Anda di halaman 1dari 14

TELAGA WARNA

Babak 1
Narator : Dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan yang sangat tentram dan makmur di Jawa
Barat. Kerajaan itu di pimpin oleh seorang raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau
negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu. Raja itu
dipanggil Raja Prabu. Tetapi keluarga kerajaan itu tidak memiliki seorang anakpun.
Penasehat Prabu menyarankan agar raja dan ratu untuk mengangkat seorang anak.
Panasehat : Yang mulia, hamba sarankan agar Yang Mulia mengangkat seorang anak saja.
Raja Prabu : Tidak! Bagi kami anak kandung adalah lebih baik daripada anak angkat.

Babak 2
Narator : Sang Ratu sering murung dan menangis di balkon istana. Sang Rajapun ikut sedih
melihat istrinya menangis.
Raja Prabu : Sudahlah bu kita akan memiliki seorang anak kelak nanti.
Ratu : Ya tentu saja Tuanku.

Babak 3
Narator :Sehingga, suatu hari Raja Prabu hendak pergi ke hutan untuk berdoa agar dikaruniai
seorang anak.
Raja Prabu : Aku akan pergi ke hutan untuk berdoa.
Ratu : Baiklah. Hati- hati di hutan tuanku.

Babak 4
Narator : Setelah beberapa bulan kemudia semenjak Raja Prabu berdoa di hutan, permohonan
sang Rajapun terkabul, Sang Ratu mulai hamil.
Ratu : Prabu, aku hamil (dengan wajah yang berseri- seri).
Raja Prabu : Benarkah itu??? ( dengan nada yang sedikit tak percaya).
Ratu : Ya benar.. Saya sudah ke tabib istana dan tabib mengatakan bahwa saya hamil.
Raja : Benarkah?? Ini akan menjai kabar yang paling indah di kerajaan kita.

Babak 5
Narator: Setelah 9 bulan lamanya Ratu mengandung, Ratupun melahirkan seorang Putri yang
sangat cantik Putri itu diberi nama Nirwarna. Pndudukpun banyak mengiriminya mainan
untung sang putrid.
Ratu : Lihatlah anak kita dia sangat lucu dan cantik, saya berharap agar dia tumbuh menjadi
seorang putri yang cantik dan baik hati seperti wajahnya.
Raja Prabu : Ya.. Saya yakin putri kita akan tumbuh menjadi putri yang sangat cantik dan
baik hati.

Babak 6
Narator : Kasih saying Raja dan Ratu yang selalu memberikan apapun yang diingini oleh
Sang putri telah membuat anak itu tumbuh menjadi seorang Putri yang sangat manja. Bila
keinginan sang Putri tak dikabulkan maka ia akan marah dan tak jarang dia berkata kasar
kepada orang tuanya. Tetapi masyarakat dan orang tuanya masih tetap mencintainya.
Purti : Bunda aku mau seekor kuda!!
Ratu : Kita sudah memiliki banyak kuda di peternakan sayang.
Putri : Tidak aku tidak mau yang ada di peternak! Aku mau kuda berwarna putih dengan
bulu yang indah.
Ratu : Kau sudah memilki 54 kuda. Bermainlah dengan kudamu yang sudah ada sayang.
Putri : tidak aku tidak mau, dasar kau orang tua pelit.
Ratu : Ahhh Sayang apa yang kau katakan.
Putri : Huh, dasar orang tua yang tak berguna.

