Anda di halaman 1dari 33

Raja ingin mempunyai anak.

seorang anak yang bisa menemaniku disaat aku keluar rumah,


seorang anak yang bisa kita rawat penuh dengan kasih sayang dan
Pada zaman dahulu kala sebuah kerajaan Melayu bernama dengan didikan yang tinggi, serta seorang anak yang dapat
Negeri Parun. Kerajaan ini dipimpin oleh Raja Negeri Parun yang menggantikan kanda disaat kanda tiada kata Ratu sambil duduk
bijak dan dicintai rakyatnya. disebelah Raja

Selamat pagi, suamiku? sapa Ratu pada Raja yang sedang aku juga memikirkannya tapi tak apalah tutur Raja singkat
melamun
tapi jika kanda ingin mencari selir agar dapat diberi seorang anak,
Oh, hai sayang jawab Raja yang kaget sungguh aku rela. Karena ku sadari kekuranganku, aku tak bisa
menjadi seorang istri yang sempurna kata Ratu
Apa yang merisaukan hati kanda saat ini, hingga kanda tak
menyadari kehadiranku? tanya Ratu sungguh, aku memang ingin memiliki anak, tapi tak pernah ada
satu niatan ataupun terlintas dipikiranku untuk mencari selir,
aku sedang memikirkan sesuatu, sayang. Aku sedang memikirkan
sayang. Bagiku kamu telah sempurna, sempurna menjadi istriku,
nasib negeri kita jawab Raja sambil menyandarkan kepalanya
kamu telah mendampingiku hingga sekarang, kamu telah
pada kursi yang didudukinya
menemani hari-hariku dengan cintamu. Aku tak akan pernah
apa maksud kanda? tanya Ratu lagi mencari selir ataupun perempuan lain. Di hati ini hanya ada satu

Usia kita sudah menanjak tinggi, sudah 42 tahun kita menikah nama, yaitu namamu tutur Raja sambil memeluk istrinya yang

tapi kita belum diberi anak juga jawab Raja sambil meminum the sangat dia cintai

yang ada di atas meja sebelahnya Ratu yang mendengar tutur kata Raja pun terharu dan membalas

maafkan aku, sungguh aku juga ingin memiliki seorang anak, pelukan Raja, meski Ratu tak dapat memberikan Raja seorang anak

anak yang dapat menemani kanda disaat waktu kanda luang, tapi Raja tetap setia pada Ratu

1
aku mempunyai ide untuk masa depan kerajaan kita, sayang kata Pencarian putra mahkota.
Raja memecahkan keheningan malam yang sunyi
Kesokan harinya Raja dan Ratu bersiap-siap untuk keluar
apa Raja? tany Ratu singkat
rumah guna mencari seorang anak yang mereka idam-idamkan
bagaimana jika kita mengangkat anak untuk mengantikan
pengawal, ayo kita kelaur ajak Raja pada pengawal yang ada
kedudukanku, tentulah harus anak dari negeri ini, dan memiliki
disamping pintu ruang keluarga Raja
sifat sopan santun dan baik bimbingannya, sayang jawab Raja
baik, Raja jawab tiga pengawal bersamaan
baiklah, kandakata Ratu
Mereka pun menyusuri berbagai dan mengunjungi berbagai rumah
rakyatnya, akan tetapi mereka belumlah menemukan seorang anak
yang pantas diangkatnya. Hingga akhirnya saat mereka melihat
seorang anak yang membantu ibunya membawakan barang yang
dibeli ibunya dari pasar, mereka kagum dan berniat untuk
mengangkatnya.

hai, Bu. Alangkah senangnya ibu mempunyai anak yang rajin


membantu ibu sapa Ratu pada wanita setengah baya yang berjalan
dengan anaknya

Seorang perempuan yang tahu bahwa mereka adalah Raja dan


Ratu, dia menjawab tutur Ratu dengan menundukan kepalanya

terima kasih, ratu. Anak hamba ini memang rajin membantu


hambi, dia juga sangat gemar belajar apalagi membaca buku, tatepi

2
sayangnya hamba bukanlah orang yang berkecukupan untuk biayai boleh saya, tapi rumah hamba sangatlah kecil, tuan jawab Ibu
kegemarannya jawab perempusn yang usianya sudah menanjak tersebut
tinggi denga kerutan yang ada pada keningnya
tak apalah, bu kata Ratu
sudahlah, bu. Sungguh aku sangat bersyukur memiliki ibu seperti
baiklah kalau begitukata Ibu tersebut sambil berjalan menuju
engkau, engkau adalah inspirasi hidupku, Bu. kata anak tersebut
rumahnya dengan menggandeng anaknya dan diikuti oleh Raja dan
yang bernama Tun Utama pada ibunya
Ratu serta para pengawal kerajaan
maafkan ibu hamba, Raja-Ratu. Kami memang bukan orang yang
disinilah rumah hamba, tuan tutur ibu itu sambil berhenti
berkecukupan tapi ibu hamba telah mendidik hamba dengan baik
disebuah rumah yang terbilang cukup jauh dari kata layak tinggal
tambah Tun Utama
sudikah engkau berkunjung kerumah kami. Rumah kami hanyalah
siapa namamu, nak? tanya Raja
terbuat dari bambu, tanahnya pun masih berupa pasir. Bukan
Tun Utama, Raja jawab anak itu sambil mengangkat kepalanya seperti rumah tuan dan nyonya. Yang temboknya terbuat dari
dan menatap Raja marmer-mamer yang indah, lantainya terbuat dari marmer pula,
memiliki taman yang indah sekali sahut Tun Utama.
Baru pertama kalinya ada seorang anak yang berani menatap Raja
dan barulah Raja sadar bahwa anak yang ada dihadapnya ini Keindahan bukanlah dilihat dari luarnya, tapi keindahan dilihat
sangatlah tampan rupanya ditambah lagi dengan postur tubuh yang dari kebahagian. Meski rumah kalian sederhana tapi kau memiliki
tegap dan terliahat sehat kebahagian yang luar biasa, yaitu memiliki putra yang rajin
membantumu, menemanimu disetiap waktumu. Sungguh indah
ibu, bolehkah kami berkunjung ke rumah ibu?tanya Raja
kehidupanmu, tak seperti kami, meski kami seorang pemimpin
Ratu yang mengetahui bahwa suaminya itu senang dengan anak dinegeri ini,belumlah lengkap tanpa kehadiran momongan jawab
yang ada dihadapan mereka tersenyum Raja

3
Ampun baginda, kenapa Raja dan Ratu tidak mengambil anak tatapan Raja selain itu kepribadian Tun Utama sungguh
saja untuk mengisi hari-hari baginda sahut Tun Utama mengesankan.

Ya Tun. Tapi kami ingin anak seperti engkau jawab Ratu Hari demi hari berlalu, Raja dan Ratu memerintahkan para
pengawalnya untuk menyamar dan memperhatikan keseharin Tun
Sungguh merasa terpuji baginda berkata seperti itu tutur Tun
Utama dan ibunya.
Utama sambil membersihkan tempat duduk dan mempersilakan
Raja dan Ratu masuk. Setelah dua bulan berlalu, Raja dan Ratu berkunjung
kembali ke rumah Tun Utama. Tok tok tok, terdengar suara ketukan
Emmm.. sepertinya hari sudah sore, sebaiknya kami semua
pintu. Tun Utama yang sedang asyik membantu ibunya
pulang karena esok ada rapat yang harus kami hadiri izin Raja
membersihkan rumah pun segera membukanya.
pada Tun Utama dan Ibunya
Iya maaf tunggu sebentar teriak Tun Utama dari dalam rumah
Ya baginda, terimakasih atas kunjungan baginda Raja dan Ratu
ucap ibu Tun Utama sambil membungkukkan badan tanda member Raja dan ratu yang tidak sabar ingin bertemu Tun Utama
hormat pada Raja dan Ratu. terus mengetuk pintu rumah. Tun Utama pun segera berlari, takut
rumahnya yang sudah cukup tua akan roboh jika diketuk terus-
Emm.. tapi bolehkan jika kami sewaktu-wktu berkunjung
menerus.
kemari? tanya Ratu
iya-iya, tolong sabar kata Tun Utama sambil membuka
Oh dengan senang hati, pintu hamba akan selalu terbuka untuk
rumahnya
Raja dan Ratu jawab ibu Tun Utama
Oh, maaf Baginda, saya tidak tahu jika yang mengetuk pintu
Akhirnya Raja dan Ratu serta para pengawal pergi dan
adalah baginda Raja tutur Tun Utama yang kaget dan heran
kembali kekerajaan. Raja dan Ratu sungguh menyukai Tun Utama.
karena Raja dan Ratu berkunjung lagi kerumahnya.
Baru pertama kali ada seorang pemuda yang berani menatap

4
Oh tak apa-apa. Bolehkah skami masuk? tanya Ratu pengganti saya untuk memimpin kerajaan Parun jelas Raja pada
ibu Tun Utama adan Tun Utama.
Oh tentu saja Ratu jawab Tun Utama sambil memepersilakan
masuk Tapi Yang Mulia, bukankah hamba hanya anak dari keluarga
yang sederhana, hamab bukanlah apa-apa jika dibandingkan
Le, tamu darimana? teriak ibunya sambil berjalan menuju Tun
dengan pemuda-pemuda yang ada di negeri ini. Mereka adalah
Utama, Raja dan Ratu
orang-orang yang berpendidikan sedangkan hamba hanya
Oh baginda, maaf tutur ibu Tun Utama sambil mebersihkan pedagang. Atas dasar apa baginda ingin mengangkat hamba
pakaiannya menjadi anak baginda tanya Tun Utama yang heran.

tak apa, bu. Kami hanya ingi meminta pertolongan kepada anada seperti yang pernah kami katakan, Tun Utama. Tampak indah
dan Tun Utamatutur Raja bukanlah dari luarnya. Jawab Ratu singkat

dengan senang hati Yang Mulia, pertolongan apa yang bisa kami Ya benar, kami menangkat kamu sebagai putra kerajaan karena
berikan? tanya Tun Utama kepribadian =mu yang menari, budi luhurmu, dan kerajinanmu
serta sopan santunmu. Maaf, meskipun engkau berasal dari
tapi sebelumnya kami ingin meminta maaf dan meminta izin ibu
keluarga yang sederhana, tapi bagi kami bimbingan ibumu sangat
tutur Raja
bagus jelas Raja
Untuk apa baginda meminta maaf? tanya ibu Tun Utama
Tun Utama dan ibunya yang terheran-heran karena
maksud kedangan kami kemari adalah kami ingin meminta izin mendengar permintaan izin Raja dan ratu pun tidak bisa bicara.
untuk mengangkat Tun Utama menjadi anak kami, menjadi Pikiran Tun Utama pun semakin pusing, disatu sisi dia sengat
pangeran Kerajaan Parun dan menjadi putra mahkota Raja serta senang jika dia dapat menjadi putra mahkota dan dapat merubah
menduduki singgahsana kerajaan ini dengan kata lain menjadi nasib kerajaan serta sistem kerajaan tapi disisi lain dia juga sangat
sedih karena harus meninggalkan ibunya sendiri. Ibu yang selalu
5
ada untuknya, seorang wanita yang dianggapnya sebagi pahlawan dan kamu juga diizinkan jika ingin berkunjung ke desamu. Jelas
dan seorang wanita yang penuh inspirasi baginya. Ratu

ya Tuan, hamba mengizinkan jika anak hamba menjadi putra benarkah, Yang Mulia? tanya Tun Utama meyakinkan diri
mahkota kata ibu Tun Utama memecahkan keheningan
ya tentu saja, sayang tutur Raja
tapi bu. Kata Tun Utama
semua yang kamu inginkan akan tersedia dikerajaan. Kamu dan
jika itu yang terbaik untuk negeri kita tak apalah, ibu sangat ibumu tak perlu bekerja keras lagi. Kalian hanya akan hidup damai
bangga jika kamu mau menerima tugas suci ini kata ibu Tun di kerajaan tutur Raja
Utama memotong ucapan Tun Utama
bukan material yang hamba inginkan, baginda. Tapi kenikmatan
benarkah, Bu? Kami sangat merasa tersanjung karena ibu perjuangan hidup yang kami inginkan tutur Tun Utama
mengizinkan. Ucapan Raja lega yang dari tadi hatinya terus
sungguh mulia hatimu, Tun Utama kata Raja
berdoa agar ibu Tun Utama memberikan izin untuk mengangkat
putranya sebagi putra mahkot jika memang syaratnya begitu, hamba bersedia menjadi putra
mahkota kata Tun Utama
Tapi, bu. Aku tak ingin meninggalkan ibu, apalagi jika aku tak
bisa bertmu dengan ibu ucapan Tun Utama ibu akan sangat bangga. Tapi maaf saja jika ibu tak bisa tinggal
bersamamu karena ibu ingin tetap tinggal disini kata ibu Tun
tentulah kamu tak perlu cemas tentang hal itu, Tun Utama. Kami
Utama
tak pernah melarang kamu untuk melupakan asal-usulmu. Kamu
menjadi seperti ini juga karena ibumu yang mendidikmu hingga Tapi, bu.. kata Tun Utama
menjadi anak yang sangat cerdas dan berpribadian yang baik.
sudahlah sayang, kamu masih bisa berkunjung dan menjengukku
Kamu boleh mengajak ibumu untuk tinggal bersamamu di kerajaan
kesini. Ibu hanya ingin kerajaan ini menjadi kerajaan yang indah

6
dan damai. Ibu hanya ingin berpesan, jika kamu menjadi Raja Penolakan gadis Negeri Parun.
janganlah kamu menjadi Raja yang tamak dan lupa aka nasal-
usulmu tutur ibu Tun Utama Tahun berganti tahun, sudah sepuluh tahun Tun Utama
menjadi seorang putra mahkota. Ia tumbuh menjadi seorang pria
Bu, sungguh aku berharap ibu dapat tinggal bersamaku, tapi jika
yang gagah dan berani dengan semua rintangan yang ada
itu yang ibu inginkan, ya sudahlah kata Tun Utama
dikehidupannya. Selain ia berwajah tampan dia juga memiliki sifat
maaf jika mengganggu, tapi bisakah kita sekarang kekerajaan yang sangat mengagumkan, dan kecerdasan yang luar biasa.
untuk mengumumkan kabar gembira ini? tanya Raja Semua gagasan dan idenya membuat Kerajaan Parun berkembang.
Seperti biasa para pangeran dalam cerita dimana-mana jua, jadilah
Ya tentu, Tun Utama sudah siap, Tuan jawab ibu Tun Utama
dia kumbang yang diharap-harap kembang, diharap bunga-bunga
Akhirnya Tun Utama dan Raja pun pergi untuk kembali untuk sudi memetik dan membawa si bunga ke istana.
kekerajaan untuk mengumumkan kabar gembira.
Namun itulah yang merisaukan hati Raja. Usianya sudah
menua, dan Tun Utama sudah tumbuh dewasa. Tetapi tak terlihat
tanda-tanda bahwa Sang Putra Mahkota akan berumah-tangga.
Pergaulannya dengan lawan jenis hanya sekilas mata, tak terlihat
bahwa ada yang menarik di hatinya.

Bukan cuma Raja yang risau, para petinggi istana yang


berkehendak anak-anak gadisnya menjadi permaisuri Tun Utama
pun sudah tak sabar, hendak melihat siapa yang dipilih oleh Putra
Mahkota di antara anak-anak gadis mereka. Dengan pengaduan
mereka pula, maka kesabaran Raja pun sampai di titik nadir.

7
Dipanggillah Tun Utama ke balairung istana untuk disidang Rambut sudah memutih, wajah mulai mengerut, penglihatan pun
di satu hari. Dengan duduk bersimpuh dia menghadap Raja, di kiri- mulai memudar, cahaya kehidupan mulai berkurang. Tak sabar
kanannya dilingkari para punggawa. rasa hati untuk memilihatmu menikah. Dengan begitu putra
mahkota Parun dapat dengan sempurna memimpin Kerajaan
Hai, anakku yang akuu sayang. Hati in menjadi risau karena
dengan bidadari kerajaan sebelum usia menutup Syair Raja
ulahmu kata Raja bersyair
Mohon ampun beribu ampun, ayah. Bukan hamba tak ingin
Wahai ayahanda, ada apakah gerangang? tanya Tun Utama
menikah tapi kata Tun Utama

Dari tahun berjalan terus. Tapi tak ada pula hiasan di hidupmu.
Sudahlah anakku. Berhentilah dengan duniamu sendiri. Aku
Tak sabar negeri ini untuk kau pimpim. Kamu pimping dengan
sungguh tak sabar melihatmu menikah dengan salah satu gadis
gadis pendampingmu kata Raja sambil syair lagi
negeri ini. Disini banyak sekali punggawa yang memiliki anak
perempuan yang canti jelita yang berharap engkau nikahi.engkau
Wahai ayahanda, apa maksud engaku? tanya Tun Utama lagi
tinggal memilih saja kata Raja
Sekian lama, sekian tahu akau menunggu. Menunggu unutuk kau
Maaf, ayah. Tapi hamba tak ingin memilih perempuan. Apalagi
mempersunting seorang gadis. Seorang gadis yang sama memiliki
perempuan yang belum aku kenali kata Tun Utama mencari alas
kepribadian yang spesial sepertimu Syair Raja lagi
an untuk tidak menikahi salah satu anak dari punggawa kerajaan.
Bukan maksud hamba tak ingin mencari kembang tapi hamba
Siapa bilang kau tak pernah menemui mereka. Hari ini mereka
masih ingin hidup sendiri, hamba ingin memfokuskan diri untuk
ingin menemuimu. kata Raja
merubah Kerajaan kita lebih maju balas Tun Utama dengan syair
yang tak seindah syair Raja
Tun Utama hanya bisa terdiam kehabisan kata-kata.

