2/XXII/2003
Abstrak.
The Third International Mathematics and Science Study, disingkat TIMSS, merupakan studi in-
ternasional dalam pendidikan matematika sekolah dan sains yang relatif komprehensif. Dalam artikel ini
dibahas mengenai hasil TIMSS berupa evaluasi matematika (dan sains) tertulis terhadap siswa sekolah
menengah dari negara-negara yang berpatisipasi serta analisis dari rekaman video kegiatan pembelajaran
matematika di tiga negara: Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Selain itu didiskusikan pula prestasi
matematika siswa sekolah menengah di Indonesia dilihat dari kacamata internasional beserta implikasinya.
Kata kunci: TIMSS, evaluasi matematika internasional, studi komparasi internasional
12 Mimbar Pendidikan
No. 2/XXII/2003 Tatang Herman, Tims dan Implikasinya
1989. Biaya yang digunakan dalam studi ini tes. Tes ini dikonstruksi berdasarkan kerangka
sebagian besar diperoleh dari Amerika Serikat kurikulum yang dikembangkan oleh tim panitia
(AS), Bank Dunia, dan negara-negara par- dan dengan memperhatikan masukan-masukan
tisipan. para ahli matematika dan sains, ahli pengukuran
dan evaluasi, dan dari koordinator penyeleng-
Partisipan gara tiap negara peserta. Berdasarkan kesepaka-
tan diperoleh kerangka kurikulum untuk mengu-
TIMSS diikuti oleh 26 negara dan TIMSS-R
kur kemampuan siswa dalam matematika dan
oleh 38 negara. Setiap negara yang turut serta
sains seperti pada Tabel 2 berikut ini.
berkoordinasi langsung dengan IEA di Amster-
dam. Tabel 1 berikut ini adalah daftar negara Tabel 2. Tiga Dimensi Kerangka Kurikulum
peserta TIMSS dan TIMSS-R. TIMSS
Kemampuan Siswa dalam Matematika dan Dengan bekerja berdasar pada kerangka
Sains kurikulum ini, spesifikasi tes yang dikembang-
Untuk mengukur kemampuan siswa kan menyangkut topik-topik yang cukup luas
dalam matematika dan sains dilakukan melalui dalam matematika dan sains yang menuntut ke-
Mimbar Pendidikan
13
Tatang Herman, Tims dan Implikasinya No. 2/XXII/2003
mampuan dan keterampilan dari siswa. Tes ini golong tinggi (seperti memiliki lebih 100 buku;
menuntut siswa untuk memberikan respon yang memiliki paling tidak tiga jenis alat belajar:
tepat, menjawab persoalan dengan cepat, dan komputer, meja belajar, dan kamus; dan salah
menjawab permasalahan yang lebih satu orang tuanya keluaran universitas),
memerlukan elaborasi dan eksplanasi. Bentuk memiliki kemampuan matematika yang tinggi
tes ini adalah pilihan ganda dan isian singkat daripada siswa yang memiliki sumber/fasilitas
disajikan dalam buklet tes yang harus kurang. Siswa kelas delapan pada umumnya
diselesaikan siswa dalam waktu 90 menit. memiliki harapan besar mengenai pendidikan
Terdapat 8 buklet tes yang ekuivalen yang mereka, lebih setengah dari mereka berkeyaki-
disebarkan di negara-negara partisipan. nan dapat tamat universitas. Umumnya mereka
bersikap positif terhadap matematika. Di setiap
Kemampuan siswa negara siswa yang memiliki konsep diri tinggi
Negara-negara Asia seperti Singapura, Korea, dalam matematika berkolerasi dengan rata-rata
Taiwan, dan Hong Kong menunjukkan negara- kemampuan yang tinggi pula, kecuali di negara-
negara yang memiliki siswa dengan kemampuan negara Asia Pasifik (Singapura, Hong Kong,
dalam matematika dan sains tertinggi dibanding Korea, Taiwan, dan Jepang) siswa yang
negara-negara lainnya. Singapura dan Korea memiliki konsep diri yang kuat dengan prestasi
menunukkan kemampuan tertinggi secara signi- yang tinggi menunjukkan persentase yang kecil.
fikan dibanding yang lainnya. Demikian juga
Kurikulum
Jepang memiliki kemampuan yang menge-
sankan, seperti halnya Belgia di Eropa. Apabila Dari 38 negara, 35 diantaranya memiliki
dilihat dari perkembangan antara 1995 dan 1999 kurikulum nasional sebagai acuan pendidikan.