Babak 7
Narator : Putripun meningggalkan ibunya yang menangis sambil terduduk setelah melihat
perilaku anaknya itu. Tak terasa sudah 17 tahun umur sang putri, dia tumbuh menjadi seorang
putri yang paling cantik di negeri itu. Seluruh rakyat pergi ke istana untuk memberikan
hadiah kepada sang putri. Hadiah itu begitu banyak dan dikumpulakan di dalam istana. Sang
raja mengambil sdikit emas dan permata dan pergi ke tempa ahli perhiasan untuk di buatnya
menjadi kalung.
Sesampainya di tempat ahli perhiasan.
Raja : Pak, bisakah anda membuat sebuah kalung yang paling indah untuk puriku yang
tercinta.
Ahli perhiasan : Tentu saja tuanka, dengan senang hati hamba akan melakukannya, silakan
Tuanku menunggu sebentar kalung pesanan Tuan akan segera hamba buat.
Raja : Terima kasih banyak.
Ahli perhiasan : Sama- sama Tuanku.
Narator : Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kalung itu selesai dibuat kalung itu
sangat indah.
Raja : Wah. Ini adalah kalung terindah yang pernah saya lihat, kau membuatnya dengan
sangat baik.
Ahli perhiasan : Terima kasih Tuanku, untuk sang putrid hamba akan melakukan yang
terbaik.

Babak8
Narator : Setelah itu Raja kembali ke dalam istana dan menyimpannya untuk diberikan
kalung yang sangat indah itu kepada putri tercintanya saat dia ulan tahun esok. Keesokkan
harinya, hari ulang tahun sang putripun tiba. Raja Prabu segera mengambil kalung yang
sangat inah itu, dan segera memberikannya kepada anaknya.
Raja Prabu : Anakku Putri Nirwarna, hari ini adalah hari ulang tahunmu yang ke-17.
Putri : Ya ayah.., aku mengharapkan hadiah yang paling indah pada ulang tahunku yang ke-
17 ini.
Ratu : Selamat ulang tahun anakku.
Putri : Ya bunda
Raja Prabu : Anakku, ayah sudah mempersiapkan sebua hadiah yang paling indah, ini dia
kalung permata yang paling indah di seluruh dunia hanya untuk putri tercintaku.

Babak 9
Narator : Raja Prabu segera memberikan kalung itu kepada putrinya, tetapi Putri terlihat tidak
menyukai kalung tersebut.
Putri : hemm. Kalung apa ini ayah. Kalung ini sangat jelek aku tidak mau mengenakannya
di leherku yang cantik ini, kalung itu hanya akan membuat leherku ini menjadi gatal saja
nantinya!

Babak 10
Narator : Tidak ada satu orangpun yang menyangka Sang putri akan mengatakan hal tersebut,
semuanya terdiam tak ada satupun yang berbicara, tiba- tiba terdengar isak tangis sang Ratu
yang kemudaian diikuti oleh tangisan semua orang.
Ratu : hu hu hu hu, ada apa denganmu nak?
Putri ; aku takkan mengenakan kalung itu!
Narator : Sang putri segera membuang kalung itu ke halaman istana, kalung tersebut menjadi
rusak dan permatanya tersebar ke seluruh halaman istana.
Putri : Huh dasar kalung jelek.

Babak 11
Narator : Tiba- tiba sebuah mata air muncul dari halaman istana, percikan airnya membuat
sebuah genangan air di halaman istana. Semua orang sangat ketakutan dan menyalahkan hal
tersebut kepada sang putri.
Rakyat : Apa yang telah kau lakukan Putri jahat! Kau telah membayakan smua rakyatmu
lihatlah ulahmu!
Narator : Sang putri sangat ketakutan dia menyesal atas semua perbuatan jahatnya. Tapi
genangan itu telah menjadi sebuah danau yang sangat besar dan menenggelamkan seluruh
istana.
Oleh rakyat sekitar, danau itu disebut sebagai Telaga Warna. Danau itu berada di daerah
puncak. Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan
mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di
sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang
tersebar di dasar telaga.
LEGENDA SITU BAGENDIT
Tokoh-tokoh:
1. Narator
2. Petani 1
3. Petani 2
4. Nyai Endit
5. Barja
6. Penduduk Desa
7. Nenek
8. Nyai Asih
9. Centeng
Garut adalah salah satu daerah di jawa Barat. Merupakan daerah yang subur dan memiliki
banyak tempat wisata. Salah satunya adalah Situ bagendit. Dan cerita ini adalah mengenai asal-
usul terbentuknya situ Bagendit.
Pada jaman dahulu kala disebelah utara kota garut ada sebuah desa yang penduduknya
kebanyakan adalah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan
air, maka sawah-sawah mereka selalu menghasilkan padi yang berlimpah ruah. Namun meski
begitu, para penduduk di desa itu tetap miskin kekurangan.
Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para penduduk sudah
bergegas menuju sawah mereka. Hari ini adalah hari panen. Mereka akan menuai padi yang
sudah menguning dan menjualnya kepada seorang tengkulak bernama Nyai Endit.
Nyai Endit adalah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya sangat luas
karena harus cukup menampung padi yang dibelinya dari seluruh petani di desa itu. Ya! Seluruh
petani. Dan bukan dengan sukarela para petani itu menjual hasil panennya kepada Nyai
Endit.Mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah kalau tidak ingin
cari perkara dengan centeng-centeng suruhan nyai Endit. Lalu jika pasokan padi mereka habis,
mereka harus membeli dari nyai Endit dengan harga yang melambung tinggi.
Petani 1 : Wah kapan ya nasib kita berubah?.Tidak tahan saya hidup seperti ini. Kenapa
yah, Tuhan tidak menghukum si lintah darat itu?

