BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat kesadaran hukum warganya. Semakin tinggi
kesadaran hukum penduduk suatu negara, akan semakin tertib kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Sebaliknya, jika kesadaran hukum penduduk suatu negara rendah, yang berlaku di sana
Indonesia adalah negara hukum. Dalam hidup di lingkungan masyarakat tidak lepas dari aturan-
aturan yang berlaku, baik aturan yang tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Aturan-aturan
tersebut harus ditaati sepenuhnya. Adanya aturan tersebut adalah agar tercipta kemakmuran dan
keadilan dalam lingkungan masyarakat. Apabila aturan-aturan tersebut dilanggar, akan mendapatkan
Di negara Indonesia masih banyak orang-orang yang melanggar hukum atau peraturan. Peraturan-
peraturan yang sudah disepakati dan ditulis ternyata masih banyak yang dilanggar. Hal tersebut tidak
Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali. Kesadaran hukum
merupakan faktor dalam penemuan hukum (Lemaire, 1952; 46). Bahkan Krabbe mengatakan bahwa
sumber segala hukum adalah kesadaran hukum (v. Apeldoorn, 1954: 9). Menurut pendapatnya maka
yang disebut hukum hanyalah yang memenuhi kesadaran hukum kebanyakan orang, maka undang-
undang yang tidak sesuai dengan kesadaran hukum kebanyakan orang akan kehilangan kekuatan
mengikat.
1. Perumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
1. Pengertian Kesadaran.
a) Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 366), “Kesadaran adalah keinsafan; keadaan
“kesadaran didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap rangsangan
eksternal dan internal, artinya terhadap persitiwa-peristiwa lingkungan dan suasana tubuh, memori
dan pikiran”.
1. Pengertian Hukum.
a) Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 171), menyatakan bahwa: “Hukum adalah peraturan
yang di buat oleh suatu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak;
b) Hukum menurut Simorangkir dan Sastropranoto dalam Kansil (1989: 38), hukum adalah
peratuaran-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.
c) Hukum menurut Amin dalam Kansil (1989: 38), hukum merupakan kumpulan-kumpulan
a) Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu atau
apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita
membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak
tertentu diatur oleh hukum sehingga ada kecendrungan untuk mematuhi peraturan.
c) Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu atau
apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita
1) Nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai hukum yang ada.
e) Menurut Abdurrahman dalam Nurhidayat (2006 : 8), menyatakan bahwa kesadaran hukum itu
adalah tidak lain dari pada suatu kesadaran yang ada dalam kehidupan manusia untuk selalu patuh
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum. Menurut Soekanto dalam Nurhidayat,
1) Pengetahuan tentang kesadaran hukum Secara umum, perturan-peraturan yang telah sah,
maka dengan sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar luas dan diketahui umum. Tetapi
sering kali terjadi suatu golongan tertentu di dalam mayarakat tidak mengetahui atau kurang
ketentuan hukum, berati bahwa masyarakat mengetahui isi dan kegunaan dari norma-norma hukum
tertentu. Artinya ada suatu derajat pemahaman yang tertentu terhadap ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku. Namun hal ini belum merupakan jaminan bahwa warga masyarakat yang mengakui
ketentuan-ketentuan hukum tertentu dengan sendirinya mematuhinya, tetapi juga perlu diakui bahwa
orang-orang yang memahami suatu ketentuan hukum adakalanya cenderung untuk mematuhinya.
ketentuan-ketentuan hukum, yaitu sampai sejauh manakah suatu tindakan atau perbuatan yang
dilarang hukum diterima oleh sebagian besar warga masyarakat. Juga reaksi masyarakat yang
didasarkan pada sistem nilai-nilai yang berlaku. Masyarakat mungkin menentang atau mungkin
penting adalah mengatur kepentingan-kepentingan para warga masyarakat. Kepentingan para warga
masyarakat tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai yang berlaku, yaitu anggapan tentang apa
5) Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian sedikit banyak tergantung apakah
ketentuan-ketentuan hukum. Ada juga suatu anggapan bahwa kepatuhan hukum disebabkan karena
adanya rasa takut pada sanksi, karena ingin memelihara hubungan baik dengan rekan-rekan
sekelompok atau pimpinan karena kepentingannya terlindung, karena cocok dengan nilai-nilai yang
dianutnya.
