Anda di halaman 1dari 2

Nama Saccadiningrat adalah julukan Raja Sumenep, yang keratonnya ada di Desa

Banasare, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Saccadiningrat, punya nama asli Wagung
Rukyat, putra dari pasangan Brumakanda dan Endang Kilengan.
Saccadiningrat menikah dengan Dewi Sarini, yang merupakan sepupu dari ibu
Saccadiningrat. Dari pernikahan Saccadiningrat dan Dewi Sarini, melahirkan putri
bernama Saini, dengan julukan R.A. Potre Koneng.
Mendapat julukan Potre Koneng, karena kulitnya yang mengkilap dan budi pekertinya
baik. Potre Koneng adalah satu-satunya putri raja Sumenep yang berhak melanjutkan
dan menduduki tahta sang ayah.
Kegelisahan sang ayah, Saccadiningrat, mulai menyelimuti pikirannya. Yakni, siapa yang
akan menggantikan dirinya sebagai raja Sumenep. Hanya Potre Koneng yang harus
menggantikannya, sebagai putri tinggal kerjaan sumenep.
Karenanya, Saccadiningrat terus merayu Potre Koneng supaya segera menikah. Namun,
Potre Koneng tetap tak bersedia untuk menikah.
"Ayahanda, maafkanlah, ananda atas kelancangan hamba yang belum bisa memenuhi
permintaan ayahanda," jawab Potre Koneng, menjawab permintaan ayahandanya,
Saccadiningrat.
Penolakan Potre Koneng untuk menikah karena sama sekali tidak mengetahui tentang
pernikahan. "Ananda lebih senang berbakti kepada Allah daripada menikah," aku Potre
Koneng.
Setelah menolak menikah, Potre Koneng, malah minta izin untuk bertapa di sebuah gua
Payudan. walau dengan berat hati, Saccadiningrat terpaksa harus memberikan izin Potre
Koneng untuk bertapa di gua Payudan.
Setelah beberapa hari Potre Koneng bertapa di dalam gua Payudan, ia tertidur dan
bermimpi didatangi seorang pria tampan dan gagah yang mengaku sebagai Adi Poday,
ketika ditanya oleh Potre Koneng.
Keesokan harinya, Potre Koneng memutuskan untuk mengehntikan tapanya di dalam
gua Payudan dan langsung kembali ke kerajaan.
Setelah beberapa bulan tinggal di kerajaan Sumenep, Potre Koneng dikejutkan dengan
kejadian perutnya yang semakin hari semakin membesar alias hamil. Mengetahui
kejadian itu, raja Saccadiningrat langsung marah dan memberi hukuman mati untuk
Potre Koenng.
Namun, berkat rayuan 'manis' dari sang istri, Saccadiningrat membatalkan hukuman
mati untuk Potre Koneng. Namun, hukuman itu diganti dengan melarang Potre Koneng
keluar dari kerajaan. Karena apa yang menimpanya adalah aib bagi kerajaan Sumenep.
Sembilan bulan kemudian, bayi yang ada diperut Potre Koneng lahir. Setelah bayi lahir,
Potre Koneng memutuskan untuk membuang bayinya ke hutan. Walau diselimuti
kesedihan dan deraian air mata, bayi yang lahir tanpa dibarengi setetespun darah dan
bahkan tanpa ari-ari itu tetap dibuang ke hutan.
Bayi yang dilahirkan Potre Koneng itu terlihat elok, bersih, tampan, berseri-seri dan
bercahaya. Wajah bayi itu mirip dengan pria yang datang dalam mimpi Potre Koneng
saat bertapa di dalam gua Payudan.
Begitu kisah singkat sosok Patre Koneng seperti dilansir dari skripsiplus, dengan judul
"Keajaiban Kelahiran Potre Koneng".
Sementara itu, seperti dikutip dari pengakuan pemerhati sejarah Sumenep, R. Aj.
Rabiatul Adawiyah, sosok Adi Poday tidak lepas dari sosok Ario Pulangjiwo, yang masih
putera dari Sayyid Ali Murtadla, saudara kandung Sunan Ampel, Denta, Surabaya.
Ario Pulangjiwo, dikenal dengan nama Panembahan Walinge atau Wlinge alias Balinge
atau Blingi. Ia se-zaman dengan Pangeran Ario Saccadiningrat II, Raja Sumenep. 
Dalam kisah babad, maupun beberapa literatur sejarah tentang Sumenep maupun
Madura, keduanya dikisahkan berbesanan.
"Putera tertua Pulangjiwo, Ario Baribin atau Bribin menikah dengan Raden Ayu Saini.
Ario Baribin ini di Sumenep lebih dikenal dengan panggilan Adi Poday," katanya. 
Sedangkan Raden Ayu Saini lebih dikenal sebagai Pottre Koneng. Keduanya lantas
berputra 2 orang, Joko Tole, dan Agus Wedi.
Kini makam adi Pday ada di Pulau Sepudi. tepatnya di Nyamplong, yang saat ini menjadi
nama Desa tempat Keraton Panembahan Poday berdiri. 
Desa tersebut juga sekaligus menjadi lokasi makam Panembahan Poday, sehingga
kemudian dikenallah nama "Panembahan Nyamplong", "Keraton Nyamplong", dan
"Asta Nyamplong", yang kesemuanya merujuk pada Panembahan Poday.
Makam Panembahan Poday hingga kini menjadi makam keramat, dan sejak masa
lampau selalu diziarahi orang-orang di Pulau Madura, dan daerah-daerah pesisir di Jawa
Timur.
Pulau Sepudi, menjadi salah satu pulau indah di Madura. daerahnya kini disebut dengan
pulau sapi. Karena sebagai penghasil sapi. Terutama untuk Kerapan sapi.
Pulau Sepudi dikenal dengan pulau sapi karna populasinya lebih besar di bandingkan
dengan jumlah penduduknya. Walau hampir tiap hari sapi-sapi dari daerah itu di angkut
ke daratan Sumenep untuk dijagal sebagai sapi daging. Stok sapi seakan tak pernah
habis.

Anda mungkin juga menyukai