Petani 2 : Sssst, jangan kenceng-kenceng atuh, nanti ada yang denger!. Kita mah harus
sabar! Nanti juga akan datang pembalasan yang setimpal bagi orang yang suka berbuat aniaya
pada orang lain. Kan Tuhan mah tidak pernah tidur!

Sementara itu Nyai Endit sedang memeriksa lumbung padinya.

Nyai Endit : Barja!!!! Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?.

Barja : Beres Nyi! jawab centeng bernama Barja. Boleh diperiksa lumbungnya Nyi!
Lumbungnya sudah penuh diisi padi, bahkan beberapa masih kita simpan di luar karena sudah
tak muat lagi.

Nyai Endit : Ha ha ha ha! Sebentar lagi mereka akan kehabisan beras dan akan membeli
padiku. Aku akan semakin kaya!!! Bagus! Awasi terus para petani itu, jangan sampai mereka
menjual hasil panennya ke tempat lain. Beri pelajaran bagi siapa saja yang membangkang!.
Benar saja, beberapa minggu kemudian para penduduk desa mulai kehabisan bahan makanan
bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Endit selalu berpesta pora
dengan makanan-makanan mewah di rumahnya.

Penduduk desa : Aduh pak, persediaan beras kita sudah menipis. Sebentar lagi kita terpaksa
harus membeli beras ke Nyai Endit. Kata tetangga sebelah harganya sekarang lima kali lipat
disbanding saat kita jual dulu. Bagaimana nih pak? Padahal kita juga perlu membeli keperluan
yang lain. Ya Tuhan, berilah kami keringanan atas beban yang kami pikul.

Begitulah gerutuan para penduduk desa atas kesewenang-wenangan Nyai Endit.

Suatu siang yang panas, dari ujung desa nampak seorang nenek yang berjalan terbungkuk-
bungkuk. Dia melewati pemukiman penduduk dengan tatapan penuh iba.

Nenek : Hmm, kasihan para penduduk ini. Mereka menderita hanya karena kelakuan
seorang saja. Sepertinya hal ini harus segera diakhiri, pikir si nenek.

Dia berjalan mendekati seorang penduduk yang sedang menumbuk padi.

Nenek :Nyi! Saya numpang tanya, kata si nenek.

Penduduk desa : Ya nek ada apa ya? jawab Nyi Asih yang sedang menumbuk padi tersebut

Nenek : Dimanakah saya bisa menemukan orang yang paling kaya di desa ini? tanya si
nenek

Nyi Asih : Oh, maksud nenek rumah Nyi Endit? kata Nyi Asih. Sudah dekat nek. Nenek
tinggal lurus saja sampai ketemu pertigaan. Lalu nenek belok kiri. Nanti nenek akan lihat rumah
yang sangat besar. Itulah rumahnya. Memang nenek ada perlu apa sama Nyi Endit?

Nenek : Saya mau minta sedekah, kata si nenek.