8
Pengawal, panggil semua gadis yang ingin menjadi istri putra Ampun beribu ampun, Tuanku. Bukan tak ada hasrat hati hamba
mahkotaku perintah Raja untuk pengawal yang ada disebelahnya. untuk mempersunting seorang perempuan sebagai istri. Namun apa
yang hamba cari tak ada di sini. Hamba mencari perempuan, ada
Siap, Tuan jawab pengawal singkat
pun semua gadis-gadis yang Tuanku sebut, di mata hamba
bukanlah perempuan, melainkan betina saja adanya. jawab Tun
Setelah dipanggil semua perempuan yang cantik jelita
Utama pada Raja di depan para punggawa, pengawal dan
dengan penampilan mereka yang sangat anggun, tetap saja tak bisa
rakyatnya.
menarik hati pangeran Tun Utama.

Masam lah muka para punggawa, merasa malu pula Raja


Lihatlah, anakku. Bukahkah mereka sangat cantik dan anggun
sebab ucapan yang dirasa menghina dari Tun Utama. Jelas-jelas
sekali. Selain itu mereka juga memiliki kepribadian yang baik. Dan
Sang Putra Mahkota menolak memperistri salah satu dari gadis-
tak lupa beberapa dari mereka juga anak dari punggawa kerajaan.
gadis putri pembesar kerajaan langsung di balairung tersebut.
Coba kau lihat gadis yang memakai baju berwarna biru, dia adalah
gadis tercantik didesanya. Banyak sekali yang ingin menikahinya,
perempuan? Apa maksudmu, Tun Utama? Mengapa kau
akan tetapi dia hanya ingin menikah denganmu. Putra kerajaanku
mengatakan gadis-gadis disini sebagai betina, sungguh merasa
tutur Raja sambil mengajak Tun Utama menemui gadis-gadis
terhina aku tutur Raja geram sambil menyembunyika rasa
tersebut.
malunya.

Tun Utama pun sadar bahwa persidangan itu tak lain


Tun Utama pun menjawab dengan ringkas,
campur tangan para punggawa juga. Maka, setelah Raja memuji-
muji gadis-gadis di lingkar istana, dia pun memberi jawaban yang Seperti apa perempuan yang hamba cari, cukuplah hamba dan
membuat balairung terdiam. hati hamba saja yang tahu, Tuanku. Namun teranglah beda antara
perempuan dan betina di mata hamba. Perempuan menjaga
marwah, tapi betina menjualnya. Jawab Tun Utama

9
Seisi balairung riuh. Para punggawa gusar dengan hinaan Persiapan Tun Utama mencari istri.
tersebut. Raja pun murka. Bangkit beliau dari tahtanya dan
memberi ultimatum: Pulanglah Tun Utama ke rumah keluarganya untuk
mempersiapkan perjalanannya mencari perempuan dan bukan
Akan diberi kesempatan dalam 1 tahun kepada Tun Utama untuk
betina, seperti yang sudah dijanjikannya.
mencari jenis perempuan yang disebutnya. Jika dalam tempo satu
tahun Tun Utama tidak menemukan perempuan tersebut dan tidak Sebelum berangkat Tun Utama meminta doa restu kepada
membawanya pulang ke Negeri Parun, maka dia akan dipecat ibu kandungnya agar perjalanannya berjalan dengan lancer.
sebagai Putra Mahkota dan akan dihukum pancung. Kata Raja
Assalamualaikum? kata Tun Utama sambil mengetuk pintu
Sebenarnya Raja tak berniat untuk mengancam Tun Utama rumah
karena dia sangat menyayangi Tun Utama seperti anknya sendiri.
Tok tok tok. Tok tok tok..
Dia menyayangi Tun Utama lebih besar dari hidupnya tapi apa
boleh buat, Tun Utama sudah menghina gadis yang ada di
Sudah beberapa kali Tun Utama mengetuk pintu rumah,
balairung. Dengan terpaksa Raja menghukum Tun Utama .Tun
tapi tak kunjung ada yang membuka pintu rumah. Saat dia akan
Utama menerima tantangan Raja. Dia mengundurkan diri dari
mengetuk pintu lagi tiba-tiba terdengar suara dari dalam rumah.
balairung dengan rasa puas pada wajah-wajah marah para
punggawa. Kejemuannya diusik oleh gadis-gadis kiriman orang iya tunggu sebentar teriak suara seorang wanita, dan suara itu
tua mereka yang berhasrat hidup mewah sebagai permaisurinya, adalah ibunya.
lunaslah sudah.
Saat ibu Tun Utama sudah membuka pintu, Tun Utama
langsung memeluk ibunya dengan erat.

10
Ada apa, anakku? tanya Ibu Tun Utama sambil menuntun Tun Setelah Tun Utama menjelaskan kenapa dia tak ingin
Utama untuk memasuki rumah. menikahi gadis yang ada di balirung, keheningan pun memancar,
tak ada satupun kata yang terucap dari ibu Tun Utama yang merasa
Bu, apakah salah jikalau hamba tak ingin menikah terlebih
bingung dengan pola fikir anaknya.
dahulu? Aku hanya ingin untuk lebih fokus mengurusi masa depan
kerajaan saja tanya Tun Utama pada ibunya Bu, janganlah hanya berdiam diri, bantulah anakmu ini yang
sedang dalam jurang tanya Tun Utama
Tentu tak salah, anakku. Namun perlu kau ketahui, kerajaan tak
akan menjadi semourna jika tak ada seorang permaisuri yang Tapi sayangnya tak ada kata yang keluar dari bibir ibunya.
mendampingi raja mereka. Dan dari permaisuri itulah akan lahir
Bu, perlu ibu ketahui. Jika aku tak bisa mendapatkan gadis yang
harapan baru yaitu putra mahkota yang akan menggantikanmu
aku maksud, maka aku aka dipecat an akan dihukum pancung
kelak jelas ibu Tun Utama
tutur Tun Utama yang sudah lelah dengan berbagai masalahnya.
Tapi aku hanya ingin mencari seorang perempuan seperti ibu
Maaf kan ibu, nak. Ibu tak bisa membantumu. Ibu juga bingung.
yang selalu berjuang menghidupiku dan membimbingku hingga
Yang ibu miliki hanya ide bodoh yang mungkin tak bisa kau buat
aku menjadi seperti ini, Bu. Dan sulit sekali aku mencari seorang
untuk pedoman mencari istri yang kau maksud. Ibu tak ingin
gadis seperti ibu. Disini hanya ada banyak gadis yang berharap aku
kehilangmu, hanya kamu yang ibu miliki. Nafas ibu adalah kamu
nikahi, tapi merek bukanlah seorang perempuan sepertimu. Mereka
kata Ibu
hanya berharap agar dapat hidup bermewah-mewah dan dipenuhi
kebutuhan mereka oleh kerajaan. Jika aku menikahi salah satu dari
Tun Utama yang merasa terharum pun berlutut pada kaki
mereka, tentulah bukan kebahagian kerajaan yang aku dapat tapi
ibunya yang sedang duduk di kursi tua.
kesengsaraan yang akan didapat jelas Tun Utama

11
Bu, ide ibu tak pernah bodoh. Ide ibu yang membuat aku sukses. Iya, Bu. Engkaulah sumber inspirasiku kata Tun Utama sambil
Jika boleh tau, apa ide, Ibu? tanya Tun Utama sambila berlutut. memeluk ibunya.

Ibu hanya bisa membantumu dengan memberikan sekantung sudah waktunya untuk aku pergi mencari gadis yang aku maksud,
beras untuk perjalananmu. Dan sekantung beras khusus untuk Bu izin Tun Utama
dibawa dalam perjalanan, dan ibu akan mengajarimu cara mebuat
Hati-hatilah nak kata ibu Tun Utama
beras siap masak yang serupa dengan masakan ibu yang selama ini
kau makan tutur Ibu Tun Utama sambil berdiri dan mengajak Tun
Beras dalam kantung pemberian ibunya, beserta teknik
Utama ke dapur.
pembuatannya itu, akan menjadi salah satu penguji perempuan
sejati menurut Tun Utama. Beras demikian bukan beras biasa.
Ya benar sekali, bu. Rasa beras yang dulu aku makan bukanlah
Meski pun berasnya sama belaka dengan yang dimakan rakyat
beras biasa melaikan beras sisa yang tercampur dengan beberapa
biasa, dalam kantung beras tersebut, segala bumbu, kacang, lauk-
bumbu dapur yang kau oleh menjadi nasi yang aku makan.
pauk, yang semuanya mentah, sudah bercampur-aduk. Sekilas
Rasanya sungguh berbeda, tentu saja bukan perempuan biasa yang
melihat, orang dapur akan mengira beras tersebut sudah rusak,
bisa memasak seperti ibu. Itu ide yang sangat hebat tutur Tun
sudah terguncang dalam perjalanan sehingga sukar untuk dimasak.
Utama dengan senyum dan harapan yang tersirat di wajahnya
untuk menemukan gadis yang dimaksunya.