Tingkat Kesadaran Hukum. Menurut Soekanto dalam Nurhidayat (2006: 11-12), indikator-indikator
dari kesadaran hukum sebenarnya merupakan petunjuk yang relatif kongkrit tentang taraf kesadaran
tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang dimaksud disini adalah hukum tertulis
maupun hukum yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum
2) Indikator kedua adalah pemahaman hukum Seseorang pelajar mempunyai pengetahuan dan
pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, misalnya adanya pengetahuan dan pemahaman yang
benar dari pelajar tentang hakikat dan arti pentingnya peraturan disekolah.
3) Indikator yang ketiga adalah sikap hukum Seseorang mempunyai kecenderungan untuk
4) Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu dimana seseorang atau pelajar mematuhi
Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan pada tingkat-tingkatan kesadaran hukum tertentu di
dalam perwujudannya. Apabila seseorang hanya mengetahui hukum, maka dapat dikatakan bahwa
tingkat kesadaran hukumnya masih rendah, tetapi kalau seseorang dalam suatu masyarakat telah
dalam surat kabar-surat kabar, maka boleh dikatakan tidak ada satu hari lewat di mana tidak dimuat
pelanggaran, kejahatan-kejahatan, maupun yang berupa perbuatan melawan hukum, ingkar janji atau
penyalah gunaan hak. Berita-beria tenang penipuan, penjambretan penodongan pembunuhan, tabrak
lari dan sebagainya setiap hari dapat kita baca di dalam surat kabar-surat kabar. Yang menyedihkan
ialah bahwa tidak sedikit dari orang-orang yang tahu hukum melakukannya, baik ia petugas penegak
wewenang. Menggunakan haknya secara berlebihan sehingga merugikan orang lain berarti
hak. Penyalahgunaan hak banyak dilakukan oleh golongan tertentu atau pejabat-pejabat yang merasa
boleh berbuat dan dimungkinkan dapat berbuat semaunya sendiri karena kedudukan atau jabatannya.
Dari segi pelaksanaan hukum (law enforcement) dapat dikatakan tidak ada ketegasan sikap dalam
diusut. Tidak sedikit pengaduan-pengaduan dan laporan-laporan dari masyarakat tentang terjadinya
pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan kepada yang berwajib tidak ditanggapi atau dilayani. Banyak
pegawai pengusut yang tidak wewenang mendeponir perkara membiarkan perkara tidak diusut,
sedangkan perkara perdata yang bukan wewenangnya diurusinya. Peristiwa-peristiwa tersebut di atas
hampir setiap hari kita baca di dalam surat kabar. Boleh dikatakan tidak ada berita di dalam surat
kabar mengenai suatu daerah yang keadaannya serba teratur tidak ada pelanggaran, tidak ada
Ditinjau dari segi jurnalistik memang sensasilah yang dicari dalam pemberitaan, karena sensasi
menarik perhatian para pembaca dan berita tentang pelanggaran dan peradilan selalu menarik
perhatian. Ditinjau dari segi hukum, maka makin banyaknya pemberitaan tentang pelanggaran
hukum, kejahatan atau kebatilan berarti kesadaran akan makin banyak terjadinya ”onrecht”. Dengan
makin banyaknya pelanggaran hukum makin berkurangnya toleransi dan sikap berhati-hati di dalam
masyarakat, penyalahgunaan hak dan sebagainya dapatlah dikatakan bahwa kesadaran hukum
masyarakat dewasa ini menurun, yang mau tidak mau mengakibatkan merosotnya kewibawaan
pemerintah juga. Menurunnya kesadaran hukum dalam hal ini berarti belum cukup tinggi. Kesadaran
hukum yang rendah cenderung pada pelanggaran hukum, sedangkan makin tinggi kesadaran hukum
seseorang makin tinggi ketaatan hukumnya. Untuk dapat mengambil langkah-langkah guna
mengatasi menurunnya kesadaran hukum masyarakat, perlu kiranya diketahui apakah kiranya yang
Menurunnya kesadaran hukum masyarakat itu merupakan gejala perubahan di dalam masyarakat:
perubahan sosial. Salah satu sebab perubahan sosial menurut Arnold M Rose adalah kontak atau
konflik antar kebudayaan.[2] Besarnya arus pariwisatawan yang mengalir ke Indonesia tidak sedikit
pengaruhnya dalam merangsang perubahan-perubahan sosial. Pengaruh film terutama film luar negeri
serta televisi, majalah atau bacaan-bacaan lainnya dengan adegan-adegan atau ceritera- ceritera
yang sadistis tidak berperikemanusiaan atau asusila mempunyai peran penting dalam membantu
Kurang tegas dan konsekuensinya para petugas penegak hukum terutama polisi, jaksa dan hakim
Mengingat bahwa hukum adalah perlindungan kepentingan manusia, maka menurunnya kesadaran
hukum masyarakat disebabkan karena orang tidak melihat atau menyadari lagi bahwa hukum
masyarakat disebabkan juga karena para pejabat kurang menyadari akan kewajibannya untuk
memelihara hukum dan kurangnya pengertian akan tujuannya serta fungsinya dalam pembangunan.