Nyi Asih : Ah percuma saja nenek minta sama dia, ga bakalan dikasih. Kalau nenek lapar,
nenek bisa makan di rumah saya, tapi seadanya, kata Nyi Asih.

Nenek : Tidak perlu, jawab si nenek. Aku Cuma mau tahu reaksinya kalau ada
pengemis yang minta sedekah. O ya, tolong kamu beritahu penduduk yang lain untuk siap-siap
mengungsi. Karena sebentar lagi akan ada banjir besar.

Nyi Asih : Nenek bercanda ya? kata Nyi Asih kaget. Mana mungkin ada banjir di musim
kemarau.

Nenek : Aku tidak bercanda, kata si nenek.Aku adalah orang yang akan memberi
pelajaran pada Nyi Endit. Maka dari itu segera mengungsilah, bawalah barang berharga milik
kalian, kata si nenek.
Setelah itu si nenek pergi meniggalkan Nyi Asih yang masih bengong.

Sementara itu Nyai Endit sedang menikmati hidangan yang berlimpah, demikian pula para
centengnya. Si pengemis tiba di depan rumah Nyai Endit dan langsung dihadang oleh para
centeng.

Para Centeng : Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai teras rumah ini kotor
terinjak kakimu! bentak centeng.

Nenek : Saya mau minta sedekah. Mungkin ada sisa makanan yang bisa saya makan.
Sudah tiga hari saya tidak makan, kata si nenek.

Para Centeng : Apa peduliku, bentak centeng. Emangnya aku bapakmu? Kalau mau makan ya
beli jangan minta! Sana, cepat pergi sebelum saya seret!

Tapi si nenek tidak bergeming di tempatnya.

Nenek : Nyai Endit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Endiiiit! teriak si nenek.

Centeng- centeng itu berusaha menyeret si nenek yang terus berteriak-teriak, tapi tidak berhasil.

Nyi Endit : Siapa sih yang berteriak-teriak di luar, ujar Nyai Endit. Ganggu orang makan
saja!

Nyai Endit :Hei! Siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?
bentak Nyai Endit.

Nenek : Saya Cuma mau minta sedikit makanan karena sudah tiga hari saya tidak
makan, kata nenek.

Nyi Endit : Lah..ga makan kok minta sama aku? Tidak ada! Cepat pergi dari sini! Nanti
banyak lalat nyium baumu, kata Nyai Endit.

Si nenek bukannya pergi tapi malah menancapkan tongkatnya ke tanah lalu memandang Nyai
Endit dengan penuh kemarahan.

Nenek : Hei Endit..! Selama ini Tuhan memberimu rijki berlimpah tapi kau tidak
bersyukur. Kau kikir! Sementara penduduk desa kelaparan kau malah menghambur-hamburkan
makanan teriak si nenek berapi-api. Aku datang kesini sebagai jawaban atas doa para penduduk
yang sengsara karena ulahmu! Kini bersiaplah menerima hukumanmu.

Nyi Endit : Ha ha ha Kau mau menghukumku? Tidak salah nih? Kamu tidak lihat
centeng-centengku banyak! Sekali pukul saja, kau pasti mati, kata Nyai Endit.

Nenek : Tidak perlu repot-repot mengusirku, kata nenek. Aku akan pergi dari sini jika
kau bisa mencabut tongkatku dari tanah.
Nyi Endit : Dasar nenek gila. Apa susahnya nyabut tongkat. Tanpa tenaga pun aku bisa!
kata Nyai Endit sombong.

Lalu hup! Nyai Endit mencoba mencabut tongkat itu dengan satu tangan. Ternyata tongkat itu
tidak bergeming. Dia coba dengan dua tangan. Hup hup! Masih tidak bergeming juga.

Nyi Endit : Sialan! kata Nyai Endit. Centeng! Cabut tongkat itu! Awas kalau sampai tidak
tercabut. Gaji kalian aku potong!

Centeng-centeng itu mencoba mencabut tongkat si nenek, namun meski sudah ditarik oleh tiga
orang, tongkat itu tetap tak bergeming.

Nenek : Ha ha ha kalian tidak berhasil? kata si nenek. Ternyata tenaga kalian tidak
seberapa. Lihat aku akan mencabut tongkat ini.

Brut! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah. Byuuuuurrr!!!! Tiba-tiba
dari bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat deras.

Nenek : Endit! Inilah hukuman buatmu! Air ini adalah air mata para penduduk yang
sengsara karenamu. Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini!

Setelah berkata demikian si nenek tiba-tiba menghilang entah kemana. Tinggal Nyai Endit yang
panik melihat air yang meluap dengan deras. Dia berusaha berlari menyelamatkan hartanya,
namun air bah lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya.

Di desa itu kini terbentuk sebuah danau kecil yang indah. Orang menamakannya Situ Bagendit.
Situ artinya danau dan Bagendit berasal dari kata Endit. Beberapa orang percaya bahwa kadang-
kadang kita bisa melihat lintah sebesar kasur di dasar danau. Katanya itu adalah penjelmaan Nyai
Endit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah.
Cerita Drama Singkat Lucu - Terasi Ajaib
Naskah Drama Komedi

Pemain:
1) Kakek buta
2) Kondektur
3) Orang Asing 1
4) Orang Asing 2
5) Jablai

Pada suatu masa, seorang kakek buta berangkat dari Jakarta hendak menuju ke Cirebon
dengan menggunakan bus umum. Sang kakek berada di Terminal Bus yang penuh sesak
dengan lalu lalang manusia yang ingin bepergian.

Kakek: Nak, kakek ingin ke Cirebon, bisakah kamu menghantarkan kakek ke bus yang
menuju kesana?
Orang Asing1: Maaf kek, saya sedang terburu-buru. (Lelaki itu berlalu begitu saja)
Kakek: Sekarang susah ya mencari orang yang baik hati, gerutu kakek dalam hati.

Sang Kakek pun kembali berusaha mencari seseorang untuk dimintai pertolongan. Ia
mencoba mencari pertolongan kepada orang lain yang bisa ia temui disana.

Kakek: Sudikah kiranya engkau menghantarkan ku ke bus yang menuju Cirebon? Sang kakek
kembali bertanya kepada orang yang tak dikenalnya.
Orang Asing2: Kakek mau ke Cirebon?
Kakek: Benar... tapi kakek tidak tahu bus mana yang akan menuju kesana, dari tadi tidak ada
satupun kondektur yang terdengar.
Orang Asing2: Ya iyalah kek.... emang nya ini terminal bus. Sauhut si pemuda.
Kakek: Lho, emang ini bukan terminal bus ya?
Orang Asing2: Bukan kek, terminal-nya masih setengah kilometer lagi kedepan.
Kakek: Hiuf... pantas saja dari tadi tidak terdengar kondektur yang berteriak-teriak, biasanya
kan ramai.
Orang Asing2: Yasudah dari pada kakek berlama-lama disini lebih baik kakek jalan saja lurus
nanti juga sampai diterminal. Disini banyak culik lho kek...
Kakek: Hee e e.... mana ada culik yang mau sama kakek. Kakek ini kan sudah setengah
bangkai, ga ada harganya.
Orang Asing2: Siapa bilang, kakek kan kurus jadi sangat cocok untuk dipotong dan diberikan
buat makan anjing. Pemuda tersebut berkata dengan nada yang sedikit keras.

Mendengar perkataan itu sang kakek pun langsung bergegas meninggalkan pemuda tadi.
Setelah beberapa jam berjalan, akhirnya kakek pun sampai di terminal yang dituju.

Kondektur: Cirebon...cirebon...cirebon...bon...bon... cirebon!!!!


Kakek: Cirebooooon!
Kondektur: Iya kek, cirebon...cirebon langsung berangkat!!
Kakek: Iya nak, mohon dibantu ya....
Kondektur: Dibantu kenapa kek, tinggal naik aja, langsung berangkat nih!!!
Kakek: Kakek tidak bisa melihat bodoh!!!! Kamu buta ya!!!
Kondektur: Heee e... maaf kek saya tidak tahu, hayooo langsung naik!!

