Anda di halaman 1dari 1

PENGGUNAAN GEODATABASE SEBAGAI IMPLEMENTASI PERATURAN

KEBIJAKAN SATU PETA DI KALIMANTAN


Istiqomah (03311540000050)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Pelaksanaan satu peta atau peta tunggal merupakan suatu kebijakan yang dianggap
penting dalam pembangunan Negara seperti yang tertuang dalam PERPRES No. 9 Tahun 2016
yang bertujuan untuk menghasilkan Informasi Geospasial Tunggal yang terintegrasi terhadap
IGD (Peta Dasar) dengan cakupan nasional dalam skala 1:50.000 selama periode 2016 – 2019.
Namun dalam kebijakan satu peta masih mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaan
lapangan yaitu permasalahan perijinan dan tumpang tindih peta dan perbedaan sistem proyeksi
maupun acuan peta, seperti yang terjadi di pulau Kalimantan dimana terdapatnya area yang
saling tumpang tindih antara peta perhutanan dan perkebunan. Pada pulau Kalimantan setidaknya
terdapat empat juta daerah yang perlu dipetakan. Dari latar belakang tersebut diperlukan adanya
suatu metode dalam memperlancar pelaksaan kebijakan tersebut.
Dalam paper ini ditawarkan sebuah solusi penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan
kebijakan satu peta yaitu dengan menggunakan basis data atau geodatabase menggunakan basis
data sistem referensi dari satu acuan dan proses validasi serta keabsahan sesuai dengan peraturan
PERPRES No. 9 Tahun 2016 dan UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
Kebijakan satu peta tersebut nantinya akan ditetapkan dan disetujui oleh kementerian yang ada
serta di sahkan oleh keputusan presiden. Dalam sistem ini mengumpulkan seluruh data lama dan
data baru yang nantinya akan dikoreksi secara otomatis oleh server yang bersifat WebGIS.
Dimana seluruh data yang di input akan merujuk pada kamus data yang dibuat, sehingga ketika
ada pembuatan peta baru dan di input (dimasukkan) ke dalam sistem akan mencatat nomor urut
peta yang di sahkan oleh presiden, dan nomor indeks peta dimana peta tersebut diambil dalam
peta RBI. Jika terdapat adanya peta yang bertumpukan atau tidak sesuai dengan peraturan maka
secara otomatis sistem akan menolak dengan melakukan penawaran peta mana yang dipilih.
Hasil dari solusi ini yaitu dapat memberikan sistem referensi dan peta acuan untuk
membuat peta yang lain dengan ketelitian dan sistem referensi yang sama, sehingga adanya
keintegrasian satu peta dengan peta yang lain serta tidak adanya tumpang tindih satu peta dengan
peta yang lain.
Dengan adanya geodatabase ini membuat mudahnya optimalisasi dalam implementasi
kebijakan satu peta. Hal tersebut dikarenakan setiap lembaga atau kementrian dapat membuat
peta secara bersamaan dan memprosesnya secara bersamaan pula tanpa adanya kesalahan
tumpang tindih, sebab peta yang dimasukkan pada basis data telah terintegrasi dan tersusun rapi
yang hanya dapat diatur oleh BIG (Badan Informasi Geospasial). Disisi lain, solusi penyelesaian
ini dapat mempercepat dalam implemetansi dan menyimpan data dengan baik, rapi an efektif
serta terintegrasi yang dilakukan di pulau Kalimantan.
Kata Kunci: Kebijakan Satu Peta, Implementasi, Geodatabase, PERPRES No. 9 Tahun 2016

Daftar Pustaka
RI (Republik Indonesia). 2016. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala
1:50.000. Deputi Bidang Perekonomian, Sekretariat Kabinet RI, Jakarta.
Susanto Aloysius, dkk. 2015. Kebijakan Satu Peta; Momentum Refomasi Penyelnggaraan
Informasi Geospasial Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai