Anda di halaman 1dari 7

Tatang Herman, Tims dan Implikasinya No.

2/XXII/2003

TIMSS dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Mate-


matika di Indonesia

 Drs. Tatang Herman, M.Ed.


(Universitas Pendidikan Indonesia)

Abstrak.
The Third International Mathematics and Science Study, disingkat TIMSS, merupakan studi in-
ternasional dalam pendidikan matematika sekolah dan sains yang relatif komprehensif. Dalam artikel ini
dibahas mengenai hasil TIMSS berupa evaluasi matematika (dan sains) tertulis terhadap siswa sekolah
menengah dari negara-negara yang berpatisipasi serta analisis dari rekaman video kegiatan pembelajaran
matematika di tiga negara: Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Selain itu didiskusikan pula prestasi
matematika siswa sekolah menengah di Indonesia dilihat dari kacamata internasional beserta implikasinya.
Kata kunci: TIMSS, evaluasi matematika internasional, studi komparasi internasional

The Third International Mathematics


and Science Study (TIMSS) meru-
pakan studi komparatif internasional yang
delapan (di Indonesia SLTP kelas dua) dalam
konteks internasional dan perkembangan ke-
mampuan matematika dan sains siswa yang
komprehensif dalam matematika dan sains yang pada pelaksanaan TIMSS terdahulu berada di
pernah dilakukan. TIMSS sebenarnnya dilak- kelas empat. Melalui informasi lengkap
sanakan tahun 1994-1995 dan kembali dilaku- mengenai tipe kurikulum, praktek pembelajaran,
kan (pengulangan) pada tahun 1998-1999 se- dan lingkungan sekolah dari negara lain yang
hingga disebut TIMSS Repeat, disingkat lebih baik, studi ini diharapkan dapat dijadikan
TIMSS-R. Studi ini didesain untuk pertimbangan dalam meningkatkan kualitas
menyediakan informasi yang diperlukan bagi pembelajaran matematika dan sains di negara-
para policy markers, pengembang kurikulum, negara di dunia, khususnya negara-negara yang
dan peneliti agar mereka memahami secara berpartisipasi.
mendalam mengenai prestasi dan sistem
pendidikan yang dimilikinya. Studi komparasi Penyelenggara TIMSS
mengenai prestasi siswa kelas empat dan lima
TIMSS dan TIMSS-R diselenggarakan
dalam matematika dan sains ini diikuti oleh
oleh International Association for the
sekitar 40 negara di dunia. Data dalam studi
Evaluation of Educational Achievement (IEA),
dikumpulkan melalui tes, kuisioner, videotapes,
yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda.
analisis kurikulum, dan konteks matematika dan
Institusi ini merupakan lembaga internasional
sains. Jenis informasi yang dikumpulkan
yang independen yang bekerja sama dengan
termasuk sistem pendidikan, kurikulum,
agen-agen pemerintah di negara-negara
karakteristik guru dan sekolah, serta praktek
partisipan. Kegitan serupa yang pernah
pembelajaran.
dikoordinir IEA adalah First International
TIMSS-R yang dilakukan pada tahun
Mathematics Studi, 1959-1967; First
1998-1999 merupakan pengembangan dari
International Science Studi, 1966-1973; Second
asesmen yang pernah diselenggarakan sebelum-
International Mathematics Studi, 1976-1987;
nya. Hal ini dilakukan untuk melihat trend kelas
dan Second International Science Studi, 1980-