Sang kondektur pun langsung mendorong tubuh kakek menuju bus layaknya barang. Kakek
pun menaiki bus tersebut dengan lega. Setelah 1 jam si kakek nanya sama orang yang duduk
di setelahnya,ternyata seorang cewek cantik yang kebetulan saat itu sedang tidur..

Kakek: "Maaf yang duduk disebelah saya ini laki-laki atau perempuan?" (Tanya kakek
sambil mencolek orang disebelah-nya...)
Jablai: "Aduuuuhh,apa-apaan sih? Ya saya cewek donk!" (Si cewek sewot karena diganggu
tidurnya oleh kakek tersebut)
Kakek: "Ooooh maaf neng! Maaf mengganggu neng, saya cuman mau nanya sekarang sudah
sampai mana ya?"
Jablai: "Hmmmm emangnya kakek mau kemana?"
Kakek: "Mau ke cirebon neng..."
Jablai: "Masih jauh kek.. Ini baru keluar tol!"
Kakek: "Oooooh... Iya Neng.."

Satu jam kemudian Kakek nanya lagi sama cewek yang tidur disebelahnya..

Kakek: "Neng.. Bangun neng! Sekarang sudah sampai di mana yaa..?"


Jablai: (Agak kesal) "Masih jauh kek baru sampai Subang..!"
Kakek: "Ya sudah makasih neng.."

Setelah 3 jam perjalanan si kakek nanya lagi..

Kakek: "Neng.. Neng.. Maaf neng sudah sampai mana sekarang..?"

Si cewek akhirnya bertambah kesal, malas ngobrol sama si kakek, sebel digangguin terus
tidurnya.. Kemudian si cewek tiba-tiba teringat kalau cirebon itu kota terasi.. Akhirnya dia
memasukkan jari ke dalam celananya lalu di dekatkan ke hidung si kakek..

