enggan menanam kedelai lagi. Dampak lanjutan agenda swasembada
23
kedelai yang dicanangkan pemerintah dijamin tidak terwujud akibatnya
kita menjadi terus bergantung pada impor.
24
Strategi produksi dan distribusi merupakan bagian yang sangat
penting, mengingat bahwa benih kedelai lebih rentan pada kerusakan.
Berkaitan dengan produksi dan distribusi, jalinan benih antar lapang,
musim dan wilayah merupakan kosnep yang cukup baik untuk
dikembangkan, diintregasikan dengan konsep-konsep lainnya, yang
melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder).
3. Penyediaan Lahan
Ketersediaan lahan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
upaya swasembada kedelai. Provinsi yang paling potensial untuk
peningkatan perluasan tanaman kedelai pada lahan sawah adalah Jawa
Timur, Jawa Tengah, NTB, Sulsel dan NAD. Sedangkan untuk perluasan
areal di lahan kering adalah Papua, Lampung, Sulawesi Utara, Jambi,
Sumatra Barat, NAD, dan Sumatra Selatan. Namun apabila kondisi tanah
kurang subur, dapat diperbaiki dengan inovasi teknologi ameliorasi,
diantaranya dengan penggunaan kapur (kalsit atau dolomit) dan bahan
organik, serta pemupukan (organik, anorganik, dan biofertilizer seperti
rhizobium) berdasarkan kondisi tanah setempat.
4. Penerapan Bea Masuk Impor
Pengaturan bea masuk kedelai impor merupakan salah satu faktor
penting dalam meningkatkan produksi kedelai nasional dewasa ini. Pada
prinsipnya, semakin besar bea masuk yang diterapkan, maka akan semakin
tinggi harga kedelai yang terjadi, dan dengan demikian petani akan
terdorong untuk memproduksi kedelai lebih banyak.
Harga yang ditentukan didasarkan pada pertimbangan agar harga
kedelai cukup bergairah bagi petani untuk melakukan produksi. Apabila
harga kedelai dipandang terlalu rendah, maka akan menurunkan minat
petani untuk melakukan penanaman.
5. Potensi Komoditas Alternatif
Upaya untuk meraih swasembada kedelai diperkirakan akan sulit
dicapai, apabila hanya terfokus pada peningkatan produksi untuk
memenuhi permintaan. Perlu dilakukan pengembangan dan
mempromosikan komoditas lain yang sejenis dengan kedelai seperti
kacang tunggak, koro, gude dan kacang lainnya meski potensi ini masih
25
belum tersentuh. Sampai saat ini kedelai hitam hanya digunakan untuk
membuat kecap, karena masyarakat belum terbiasa membuat tempe dan
tahu dari jenis kedelai tersebut. Diperlukan upaya pemasyarakatan yang
intensif agar jenis kedelai ini secara bertahap dapat menggantikan sebagian
kedelai kuning
6. Dukungan Kebijakan
Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, diperlukan dukungan
kebijakan mulai dari subsistem hulu hingga subsistem hilir. Kebijakan
yang dibutuhkan anra lain adalah :
1. Kemudahan prosedur untuk mengakses modal kerja (kredit usaha) bagi
petani dan swasta yang berusaha dalam bidang agribisnis kedelai.
2. Percepatan diseminasi teknologi hasil penelitian dan percepatan
penerapan teknologi di tingkat petani melalui revitalisasi tenanga
penyuluh pertanian.
3. Pembinaan/pelatihan produsen/penangkar benih dalam aspek teknis
(produksi benih), manajemen usaha perbenihan serta pengembangan
pemasaran benih, penyediaan kredit usaha perbenihan bagi produsen
atau calon produsen benih.
4. Mempermudah penyediaan pupuk bagi petani, dengan
menyederhanakan sistem distribusi pupuk.
5. Mendorong/membina pengembangan usaha kecil/usaha rumah tangga
dalam subsitem hilir (pengolahan produk tahu, tempe, kecap, tauco,
susu) untuk menghasilkan produk olahan yang bermutu tinggi sesuai
dengan tuntutan konsumen.
6. Kebijakan makro untuk mendorong pengembangan kedelai di dalam
negeri dengan memberlakukan tarif inpor sekitar 27%, seperti ususlan
Departemen Pertanian.
7. Pengembangan infrastruktur pertanian secara mum (pembukaan lahan
pertanian, pembuatan fasilitas irigasi dan ajalan), juga akan mendorong
pengembangan kedelai di dalam negeri.
8. Kebijakan alokasi sumber daya (SDM, anggaran) yang memadai
dalam kegiatan penelitian dan pengembangan dalam rangka
menghasilkan teknologi tepat guna, terutama varietas unggu baru.
26
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kedelai merupakan salah satu jenis polong-polongan yang menjadi
sumber bahan pangan nabati dengan kandungan protein yang cukup besar
yakni sekitar 40%. Kedelai kaya akan protein nabati, karbohidrat, lemak,
dan juga mengandung fosfor, besi, kalsium, vitamin B lainnya serta
dilengkapi dengan komposisi asam amino lengkap. Saat ini kebutuhan
kedelai di Indonesia masih membutuhkan bantuan import dari negara lain.
Hal ini karena tingkat produktivitas yang meningkat dengan lambat di
tingkat petani sulit diharapkan tanpa didukung dengan perluasan areal
tanam akan menghadapi kendala peningkatan produktivitas.
4.2 Saran
Ketidakmampuan produksi memenuhi kebutuhan dalam negeri telah
menyebabkan impor kedelai terus meningkat. Oleh karena itu, pemerintah
perlu membuat strategi yang dapat meningkatkan produksi kedelai dalam
negeri dengan meminimalisir kendala yang ada dan menerapkan upaya-
upaya yang dapat meningkatkan produktivitas kedelai.
27
DAFTAR PUSTAKA
Atiq Tantowi J, 2008. Permasalahan Komoditas Kedelai Dalam Perekonomian
Indonesia.
Satya, Gelar dan Mimin Aminah. 2010. Swasembada Kedelai antara Harapan
dan Kenyataan. IPB: Departemen Manajemen Fak. Ekonomi dan
Manajemen.
http://www.indonesiastudents.com/pengertian-pangan-menurut-para-ahli/
(Diakses pada tanggal 1 Maret 2018)
28