12 Mimbar Pendidikan
No. 2/XXII/2003 Tatang Herman, Tims dan Implikasinya

1989. Biaya yang digunakan dalam studi ini tes. Tes ini dikonstruksi berdasarkan kerangka
sebagian besar diperoleh dari Amerika Serikat kurikulum yang dikembangkan oleh tim panitia
(AS), Bank Dunia, dan negara-negara par- dan dengan memperhatikan masukan-masukan
tisipan. para ahli matematika dan sains, ahli pengukuran
dan evaluasi, dan dari koordinator penyeleng-
Partisipan gara tiap negara peserta. Berdasarkan kesepaka-
tan diperoleh kerangka kurikulum untuk mengu-
TIMSS diikuti oleh 26 negara dan TIMSS-R
kur kemampuan siswa dalam matematika dan
oleh 38 negara. Setiap negara yang turut serta
sains seperti pada Tabel 2 berikut ini.
berkoordinasi langsung dengan IEA di Amster-
dam. Tabel 1 berikut ini adalah daftar negara Tabel 2. Tiga Dimensi Kerangka Kurikulum
peserta TIMSS dan TIMSS-R. TIMSS

Tabel 1. Negara Peserta TIMSS dan TIMSS-R Mathematics Science


No Partisipan Partisipan TIMSS-R Content
TIMSS Numbers Earth sciences
dan TIMSS-R Measurement Life sciences
1 Australia Chili Geometry Physical sciences
2 Belgia Taiwan
Proportionality Science, technology, and
3 Bulgaria Finlandia
Functions, relations, mathematics
4 Canada Indonesia
5 Cyprus Jordania and equations History of science and
6 Czech Macedonia Data representation, technology
7 Inggris Malaysia probability, and sta- Environmental issues
8 Hong Kong Moldova tistics Nature of science
9 Hungaria Maroko Elementary analysis Science and other disci-
10 Iran Philipina Validation and struc- plines
11 Israel Tunisia ture
12 Italia Turki Performance Expectations
13 Jepang Knowing Understanding
14 Korea
Using routine proce- Theorizing, analyzing,
15 Latvia
dures and solving problems
16 Lithuania
17 Belanda Investigating and Using tools, routine
18 Selandia Baru problem solving procedures
19 Rumania Mathematical Investigating the natural
20 Rusia reasoning world
21 Singapura Communicating Communicating
22 Slovakia Perspectives
23 Slovenia Attitudes Attitudes
24 Afrika Selatan Careers Careers
25 Thailand
26 Amerika Serikat Participation Participation
Increasing interest Increasing interest
Habits of mind Safety
Pelaksanaan dan Laporan TIMSS
Habits of mind

Kemampuan Siswa dalam Matematika dan Dengan bekerja berdasar pada kerangka
Sains kurikulum ini, spesifikasi tes yang dikembang-
Untuk mengukur kemampuan siswa kan menyangkut topik-topik yang cukup luas
dalam matematika dan sains dilakukan melalui dalam matematika dan sains yang menuntut ke-