Setelah Tun Utama belajar cara mengolah beras khusus


yang diajarkan ibunya. Tun Utama pun berpamit untuk pergi
mencari gadis yang dimaksudnya. Dengan bercucur air mata
ibunya melepaskannya.

Doa ibu selalu ada padamu, nak! tutur ibu Tun Utama

12
Pencarian Gadis yang perempuan bukan Ya tentu, Pak. Terimakasih. Hamba sangat merasa bersyukur karena
masih ada orang baik yang mau menwarkan saya tempat menginap
betina.
kata Tun Utama berterimakasih

Dalam perjalanannya, Tun Utama menjelajahi negeri tanpa


Pada saat pagi hari, pemilik rumah menawari Tun Uutama
membuka identitas dirinya. Ada beberapa kali dia bertemu rumah
untuk ikut makan bersama. Tun Utama menerima tawaran tersebut.
berisi anak gadis, yang dipintanya dengan sopan pada ahli keluarga
Akan tetapi, Tun Utama menolak untuk disajikan masakan dari rumah
untuk menginap.
terbut. Tun Utama malah memberikan beras khusus yang ia bawa dari
tumah.
Tok tok tok tok.

Pak, bukan saya tak ingin menerima masakan dari rumah anda, tai
Suara orang menegtuk pintu. Pemilik rumah pun langsung
saya ingin beras yang dipakai untuk makan adalah beras yang saya
membuka pintunya dengan segera.
bawa ini tutur Tun Utama sambil menyodorkan beras khusus yang
Permisi, pak. Saya adalah seorang musafir yang sangat jauh, saya dibawanya.
saya tidak memiliki uang, dan saya bingung harus tidur di mana tutur
anak muda, bukankah beras apa saja yang dipakai itu sama saja?
Tun Utama sambil memelas.
Apalagi beras yang kami pakai adalah beras dengan kwalitas terbaik
Pemilik rumah yang kasian pun menawarka untuk menginap dan termahal yang ada di Negeri Parun ini. Tutur pemilik rumah/
dirumahnya.
bukannya saya menolak, Pak. Beras apa saja memang sama. Tapi
Wahai pemuda, maukah kau menginap disini? tawar pemilik rumah. hari ini saya sedang melakukan nazar, dan nazar itu adalah untuk
memberika beras yang saya bawa ini untuk dimasak jelas Tun
Utama.

13
Baiklah, beras ini akan aku terima kata pemiliki rumah yang merasa Akhirnya anak gadis pemilik rumah tersebut memasak
aneh dengan nazar Tun Utama. makanan akan tetapi beras yang digunakannya bukanlah beras yang
diberika oleh Tun Utama.
Pemilik rumah pun masuk berjalan menuju dapur untuk
memberikan anaknya yang sedang memasak. Saat makanan tersajikan, ada banyak lauk pauk yang sangat
enak, akan tetapi Tun Utama tak menyentuhnya, Tun Utama hanya
Nak, ini adalah beras pemberian dari tamu kita, ia ingin agar kita
menyentuh nasinya. Saat Tun Utama memakan nasi tersebut tentulah
memasak beras ini untuk menjadi nasi yang kita makan. Tutur
ia tahu bahwa nasi tersebut bukan nasi yang di bawanya.
pemilik rumah kepada anak perempuannya.
Sungguh enak nasi ini. Siapa yang memasaknya? tanya Tun Utama
Saat dibuka kantong beras itu, sang anak gadis merasa heran.
pada pemiliki rumah.

Ayah, aku tak bisa memasak beras ini karena beras ini sudah rusak
Anak gadis kamilah yang memasaknya. Memang jago anak kami
dan bercampur dengan bumbu dapur, sangat sulit untuk memisahkan
memasak masakan yang enak. Dia juga mengolah beras yang telah
beras ini dengan bumbu dapur yang tercampur. Kalau pun dimasak,
engkau berikan jawab pemilik rumah
pastilah rasannya tak enak eluh anak gadis pemilik ruamh.
Benarkah? Lalu mana yang anakmu olah? tanya Tun Utama.
Lalu bagaimana ini, nak? Tamu kita ingin memakan nasi dari beras
yang diberikannya atau bagaimana kalau kau ganti beras ini dengan tentulah nasi yang kau makan itu, Nak. jawab pemilik rumah
yang kita punya kata pemilik rumah dengan ekspresi yang heran dan
Maaf beribu maaf, tapi nasi yang aku makan ini bukanlah dari beras
bungung.
yang aku berikan. Tetapi dari beras yang kau miliki karena jika dari
Baiklah, yah jawab anak gadis pemilik rumah. beras yang aku berikan tentulah rasanya tak seenak ini jawab Tun
Utama

14
Pemilik rumah hanya bisa terdiam karena malu telah Rumah berikut yang disinggahinya di ujung negeri, dengan
membohongi Tun Utama semena-mena pula anak gadisnya menunggingkan isi beras begitu saja
untuk dimasak. Usai suapan pertama, Tun Utama langsung menyudahi
Tak apalah, Pak. Kau tak perlu malu. Aku hanya ingin kau
makannya. Rasa-rasa berhimpit tenggorokannya dengan makanan tak
kembalikan saja beras yang aku berikan kepadamu, dan tak lupa aku
bertakar serupa itu, makanan yang dimasak dengan kasar, sementah-
mengucapkan terimakasih atas semua yang kau berikan. Kata Tun
mentah bawaan bekal.
Utama pada pemilik rumah

Pemilik rumah yang mersa malu, dia segera mengambil beras


yang tadi diberikan oleh Tun Utama untuk dikembalikan lagi ke Tun
Utama. Lalu Tun Utama pamit untuk pulang.

Berbagi desa dia mencari perempuan yang yang diinginkan,


tapi tak ada satupun yang berkenan dihatinya dan dapat memasak
beras yang diberikannya.

Hingga lepas dari Negeri Parun, tak ada yang berkenan di


hatinya, dan tak ada pula yng bisa memasak beras tersebut. Rumah
pertama yang disinggahinya, yang berisikan satu anak gadis di
dalamnya, dengan semena-mena membuang beras itu dan
menggantinya dengan beras biasa. Lepas subuh, Tun Utama pun pamit
dengan dipandang kecewa oleh si anak gadis dari jendela.

15
Berlayar di Kapal Terus Mata. Seisi warung hening memandang Tun Utama, seakan prihatin
melihat calon mayat yang masih muda belia.
Bulan-bulan berlalu, beras bekal ibunya sudah lama berganti
Hai pak, jika kau masih duduk di kursi, tentu tak akan berpindah
dengan olahannya sendiri. Masih juga tak ditemukannya apa yang
sendiri kursi tersebut. Kursi kosong adalah kursi tak berpenghuni, dan
dicari. Hingga sampailah Tun Utama di pelabuhan ujung negeri lain.
di warung sesiapa saja boleh duduk di kursi tak berpenghuni. Dan
Hasrat hatinya hendak menyeberang laut, untuk mencari perempuan
akulah yang menduduki kursimu jawab Tun Utama.
yang diimpikan. Namun tak ada kapal yang berani berlayar, sebab
ombak sedang besar di lautan. Bekal keuangannya pun sudah menipis.
Nahkoda Terus Mata terpikat hatinya pada tutur dan
Ada satu kapal disebut-sebut, namun tak sembarang orang bisa
keberanian Tun Utama tegak di depannya.
menumpang di kapal itu. Namanya Kapal Terus Mata.
Monyet kecil ini banyak bicara! namun tak juga dikepalkan
Di sana, di sebuah warung, bertemulah dia dengan Nahkoda
tinjunya. Diamat-amatinya sosok Tun Utama, yang dinilainya sebagai
Terus Mata. Nahkoda Terus Mata ini bawaannya kasar. Kalau bicara
wajah terpelajar yang tak pantas berada di situ.
suaranya menggelegar. Anak buahnya ramai, dan wibawanya seperti
kepala perompak yang disegani. Awal perkenalan mereka sendiri Hai pemuda, dari mana asalmu dan mau kemanakah dirimu? Wajah-
menegangkan. Tun Utama memasuki warung dan dengan tak merasa wajah seperti engkau tak seharusnya ada ditempat seperti ini? tanya
bersalah, menarik kursi kosong. Kursi kosong itu merupakan Nahkoda.
sebelumnya diduduki Sang Nahkoda yang sedang mabuk tuak, yang
Maaf pak. Saya dari Negeri Parun, dan saya hendak mencari sesuatu
menari-nari di dekatnya. Jatuh terduduklah Sang Nahkoda di lantai
yang menyangkut nyawa saya jawab Tun Utama.
karena mengira kursinya masih di tempat yang sama.

jika boleh tahu, apa yang kau cari? tanya Nahkoda.