petunjuk yang relatif kongkrit tentang taraf kesadaran hukum. Dijelaskan lagi secara singkat bahwa :
Seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan
hukum yang dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Perilaku
tersebut menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan oleh
hukum.
tertentu, misalnya adanya pengetahuan dan pemahaman yang benar dari masyarakat tentang hakikat
4) Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu dimana seseorang atau dalam suatu
Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan tingkatan-tingkatan pada kesadaran hukum tertentu di
dalam perwujudan nya. Apabila seseorang mengetahui hukum. maka bisa dikatakan bahwa tingkat
kesadarahn hukum nya masih rendah. Tetapi jikalau seseorang atau suatu masyarakat telah
berperilaku sesuai hukum, maka tingkat kesadaran hukum nya telah tinggi.
Tindakan atau cara apakah yang sekirarnya efektif untuk meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat? Tindakan drastis dengan misalnya memperberat ancaman hukum atau dengan lebih
mengetatkan penataan ketaatan warga negara terhadap undang-undang saja, yang hanya bersifat
insidentil dan kejutan, kiranya bukanlah merupakan tindakan yang tepat untuk meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat. Mungkin untuk beberapa waktu lamanya akan tampak atau terasa
adanya penertiban tetapi kesadaran hukum masyarakat tidak dapat dipaksakan dan tidak mungkin
diciptakan dengan tindakan yang drastis yang bersifat insidentil saja. Kita harus menyadari bahwa
setelah mengetahui kesadaran hukum masyarakat dewasa ini, yang menjadi tujuan kita pada
hakekatnya bukanlah semata-mata sekedar meningkatkan kesadaran hukum masyarakat saja, tetapi
Seperti yang telah diketengahkan di muka maka kesadaran hukum erat hubungannya dengan hukum,
sedang hukum adalah produk kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu ”blueprint of behaviour”
yang memberikan pedoman-pedoman tentang apa yang harus dilakukan boleh dilakukan dan apa
yang dilarang. Dengan demikian maka kebudayaan mencakup suatu sistem tujuan-tujuan dan nilai-
nilai. Hukum merupakan pencerminan nilai-nilai yang terdapat di dalam masyarakat. Menanamkan
kesadaran hukum berarti menanamkan nilai-nilai kebudayaan. Dan nilai-nilai kebudayaan dapat
dicapai dengan pendidikan. Oleh karena itu setelah mengetahui kemungkinan sebab-sebab
merosotnya kesadaran hukum masyarakat usaha peningkatan dan pembinaan yang utama, efektif dan
Pendidikan tidaklah merupakan suatu tindakan yang ”einmalig” atau insidentil sifatnya, tetapi
merupakan suatu kegiatan yang kontinyu dan intensif dan terutama dalam hal pendidikan kesadaran
hukum ini akan memakan waktu yang lama. Kiranya tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa dengan
pendidikan yang intensif hasil peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum baru dapat kita lihat
hasilnya yang memuaskan sekurang-kurangnya 18 atau 19 tahun lagi. Ini bukan suatu hal yang harus
kita hadapi dengan pesimisme, tetapi harus kita sambut dengan tekad yang bulat untuk
mensukseskannya. Dengan pendidikan sasarannya akan lebih kena secara intensif daripada cara lain
Pendidikan yang dimaksud di sini bukan semata-mata pendidikan formal disekolah-sekolah dari
Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, tetapi juga pendidikan non formal di luar sekolah
kepada masyarakat luas. Yang harus ditanamkan baik dalam pendidikan formal maupun non formal
ialah pada pokoknya tentang bagaimana menjadi masyarakat Indonesia yang baik, tentang apa hak
serta kewajiban seorang warga negara Indonesia. Setiap warga negara harus tahu tentang undang-
undang yang berlaku di negara kita. Tidak tahu undang-undang tidak merupakan alasan pemaaf :
ignorantia legis excusat neminem. Asas ini yang lebih dikenal dengan kata-kata bahasa Belanda
dengan ”iedereen wordt geacht de wet te kennen” berlaku di Indonesia harus ditanamkan dalam
pendidikan tentang kesadaran hukum. Ini tidak hanya berarti mengenal undang-undang saja, tetapi
menanamkan pengertian bahwa di dalam pergaulan hidup kita tidak boleh melanggar hukum serta
kewajiban hukum, tidak boleh berbuat merugikan orang lain dan harus bertindak berhati-hati di dalam
masyarakat terhadap orang lain. Suatu pengertian yang pada hakekatnya sangat sederhana, tidak