Mimbar Pendidikan
13
Tatang Herman, Tims dan Implikasinya No. 2/XXII/2003

mampuan dan keterampilan dari siswa. Tes ini golong tinggi (seperti memiliki lebih 100 buku;
menuntut siswa untuk memberikan respon yang memiliki paling tidak tiga jenis alat belajar:
tepat, menjawab persoalan dengan cepat, dan komputer, meja belajar, dan kamus; dan salah
menjawab permasalahan yang lebih satu orang tuanya keluaran universitas),
memerlukan elaborasi dan eksplanasi. Bentuk memiliki kemampuan matematika yang tinggi
tes ini adalah pilihan ganda dan isian singkat daripada siswa yang memiliki sumber/fasilitas
disajikan dalam buklet tes yang harus kurang. Siswa kelas delapan pada umumnya
diselesaikan siswa dalam waktu 90 menit. memiliki harapan besar mengenai pendidikan
Terdapat 8 buklet tes yang ekuivalen yang mereka, lebih setengah dari mereka berkeyaki-
disebarkan di negara-negara partisipan. nan dapat tamat universitas. Umumnya mereka
bersikap positif terhadap matematika. Di setiap
Kemampuan siswa negara siswa yang memiliki konsep diri tinggi
Negara-negara Asia seperti Singapura, Korea, dalam matematika berkolerasi dengan rata-rata
Taiwan, dan Hong Kong menunjukkan negara- kemampuan yang tinggi pula, kecuali di negara-
negara yang memiliki siswa dengan kemampuan negara Asia Pasifik (Singapura, Hong Kong,
dalam matematika dan sains tertinggi dibanding Korea, Taiwan, dan Jepang) siswa yang
negara-negara lainnya. Singapura dan Korea memiliki konsep diri yang kuat dengan prestasi
menunukkan kemampuan tertinggi secara signi- yang tinggi menunjukkan persentase yang kecil.
fikan dibanding yang lainnya. Demikian juga
Kurikulum
Jepang memiliki kemampuan yang menge-
sankan, seperti halnya Belgia di Eropa. Apabila Dari 38 negara, 35 diantaranya memiliki
dilihat dari perkembangan antara 1995 dan 1999 kurikulum nasional sebagai acuan pendidikan.
negara yang menunjukkan perkembangan Tiga negara yang tidak memiliki kurikulum na-
positif adalah Latvia, Kanada, dan Syprus. sional adalah Australia, Kanada, dan Amerika
Hanya Czechnya yang menunjukkan penurunan. Serikat. Kecuali Belgia, semua negara meng-
Kemampuan siswa laki-laki dan perempuan gunakan sistem tes dan asesmen untuk
pada umumnya hampir tidak ada. Kecuali di menyokong implementasi kurikulum, pengem-
Israel, Czechnya, Tunisia, dan Iran, walaupun bangan kurikulum, dan keperluan policy
perbedaanya sangat kecil, siswa laki-laki makers. Umumnya jam pelajaran matematika
memiliki kemampuan lebih baik (27% berada relatif sama untuk kelas 4 sampai kelas 6 dan
pada kuartil atas) daripada perempuan (23%). mengalami penurunan di kelas 8 (berturut-turut
Yang menarik adalah kemampuan mate- 17%, 16%, dan 13%). Jam pelajaran sains
matika Belanda, Slovakia, Hungaria, Canada, meningkat dari kelas 4 sampai dengan kelas 8
Slovenia, Rusia, Australia, Finlandia, Czechnya, (dati 11% ke 16%). Di kelas 8 pada umumnya
Malaysia, dan Bulgaria menunjukkan prestasi berkonsentrasi pada penguasaan keterampilan
yang serupa. Sedangkan Indonesia menduduki dasar dan pemahaman konsep. Selain itu pene-
peringkat ke 34 (dari 38 negara) dalam mate- kanan diberikan pada aplikasi matematika, ko-
matika dan peringkat ke 32 (dari 34 negara) munikasi matematik, dan problem solving.
dalam sains.
Konteks dan praktek pembelajaran
Lingkungan keluarga siswa dan sikapnya ter-
Secara internasional 60% siswa kelas 8
hadap matematika
diajar oleh guru matematika perempuan, 84%
Pada umumnya siswa dari lingkungan keluarga dari mereka (siswa) diajar oleh guru dengan
dengan sumber-sumber pendidikan yang ter- latar belakang pendidikan yang sesuai, dan 63%