Siapa monyetnya yang berani mengambil kursiku?!! kata Nahkoda
dengan geram.

16
Maaf aku tak bisa memberitahumu. Tapi aku hendak ke negeri dia bertemu apa yang dicari, akan ditunggunya kapal untuk kembali
seberang, akan tetapi bekal dan uang yang kubawa sudah mulai ke Negeri Parun, menerima hukuman yang sudah dijanjikan.
sedikit. Bolehkah aku menumpang menaiki kapalmu? Aku akan
membayar dengan tenagaku tanya Tun Utama

Hahahahhaha, berani sekali kau. Badanmu memang sehat, akan


tetapi kau takkan cukup kuat untuk bekerja di kapal Terus Mata.
Kapalku sangat terkenal di Selat Malaka sebagai kapal yang sangat
kuat. Tapi tak apalah jika kau ingin bekerja di kapalku untuk
menumpang. Akan tetapi jika kau mulai tak kuat. Loncatlah kau ke
dalam laut sebelum aku yang membuangmua tutur Nahkoda/

Baiklah. Terimahkasih ucap Tun Utama

Akhirnya Tun Utama menumpang kapal Terus Mata dengan


imbalan membayarnya melalui bekerja menjadi awak kapal.

Berlayarlah Tun Utama dengan kapal Terus Mata. Dalam


perjalanan, lamban-laun makin simpati Sang Nahkoda pada Tun
Utama. Pelayaran pun singgah di satu pelabuhan yang jauh. Negeri
Pasir. Pelabuhan itu kering dan sepi. Tak banyak kapal yang singgah.
Tun Utama mencoba peruntungan terakhirnya dengan melompat turun
dari kapal. Setahun hampir menjelang tiba. Jika tak juga di negeri itu

17
Masakan beras khusus. Perjalanan ke rumah petani menjelang senja itu menghadirkan
keheranan lain pada Si Petani. Sementara beliau membuka kasut saat
Dari pelabuhan, Tun Utama berjalan kaki memasuki memasuki lumpur, Tun Utama tak melepas kasutnya. Ketika melewati
pedalaman. Seharian berjalan, berkelok-kelok, dia pun berpapasan sebuah jembatan kecil, Tun Utama menyebut Titian kera. Saat
dengan seorang petani menjelang hari senja. Si Petani melihat Tun melintas jalanan kecil setapak, disebut Tun Utama jalan kelinci
Utama termangu-mangu di persimpangan jalan. berlari. Dan ketika melewati pohonan dimana kelelawar melintas-
lintas, beliau terheran-heran melihat Tun Utama membuka payung
Anak ini darimana hendak kemana?
meski hari tak hujan. Namun Si Petani tak bertanya apa-apa.
Disimpannya semua pertanyaan di dalam dadanya.
Hendak mencari rumah tak berdapur. Ada rumah tak
berdapur di sekitar sini, Bapak?
Sampailah mereka di sebuah rumah di ujung desa. Rumah itu
cukup luas namun terlihat lengang.
Bingung Si Petani dengan jawaban serupa itu.

ayo masuklah. Silahkan anda mandi lalu mari kita shalat


Rumah tak berdapur? Daripada mencari rumah tak
maghrib bersama. Disini hanya ada kami bertiga, aku, istriku dan
berdapur, bukankah lebih bagus rumah berdapur?
anak gadisku tutur Petani
Tapi dimana itu agar aku bisa menginap disitu? tanya Tun
Oh terimakasih pak. Jika boleh tahu, mana anak gadismu?
Utama
tanya Tun Utama
Bagaimana jika kamu menginap kerumahku kata petani
Maaf, dia jarang menampakan diri pada lelaki yang bukan
Oh tentu. Terimakasih banyak ucap Tun Utama. muhrimnnya jawab petani

18
Pada malam hari selepas maghrib, seperti biasa Tun Utama Tun Utama sendiri, setelah suapan pertama, tercenung dengan
pun menyodorkan beras rusak yang dibawanya itu dengan alasan penasaran. Masakan yang dimakannya membawanya serasa kembali
nazar dalam perjalanan, kepada Si Petani. Dengan heran istri petani ke Negeri Parun. Tak jauh beda dengan masakan ibunya. Kentara
membawa beras rusak kepada anaknya yang bersiap untuk memasak. bahwa beras rusak tersebut sudah dimasak dengan semestinya.

Hai nak. Ini adalah beras yang diberikan oleh tamu ayahmu. Hemmm, enak sekali nasi ini. Siapakah yang memasaknya?
Akan tetapi, beras ini sangat aneh. Beras ini sudah rusak dan tanya Tun
bercampur dengan bumbu dapur. Tamu ayahmu menginginkan beras
Yang memasaknya adalah anak kami yang sedang ada
in yang akan menjadi nasi makan malam nanti. Engkau ganti saja
didapur jawab Petani.
beras ini dengan beras kita agar kau tak kerepotan. Kata istri petani
pada anaknya.
Tun Utama kini menjadi penasaran. Ketika makan malam
selesai, lepas sembahyang isya, saat rebahan di kamar tamu yang
Tak apa, Bu. Biar aku saja yang mengolahnya. Aku bisa
disediakan, ia menjadi bertanya-tanya seperti apa anak gadis Si Petani
memasaknya jawab anak petani
itu. Hingga terdengar olehnya mereka bercakap-cakap di ruang tak
Ya sudahlah, ibu kedepan dulu menemani ayahmu dan jauh dari kamarnya. Membicarakan dirinya.
tamunya kata istri petani
Si Petani mengisahkan anehnya pemuda yang satu itu.
Ketika hidangan tersaji di depan Tun Utama dan Si Petani, Keheranannya dalam perjalanan pulang menjelang senja dituturkan
terlihat tidak ada yang istimewa. Si Petani yang mengira isi beras kepada anak dan istrinya. Mulai dari pertanyaan tentang rumah tak
berbeda dengan yang biasa mereka makan, menjadi heran meskipun berdapur, sebutan titian kera saat melintas jembatan serta jalan
diam saja melihat sajian beras kaul itu tak berbeda dengan apa yang kelinci berlari. Juga keheranannya karena Tun Utama tak membuka
tersaji untuknya. kasut saat memasuki lumpur, serta berpayung saat hujan tak turun.

19
Anak gadisnya tertawa kecil dan balik menyalahkan ayahnya Guna berpayung demikian adalah untuk menjaga agar kepala
dengan menerangkan satu per satu maksud dari ucapan dan perilaku tak kena kotoran burung atau kelelawar yang melintas-lintas. Terang
tamu ayahnya itu. anak Petani sambil tertawa jenaka

Dasar ayah, yang salah itu ayah. Maksud dari pria itu titian .Tergelaklah Si Petani dan istrinya, sementara Tun Utama
kera dan jalan kelinci adalah perumpamaan, karena jembatan kecil itu takjub mendengar penjelasan anak gadis itu. Dan tersentak menciut
memang lincah dilewati kera, sementara jalanan setapak yang sempit ketika suara anak gadis itu terdengar kembali.
memang seukuran tubuh kelinci meloloskan diri. Sementara alasan
Hanya beras rusak itu saja yang aneh. Sekilas rusak
kenapa kasut tak dilepas adalah karena khawatir ada beling atau onak
berguncang, tapi sepertinya sengaja dibuat untuk menguji-uji orang
duri di dalam lumpur, berbeda dengan ayahnya yang sudah terbiasa
dapur. Kata anak petani dengan nada yang sengaja di keraskan.
melewati jalanan yang sama, orang luar tentu mesti berhati-hati.
Jawab anak Petani
Ketika pagi berlalu, selepas shalat subuh, Tun Utama memutar
pikiran mencari alasan agar bisa tinggal sedikit lama di rumah
Dan apa pula yang dimaksudnya dengan rumah tak berdapur
tersebut, untuk menuntaskan rasa penasarannya. Saat pagi tiba, dia
itu? Mana ada rumah yang tak berdapur? Si Petani masih terheran-
bermangu di pinggir sungai dan memandangi takjub kincir air yang
heran.
belum pernah dijumpainya dalam perjalanannya. Penasaran hendak
Semua rumah tentu berdapur, ayahanda. Rumah tak berdapur melintas air sungai, dilompatinya bebatuan, hingga sebuah suara
adalah mushala atau mesjid adanya. Tentulah dia hendak menumpang terdengar mengejutkannya.
inap di sana. Anak gadisnya mengerling riang.
Hati-hati, Tuan nanti suara gadis berteriak.
Lantas apa pula maksudnya berpayung saat tak hujan? Si
Terlambat. Tun Utama tercebur menginjak batu licin. Terkilir
Petani tertawa faham, lalu kembali bertanya,
kakinya dan susah payah berenang ke pinggir sungai, dan ditarik ke

