Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Alyya Yusuf

BUNGA KEMUNING
Teks hikayat

Alkisah, pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang dikenal arif dan bijaksana. Ia memiliki sepuluh orang puteri
berparas cantik jelita bernama Puteri Jambon, Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye,
Puteri Merah Merona, dan Puteri Kuning. Tetapi karena terlalu sibuk mengatur kerajaan, sang raja tidak sempat
mendidik mereka dengan baik. Sementara sang isteri telah meninggal dunia ketika melahirkan puterinya yang bungsu.
Sang raja terpaksa menyerahkan pengasuhan anak-anaknya pada inang pengasuh kerajaan.

Ternyata sang inang pengasuh tidak kuasa mengasuh seluruh puteri raja. Hanya si bungsulah, yaitu Puteri Kuning yang
berhasil didik dengan baik hingga menjadi anak yang selalu riang, ramah pada setiap orang dan memiliki budi pekerti
baik. Sementara kakak-kakaknya tumbuh menjadi anak manja dan nakal. Mereka tidak mau belajar dan membantu Sang
Raja. Setiap hari kakak-kakak Puteri Kuning kerjanya hanya bermain di sekitar danau dan atau bertengkar
memperebutkan sesuatu.

Suatu hari Sang Raja hendak berkunjung ke kerajaan lain dalam rangka menjalin silaturrahim. Untuk itu ia
mengumpulkan seluruh puteri-puterinya. Kepada mereka Sang Raja berkata, “Aku hendak pergi ke kerajaan lain selama
beberapa minggu. Buah tangan apa yang kalian inginkan?”.

Tanpa menimbang-nimbang lagi, si sulung (Puteri Jambon) berkata, “Aku ingin perhiasan yang mahal.”

Permintaan yang hampir serupa mahal dan mewahnya juga diajukan oleh adik-adik Puteri Jambon. Hanya Puteri Kuning
sajalah yang mendekat dan memegang lengan ayahnya sambil berkata, “Aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat.”

“Sungguh baik perkataanmu, wahai puteriku. Mudah-mudahan saja aku dapat kembali dengan selamat dan membawakan
hadiah yang indah untukmu,” kata sang raja.

Singkat cerita, setelah Sang Raja pergi kelakuan anak-anaknya malah menjadi semakin nakal dan malas. Bukannya
bersedih, mereka malah merasa gembira karena selain Sang Raja, di seluruh kerajaan tidak ada yang berani melarang.
Kesempatan ini mereka pergunakan untuk membentak dan menyuruh para inang pelayan sekehendak hati. Para inang pun
menjadi sibuk sehingga tidak sempat membersihan taman istana kesayangan Sang Raja.

Melihat hal itu Puteri Kuning segera mengambil sapu dan mulai membersihkan taman kesayangan ayahandanya. Dedaunan
kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan berlebih dipangkasnya agar terlihat lebih rapi.
Sementara kakak-kakaknya yang melihat Puteri Kuning sibuk di taman, malah mencemooh. “Lihat, tampaknya kita
memiliki pelayan baru,” kata salah seorang diantaranya.

“Hai pelayan! Kami masih melihat banyak kotoran di sini!” ujar salah seorang kakaknya sambil melemparkan sampah ke
arah taman. Sejurus kemudian, mereka pun langsung menyerbu dan mengacak-acak taman. Dan, setelah puas mengacak-
acak taman lalu pergi begitu saja menuju danau untuk bermain sambil berenang. Begitu kelakuan kakak-kakak Puteri
Kuning setiap harinya hingga ayah mereka pulang.

Ketika Sang Raja pulang, ia hanya mendapati Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana, sementara
kesembilan kakaknya sedang asyik bermain di danau. Ia agak kecewa karena telah bersusah payah membawakan buah
tangan tetapi tidak disambut dengan hangat oleh anak-anaknya. Hanya Puteri Kuninglah yang berlari sendirian untuk
menyambutnya dengan rasa suka cita.

Sambil berjalan menuju teras, Sang Raja berkata, “Anakku yang rajin dan baik budi. Ayah hanya dapat memberimu
sebuah kalung batu hijau. Ayahanda telah mencari di seluruh pelosok kerajaan seberang tetapi tidak menemukan kalung
batu kuning seperti warna kesayanganmu”.

