Alkisah, di sebuah daerah di Sulawesi “Adik tidah usah heran. Bukankah kita
Selatan, Indonesia, hiduplah sepasang pernah meminta seorang anak
suami-istri yang telah lama menikah, walaupun hanya berupa seekor udang”
tapi belum juga dianugrahi anak. Rupanya Tuhan mengabulkan doa kita,”
Mereka sungguh menginginkan jawab sang Suami.
kehadiran seorang anak agar hidup
mereka berbahagia. Oleh sebab itu, “Iya, Bang! Adik ingat sekarang. Kita
hampir setiap malam mereka selalu memang pernah berdoa seperti itu”“
berdoa kepada Tuhan. Namun, sampai kata sang Istri.
berusia paruh baya, mereka belum juga
dikaruniai anak. Hingga akhirnya, Menyadari hal itu, kedua suami-istri itu
mereka pun mulai putus asa. Di suatu merawat I Laurang dengan penuh kasih
malam, kedua suami-istri itu berdoa sayang. Mereka memasukkannya ke
kepada Tuhan dengan berkata: dalam sebuah tempayan yang berisi air.
Beberapa tahun kemudian, I Laurang
“Ya Tuhan, karuniakanlah kepada kami pun tumbuh menjadi besar. Oleh karena
seorang anak, walaupun hanya berupa badannya sudah tidak muat lagi, ia pun
seekor udang!” dikeluarkan dari tempayan. Sejak saat
itu, I Laurang tidak lagi hidup dalam air.
Beberapa lama kemudian, sang Istri Ia hidup layaknya manusia lainnya.
pun hamil dan melahirkan. Namun, Namun, ia tidak dapat berjalan karena
alangkah terkejutnya sang Istri saat kakinya terbungkus oleh kulit udang.
melihat bayi yang keluar dari rahimnya Walaupun hanya tinggal di dalam
adalah seorang bayi laki-laki yang rumah, ia banyak tahu tentang keadaan
berbentuk dan berkulit udang. Ia dapat dan peristiwa-peristiwa di sekitarnya
hidup di darat maupun dalam air. Oleh yang didengar dari kisah-kisah ibunya.
karena itu, ia diberi nama I Laurang
atau Manusia Udang. Suatu waktu, ibunya berkisah bahwa
raja yang memerintah negeri itu
“Bang! Kenapa anak kita seperti memiliki tujuh orang putri yang
udang”“ tanya sang Istri heran. semuanya cantik jelita. Rupanya sejak