20
darat oleh pemilik suara yang mengagetkannya itu. Seorang anak Dengan dipapah oleh Syarifah, pulanglah mereka ke rumah.
gadis rupawan yang baru pulang mencuci kain. Berpapasan dengan Si Petani yang di hari itu cepat pulag dari
sawahnya. Kaget Si Petani melihat anaknya memapah pemuda asing
Maaf tuan mengagetkan anda tutur gadis itu
yang menjadi tamunya, namun selepas dilihatnya kaki Tun Utama
terkilir, dimintalah maaf olehnya dengan rasa tak enak hati karena
tak apa. hanya luka kecil saja. Kalau boleh tahu siapa
tamu tercedera di rumahnya sendiri. Dipintanya Tun Utama bertahan
namamu? Dan di mana rumahmua? tanya Tun Utama.
sedikit lama sampai sembuh, sebelum melanjutkan perjalanannya
Nama saya Siti Syarifah. Rumah saya diujung jalan itu tutur kembali.
gadis itu yang bernama Siti Syarifah
Tun Utama diam-diam girang bukan kepalang. Hari demi hari
Bukankah itu rumah seorang petani? tanya lagi Tun Utama berlalu dalam masa penyembuhan kakinya. Dia pun sesekali
berkomunikasi dengan Syarifah. Terkadang dari jendela
Ya benar. Aku adalah anaknya. Jangan-jangan anda ini tamu
dipandanginya anak gadis rupawan yang cerdas itu. Hingga saat
ayah saya yang meberikan beras rusak? tanya Siti Syarifah balik kakinya sembuh, dia pun mengutarakan keinginan untuk berangkat
pada Si Petani.
Ya benar itu aku, jadi kamu yang memasak masakan
kemarin? tanya Tun Utama
Di lapak makan malam, di bentangan tikar, suasananya
tergambar sepi. Suami istri Petani yang sudah suka dengannya,
Ya benar. Kalau begitu ayo saya bantu untuk bangun lalu
tampak sedih. Demikian pula dengan Tun Utama. Ketika makan
kerumah saya. Agar bisa saya obati tutur Siti Syarifah
malam usai, Tun Utama beringsut menghadap Si Petani.
Baiklah Jawab Tun Utama singkat. Mengutarakan sekali lagi bahwa dia akan pergi dari negeri tersebut,
namun dengan membawa serta Syarifah sebagai istri. Jika segenggam

21
mas kawin untuk Syarifah tidak berarti apa-apa, dia akan tetap pamit Pernikahannya dengan Siti Syarifah yang cantik rupawan,
juga, dengan membawa dirinya sendiri. ternyata sudah mengundang dengki seorang pemuda negeri tersebut.
Anak orang kaya bangsawan yang sudah berkali ditolak oleh Syarifah
Sementara Si Gadis yang sudah jatuh cinta menangis di
lamarannya. Si Jambat, namanya. Sudah berbini dua masih hendak
kamarnya, di rangkulan ibunya, mata Si Petani berkaca-kaca.
menambah Syarifah jauh sebelum Tun Utama tiba. Maka alangkah
Mendapatkan menantu memang sudah lama diidamkannya, namun
kesal hatinya, orang asing mencuri gadis idamannya. Kepergian Tun
anak gadisnya terlalu keras kepala. Dan kini Si Gadis sudah dipinta
Utama dan Siti Syarifah pun diikutinya dengan membawa beberapa
oleh orang muda yang mereka suka. Tak menjadi masalah baginya,
tukang pukulnya. Didahuluinya Tun Utama, memotong jalan ke arah
namun tentu putusan ada pada Syarifah jua.
pelabuhan, untuk merembukkan rencana. Di sana, bertemulah Si
Jambat dengan Nahkoda Terus Mata yang sedang singgah. Dengan
Nak, maukah kamu menikah dengan Tun Utama tamu ayah?
segera dia membayar dan naik untuk ikut kapal menuju pelabuhan lain
tanya petani
dimana dia akan menanti Tun Utama dan Syarifah. Tun Utama dan
Tunggu apa lagi? Terima saja! Anak kita sudah setuju! Siti Syarifah pun bertemu kembali dengan Nahkoda Terus Mata.
jawab istri petani
Coba kulihat! Bukankah ini monyetku yang cerdas, Tun
Pernikahan pun dilangsungkan. Undangan datang dari mana- Utama? teriak Nahkoda Terus Mata.
mana. Sementara kerahasiaan identitas Tun Utama pun kemudian
Tun Utama mencari asal suara yang sudah dikenalnya. Melihat
dibuka hanya pada istri dan mertuanya saja.
bekas induk semangnya, dengan takzim disalaminya juragan kapal
Setelah beberapa lama Tun Utama memperpanjang masa yang kasar tapi baik hati itu.
tinggalnya dengan keluarga barunya, bersiap-siaplah dia kembali ke
Apakah ini sesuatu yang kau cari? tanya Nahkoda
Negeri Parun. Dengan izin dari ibu dan bapak Siti Syarifah, keluarlah
mereka sekeluarga dari negeri itu menuju pelabuhan.

22
Iya. Kenalkan ini adalah istriku, dan yang ini adalah Rasakanlah beratnya kemudi kapal itu, Puan Syarifah. Tapi
mertuaku ucap Tun Utama seberat-berat kemudi kapal Terus Mata, bagiku lebih berat
mengemudi bahtera rumah tangga. Kalau itu aku jelas menyerah!
Sang Nahkoda dengan cengiran kasar hanya sekedar saja
gelak Nahkoda Terus Mata.
menyalami ibu dan bapak Syarifah. Namun sikap kasarnya menguap
seketika berhadapan dengan Siti Syarifah. Dengan kikuk disalaminya kapal yang berjalan karena kerjasama awaknya, dengan
istri Tun Utama tersebut. nahkoda, awak kapal, dan mualim, maka seperti itu pula bahtera
rumah tangga bisa dikemudikan. Jawab Siti Syarifah
Ketika kapal mengangkat sauh, dan anak-beranak sudah
melepas pelukan. Istrimu itu benar-benar jenis yang harus kau lindungi dengan
nyawamu. Kalau tidak, berdosa besar engkau! kata Nahkoda terus
Jangan kau hiraukan ucapanku soal perempuan itu.
Mata pada Tun Utama
Ucapanku itu cuma berlaku bagi perempuan kebanyakan. Tapi istrimu
itu, jenis satu dalam seribu. Wajib kau jaga selama hidupmu. Bisik Pasti itu jawab Tun Utama
Nahkoda pada Tun Utama
Dalam perjalanan berlayar, di saat Tun Utama jatuh sakit di
Dalam perjalanan itu, kagumlah Nahkoda pada pilihan Tun kapal, barulah Nahkoda Terus Mata tahu bahwa bekas anak buahnya
Utama. Syarifah tak segan bersama suaminya belajar mengemudi itu adalah putra mahkota Kerajaan Negeri Parun.
kapal.
Singkatnya, kepulangan mereka pun disambut gembira. Raja
Beratkah rasanya, Puan Syarifah? Nahkoda Terus Mata dan Permaisuri yang sudah lama menanti, sudah gelisah karena tahun
bertanya, akan berganti, berseri-seri menyambut Tun Utama dan Siti Syarifah.
Di balairung istana, saat Tun Utama mengenalkan istrinya, seluruh
Siti Syarifah mengangguk tertawa di balik roda kemudi.
mata terpesona. Meski tak paham seperti apa perempuan dan bukan

23
betina yang dimaksudkan Tun Utama, namun mereka paham bahwa Mimpi Musang Berjanggut
Siti Syarifah memang terlihat berbeda dengan gadis-gadis istana.
Pesta pun digelar dan seisi negeri diundang bersuka. Ketika hari-hari berlalu, makin terlihat sosok Syarifah yang
menarik hati. Anak-anak suka bermain di dekatnya, mendengarnya
bercerita. Rakyat pun suka dengan calon permaisuri di masa depan
yang ramah pada mereka. Istri Tun Utama menjadi buah bibir, dari
desa hingga ke istana. Semua orang jatuh cinta padanya. Sekedar
mengagumi atau memang jatuh cinta, seperti yang dirasakan oleh
beberapa punggawa istana yang mencoba meraih simpati Siti
Syarifah, dan bahkan Raja.

Raja yang dilamun asmara, kemudian merasa badannya tak


sehat. Sudah beberapa tabib diundang untuk mengobatkan, tapi tak
juga beliau merasa badannya sehat kembali. Hingga satu hari Tuan
Kadi, jabatan salah satu punggawa yang berurusan dengan soal
perkawinan, mengabarkan kepada Raja sebuah mimpinya: Obat
kesembuhan Raja adalah seekor musang berjanggut.

Namun dimana akan dicari musang berjanggut?

Semua orang tertawa mendengarnya, meski Tuan Kadi Istana


serius bercerita. Mencari seekor musang berjanggut adalah seperti
mencari kuda bertanduk. Bisa habis usia baru bertemu.