“Sudah tidak mengapa, Ayahanda. Kalung batu hijau juga akan serasi dengan warna bajuku,” kata Puteri Kuning lemah
lembut.
Keesokan harinya, walau seluruhnya telah diberi cinderamata, tetapi masih saja ada yang iri. Salah satunya Puteri Hijau
yang melihat Puteri Kuning memakai kalung batu hijau segera menghampiri. “Wahai adikku, seharusnya kalung itu milikku
karena berwarna hijau. Kenapa sampai ada di lehermu?” tanya Puteri Hijau dengan perasaan iri.

“Ayah memberikannya padaku,” sahut Puteri Kuning singkat dan jelas.

Puteri Hijau tidak terima penjelasan Puteri Kuning. Dia segera berlari pergi menemui saudari-saudarinya yang lain.
“Kalung hijau yang dipakai Si Kuning sebenarnya milikku. Tetapi dia mengambilnya dari saku ayah!” katanya menghasut ke
delapan saudarinya.

Mendengar hasutan Puteri Hijau saudari-saudarinya menjadi panas hati. Mereka kemudian bersepakat untuk merampas
kalung itu dari tangan Puteri Kuning. Kesembilan adik-beradik tersebut lalu bersama-sama menemui puteri hijau. Setelah
bertemu, mereka langsung memaksa Puteri Hijau untuk menyerahkan kalungnya. Tentu saja ia menolak dan akhirnya
terjadilah perkelahian sengit hingga kepalanya terkena pukulan dan meninggal saat itu juga.

“Dia meninggal!” seru Puteri Jingga panik.

“Kita harus menutupi kejadian ini,” kata Puteri Merah Merona.

“Kalau begitu kita harus cepat menguburkannya agar Ayahanda dan seisi istana tidak mengetahui kejadian ini!” kata
Puteri Jambon kepada saudari-saudarinya.

Sepakat dengan Sang Kakak (Puteri Jambon), mereka pun lantas beramai-ramai mengusung jasad Puteri Kuning untuk
dikuburkan di tengah taman istana. Bersama jasad Sang Puteri Kuning, turut pula dikuburkan benda yang menjadi bahan
perebutan, yaitu kalung batu hijau. Benda ini dikuburkan sendiri oleh Puteri Hijau yang memicu ada pertengkaran dan
perkelahian dengan Puteri Kuning.

Sore harinya, entah mengapa Sang Raja merasa kangen dan ingin berbincang dengan Puteri Kuning di taman istana
tempatnya biasa bermain. Namun, karena tidak menemukannya, dia lalu memanggil para puterinya yang lain untuk
menanyakan keberadaan adik bungsu mereka. Satu per satu ditanyainya, tetapi tidak ada seorang pun yang mau berterus
terang. Mereka memilih tutup mulut dan pura-pura tidak mengetahui keberadaan Puteri Kuning.

Khawatir akan keberadaan dan keselamatan puteri bungsunya, raja lalu menitah para pengawal kerajaan untuk
mencarinya ke seluruh penjuru istana. “Hai, para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!” teriaknya gusar.

Pencarian Puteri Kuning selama berhari-hari hingga berminggu-minggu di seluruh penjuru istana tentu saja sia-sia belaka
karena telah dikubur sangat rapi oleh saudari-saudarinya hingga tidak ada bisa menyangkanya. Hal ini membuat Sang
Raja menjadi sangat sedih dan menyesal karena tidak mampu menjaga, merawat, dan mengarahkan puteri-puterinya.
Mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang egois, tidak peduli terhadap sesama serta tidak patuh terhadap nasihat
orang tua. Oleh karena itu Sang Raja segera mengirimkan mereka ke negeri seberang untuk belajar budi pekerti.
Tujuannya, agar mereka menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan dapat saling menjaga antara satu dengan
lainnya.

Beberapa minggu setelah para puteri raja belajar budi pekerti di negeri seberang, tumbuhlah sebuah tanaman di atas
kubur Puteri Kuning. “Tanaman apakah ini?” seru Sang Raja heran. “Batangnya bagaikan jubah Puteri Kuning, daunnya
bulat berkilau bagai kalung batu hijau, sementara bunganya putih kekuningan dan berbau sangat wangi! Tanaman ini
mengingatkanku pada Puteri Kuning,” tambahnya.

Sejak saat itulah bunga tersebut diberi nama bunga kemuning karena mengingatkan raja pada Puteri Kuning. Dan, sama
seperti Puteri Kuning, bunga kemuning memiliki banyak kebaikan. Bunganya dapat digunakan untuk mengharumkan
rambut, batangnya dapat dipakai untuk membuat kotak-kotak indah, dan kulit kayunya dapat ditumbuk untuk dijadikan
bedak penghalus wajah.
Menentukan nilai-nilai teks hikayat.

NO Nilai Penjelasan
1 Nilai agama - Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan.
- Kebersihan adalah sebagian dari iman

2 Nilai moral 1. ke-9 putri raja sering membentak inang pengasuh dan
menyuruh agar pelayan menuruti permintaan mereka (tidak
sopan kepada orang lain).
2. Putri Kuning yang hanya menginginkan keselamatan
ayahnya bukan oleh-oleh barang mewah (menyayangi orang).
3. Kakak-kakak Putri Kuning yang mencemooh, menertawakan,
dan merusak taman yang sudah dirapikan (tidak menghargai
orang lain).
4. Putri Kuning yang menghargai pemberian ayahnya meskipun
ia tidak begitu suka (menyayangi orang tua).

3 Nilai social 1. Putri Kuning yang membersihkan taman istana


kesayangan ayahnya karena ia tahu bahwa inang
pengasuh nya tidak ada waktu membersihkan karena
sibuk menuruti keinginan kakak-kakaknya (tidak
memandang status.

4 Nilai budaya Adanya pengaruh budaya kerajaan masa lampau, dimana


seorang raja bisa memiliki banyak istri dan anak. Namun dalam
kondisi saat ini di Indonesia budaya tersebut tidak dianjurkan
karena adanya program dua anak lebih baik untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi tiap tahunnya.

Menentukan kebahasaan teks hikayat.


No Unsur kebahasaan kalimat
1 Kongjungsi Puteri Sulung bernama Putri Jambon. Adik-adiknya dinamai
Putri Jingga, Putri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu, Putri
Oranye, Putri Merah Merona, Putri Kuning, dan 2 putri
lainnya.

- Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri


Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal.
- "Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan
kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah
buatmu," kata
Menentukan unsur intrinsic
No Unsur intrinsik penjelasan
1 Tema Putri bungsu yang teraniaya. Secara keseluruhan Hikayat Putri Bunga
Kemuning mengisahkan kemalangan yang dialami oleh putri bungsu
dari sepuluh bersaudara.
2 Latar Latar Tempat: Istana Kerajaan, Danau.
Latar Waktu: Suatu hari
Latar Suasana: Tegang, Menyedihkan.
3 Alur Alur Maju, karena menjelaskan rangkaian cerita secara runtut dari
awal hingga akhir mulai dari tahap preposisi/orientasi, konflik,
klimaks, antiklimaks, hingga tahap penyelesaian/resolusi.
4 Tokoh dan penokohan Raja:
-Penyayang
-Terlalu memanjakan anak-anaknya
-Terlalu sibuk dengan urusan kerajaan Putri

Kuning:
-Penyendiri
-Rendah hati
-Suka menolong
-Penyayang
-Rajin

Kakak-Kakak Putri Kuning:


-Suka berfoya-foya
-Pemalas
-Tidak memperdulikan sekitar
-Suka menindas orang lain
-Jahat

Putri Hijau:
-Iri Hati
-Penghasut
5 Sudut pandang Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang campuran yaitu
sudut pandang penulis sebagai orang pertama dan sudut pandang
orang ketiga, dimana penulis berperan sebagai orang ketiga yang
serba tahu dalam rangkaian cerita Hikayat Putri bunga Kemuning.
6 Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat putri bunga kemuning
diantaranya yaitu gaya bahasa Tautologi dan Parabel.

Tautologi adalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara


berulang dengan kata-kata yang maknanya sama supaya diperoleh
pengertian yang lebih mendalam. Contohnya terdapat pada kalimat
"Selama sang raja pergi, kelakuan kesembilan putrinya semakin
menjadi-jadi".

Parabel/Parabola adalah gaya bahasa berupa cerita-cerita fiktif dengan


tokoh manusia dengan tema moral yang kental. Hal ini tergambar
pada rangkaian cerita Hikayat Putri Bunga Kemuning.
7 Amanat -Kita harus akur sesama saudara
-Janganlah menindas orang lain
-Sebagai orang tua kita tidak boleh terlalu fokus pada kerjaan sampai
tidak mengetahui apa yang dialami oleh anak kita
-Jangan terlalu manja menjadi anak, berusahalah untuk mandiri

Anda mungkin juga menyukai