Anda di halaman 1dari 3

LKS SESI 1

Nama:
Kelas :

Bacalah hikayat berikut!

HIKAYAT BUNGA KEMUNING

Alkisah, pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang dikenal arif dan bijaksana. Ia memiliki
sepuluh orang puteri berparas cantik jelita bernama Puteri Jambon, Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri
Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona, dan Puteri Kuning. Tetapi karena terlalu
sibuk mengatur kerajaan, sang raja tidak sempat mendidik mereka dengan baik. Sementara sang isteri
telah meninggal dunia ketika melahirkan puterinya yang bungsu. Sang raja terpaksa menyerahkan
pengasuhan anak-anaknya pada inang pengasuh kerajaan.
Ternyata sang inang pengasuh tidak kuasa mengasuh seluruh puteri raja. Hanya si bungsulah,
yaitu Puteri Kuning yang berhasil didik dengan baik hingga menjadi anak yang selalu riang, ramah
pada setiap orang dan memiliki budi pekerti baik. Sementara kakak-kakaknya tumbuh menjadi anak
manja dan nakal. Mereka tidak mau belajar dan membantu Sang Raja. Setiap hari kakak-kakak Puteri
Kuning kerjanya hanya bermain di sekitar danau dan atau bertengkar memperebutkan sesuatu.
Suatu hari Sang Raja hendak berkunjung ke kerajaan lain dalam rangka menjalin silaturrahim.
Untuk itu ia mengumpulkan seluruh puteri-puterinya. Kepada mereka Sang Raja berkata, “Aku
hendak pergi ke kerajaan lain selama beberapa minggu. Buah tangan apa yang kalian inginkan?”.
Tanpa menimbang-nimbang lagi, si sulung (Puteri Jambon) berkata, “Aku ingin perhiasan yang
mahal.”
Permintaan yang hampir serupa mahal dan mewahnya juga diajukan oleh adik-adik Puteri
Jambon. Hanya Puteri Kuning sajalah yang mendekat dan memegang lengan ayahnya sambil berkata,
“Aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat.”
“Sungguh baik perkataanmu, wahai puteriku. Mudah-mudahan saja aku dapat kembali dengan
selamat dan membawakan hadiah yang indah untukmu,” kata sang raja.
Singkat cerita, setelah Sang Raja pergi kelakuan anak-anaknya malah menjadi semakin nakal dan
malas. Bukannya bersedih, mereka malah merasa gembira karena selain Sang Raja, di seluruh
kerajaan tidak ada yang berani melarang. Kesempatan ini mereka pergunakan untuk membentak dan
menyuruh para inang pelayan sekehendak hati. Para inang pun menjadi sibuk sehingga tidak sempat
membersihan taman istana kesayangan Sang Raja.
Melihat hal itu Puteri Kuning segera mengambil sapu dan mulai membersihkan taman
kesayangan ayahandanya. Dedaunan kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan
berlebih dipangkasnya agar terlihat lebih rapi. Sementara kakak-kakaknya yang melihat Puteri Kuning
sibuk di taman, malah mencemooh. “Lihat, tampaknya kita memiliki pelayan baru,” kata salah
seorang diantaranya.
“Hai pelayan! Kami masih melihat banyak kotoran di sini!” ujar salah seorang kakaknya sambil
melemparkan sampah ke arah taman. Sejurus kemudian, mereka pun langsung menyerbu dan
mengacak-acak taman. Dan, setelah puas mengacak-acak taman lalu pergi begitu saja menuju danau
untuk bermain sambil berenang. Begitu kelakuan kakak-kakak Puteri Kuning setiap harinya hingga
ayah mereka pulang.
Ketika Sang Raja pulang, ia hanya mendapati Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras
istana, sementara kesembilan kakaknya sedang asyik bermain di danau. Ia agak kecewa karena telah
bersusah payah membawakan buah tangan tetapi tidak disambut dengan hangat oleh anak-anaknya.
Hanya Puteri Kuninglah yang berlari sendirian untuk menyambutnya dengan rasa suka cita.
Sambil berjalan menuju teras, Sang Raja berkata, “Anakku yang rajin dan baik budi. Ayah
hanya dapat memberimu sebuah kalung batu hijau. Ayahanda telah mencari di seluruh pelosok
kerajaan seberang tetapi tidak menemukan kalung batu kuning seperti warna kesayanganmu”.
“Sudah tidak mengapa, Ayahanda. Kalung batu hijau juga akan serasi dengan warna bajuku,”
kata Puteri Kuning lemah lembut.