24
Namun mimpi tersebut rupa-rupanya mendatangkan akal bagi Jika ada ular beranak, mana tahu ada pula musang
mereka. Semua seperti berpikiran serupa: Inilah saat memisahkan Tun berjanggut.
Utama dan Siti Syarifah, sehingga bisalah salah satu dari mereka
Siti Syarifah mengalah. Namun meminta Tun Utama menunda
merayu-cumbu Siti Syarifah barang semalam saja, hendak pula bisa
barang semalam, karena ada sesuatu yang hendak ditunjukkannya jika
selama-lamanya. Tentu saja pikiran demikian cuma tersimpan dalam
sangkanya benar. Dimintanya agar Tun Utama mengabarkan ke istana
hati masing-masing punggawa istana dan juga Raja.
bahwa dia akan berangkat sore itu.
Maka dipanggil lah Tun Utama menghadap. Dengan
Mata-mata istana bergerak-gerak di sekitar rumah. Begitu
menyinggung tekadnya yang keras karena telah berhasil membawa
terlihat Tun Utama keluar meninggalkan rumah, sampailah kabar ke
pulang perempuan yang bukan betina, diharapkanlah kesediaannya
istana bahwa memang sudah berangkat Tun Utama mencari musang
untuk mencari pula musang berjanggut, demi kesembuhan Raja. Tun
berjanggut akan pengobat Raja.
Utama, meski terheran-heran, menyanggupi perintah Raja, bahkan
ketika hukuman pancung jika gagal diancamkan kepadanya. Raja,
Tak lama berselang, langsung tiba utusan Raja memberitahu
dengan desakan dari para punggawa, menitahkan agar Tun Utama
pada Siti Syarifah, bahwa jika tak ada halangan Raja hendak bertamu
berangkat hari itu juga.
ke rumah selepas isya. Siti Syarifah mengangguk dan berkata bahwa
dia akan menunggu sekitar pukul sepuluh malam. Selepas utusan
Pulanglah Tun Utama ke rumah. Diceritakannyalah kepada
Raja, datang pula utusan Kadi Istana, mengabarkan bahwa Kadi
Siti Syarifah permintaan Raja itu. Siti Syarifah terheran-heran dengan
hendak datang bertamu karena ada urusan penting. Siti Syarifah
obat yang aneh itu. Dicegahnya Tun Utama berangkat, karena selain
menyanggupi, dan memberi waktu selepas maghrib. Lalu datang lagi
aneh, ada naluri lain terasa olehnya. Namun Tun Utama bersikeras
utusan Datuk Tumenggung, mengabarkan bahwa Datuk Tumenggung
juga hendak melaksanakan amanah.
hendak bertamu. Siti Syarifah menyanggupi dan memberitahu bahwa
hendaklah Datuk Tumenggung datang selepas isya. Lalu berturut-turut

25
datang utusan Datuk Bendahara dan utusan Datuk Laksamana dengan Para Petinggi Kerajaan dikerjai Siti Syarifah.
hajat bertamu yang sama. Siti Syarifah pun berjanji menunggu dengan
waktu yang diaturnya setengah sampai satu jam dari utusan terakhir. Ketika hari senja, selepas shalat maghrib, dengan mengendap-
endap Tun Utama masuk dari pintu belakang rumah mereka. Dengan
jenaka Siti Syarifah menyuruhnya bersembunyi di loteng rumah.
Dengan terheran-heran Tun Utama menuruti permintaan istrinya.

Ternyata Tuan Kadi Istana tak sabar menanti. Belum lagi


maghrib berlalu, sudah terdengar ketukan di depan pintu. Siti Syarifah
mempersilakan Tuan Kadi masuk, bahkan menyuruhnya
menyembunyikan kasut di dalam rumah. Merasa sambutan begitu
ramah dan hangat, Kadi Istana berbunga-bunga. Dengan sabar dia
menanti Siti Syarifah yang meminta izin hendak ke dapur, akan
membuat sajian untuknya. Pada kenyatannya, Siti Syarifah berpura-
pura sibuk di dapur. Dipercik-perciknya air ke minyak mendidih
sehingga terdengar seperti orang sedang memasak.

Perasaan berbunga-bunga Kadi Istana terusik dengan suara


salam yang sudah dikenalnya di pintu rumah. Datuk Tumenggung
datang bertamu. Dengan panik Kadi mencoba hendak lari
bersembunyi, namun Siti Syarifah cekatan menarik tangannya dan
membujuknya untuk bersembunyi di dalam peti besar berukuran lebar,
yang terletak di ruangan itu. Tak pikir panjang, Kadi melompat masuk

26
ke dalam peti, tanpa mengetahui bahwa Siti Syarifah tersenyum- berfilosofi, ibarat gulai di tangan, tak akan lari kemana jika bukan ke
senyum mengunci peti tersebut dan beranjak membuka pintu untuk mulut juga terhadap Siti Syarifah yang ranum di dapur sana, suara
Datuk Tumenggung. Datuk Bendahara terdengar. Gemetar ketakutan dia mencari tempat
bersembunyi. Siti Syarifah, dengan menahan tawa, mengatakan tak
Apa yang mengherankan Tuan Kadi adalah makanan lengkap
ada tempat bersembunyi di rumah itu. Tak ada pintu lain. Namun jika
di dalam peti yang berongga-rongga sehingga seisi ruang terlihat jelas
Datuk Laksamana mau, bisa berpura-pura menjadi patung di sudut
jika diintipnya.
ruangan, di sebelah lemari. Cukuplah dengan memegang setalam
buah-buahan dan berdiam diri, tak akan terlihat nyata di ruangan
Sementara itu, Datuk Tumenggung yang sudah berbirahi
dengan pelita yang sudah meredup cahayanya.
dielakkan Siti Syarifah dengan trik yang sama seperti terhadap Tuan
Kadi, membiarkannya berbunga-bunga menanti Siti Syarifah
Datuk Laksamana pun bertindak sesuai anjuran. Di sudut
menyajikan masakan untuknya. Dan selepas itu, Datuk Tumenggung
sebelah lemari, dimana Datuk Tumenggung bersembunyi, dia berpura-
pun tersenyum mesum sendiri dengan khayalannya, sampai suara
pura menjadi arca. Diam tak berkutik ketika Datuk Bendahara masuk
ketukan di pintu terdengar dengan salam yang sudah dikenalnya.
ke dalam rumah.
Datuk Laksamana!
Lalu Datuk Bendahara pun kena. Sedang mesra berkhayal,
Gusar dan panik, Datuk Tumenggung pun berniat lari. Namun
sempat terheran-heran melihat patung mirip-mirip Datuk Laksamana
dengan sigap Siti Syarifah yang berpura-pura heran menunjukkan
di sudut dekat lemari, suara Raja terdengar bertandang. Imajinasi
lemari di ruangan itu. Tak banyak pikir, masuklah Datuk Tumenggung
mesumnya buyar seketika. Siti Syarifah pun menunjukkan kolong
ke dalamnya.
meja di dekat mereka, sebuah meja bertutup kain. Sigap Datuk
Bendahara masuk ke kolong meja, mengintip Raja yang masuk
Demikianlah. Satu persatu dikerjai oleh Siti Syarifah. Yang
dengan dituntun mesra oleh Siti Syarifah.
paling naas adalah Datuk Laksamana. Dengan mesumnya dia
bertelanjang dada selagi Syarifah di dapur. Eh, sedang asyik dia

27
Tak seperti yang lainnya, Raja menolak disajikan makanan. oleh petinggi-petinggi istana. Oleh Datuk Bendahara yang kepanasan
Dengan duduk berdekatan, dicobanya merayu-rayu menantunya itu di kolong meja. Oleh Datuk Laksamana yang sudah pegal-pegal
perlahan-lahan. Bercerita tentang sakitnya dan betapa dia merindu tangannya berpose sebagai sebuah arca. Oleh Datuk Tumenggung
ingin bertemu Siti Syarifah. yang kelaparan di balik lemari. Dan oleh Tuan Kadi yang merasa
paling beruntung di peti dengan makanan dan minuman tersaji.
Siti Syarifah mendengar takzim layaknya anak menantu
terhadap mertua. Namun, rupa-rupanya Sang Raja sudah mulai nakal Setelah satu kali keliling ruangan itu, Raja menyerah. Siku-
menyentuh-nyentuh lengannya. Siti Syarifah tiba-tiba berdiri dan siku kaki dan tangannya sakit semua. Baru saja mereka berhenti dan
berkata bahwa dia hendak bermanja dengan Raja. Jika sudi, Raja Syarifah hendak mengambilkan air, sebuah tangan mengacaukan
dimintanya menjadi kuda. Raja tertawa gembira, merasa menantunya segalanya. Tangan itu adalah tangan Datuk Tumenggung yang
sedang memberi pertanda, dengan segera dia pun berlutut dan bergaya kelaparan. Dengan diam-diam Datuk Tumenggung membuka lemari.
seperti kuda. Siti Syarifah tertawa dan meminta Raja tidak berposisi Melihat ada buah-buahan di talam yang dipegang oleh arca tembaga
kuda seperti biasa, dengan kaki dan tangan masih di lantai, tapi mirip-mirip Datuk Laksamana, tangannya pun menjulur. Bukan
hendaklah mengangkat ujung tangan dan ujung kaki sehingga cuma buah-buahan terpegang olehnya, namun batang hidung Datuk
tersisa lutut dan siku saja sebagai kuda-kuda. Raja mengalah dengan Laksamana. Datuk Laksamana pun berteriak kaget, dicampaknya
perkiraan bahwa ini hanyalah trik Siti Syarifah untuk bermanja. Meski talam buah-buahannya, terkena pelita dan padam. Datuk Tumenggung
siku tangannya dan lututnya terasa sakit, namun ketika Syarifah sudah yang terkejut terbentur pintu lemari keningnya. Sementara Datuk
duduk di punggungnya, seakan-akan sedang naik kuda dengan duduk Bendahara, melihat peluang melarikan diri, mencoba keluar lekas-
menyamping, senanglah hati Raja. lekas dari kolong meja, dan terbungkuk-bungkuk punggungnya
membentur sisi meja. Panik seisi ruangan, mencoba kalang kabut
Para punggawa terhenyak di persembunyian masing-masing.
melarikan diri, seketika menyadari bahwa bukan satu dari mereka ada
Raja Negeri Parun yang disegani lawan dan dihormati kawan, menjadi
di sana. Dalam gelap malam berdesak dan berpencar mereka, juga
kuda yang dinaiki seorang perempuan, tanpa sadar sedang ditonton