Kakek: "Hmmmmm.. Waahh neng, ini sudah tercium bau terasi cirebon, berarti sudah sampai
di cirebon neng..!
Si Cewek: "Betul kek...!"
Kakek: "Pir.. Pir.. Supir.. Kiri Pir! (kemudian bergegas keluar dari bis)"
Si Cewek: "Hmmmm.. Terasi Ajaib.. Terasi Ajaib.. Hahahaaaaa...
Naskah Drama Komedi Pergaulan Gado-Gado lengkap dengan narasi
Adegan 1
Di sebuah desa Hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Seorang istri yaitu Penjual Gado-
gado yang gayanya selangit bernama Titin Kartini, Suaminya bernama Bejo tapi nasibnya
sma sekali tidak bejo, dan anaknya yang bernama Kartimun katanya sih terinspirasi dari nama
sayuran yang ada di Gado-gado yaaa,, Ketimun.
Titin : He Penonton! Buah pinang kulit serabut/ manis-manis kue bidara/ duduk tenang
jangan ribut/orang sukses mau bicara. Saya sama bapak anak-anak ini keluarga sukses.
Nama saya Titin Kartini, ini suami saya Bejo. Disingkat jadi TeKaBe. Kayak nama partai!
Bejo : Partai itu PeKaBe!
Titin : Anak saya namanya Kartimun. Anak saya cantiknya luar biasa. Ya Pak yah? Duh
tuh anak luarrr biasa. Sering juara. di kelas peringkatnya nomor sepatu. Pada saat teman-
teman belum pada datang, dia udah dating nemenin penjaga sekolah. Dia juga paling cantik
di kelas. Saking cantiknya, banyak yang ngejar-ngejar: anak-anak cowo, bahkan gurunya.
Eh, orang kantin juga ngejar-ngejar sampe ke rumah! Heh tuh anak mujur bener nasibnya. Iya
kan pak?
Bejo : Iyah
Titin : Kata guru olahraganya, Pak Lasiran, anak saya itu juara untuk bidang lompat pagar.
Setiap hari ga pernah alpa, sekolah terus. Minggu kegiatannya ekskul, ekskul musik: Piano,
drum. Kemana-mana juga dia suka bawa piano dan drum. Tanggal merahaja dia sekolah
terus. Si Kartimun, walaupun ga diberi uang jajan tetep bisa jajan. Soal cari duit tuh anak
pinter banget. Padahal ga bawa duit, masuk pasar eh pulang bawa sayuran. Yah pak yah!
Bejo : (kesal) Begini yah Bu. Hari ini kita mau makan apa yah?
Titin : Cita-citata *Eh,,cita-citanya apa ya pak?
Bejo : (sinis) pilot
Titin : (sinis) OohIya pilot. Disekitar sini kan belum ada orang yang cita-citanya pilot.
Emang sih teman-temannya bercita-cita pengan jadi pemulung. Pemulung itu bukan cita-cita,
nasib
Bejo : Bu, pelan-pelan. Bapak kan juga pemulung.
Titin : walaupun pemulung tapi kan bapak bukan pemulung biasa. Kalau bapak kan
spesialis pemulung sandal di masjid.
Regina : (masuk) Kartimun.. Kartimun.. (Nyanyi) Kartimun, kangkung kacang
Terong cabe!
Sherly : Hejahe-jahe, Kar-timun, Cabe- cabe, Kangkung toge-toge
Sandra : Assalamualaikum wr wb Tante-Om, apakah Kartimun ada dirumah? Kami ingin
ngajak belajar bersama
Titin : Kartimun, anakku cantik luar biasa, tidak ada dirumah. Dia sedang menuntut ilmu,
guna mencapai cita-cita masa depan agar brguna bagi nusa, bangsa, dan agama. (Nyanyi)
Indonesia tanah airku! Merah darahku! Merah punggungku, dan juga merah dibibirku..
Bejo : Bu bukan begitu. (Nyanyi) Indonesia tanah air beta..
Titin : Cukup, pak.
Regina: Tapi bu, sekolah kan diliburkan.
Sandra: Guru-gurunya kan rapat.
Sherly : Nahh,, Bener banget bu!
Titin : Ahhh kalian ini. Bo-ing banget. Hari gini sekolah gurunya rapat, gak mungkiiiiiiin.
Regina : Begini loh Bu, Kartimun dalam beberapa hari ini tidak masuk sekolah.
Sandra: Biar tidak tertinggal pelajaran.
Regina,Sherly,Sandra: kami sebagai teman yang baik hati, baik jantung, jugaa baik ginjal
Sherly: kami mau mengajaknya belajar bersama.
Bejo : Bu
Titin : Ahhh, pergi-pergi kalian. Tadi anakku berangkat kok. Kami juga mau berangkat ke
arisan! Ayo Pak!
(semua pemain keluar)
Adegan 2
Orang 4, 5 dan 6 adalah para siswa yang selain rajin sekolah juga rajin usaha, ada yang jual
Koran ada pula yang jualan makanan. Masing-masing membawa dagangannya. Di suatu
tempat
Arif : Hoiiiii, nanti lulus SMA kamu mau kuliah ke mana?