negara yang menunjukkan perkembangan Tiga negara yang tidak memiliki kurikulum na-
positif adalah Latvia, Kanada, dan Syprus. sional adalah Australia, Kanada, dan Amerika
Hanya Czechnya yang menunjukkan penurunan. Serikat. Kecuali Belgia, semua negara meng-
Kemampuan siswa laki-laki dan perempuan gunakan sistem tes dan asesmen untuk
pada umumnya hampir tidak ada. Kecuali di menyokong implementasi kurikulum, pengem-
Israel, Czechnya, Tunisia, dan Iran, walaupun bangan kurikulum, dan keperluan policy
perbedaanya sangat kecil, siswa laki-laki makers. Umumnya jam pelajaran matematika
memiliki kemampuan lebih baik (27% berada relatif sama untuk kelas 4 sampai kelas 6 dan
pada kuartil atas) daripada perempuan (23%). mengalami penurunan di kelas 8 (berturut-turut
Yang menarik adalah kemampuan mate- 17%, 16%, dan 13%). Jam pelajaran sains
matika Belanda, Slovakia, Hungaria, Canada, meningkat dari kelas 4 sampai dengan kelas 8
Slovenia, Rusia, Australia, Finlandia, Czechnya, (dati 11% ke 16%). Di kelas 8 pada umumnya
Malaysia, dan Bulgaria menunjukkan prestasi berkonsentrasi pada penguasaan keterampilan
yang serupa. Sedangkan Indonesia menduduki dasar dan pemahaman konsep. Selain itu pene-
peringkat ke 34 (dari 38 negara) dalam mate- kanan diberikan pada aplikasi matematika, ko-
matika dan peringkat ke 32 (dari 34 negara) munikasi matematik, dan problem solving.
dalam sains.
Konteks dan praktek pembelajaran
Lingkungan keluarga siswa dan sikapnya ter-
Secara internasional 60% siswa kelas 8
hadap matematika
diajar oleh guru matematika perempuan, 84%
Pada umumnya siswa dari lingkungan keluarga dari mereka (siswa) diajar oleh guru dengan
dengan sumber-sumber pendidikan yang ter- latar belakang pendidikan yang sesuai, dan 63%
14 Mimbar Pendidikan
No. 2/XXII/2003 Tatang Herman, Tims dan Implikasinya
siswa diajar oleh guru yang berkeyakinan terdapat peningkatan yang signifikan walaupun
bahwa persiapan mengajar mereka dilakukan tipis dalam penggunaan komputer ini dari tahun
dengan baik. Sekitar setengah dari siswa jam 1995 ke 1999 dari kategori tidak pernah ke
pertemuan matematika di sekolahnya berkisar sesekali dan sekitar seperempat siswa memiliki
antara 2 s.d. 3,5 jam per minggu, sepertiganya akses internet di sekolahnya.
3,5 s.d. 5 jam per minggu. Hal ini menunjukkan
kenaikan tipis dari segi jumlah jam pelajaran Faktor sekolah
dari tahun 1995. Pada umumnya siswa di sekolah dengan
Dari seluruh negara partisipan, guru fasilitas belajar yang baik memiliki kemampuan
biasanya melakukan dua kegiatan dominan rata-rata yang baik pula dibandingkan dengan
dalam pembelajaran, yaitu ceramah dan mem- sekolah dengan fasilitas kurang. Sekolah-
bantu siswa dalam menyelesaikan sekolah di seantero dunia masih mengharapkan
permasalahan. Kedua jenis kegiatan ini peran serta orang tua siswa dalam menyokong
umumnya memakan hampir setengah waktu pelaksanaan teknis dan kelancaran pendidikan.
pembelajaran. Siswa di kelas yang biasa Lebih setengah dari siswa berasal dari sekolah
berkonsentrasi dalam aspek penalaran dan yang memiliki fasilitas komputer dan
problem solving memiliki kemampuan lebih softwarenya kurang, sehingga kapasitas
baik daripada siswa yang dikelasnya kurang pembelajaran dirasa belum optimal. Dilaporkan
menekankan pada aspek yang sama. Terdapat pula, mayoritas siswa kelas 8 tidak bermasalah
kecenderungan bahwa kegitan problem solving dalam kehadiran.
meningkat dari tahun 1995 ke tahun 1999.
Demikian pula persentase siswa dalam berlatih Komparasi Proses Pembelajaran
keterampilan dalam komputasi meningkat
secara signifikan. Seperti dikemukakan di atas bahwa komponen
Guru-uru di Belanda, Singapura, dan kegiatan lainnya dalam TIMSS adalah merekam
Australia melaporkan bahwa lebih dari lima- kegiatan pembelajaran melalui video untuk
perempat siswa paling tidak sekali dalam dianalisis. Karena negara yang berpartisifasi
seminggu menggunakan kalkulator dalam pem- dalam TIMSS cukup banyak maka untuk keper-
belajaran. Sedangkan dua-pertiga sampai luan ini hanya dipilih tiga negara untuk di teliti,
dengan empat-perlima siswa di Inggris, Kanada, yaitu Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.
Hong Kong, Israel, dan Amerika Serikat Perekaman pembelajaran dengan video terhadap
melakukan hal serupa. Umumnya kalkulator kelas 8 ini dilakukan dalam waktu tujuh bulan
digunakan siswa untuk mengecek jawaban, dan terkumpul 231 rekaman kelas matematika
mengerjakan perhitungan rutin, dan di Jerman, 50 di Jepang, dan 81 di Amerika
menyelesaikan permasalahan kompleks. Dari Serikat. Secara umum, kegiatan pembelajaran di
seluruh negara, 80% siswa dilaporkan tidak ketiga negara ini dapat digambarkan pada Tabel
pernah mengunakan komputer dalam 3 berikut ini.
pembelajaran matematika. Walaupun demikian
Mimbar Pendidikan
15
Tatang Herman, Tims dan Implikasinya No. 2/XXII/2003
2. Kegiatan inti
16 Mimbar Pendidikan
No. 2/XXII/2003 Tatang Herman, Tims dan Implikasinya
Jepang: Siswa bekerja menyelesaikan problem yang kultural yang mampu menjelaskan mengapa
menantang dan mendiskusikan temuan mengajar harus siap menerima suatu perubahan.
dengan anggota. Dengan memahami bahwa mengajar pada
AS: Guru mengajukan banyak pertanyaan, hakekatnya adalah kegiatan kultural, hal ini
siswa meresponnya, guru mendemon- akan memberikan akan kebutuhan bahwa kita
strasikan cara menyelesaikan, menugas- harus selalu meningkatkannya.
kan siswa menyelesaikan problem- Meskipun banyak guru di Amerika
problem serupa. Serikat mengaku mereka telah banyak
melakukan upaya peningkatan dalam
3. Kegiatan Penutup pengajaran sesuai dengan arus reformasi dan
Pembelajaran ditutup dengan melakukan rekomandasi, namun studi dari video
penyimpulan dalam cara berbeda. Jerman dan menunjukkan bukti yang lemah bahwa mereka
Amerika Serikat seringkali dengan guru mem- sedang melakukan suatu perubahan. Ketika guru
berikan PR, sedangkan Jepang dengan guru melakukan suatu perubahan dalam praktek
menyimpukan pokok-pokok utama dari kegitan pembelajaran, seringkali hanyalah sampai di
yang telah dilakukan. kulit saja, tidak dilakukan secara mendalam
(Stigler & Hiebert, 1999). Dibandingan dengan
Hasil studi melalui video Jepang, jelaslah bahwa Amerika Serikat kurang
dalam sistem pengembangan guru profesional
Analisis dari video menghasilkan banyak untuk memberi kesempatan kepada guru belajar
temuan untuk direkomendasikan dalam pembe- mengenai mengajar. Di Amerika Serikat
lajaran matematika, terutama untuk Amerika seringkali guru-guru dibiarkan karena prinsif
Serikat. Kebanyakan orang Amerika berpenda- kebebasan, independen, dan merasa sudah
pat bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidi- cukup profesional.
kan harus difokuskan pada kompetensi guru.
Ternyata hal ini tidak sepenuhnya benar, tetapi Hasil TIMSS dan Implikasinya
metode mengajar yang merupakan bagian dari
kultur juga memiliki peranan yang penting. Hasil evaluasi matematika sekolah Indo-
Guru-guru matematika di Amerika nesia di tingkat dunia ini memperparah
Serikat umumnya secara ekstrim memiliki kesakitan kita yang selama ini masih diderita
keterbatasan, mereka terlalu berkonsentrasi yaitu prestasi matematika siswa rendah.
pada hal-hal keterampilan prosedural. Informasi dari berbagai penjuru di tanah air
Walaupun mereka juga bekerja dalam mengumumkan bahwa Nilai Ebtanas Murni
kelompok, dapat mengakses teknologi mutakhir, (NEM) matematika di setiap tingkatan sekolah
mereka menghabiskan waktu banyak dalam umumnya bereda di urutan terbawah. Untuk
mencapai penguasaan keterampilan melalui menyembuhkan penderitaan ini memerlukan
latihan-latihan serupa. Sedangkan Jepang yang kolaborasi yang kompak antar berbagai pihak
tampaknya tidak begitu mementingkan yang terkait dengan pendidikan, karena bukan
kompetensi guru, namun mereka mampu hanya tanggung jawab guru saja.
mengajar melalui pemahaman konsep yang Sebenarnya tidak sedikit upaya yang di-
mendalam. Siswa di Jepang menghabiskan cobakan untuk meningkatkan kualitas proses
banyak waktu untuk menyelesaikan problem dan produk pembelajaran ini. Misalnya
yang menantang dan mendiskusikan konsep penyesuaian kurikulum sekolah yang secara
matematika sebagai hal yang biasa. Ini menun- rutin sekitar satu dekadean dilakukan.
jukkan bahwa mengajar merupakan kegiatan Walaupun sampai belakangan ini dengan akan
Mimbar Pendidikan
17
Tatang Herman, Tims dan Implikasinya No. 2/XXII/2003
18 Mimbar Pendidikan