28
Raja, kabur dari pintu depan. Kasut tercampak berhambur dan hilang Tun Utama meminta Tuan Kadi bersabar, karena esok
mereka dalam kegelapan malam. mungkin semua ada hikmahnya.

Siti Syarifah pun menyalakan kembali pelita dan memanggil


suaminya turun dari loteng. Tun Utama, dengan tawa terpingkal-
pingkal mendapat tontonan gratis, turun dan memeluk istrinya. Lalu
bersama mendekati peti dimana Tuan Kadi bersembunyi.

Berteriak-teriak Tuan Kadi meminta Tuan Putri Syarifah


membukakan peti tersebut.

Tak ada yang perlu dikhawatirkan Tuan Kadi. Bukankah


cukup makanan dan minuman di situ?

Sadarlah Tuan Kadi, bahwa dirinya sudah terjebak. Tadi


dikiranya dia yang paling beruntung, namun kini jelas bahwa dia yang
paling sial dari antara semua. Tun Utama, dengan tersenyum-senyum
bertanya, apakah mimpi soal musang berjanggut memang mimpi
ataukah rekaan saja. Tuan Kadi bersumpah bahwa soal musang
berjanggut memang mimpi adanya. Bukan sekali-dua datang padanya,
sebagai obat kesembuhan Raja. Namun, Raja dan kemudian mereka
semua, dengan pikiran masing-masing, memperalat mimpi tersebut.

29
Musang Berjanggut Melihat Datuk Bendahara mengganggu istri orang.
Bagaimana kabar punggung Datuk? Masih sakit membentur meja?
Esoknya, sampailah kabar di istana bahwa Tun Utama sudah
Datuk Bendahara terdiam. Dia pun beringsut mundur, menutup
kembali membawa musang berjanggut. Seisi negeri kaget dan
peti dan berkata kepada Raja.
berbondong-bondong ke istana menanti musang berjanggut yang
sudah ditangkap oleh Tun Utama. Di balairung istana, Raja dan
Memang benar ini musang berjanggut, Tuanku.
segenap pembesar kerajaan -minus Tuan Kadi- sudah berkumpul.
Mereka menatap tak percaya ketika sebuah peti besar dibawa dua Lalu maju pula Datuk Tumenggung. Reaksinya sama kaget
prajurit istana, dengan Tun Utama datang menghadap mengabarkan dengan Datuk Bendahara.
bahwa sudah berhasil ditangkapnya musang berjanggut untuk
Celakalah kita! Kenapa bisa begini, Tuan Kadi?
kesembuhan Raja. Dengan beringsut mundur Tun Utama
mempersilakan diperiksa isi peti tersebut, adakah benar musang
Kadi Istana menjawab kecut sambil menunjuk kening Datuk
berjanggut atau bukan.
Tumenggung.

Dari singgasananya, entah karena takut atau merasa bersalah,


Tanyakanlah pada kening Datuk yang bengkak itu.
Raja menyuruh punggawanya satu demi satu memeriksa isi peti,
sebelum dia nanti melihatnya sendiri. Datuk Tumenggung mundur dan menunduk malu. Lalu
mengangguk kepada Raja.
Majulah Datuk Bendahara. Ketika dibukanya peti tersebut,
terkejutlah ia melihat Tuan Kadi meringkuk di dalamnya. Benar Tuanku. Ini memang musang berjanggut adanya.

Apa yang Tuan Kadi lakukan di dalam peti ini?

30
Berikutnya majulah pula Datuk Laksamana. Tak kalah pula Tak kusangka semalang ini nasibmu, Kadi!
kagetnya Datuk Laksamana melihat isi di dalam peti. Mendesis-desis
Kadi istana menunduk dan menjawab,
ia berbisik,

Beruntunglah hamba tidak dijadikan kuda tua untuk


Astaga! Malang nian nasibmu, Tuan Kadi!
ditunggangi, Tuanku.
Tuan Kadi tersenyum,
Raja terdiam lama di sisi peti tempat bersemayamnya Tuan
Setidaknya lebih beruntung daripada menjadi patung Kadi. Sadarlah dia kini, bahwa ini semua adalah pembalasan dari Tun
tembaga, Datuk Laksamana. Utama dan terutama Siti Syarifah yang cerdik-jenaka. Sebuah
pelajaran yang menyadarkan orang-orang tua seperti dirinya dan para
Datuk Laksamana terpukul mundur. Ditutupnya peti dan tegak
punggawa istana.
menghadap Raja.
Raja menutup peti tersebut, dan menepuknya tiga kali. Lalu
Bagaimana, Laksamana?
mengumumkan bahwa benar adanya isi peti tersebut adalah musang
berjanggut.
Datuk Laksamana menjawab,

Di akhir cerita, Raja dan semua punggawa mengundurkan diri,


Tak diragukan lagi, Tuanku. Ini memang musang berjanggut
setelah meminta maaf kepada Tun Utama dan Siti Syarifah serta
adanya. Jenis yang suka mengganggu ayam orang.
berterimakasih atas cara mereka mengajar tanpa mempermalukan
Merasa penasaran, Raja pun turun dari singgasana mendekati orang-orang tua yang khilaf tersesat nafsu. Nahkoda Terus Mata yang
peti. Dibukanya peti dan terhenyaklah ia melihat wajah Tuan Kadi sempat dimintai bantuan mencari obat oleh Tun Utama pun datang,
menunduk malu di dalam peti. Mendesis Raja tak percaya: dan mengabarkan nasehat dari tabib jauh bahwa obat kesembuhan
Raja cuma ada dalam dirinya sendiri.

31
Tun Utama diangkat menjadi Raja bersama Siti Syarifah DAFAR PUSTAKA
sebagai permaisuri istana. Selain dari mereka, tak pernah ada yang
Internet : biologi/praktikum/Hikayat Musang Berjanggut _
tahu rupa musang berjanggut sesungguhnya, bahwa musang
Lapak Aksara.htm
berjanggut itu tak lain Kadi Istana yang memang berjanggut
segenggam tangan, sebagai amsal sebuah perilaku tercela dalam
agama dan adat-istiadat. Peti musang berjanggut itu pun dinyatakan
sebagai harta istana. Disimpan sebagai pelajaran. Menjadi hikayat
makrifat turun-temurun.

32
Biografi Penulis

Istiqomah adalah remaja


kelahiran 1 Januari 1997 yang lahir di Sidoarjo. Di lulusan dari TK.
Darussalam pada tahun 2003 lalu melanjutkan sekolah di SDN
Sidokerto yang kemudian lulus pada tahun 2009. Setelah lulus dari SD
ia melanjutkan pendidikannya di SMPN 2 Buduran yang akhirnya
lulus tahun 2012. Setalah lulus SMP ia memilih melanjutkan
sekolahnya di SMAN 1 Porong sampai sekarang. Semua
pendidikannya berada di kota Sidoarjo.

Karirnya di dunia seni sudah dimulai saat dia SMP, dia


mengikuti beberapa lomba. Dia memiliki hobi menggambar dan
menulis cerpen. Kahidupannya di dunia seni merupakan sebagian
besar dari dirinya.

Karirnya di dunia seni sastra mulai di tekuninya saat masih


duduk di bangku SMP. Pada tahun ini ia mengarang sebuah novel
yang dikembangkannya dari cerita hikayat dari Malaka, novel terbut
berjudul Hikayat Musang Berjanggut yang kemudian di
terbitkannya di SMAN 1 Porong.

33

Anda mungkin juga menyukai