Nada : Mau masuk ke UNTER
Nia : UNTAR kali
Nada : UNTER Universitas Terkenal
Arif : Aku mau masuk UGD, Universitas Gawat Darurat. Kamu mau kemana?
Nia : Aku mau masuk fakultas kedodoran, eh kedokteran gigi. Spesialis gigi taring.
Nada : (memandang ke satu arah) Eh, ada teman kita tuh, malu, ngumpet yuk ..
Nia : Jangan
________________________________________________________________________
Arif : Gak usah malu. Kita kan jualan untuk biaya sekolah.
Nia : Kita kann tidak melakukan kesalahan.
Nada : Yasudah. Kamu yang hadapi duluan.
Regina,Sherly,Sandra : (masuk) Hai Kawan-kawan. Ngapain kalian disini?
Nada,Nia,Arif : Jualan dong
Sandra :Bagus- Bagus..
Sherly :Bagaimana laku dagangannya?
Nada : iya,Alhamdulillah
Sandra: Kalian lihat Kartimun gak?
Nia : Nggak tuh?
Regina: (mengingat) Tapi Ah Mudah-mudahan bukan
Sherly : Maksudmu?
Regina: (ragu) Cuma mirip kali Aku melihat orang mirip Kartimun digandeng cowok,
jalan, lalu naik taksi kearah kota. Tapi mudah-mudahan bukan Kartimun.
Nada : Aku juga pernah lihat dia turun dari sedan, dandanannya menor.
Nia : Memangnya ada apa sih?
Sandra: Kita cuma khawatir kalau Kartimun..
Sherly: Terlibat pergaulan gado-gado..
Regina: Lohh Siapa yang jadi kacangnya?
Sandra: Eh! Kalian dagangnya sudah selesai?
Arif : emang mau beli?
Sandra: Iya, aku mau beli.
Nada,Nia,Arif : Habis. Alhamdu..
Regina,Sherly,Sandra: lillah..
Adegan 3
Saat dalam perjalanan pulang kerumah mereka pun bertemu kartimun .
Sandra : Heeh, itukan ketimun eh Kartimunn
Nada : Oh iya tuh, yok kita samperin
(berjalan ke arah kartimun)
Regina : Ehh kartimun kamu kenapa ? kok keliatan pucat gitu?
Kartimun : Eh,h, temen-temen, aku gak papa kok, Cuma sedikit pusing
Sherly : Nah, kamu dari mana kok pake seragam sih?
Nada : Mana dandanannya menor lagi
Sandra : Kayak Cabe*eehh
(semua melihat kearah Sandra)
Kartimun :Heeh. Kalo pake seragam yaa dari sekolah lah gimana sih (berjalan Meninggalkan
teman-temannya)
Arif : Loh bukannya hari ini Tanggal merah ya(?)
Nia : Kita laporin aja sama orang tuanya
Sherly,Sandra,Nada,Arif : Ayoo
Regina : Ehh ntar kalo orang tuanya gak percaya gimana?
Sherly : Kita coba aja dulu
(keluar)
Adegan 4
Dirumah, Kedua orang tua kartimun sudah menunggu kedatangan kartimun, ehh bukannya
kartimun yang datang malah temen-temennya yang datang
Nada : Assalamualaikum. Tante, kartimunnya udah pulang?
Bej : Waalaikum salam, belum nih. Kalo udah pulang ngapain Om&Tante nungguin dia
disini
Titin : Ehh kok malah bapak yang jawab? ( sinis)
Sandra : Nah itu kartimun
Titin : (mengamuk, menarik kuping anaknya sambil mengomel) Kartimun. Kamu
kemana saja selama ini hah? Kemana? Ini anakmu pak. Ini anakmu. Bukan anakku , bukan
bukan
Bejo : Ini anak kita Bu, anak kita
Titin : Tidak!
Bejo : Anak kita.
Titin : Dasar Bapak sih. Bagaimana sih jadi bapak, tidak becus mendidik anak!
Bejo : Anakku, memangnya kemana saja kamu selama ini?
Kartimun : Sekolah.
Bejo : Sekolah dimana?
Kartimun : Dimana-mana. Di warnet, d mall, di.. ya dimana saja-lah
Bejo : Astagfirullah
Kartimun : (Bingung) Memang kenapa bu?
Titin : Ini kamu tidak lulus Apa kata Dunia..Anak keluarga sukses tidak lulus!
(Semua pemain terkejut)
Petugas : (Masuk)Selamat siang. Saya Polisi Kedatangan saya kesini mau menangkap anak
bapak dan ibu
Suami-isteri : (Terkejut) Hah! Memangnya kenapa?
Polisi : Anak Bapak-ibu diketahui sebagai pengedar obat-obat terlarang
Kartimun : Enggak kok pak, saya gak pernah ngedarin yang gita-gituan, saya kan.
Polisi : Curhatnya nanti saja, kan saya bukan Mama Dedeh, Sekarang kamu ikut saya ke
kantor polisi.
Titin : Kartimunnn
Kartimun ditangkap tidak ada yang menyangka bahwa karimun adalah salah satu pengedar
obat-obatan terlarang
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai