Dasar 2
Dasar 2
Jumlah partikel massa (gram) Vgas STP (liter) PARTIKEL DASAR ATOM LAMBANG ATOM
mol partikel muatan massa rlatif Jumlah proton = Z
6,02 x 1023 Ar(Mr) 22,4 dasar relatif x Jumlah neutron = A-Z
proton (p) +1 1 Jumlah elektron = Z-muatan
RUMUS KIMIA
neutron (n) 0 1
RUMUS EMPIRIS RUMUS MOLEKUL
elektron (e) -1 ~0
Rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom- Rumus yang menyatakan jumlah atom-atom unsur yang
atom unsur yang menyusun suatu senyawa menyusun suatu molekul senyawa KONFIGURASI ELEKTRON
Cara menentukan rumus empiris: Untuk menentukan rumus molekul senyawa terlebih
Cari gram atau persen unsur-unsur penyusun senyawa. dahulu harus ditentukan:
Bagi dengan Ar masing-masing, sehingga diperoleh Rumus empiris senyawa
Jenis – jenis subkulit
perbandingan terkecil Massa molekul relatif (Mr)
HUKUM PROUST 1. subkulit s (sharp) memiliki 1 orbital (maksimum 2 elektron)
Salah satu kegunaannya adalah 2. subkulit p (principles) memiliki 3 orbital (maksimum 6 elektron)
untuk menentukan massa (persentse) unsur dalam senyawa. Misal dalam senyawa AxBy 3. subkulit d (difuse) memiliki 5 orbital (maksimum 10 elektron)
4. subkulit f (fundamental) memiliki 7 orbital (maksimum 14 elektron)
Pengisian elektron ke dalam subkulit
Massa A = X .Ar A . massa AxBy %B = y .Ar B . 100%
mengikuti prinsip Aufbau (= meningkat,
Penting untuk diingat!
jerman) yaitu elektron-elektron mengisi Pada pengisian elektron, subkulit d
Mr AxBy Mr AxBy subkulit mulai dari yang berenergi rendah cenderung penuh (berisi 10 elektron)
Catatan: Mol adalah satuan jumlah seperti halnya lusin. Bila 1 lusin sama dengan 12 buah terlebih dahulu kemudian dilanjutkan ke
maka 1 mol sama dengan 6,02 x 1023 buah. Bilangan 6,02 x 1023 selanjutnya disebut subkulit yang berenergi lebih tinggi, atau setengah penuh (berisi 5 elektron),
Bilangan Avogadro dan diberi lambang L. menurut bagian sebagai berikut sehingga dalam atom
HUKUM – HUKUM GAS
Bila keadaan bukan standar, maka pengubahan mol menjadi volume atau sebaliknya dapat menggunakan persamaan gas ideal 1s ns2 (n-1)d9 (berubah)ns1 (n-1)d10
atau dengan menggunakan gas pembanding sesuai dengan hukum Avogadro 2[He] 2s 2p
10[Ne] 3s 3p
MOL GAS 18[Ar] 4s 3d 4p
ns2 (n-1)d4 (berubah)ns1 (n-1)d5
Bila T dan P diketahui Bila ada gas pembanding 36[Kr] 5s 4d 5p
n=V P V 1 = V2 54[Xe] 6s 4f 5d 6p
86[Rn] 7s 5f 6d 7p
RT VOLUME n1 n2
Bila suatu reaksi melibatkan gas maka perbandingan koefisien reaksi menunjukkan perbandingan volume gas-gas, pernyataan ini Catatan: Dalam atom netral: Diagram Orbital
dikenal sebagai Hukum Gay Lussac
Perbandingan volume gas-gas = perbandingan koefisien reaksi P = tekanan (atm) Jumlah proton = jumlah elektron Dalam satu orbital maksimal ditempati
HITUNGAN KIMIA dua elektron karena kedua elektron
Pada suatu persamaan reaksi yang sudah setara, koefisien reaksi menunjukkan perbandingan mol zat-zat n = jumlah mol tersebut mempunyai muatan yang
Dalam atom bermuatan positif
Koefisien zat ditanya sama (negatif) maka tentunya akan
(kation):
mol zat yang ditanya= x mol zat diketahui T = suhu (K) terjadi gaya tolak menolak.
Koefisien zat diketahui
Jumlah proton > jumlah elektron
PEREAKSI PEMBATAS V = volume (liter)
Nah, untuk mengimbangi gaya tolak
Bila mol zat-zat pereaksi tidak sesuai dengan perbandingan koefisien, maka yang digunakan adalah pereaksi yang habis saja ini maka kedua elektron dalam
(pereaksi pembatas), yakni pereaksi yang hasil bagi mol terhadap koefisiennya paling kecil Dalam atom bermuatan negatif orbital haruslah berotasi dengan
R = tetapan gas ideal =
Pada prinsipnya pengerjaan hitungan kimia dapat dilakukan meenurut diagram sebagai berikut Dalam hitungan kimia, data zat yang diketahui atau yang ditanya arah yang berlawanan, dengan
(anion): demikian dalam suatu diagram
Data yang diketahui Data yang ditanya 0,082 liter. Atm/K. mol orbital kedua elektron digambarkan
Dapat berupa massa, jumlah partikel, volume gas pada TP/bukan STP
Jumlah proton < jumlah elektron sebagai dua anak panah yang
berlawanan arah
Pengubahan data menjadi mol atau sebaliknya dapat menggunakan
Mol yang diketahui Persamaan reaksi Mol yang dtanya persamaan pada hukum-hukum gas.
Dalam suatu perubahan materi baik perubahan fisika maupun perubahan kimia (reaksi kimia)
selalu disertai dengan perubahan energi berupa perpindahan kalor.
Perpindahan kalor pada tekanan tetap disebut perubahan entalpi (H)
Ditinjau dari perubahan entalphinya, reaksi kimia dapat dikelompokkan menjadi reaksi
endoterm dan eksoterm
Perubahan entalpi (H) merupakan fungsi keadaan, yaitu hanya bergantung pada keadaan
awal dan akhir. Dari sifat H ini, maka Hess mengemukakan suatu hukum sebagai berikut:
“Harga H tidak bergantung pada jumlah tahap reaksi”. Dengan demikian H suatu reaksi dapat
dihitung berdasarkan beberapa H dari reaksi-reaksi lain yang sudah diketahui.