Keesokan harinya, walau seluruhnya telah diberi cinderamata, tetapi masih saja ada yang iri.
Salah satunya Puteri Hijau yang melihat Puteri Kuning memakai kalung batu hijau segera
menghampiri. “Wahai adikku, seharusnya kalung itu milikku karena berwarna hijau. Kenapa sampai
ada di lehermu?” tanya Puteri Hijau dengan perasaan iri.
“Ayah memberikannya padaku,” sahut Puteri Kuning singkat dan jelas.
Puteri Hijau tidak terima penjelasan Puteri Kuning. Dia segera berlari pergi menemui saudari-
saudarinya yang lain. “Kalung hijau yang dipakai Si Kuning sebenarnya milikku. Tetapi dia
mengambilnya dari saku ayah!” katanya menghasut ke delapan saudarinya.
Mendengar hasutan Puteri Hijau saudari-saudarinya menjadi panas hati. Mereka kemudian
bersepakat untuk merampas kalung itu dari tangan Puteri Kuning. Kesembilan adik-beradik tersebut
lalu bersama-sama menemui puteri hijau. Setelah bertemu, mereka langsung memaksa Puteri Hijau
untuk menyerahkan kalungnya. Tentu saja ia menolak dan akhirnya terjadilah perkelahian sengit
hingga kepalanya terkena pukulan dan meninggal saat itu juga.
“Dia meninggal!” seru Puteri Jingga panik.
“Kita harus menutupi kejadian ini,” kata Puteri Merah Merona.
“Kalau begitu kita harus cepat menguburkannya agar Ayahanda dan seisi istana tidak
mengetahui kejadian ini!” kata Puteri Jambon kepada saudari-saudarinya.
Sepakat dengan Sang Kakak (Puteri Jambon), mereka pun lantas beramai-ramai mengusung
jasad Puteri Kuning untuk dikuburkan di tengah taman istana. Bersama jasad Sang Puteri Kuning,
turut pula dikuburkan benda yang menjadi bahan perebutan, yaitu kalung batu hijau. Benda ini
dikuburkan sendiri oleh Puteri Hijau yang memicu ada pertengkaran dan perkelahian dengan Puteri
Kuning.
Sore harinya, entah mengapa Sang Raja merasa kangen dan ingin berbincang dengan Puteri Kuning di
taman istana tempatnya biasa bermain. Namun, karena tidak menemukannya, dia lalu memanggil para
puterinya yang lain untuk menanyakan keberadaan adik bungsu mereka. Satu per satu ditanyainya,
tetapi tidak ada seorang pun yang mau berterus terang. Mereka memilih tutup mulut dan pura-pura
tidak mengetahui keberadaan Puteri Kuning.
Khawatir akan keberadaan dan keselamatan puteri bungsunya, raja lalu menitah para pengawal
kerajaan untuk mencarinya ke seluruh penjuru istana. “Hai, para pengawal! Cari dan temukanlah
Puteri Kuning!” teriaknya gusar.
Pencarian Puteri Kuning selama berhari-hari hingga berminggu-minggu di seluruh penjuru
istana tentu saja sia-sia belaka karena telah dikubur sangat rapi oleh saudari-saudarinya hingga tidak
ada bisa menyangkanya. Hal ini membuat Sang Raja menjadi sangat sedih dan menyesal karena tidak
mampu menjaga, merawat, dan mengarahkan puteri-puterinya. Mereka tumbuh menjadi pribadi-
pribadi yang egois, tidak peduli terhadap sesama serta tidak patuh terhadap nasihat orang tua. Oleh
karena itu Sang Raja segera mengirimkan mereka ke negeri seberang untuk belajar budi pekerti.
Tujuannya, agar mereka menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan dapat saling menjaga antara
satu dengan lainnya.
Beberapa minggu setelah para puteri raja belajar budi pekerti di negeri seberang, tumbuhlah
sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. “Tanaman apakah ini?” seru Sang Raja heran.
“Batangnya bagaikan jubah Puteri Kuning, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, sementara
bunganya putih kekuningan dan berbau sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri
Kuning,” tambahnya.
Sejak saat itulah bunga tersebut diberi nama bunga kemuning karena mengingatkan raja pada
Puteri Kuning. Dan, sama seperti Puteri Kuning, bunga kemuning memiliki banyak kebaikan.
Bunganya dapat digunakan untuk mengharumkan rambut, batangnya dapat dipakai untuk membuat
kotak-kotak indah, dan kulit kayunya dapat ditumbuk untuk dijadikan bedak penghalus wajah.

1. Ubahlah hikayat tersebut menjadi sebuah cerpen!

Anda mungkin juga menyukai