”bombastis”, mudah dipahami dan diterima setiap orang. Sesuatu yang mudah dipahami dan diterima
Pendidikan formal
Di Taman Kanak-kanak sudah tentu tidak mungkin ditanamkan pengertian-pengertian abstrak tentang
hukum atau disuruh menghafalkan undang-undang. Yang harus ditanamkan kepada murid Taman
Kanak-kanak ialah bagaimana berbuat baik terhadap teman sekelas atau orang lain, bagaimana
mentaati peraturan-peraturan yang dibuat oleh sekolah. Maka perlu kiranya di sekolah dipasang
tanda-tanda larangan (verbodstekens) atau tanda-tanda perkenan (gebodstekens) berupa poster atau
tanda-tanda bergambar lainnya yang menarik dan ibu guru harus mengadakan pengawasan serta
menindak pelanggarnya dengan memberi ”hukuman”. Suatu taman mini lalu lintas pada tiap-tiap
sekolah Taman Kanak-kanak akan membantu memupuk kesadaran hukum pada anak-anak. Yang
penting dalam pendidikan di Taman Kanak-kanak ialah menanamkan pada anak-anak pengertian
bahwa setiap orang harus berbuat baik dan bahwa larangan-larangan tidak boleh dilanggar dan si
warga negara Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan Undang-undang Dasar, pasal-pasal yang
penting dari KUHP, bagaimana cara memperoleh perlindungan hukum. Perlu diadakan peraturan-
peraturan sekolah. Setiap pelanggar harus ditindak. Untuk itu dan juga untuk menanamkan ”sense of
justice” pada murid-murid perlu dibentuk suatu ”dewan murid” dengan pengawasan guru yang akan
berhubungan dengan kesadaran hukum perlu diterbitkan juga buku-buku bacaan yang berisi cerita-
Secara periodik perlu diadakan kampanye dalam bentuk pekan (pekan kesadaran hukum, pekan lalu
lintas dan sebagainya) yang diisi dengan perlombaan-perlombaan (lomba mengarang, lomba
membuat motto yang ada hubungannya dengan kesadaran hukum), pemilihan warga negara teladan
Fakultas Hukum
Di Perguruan-perguruan Tinggi harus diberi pelajaran Pengantar Ilmu Hukum, yang disesuaikan
dengan kebutuhan: PIH yang diberikan di Fakultas Teknik misalnya harus berbeda dengan yang
diberikan di Fakultas Ekonomi atau Fakultas Hukum. Dalam memberi Pengantar Ilmu Hukum di semua
Perguruan Tinggi hendaknya diketengahkan ”probleem situas”i yang konkrit dengan mengetengahkan
”res cottidianae” (= peristiwa sehari-hari), yaitu persoalan-persoalan yang terjadi setiap hari yang
dimuat di dalam surat kabar terutama yang berhubungan dengan kesadaran hukum. Pada Fakultas-
fakultas hukum hendaknya dibentuk seksi atau jurusan peradilan yang khusus mendidik para calon
hakim, jaksa dan pengacara. Kecuali itu Fakultas Hukum ditugaskan pula untuk memberi penataran
kepada para petugas penegak hukum. Perguruan Tinggi khususnya Fakultas Hukum mempunyi
peranan penting dalam hal meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Menarik sekali pendapat
Achmad Sanusi yang mengatakan bahwa Perguran Tinggi menghasilkan orang-orang yang
ditujukan kepada masyarakat luas meliputi segala lapisan di dalam masyarakat. Pendidikan non
formal ini dilakukan dengan peyuluhan atau penerangan, kampanye serta pameran.
Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan melalui segala bentuk mass media: televsii, radio,
majalah, surat kabar dan sebagainya. Bahan bacaan, terutama ceritera bergambar atau strip yang
bersifat heroik akan sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Buku
pengangan (vademecum, handboek) yang berisi tentang hak dan kewajiban warga negara Indonesia,
susunan negara kita, Pancasila dan \Undang-undang Dasar, pasa-pasal yang penting dalam KUHP,
bagaimana caranya memperoleh perlindungan hukum perlu diterbitkan. Dalam buku ini harus
ditanamkan rasa ”demuwe” dan ”sense of belonging”, yaitu agar merasa dan menyadari sebagai
bangsa yang merdeka dan mempunyai negara yang merdeka pula. Buku vademecum untuk umum ini
hendaknya ditulis secara populer dan sebaiknya dalam bentuk tanya jawab, seperti misalnya buku
”the USA answers questions, a guide to understanding” diterbitkan oleh Kenneth E. Beer atau ”Our
Ameican Government the answers to one thousand and one questions” ditulis oleh Wright Patman
seorang anggota Kongres. Di tempat yang banyak dikunjugi oleh orang, seperti pasar, alun-alun,
restoran, stasiun, terminal, stasiun udara, bioskop dan juga di perempatan-perempatan atau
sepanjang jalan raya atau pada kendaraan-kendaraan umum dipasang atau ditempelkan poster-
poster atau spandoek dengan motto yang berhubungan dengan kesadaran hukum.
Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan juga dengan ceramah yang diadakan di kecamatan-
kecamatan atau di tempat tempat lain kepada golongan-golongan tertentu, misalnya para pemegang
SIM, para pedagang, para narapidana dan sebagainya. Ceramah-ceramah ini harus diadakan secara
Di Amerika Serikat, suatu negara yang sudah maju, dikenal adanya ”Law Day” untuk membina
kesadaran hukum masyarakat. Maka kiranya tidak berlebihan kalau kita mengadakan kampanye
peningkatan kesadaran hukum masyarakat secara ajeg yang diisi dengan kegiatan-kegiatan yang
macam perlombaan, pemilihan warga negara teladan, pameran dan sebagainya. Suatu pameran
mempunyai fungsi yang informatif edukatif. Maka tidak dapat disangkal peranannya yang positif
dalam meningkatkan dan membina kesadaran hukum masyarakat. Tersedianya buku vademecum
seperti yang telah diketengahkan di muka, brohure serta leaflets di samping diperlihatkan film, slide
dan sebagainya yang merupakan visualisasi kesadaran hukum akan mempunyai daya tarik yang
besar.
1. Pelaksanaan Hukum
Adanya hukum itu adalah untuk ditaati, dilaksanakan atau ditegakkan. Pelaksanaan hukum atau law
enforcement oleh petugas penegak hukum yang tegas, konsekuen, penuh dedikasi dan tanggung
jawab akan membantu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Tidak atau kurang adanya sikap
yang tegas dan konsekuen dari para petugas penegak hukum, kurangnya dedikasi dan tanggung
jawab akan minmbulkan sikap acuh ta’ acuh dari masyarakat dan memberi peluang serta perangsang
Setiap petugas penegak hukum harus bersikap tegas dan konsekuen terhadap setiap pelanggaran
hukum yang terjadi. Tegas dan konsekuen dalam arti tidak ragu-ragu menindak setiap pelanggaran
kapan saja dan di mana saja. Pengabdian dalam tugas dan rasa tanggung jawab merupakan
Pelaksanaan hukum yang tegas dan konsekuen serta penuh dedikasi dan tanggung jawab akan
menimbulkan rasa aman dan tenteram di dalam masyarakat. Orang tahu kepada siapa harus mencari
perlindungan hukum dan dapat mengharapkan perlindungan hukum itu tanpa adanya kemungkinan
akan dipersukar, tidak dilayani atau dipungut beaya yang tidak semestinya. Kalau sampai terjadi
sebaliknya maka orang tidak akan merasa aman dan tenteram. Untuk mengadukan atau melaporkan
suatu pelanggaran hukum saja segan karena tidak yakin akan dilayani dengan baik atau ditindak
Oleh karena itu maka perlu ada kontrol atau pengawasan terhadap para petugas penegak hukum
dalam menjalankan tugasnya melaksanakan atau menegakkan hukum. Pengawasan ini tidak cukup
dilakukan oleh pimpinan setempat saja, tetapi harus dilakukan juga oleh pimpinan pusat. Banyak hal-
hal yang terjadi di daerah tidak diketahui atau lepas dari sorotan pimpinan pusat. Lebih-lebih
mengingat banyaknya laporan-paporan ke pusat yang tidak sesuai dengan kenyataan. Maka oleh
karena itu secara ajeg pimpinan dari pusat harus turun ke bawah.
Mengingat bahwa praktek hukum itu pada hakekatnya merupakan suatu chaos, tidak teratur secara
sistematis dan merupakan ”sleur” sebagaimana sifat praktek pada umumnya, maka sekali-kali para
petugas penegak hukum perlu ke luar dari suasana ”sleur” dari praktek untuk mendapatkan
refreshing. Di dalam praktek hukum ada kecenderungan orang untuk mengabaikan teori dan sistem,
maka oleh karena itu sangat penting fungsi penataran bagi para petugas penegak hukum.
Akhirnya demi suksesnya peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum masyarakat masih