14 Mimbar Pendidikan
No. 2/XXII/2003 Tatang Herman, Tims dan Implikasinya

siswa diajar oleh guru yang berkeyakinan terdapat peningkatan yang signifikan walaupun
bahwa persiapan mengajar mereka dilakukan tipis dalam penggunaan komputer ini dari tahun
dengan baik. Sekitar setengah dari siswa jam 1995 ke 1999 dari kategori tidak pernah ke
pertemuan matematika di sekolahnya berkisar sesekali dan sekitar seperempat siswa memiliki
antara 2 s.d. 3,5 jam per minggu, sepertiganya akses internet di sekolahnya.
3,5 s.d. 5 jam per minggu. Hal ini menunjukkan
kenaikan tipis dari segi jumlah jam pelajaran Faktor sekolah
dari tahun 1995. Pada umumnya siswa di sekolah dengan
Dari seluruh negara partisipan, guru fasilitas belajar yang baik memiliki kemampuan
biasanya melakukan dua kegiatan dominan rata-rata yang baik pula dibandingkan dengan
dalam pembelajaran, yaitu ceramah dan mem- sekolah dengan fasilitas kurang. Sekolah-
bantu siswa dalam menyelesaikan sekolah di seantero dunia masih mengharapkan
permasalahan. Kedua jenis kegiatan ini peran serta orang tua siswa dalam menyokong
umumnya memakan hampir setengah waktu pelaksanaan teknis dan kelancaran pendidikan.
pembelajaran. Siswa di kelas yang biasa Lebih setengah dari siswa berasal dari sekolah
berkonsentrasi dalam aspek penalaran dan yang memiliki fasilitas komputer dan
problem solving memiliki kemampuan lebih softwarenya kurang, sehingga kapasitas
baik daripada siswa yang dikelasnya kurang pembelajaran dirasa belum optimal. Dilaporkan
menekankan pada aspek yang sama. Terdapat pula, mayoritas siswa kelas 8 tidak bermasalah
kecenderungan bahwa kegitan problem solving dalam kehadiran.
meningkat dari tahun 1995 ke tahun 1999.
Demikian pula persentase siswa dalam berlatih Komparasi Proses Pembelajaran
keterampilan dalam komputasi meningkat
secara signifikan. Seperti dikemukakan di atas bahwa komponen
Guru-uru di Belanda, Singapura, dan kegiatan lainnya dalam TIMSS adalah merekam
Australia melaporkan bahwa lebih dari lima- kegiatan pembelajaran melalui video untuk
perempat siswa paling tidak sekali dalam dianalisis. Karena negara yang berpartisifasi
seminggu menggunakan kalkulator dalam pem- dalam TIMSS cukup banyak maka untuk keper-
belajaran. Sedangkan dua-pertiga sampai luan ini hanya dipilih tiga negara untuk di teliti,
dengan empat-perlima siswa di Inggris, Kanada, yaitu Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.
Hong Kong, Israel, dan Amerika Serikat Perekaman pembelajaran dengan video terhadap
melakukan hal serupa. Umumnya kalkulator kelas 8 ini dilakukan dalam waktu tujuh bulan
digunakan siswa untuk mengecek jawaban, dan terkumpul 231 rekaman kelas matematika
mengerjakan perhitungan rutin, dan di Jerman, 50 di Jepang, dan 81 di Amerika
menyelesaikan permasalahan kompleks. Dari Serikat. Secara umum, kegiatan pembelajaran di
seluruh negara, 80% siswa dilaporkan tidak ketiga negara ini dapat digambarkan pada Tabel
pernah mengunakan komputer dalam 3 berikut ini.
pembelajaran matematika. Walaupun demikian

Mimbar Pendidikan
15
Tatang Herman, Tims dan Implikasinya No. 2/XXII/2003

Tabel 3. Protret Pembelajaran Matematika di Tiga Negara


Menit ke Pembelajaran Jerman Pembelajaran Jepang Pembelajaran AS
1 Guru mengecek PR Mereviu pelajaran terdahulu Guru menajukan beberapa per-
Siswa mengerjakan PR dan menyelesaikan tanyaan singkat kepada siswa
yang sulit di bor, guru maslahan yang belum selesai sebagai kegiatan pemanasan
mengeceknya
Siswa mengemukakan solusi Guru mengecek PR dengan ne-
yang mereka temukan, guru mugaskan siswa maju
menyimpulkan
10 Guru mengajukan perma- Guru membagikan LKS dengan
salahan ‘hari ini’ untuk problem yang sama
dikerjakan siswa secara in- Untuk dikerjakan secara inde-
dependen penden
Guru memberikan teo- Guru memonitor siswa yang se-
20 rema untuk dibuktikan dang bekerja, sesekali mende-
siswa, guru memberikan monstrasikan cara memecahkan
prosedur untuk pembuk- soal sulit
tian
Guru menyuruh siswa untuk Guru mereviu permasalahan lain
melanjutkan bekerja dalam dan mendemonstrasikan cara
kelompok kecil. Ketua penyelesaian untuk soal-soal
kelompok berdiskusi dengan yang menantang
30 guru mengenai
permasalahan dan
menulisnya di bor. Siswa
menyalin permasalahan dan
mulai bekerja
Kelas mereviu teorema Guru mereviu dengan singkat
dengan cara membaca secara lisan terhadap permasala-
40 nyaring han seperti sebelumnya
Guru memberikan PR Guru menggarisbawahi cara Guru menyuruh siswa menyele-
terbaik dalam saikan LKS dan memberikan PR
menyelesaikan
permasalahan

Jerman: Guru membimbing siswa dalam pengem-


1. Kegiatan pendahuluan bangan teknik untuk menyelesaikan
Di awal pembelajaran umumnya dimulai problem, siswa merespon pertanyaan-per-
dengan reviu. Jerman dan Amerika Serikat me- tanyaan guru.
merlukan waktu cukup banyak dalam mengecek
PR. Sedangkan, Jepang memulainya dengan
mereviu singkat pelajaran kemarin.

2. Kegiatan inti

16 Mimbar Pendidikan
No. 2/XXII/2003 Tatang Herman, Tims dan Implikasinya

Jepang: Siswa bekerja menyelesaikan problem yang kultural yang mampu menjelaskan mengapa
menantang dan mendiskusikan temuan mengajar harus siap menerima suatu perubahan.
dengan anggota. Dengan memahami bahwa mengajar pada
AS: Guru mengajukan banyak pertanyaan, hakekatnya adalah kegiatan kultural, hal ini
siswa meresponnya, guru mendemon- akan memberikan akan kebutuhan bahwa kita
strasikan cara menyelesaikan, menugas- harus selalu meningkatkannya.
kan siswa menyelesaikan problem- Meskipun banyak guru di Amerika
problem serupa. Serikat mengaku mereka telah banyak
melakukan upaya peningkatan dalam
3. Kegiatan Penutup pengajaran sesuai dengan arus reformasi dan
Pembelajaran ditutup dengan melakukan rekomandasi, namun studi dari video
penyimpulan dalam cara berbeda. Jerman dan menunjukkan bukti yang lemah bahwa mereka
Amerika Serikat seringkali dengan guru mem- sedang melakukan suatu perubahan. Ketika guru
berikan PR, sedangkan Jepang dengan guru melakukan suatu perubahan dalam praktek
menyimpukan pokok-pokok utama dari kegitan pembelajaran, seringkali hanyalah sampai di
yang telah dilakukan. kulit saja, tidak dilakukan secara mendalam
(Stigler & Hiebert, 1999). Dibandingan dengan
Hasil studi melalui video Jepang, jelaslah bahwa Amerika Serikat kurang
dalam sistem pengembangan guru profesional
Analisis dari video menghasilkan banyak untuk memberi kesempatan kepada guru belajar
temuan untuk direkomendasikan dalam pembe- mengenai mengajar. Di Amerika Serikat
lajaran matematika, terutama untuk Amerika seringkali guru-guru dibiarkan karena prinsif
Serikat. Kebanyakan orang Amerika berpenda- kebebasan, independen, dan merasa sudah
pat bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidi- cukup profesional.
kan harus difokuskan pada kompetensi guru.
Ternyata hal ini tidak sepenuhnya benar, tetapi Hasil TIMSS dan Implikasinya
metode mengajar yang merupakan bagian dari
kultur juga memiliki peranan yang penting. Hasil evaluasi matematika sekolah Indo-
Guru-guru matematika di Amerika nesia di tingkat dunia ini memperparah
Serikat umumnya secara ekstrim memiliki kesakitan kita yang selama ini masih diderita
keterbatasan, mereka terlalu berkonsentrasi yaitu prestasi matematika siswa rendah.
pada hal-hal keterampilan prosedural. Informasi dari berbagai penjuru di tanah air
Walaupun mereka juga bekerja dalam mengumumkan bahwa Nilai Ebtanas Murni
kelompok, dapat mengakses teknologi mutakhir, (NEM) matematika di setiap tingkatan sekolah
mereka menghabiskan waktu banyak dalam umumnya bereda di urutan terbawah. Untuk
mencapai penguasaan keterampilan melalui menyembuhkan penderitaan ini memerlukan
latihan-latihan serupa. Sedangkan Jepang yang kolaborasi yang kompak antar berbagai pihak
tampaknya tidak begitu mementingkan yang terkait dengan pendidikan, karena bukan
kompetensi guru, namun mereka mampu hanya tanggung jawab guru saja.
mengajar melalui pemahaman konsep yang Sebenarnya tidak sedikit upaya yang di-
mendalam. Siswa di Jepang menghabiskan cobakan untuk meningkatkan kualitas proses
banyak waktu untuk menyelesaikan problem dan produk pembelajaran ini. Misalnya
yang menantang dan mendiskusikan konsep penyesuaian kurikulum sekolah yang secara
matematika sebagai hal yang biasa. Ini menun- rutin sekitar satu dekadean dilakukan.
jukkan bahwa mengajar merupakan kegiatan Walaupun sampai belakangan ini dengan akan

Mimbar Pendidikan
17
Tatang Herman, Tims dan Implikasinya No. 2/XXII/2003

diberlakukannya Kurikulum Berbasis banyak pihak namun masih kompartemen-


Kompetensi (KBK), jumlah mata pelajaran talistik. Oleh karena itu usaha recovery ini
yang terkandung di dalamnya masih merupakan harus dilakukan secara sinergi oleh semua
salah satu kurikulum terpadat di dunia unsur, dengan menghilangkan faktor-faktor
(Supriadi, 2000). Belum lagi melihat kandungan yang memperlemah dan mempertegas faktor-
setiap mata pelajaran yang seringkali faktor dominan. Masalah sekompleks ini tentu
dikeluhkan banyak guru. saja tidak bisa dijawab dengan gampang dan
Upaya lain yang sedang menjadi isu na- cepat, namun perlu waktu, kesabaran, dan kerja
sional dalam pendidikan matematika kita tidak keras. Siapa berani?
terlepas dari perkembangan dunia. Pendidikan
matematika realistik seperti yang sudah berkem- Daftar Pustaka
bang di Belanda sejak puluhan tahun silam,
yang dikenal Realistic Mathematics Education Dirjen Dikdasmen (2002). Pembelajaran dan
(RME), sejak beberapa tahun diujicobakan di Pengajaran Matematika Kontekstual. Jakarta:
sekolah-sekolah dasar di Bandung, Yogyakarta, Dirjen Dikdasmen.
dan Surabaya (Tim PMRI UPI, 1999). Demikian Mullis, I.V.S., dkk. (2000). TIMSS 1999: Interna-
pula pembelajaran berbasis permasalahan yang tional Mathematics Report. Boston: ISC
dikenal Contextual Teaching and Learning Stigler, J.W. & Hiebert, J.(1999). The Teaching Gap.
(CTL), sedang dikembangkan di Indonesia New York: The Free Press.
Timur (Dirjen Dikdasmen, 2002). Ditambah
Supriadi, D. (2000). Anatomi Buku Sekolah di Indo-
lagi dengan upaya-upaya inovatif lainnya yang
nesia. Yogyakarta: Adi Cita.
dimotori oleh banyak Lembaga Pendidikan
Tenaga Keguruan (LPTK) di Indonesia, walau- Tim PMRI UPI (1999). Laporan Pelaksanaan Pem-
pun hampir tidak kedengaran karena mungkin belajaran Matematika Realisti di SD/MI. Ja-
skalanya yang relatif kecil. karta: Proyek PGSM (Tidak dipublikasikan).
Semua upaya di atas tentu saja tidak akan
berhasil dengan baik walaupun dilakukan

18 Mimbar Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai