Anda di halaman 1dari 5

Hikayat Putri Bunga Kemuning - Dongeng Inggris

Galih Kurniawan12:47 AM

Courtesy of www.orbitdigital.net
dongeng anak dunia - Pada zaman dahulu kala tersebutlah sebuah Kerajaan yang subur
makmur dengan seorang Raja yang Arip Bijaksana dalam menjalankan roda kepemimpinan
negeri.

Sanga Raja sangat sibuk dalam mengurus negeri sehingga dia sukses menjadi Raja yang
berhasil dan bagus dalam mengurus negerinya, namun dia tidak ada waktu untuk mengurus
dan mendidik putri-putri tercintanya.

Sang Raja yang Bijak ini mempunyai sepuluh anak putri yang cantik-cantik jelita, namun
seperti yang disebutkan tadi dia hanya sibuk mengurus kepentingan negara, sementara
kesepuluh putrinya kurang didikkan dari sang orang tua.

Sementara sang istri tercinta yang seharusnya membantu mendidik putri-putrinya tersebut
telah lebih dahulu meninggalkan dunia ini.

Kesepuluh anak-anak putrinya hanya dapat didikkan dari pengasuh Kerajaan dan inang-inang
kepercayaan istana sehingga cara mendidiknya kurang terlalu baik.

Putri-putri cantik sang Raja tumbuh menjadi anak yang manja tidak mau belajar serta
membantu sang Raja sebagai orang tua mereka, kerjanya hanya bersolek dan main-main
sesuka hati mereka tidak mengenal yang namanya disiplin hidup.

Putri Jambon adalah putri pertama atau sulung, yang kedua bernama putri Jingga, yang ketiga
bernama Putri Hijau, yang keempat bernama Putri Kelabu, yang lima bernama putri Oranye,
yang enam bernama putri merah, yang ke tujuh putri Putih, yang ke delapan putri Biru, yang
kesembilan putri Merah Merona, dan Yang terakhir bungsu bernama putri Kuning, semua
nama Putri tersebut diambil dari nama warna-warna.

Sang Raja yang sudah berumur tua sengaja memilih nama-nama tersebut untuk dapat
mengenali sang putri dengan cepat dari warna baju yang mereka kenakkan sesuai dengan
namanya masing-masing.

Namun ada satu sifat yang lain yang dimiliki sang putri bungsu dari sepuluh bersaudara ini,
dia berhati sangat lembut juga sangat penyayang kepada siapa pun serta tidak perah sombong
terhadap siapa pun yang di jumpainya.

Setiap kali dia bertemu dengan siapa pun, senyum selalu terurai dari bibirnya yang murah
senyum juga berbudi sangat mulia, dialah putri penyayang yang tahu etika cara memberi
hormat kepada siapa pun, sangat jauh berbeda sikapnya dari kesembilan kakaknya yang
sombong-sombong.  

Dalam satu kesempatan sang Raja bertanya kepada sepuluh putri tercintanya, "besok aku
akan berangkat," katanya. "Ada urusan Kerajaan yang sangat penting dan mungkin aku akan
pergi cukup lama, apakah yang akan kalian minta untuk oleh-olehnya?" bertanya sang Raja
kepada seluruh putrinya.

"Tentu saja aku ingin perhiasan yang sangat indah-indah, Ayahanda!" seru sang putri sulung
Jambon.

"Dan jangan lupa Ayahanda untuk membelikan kami semua kain sutra yang indah-indah dan
berkilau-kilau," putri yang lainnya berbicara dengan serentak.

Namun ada satu putri Raja yang hanya diam saja tidak berbicara hanya tersenyum saja,
melihat itu sang Raja lalu bertanya, "Mengapa engkau anakku putri bungsu hanya diam saja,
apakah yang engkau pinta dariku?" sang Raja bertanya kepada putri Kuning sang bungsu.

"Ananda hanya meminta Ayahanda selalu sehat dan kembali dengan selamat dari perjalanan
nantinya," katanya dengan nada bicara sedemikian halus dan lembut.

Namun kata-kata tersebut malah menjadi olok-olokkan dari kesembilan kakaknya yang
berada ditempat tersebut, mereka tertawa-tawa atas permintaan sang adik bungsunya yang
menurut mereka sangatlah aneh.

Tetapi sang Raja sangat terharu dengan permintaan putri bungsunya yang sungguh mulia,

"Ananda, Ayah sangat yakin dengan permintaan baikmu yang sungguh mulia," sang Raja
sangat terharu dengan kata-kata sang putri Bungsu.

"Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan sehat selalu, mudah-mudahan Anakku,"
katanya kembali.

Dan akhirnya sang Raja pun berangkat setelah segala persiapan dengan perbekalan yang
dibawa semua pengawal setianya yang turut dalam perjalanan tersebut.

Kini Raja dalam perjalanan kenegaraan tugas yang harus dijalanani demi perdamaian yang
tercipta dan kerja sama antara negeri yang harus terjaga juga demi kemajuan negeri tercinta
ini.

Semua putri sang Raja kecuali sang putri bungsu, sangat bebas dengan kenakalannya mereka
semakin malas saja dan dengan sesuka hati membentak, memerintah inang-inang pengasuh
yang mereka anggap sangatlah rendah dimata mereka.

Kesibukkan ini membuat taman istana yang beberapa lalu terlihat indah kini tidak terurus,
semak belukar pun tumbuh dengan cepatnya membuat taman tidak indah lagi.

Hati sang putri bungsu tentu saja sangat sedih melihat taman tersebut, taman istana adalah
tempat kesayangan sang Ayahanda tercinta dikala sedang merenung mencari inspirasi hidup.
Diambilnya sapu lalu dengan segara membersihkan daun-daun kering yang rontok dan
mencabuti rumput liar yang tumbuh tidak beraturan juga memangkas dahan pohon yang tak
sedap dipandang mata, semua dia kerjakan sendiri.

Walaupun pekerjaan membenahi taman istana itu pun sebenarnya dilarang para inang
pengasuh istana sang putri Kuning tetap saja mengerjakannya dengan tekun.

Beberapa kakaknya melihat apa yang sedang dilakukan sang adik malah mengolok-oloknya
bukan membantunya.

Juga dengan senangnya meledeknya dan berkata, "lihatlah pelayan baru kita yang sangat rajin
bekerja," ledek sang kakak-kakaknya sambil tertawa-tawa keras melihat adik bungsunya yang
berlepotan keringat.

Malah ada yang sengaja melempar-lemapr sampah, ledekkannya sunguh keterlaluan bukan
membantu sang adik yang sedang bekerja membersihkan taman tempat kesayangan
Ayahanda mereka.
Hati sang putri Kuning si Bungsu pun berpikir, "betapa seluruh pengasuh inang-inang yang
selama ini melayani kebutuhan sembilan kakaknya dibuat capai dan lelahnya, mengabdi dan
menurut kemauan mereka semua yang semena-mena dengan kesetiaan yang mereka miliki."

Sang putri bungsu pun akhirnya marah juga diganggu kakak-kakaknya yang sangat nakal,
"kalian bisanya hanya meledek saja dengan keisengan kalian yang tidak pantas, biarlah nanti
Ayahanda pulang tidak membawa oleh-oleh buat kalian," katanya.

Karena mereka pun telah lelah dan bosan dengan olok-olokkannya, mereka pun pergi dari
tempat itu hendak mandi di danau yang tidak jauh dari lingkungan istana Kerajaan.

"Baiklah, kita sudah bosan disini, bagaimana kalau kita mandi saja di danau!" ajak salah
seorang kakaknya putri Bungsu.

Kesembilan putri itu pun pergi meninggalkan putri Bungsu yang sedang bekerja
membersihkan taman, mereka menuju danau untuk mandi.

Akhirnya di suatu hari sang Ayahanda pulang dari perjalanan kenegaraan dilihatnya sang
putri Bungsu sedang merangkai bunga di teras istana Kerjaan seorang diri sementara sang
kakak-kakaknya masih berada di danau sedang mandi.

"Putri Kuning anakku yang rajin maafkan Ayahandamu ini, tidak dapat memberikan hadiah
yang sesuai dengan namamu," katanya sambil menyerahkan kalung yang berwarna hijau.

"Ayah telah mencari kesemua penjuru kota di negeri sana dan mencarikan kalung berwarna
kuning namun tidak Ayah dapatkan," katanya lagi.

"Tidak mengapa Ayahanda dengan kalung hijau tentu saja baju kuning yang saya kenakan
akan sangat serasi sekali!" serunya dengan kata-kata yang sangat lemah lembut sekali
membuat sang Ayahanda bangga terhadap putri Kuning yang sangat rajin.

Raja pun hatinya sangat sedih sekali mendapatkan kesembilan putrinya yang lain tidak
pernah ada di istana, mereka kerjanya hanya main-main tidak mau bekerja atau belajar.

"Dan yang lebih penting lagi bagi Ananda, Ayahanda telah pulang dengan selamat dari
perjalanan," katanya tersenyum bahagia sekali sambil memeluk sang Ayahnada tercinta.

Hati sang Raja pun sedikit terobati juga dengan kata-kata dari sang putri Kuning yang sangat
baik hati dan berbudi sangat luhur.

Selang beberapa saat, putri-putri yang lainnya pada berdatangan, mereka sangat senang sekali
mendapatkan hadiah yang sangat istimewa dari sang Ayahanda mereka.

Meraka saling pamer oleh-oleh tersebut dengan bahagia dan bangganya, mereka sama sekali
tidak ingat kepada adik bungsunya yang seharusnya mereka bimbing dan menjaganya.

Barulah keesokkan harinya sang putri Hijau mendapati sang putri Kuning yang memakai
kalung berwarna hijau, dia memakainya dengan sangat cantik sekali serasi dengan warna
kuning pakaiannya.

"Ayahanda mungkin telah salah memberikan kalung hijau itu kepadamu, sebab hanya akulah
yang berhak atas kalung yang berwarna hijau!" katanya setengah membentak.

"Maaf kakak putri Hijau, Ayahanda telah memberikan kalung ini terlebih dahulu kepadaku,
silahkan saja tanya kepada beliau," jawab sang putri Bungsu dengan tenang.

Maka datanglah pikiran jahat yang timbul saat itu, lalu ditemuilah seluruh saudarinya lantas
saja dia pun mengarang cerita bohong.

"Biarlah kalian semua tahu bahwa kalung hijau yang dipakai putri Kuning adalah kalung
hijau kepunyaanku yang dicuri dari kantong baju Ayahanda untukku, untuk itu kita semua
harus memberi pelajar yang baik buatnya untuk selalu berbuat baik terhadap kita," katanya.

Dan ketika sang putri Kuning menghampiri mereka dengan serentak mereka menangkapnya
serta menghajarnya, namun celaka mereka memukul kepalanya dengan benda keras dan
mengakibatkan sang putri Kuning langsung merengang nyawa atau meninggal dunia.

"Celaka! kita harus cepat menggali lubang untuk mengubur putri Kuning!" seru sang Jambon
putri sulung memerintah adik-adiknya.

Maka digalilah lubang beramai-ramai di taman istana untuk mengubur sang putri Kuning,
kalung batu hijau pun ikut terbukur dengan mayat sang putri Kuning.

Kalung batu hijau yang menjadi penyebab malapetaka ini terjadi sudah tidak diharaukan lagi
oleh putri Hijau yang berpikiran jahat terhadap adik kandungnya sendiri.

Sang Raja merasa kesepian setelah beberapa hari ini sang putri kesayangan tidak dijumpainya
maka dia pun mencarinya.

Namun sang Raja tidak dapat menemuinya, lalu dengan serta merta dia pun mengerahkan
seluruh abdi kepercayaan untuk melacak keberdaan putri Kuning, namun sampai beberapa
minggu kemudian sang putri tidak dapat ditemukan seperti hilang ditelan bumi saja.
Raja sering sekali merenung dalam taman seorang diri, dia merindukkan sang putri Kuning
yang sangat dia sayangi.

Disamping itu, dia pun telah berencana untuk mengirim anak-anaknya belajar ke luar negeri
untuk belajar budi pekerti yang baik dan belajar ilmu yang kelak akan berguna bagi
kehidupan mereka semuanya.

"Aku seorang ayah yang sudah gagal mendidik anak-anakku tapi masih belum terlambat
untuk mereka belajar ilmu yang baik dan berguna," dalam khayalnya dia berbisik.

Di atas kuburan sang putri Kuning yang tidak terungkap telah meninggal, kini muncullah
sebuah pohon tumbuhan.

Dengan batangnya yang kokoh dengan daun-daun bulat hijau bagaikan kalung hijau yang
pernah diberikan sang Raja terhadap putri Kuning dan terakhir bunga putihnya yang
kekuning-kuningan serta bau harum wanginya.

Tentu saja sang Raja ketika melihat pohon tanaman tersebut sangat terharu terbayang olehnya
sang putri Kuning yang entah dimana kini dia berada.

"Mulai saat ini bunga yang bau harum serta wangi ini yang selalu mengingatkanku kepada
putriku, aku beri nama yang sesuai dengan indah rupamu, Kemuning!" serunya.

Maka pohon itu kini telah punya nama yaitu Kemuning sampai saat ini sebutan untuk pohon
tersebut tidak berubah yaitu Kemuning.

Pohon Kemuning adalah pohon yang sangat banyak sekali gunanya, batangnya bisa dipakai
untuk kotak-kotak yang sangat bagus dan juga kulitnya bisa dibikin bedak kosmetik dan juga
bunga-bunga indahnya untuk mengharumkan rambut, inilah kebaikkan yang terus diberikan
sang putri Kuning walaupun dia kini telah meninggal dunia.

Jadilah yang baik dari yang terbaik serta selalu belajar untuk tidak berbuat salah atau
kesalahan, sebab kebaikkan tidak akan mati walaupun yang berbuat kebaikkannya telah mati,
dia akan terus memotifasi orang yang masih hidup di dunia ini. Sekian.

Anda mungkin juga menyukai