1. Filogeni (phylogeny) ilmu yang mempelajari sejarah evolusi suatu spesies atau kelompok
spesies. (1)
2. Sistematika (systematic) adalah cabang ilmu yang berfokus pada pengklasifikasian
organisme-organisme dan penentuan hubungan evolusioner mereka. (2)
3. Taksonomi adalah ilmu pemberian nama dan pengklasifikasikan organisme. (3)
a. Nomenklatur Binomial
3.1 Untuk menghindari ambiguitas nama spesies para peneliti menyebutkan organisme
dengan nama ilmiah Latin. (4)
3.2 Carolus Linnaeus abad-18 memperkenalkan Binomial sebagai format nama ilmiah yang
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama binomial adalah nama genus (jamak, genera)
yang menaungi spesies. Kedua, disebut epitet spesifik bersifat unik di dalam masing-
masing spesies dalam genus. (5)
3.3 Penamaan ilmiah huruf pertama dalam genus ditulis dengan huruf capital dan huruf
binomial dicetak miring. (6)
3.4 Nama ilmiah yang baru diciptakan harus “dilatinisasi”. (7)
3.5 Penemu spesies baru boleh memberi nama spesies dengan namanya sendiri tetapi harus
diakhiri dengan nama latin. (8)
b. Klasifikasi Berjenjang
4. Para ahli taksonomi menerapkan secara progresif kategori klasifikasi-klasifikasi yang makin
komprehensif. (10)
4.1 Sistem Taksonomi berdasarkan Linnaeus atau sistem linnean meneptakan sejumalah
genus yang berkerabat dalam famili yang sama, famili ke dalam ordo, ordo ke dalam
kelas, kelas ke dalam filum (jamak, fila), filum kedalam kingdom, dan yang terbaru
kingdom ke dalam domain. (11)
4.2 Spesies yang nampak berkerabat dekat dilihat dari karakteristiknya dikelompokkan ke
dalam genus yang sama. (12)
4.3 Unit taksonomik tertentu pada tingkat jenjang apa pun disebut takson (jamak, taksa ).
4.4 Nama takson yang lebih luas daripada genus tidak dicetak miring dan huruf awalnya
ditulis dalam huruf kapital. (13)
4.5 Tingkat klasifikasi lebih tinggi diatas genus biasanya ditentukan oleh karakter morfologi
tertentu yang dipilih para ahli taksonomi, bukan dari ukuran yang dapat diaplikasikan
pada semua organisme. (14)
26.3 Karakter-karakter yang dimiliki bersama digunakan untuk menyusun pohon filogenetik
a. Kladistika
12. Membedakan ciri-ciri homolog dari ciri-ciri analog adalah langkah pertama dalam
merekontruksi filogeni kemudian menentukan metode untuk menyimpulkan filogeni dari
karakter-karakter homolog ini. (54)
12.1 Kladistika adalah metode pendekatan sistematika berdasarkan nenek moyang
bersama sebagai kriteria primer dalam mengelompokkan organisme. (55)
12.2 Metode kladistika peneliti menempatkan spesies dalam kelompok-kelompok yang
disebut klad (clad), yang masing-masing mengandung satu spesies nenek moyang dan
semua keturunan. (56)
13. Sebuah takson yang setara dengan sebuah klad jika masuk kedalam tiga syarat kelompok.
13.1 Monofiletik (monophyletic / satu suku) adalah istilah yang mendakan bahwa
takson yang terdiri atas satu spesies nenek moyang dengan semua keturunannya. (57)
13.2 Parafiletik (parafiletik / selain suku) adalah istilah yang menandakan bahwa
takson terdiri atas satu spesies nenek moyang dan beberapa keturunannya, artinya tidak
semua keturunannya. (58)
13.3 Polifiletik (Polyphyletic / banyak suku) adalah istiah yang menandakan takson
yang terdiri dari atas anggota yang salah satunya memiliki nenek moyang bersama, dan
salah satu yang lain memiliki nenek moyang berbeda. (59)
a) Karakter nenek moyang dan karakter derivate yang dimiliki bersama
14. Karakter nenek moyang milik bersama / (shared ancestral character) adalah karakter yang
bermula pada nenek moyang satu takson. (60)
15. Karakter derivate milik bersama / (shared derived character) adalah keunikan evolusioner
terbaru pada clad tertentu. (61)
b) Menyimpulkan filogeni menggunakan Karakter Derivat
16. Setiap klad memiliki sifat unik tertentu. (62)
16.1 Keunikan tertentu pada setiap klad dapat kita ketahui dari titik mana karakter
derivat miliki bersama mucul. (63)
16.2 Informasi karakter derivat yang muncul pada titik tertentu dapat digunakan untuk
menyimpulkan hubungan evolusioner. (64)
17. Analisis filogeni menggunakan karakter derivat harus menentukan spesies kelompok
luar/outgroup (sebagai pembanding) dan kelompok dalam ingroup (yang sedang dipelajari).
(65)
18. Kelompok luar/outgroup adalah suatu spesies atau kelompok spesies dari garis keturunan
yang diketahui telah berdisvergensi sebelum garis keturuna nyang mencakup spesies yang
tengah kita pelajari dalam kelompok (ingroup). (66)
19. Penentuan ke;ompok luar/outgroup dapat ditentukan berdasarkan bukti morfologi,
paleontologi, perkembangan embrionik, dan sekuens gen. (67)
20. Perbandigan kelompok luar/outgroup dengan kelompok dalam/ingroup dapat menentukan
karakter derivat pada titik percabangan evolusi. (68)
c) Pohon Filogenetik dengan Panjang Cabang yang Proporsional
21. Beberapa diagram pohon, panjang cabang menunjukkan waktu evolusioner atau terjadinya
peristiwa.
21.1 Panjang cabang pada pohon filogenik dapat mereflesikan jumlah perubahan yang
terjadi dalam sebuah sekuens DNA tertentu pada garis keturunan tertentu.
21.2 Organisme-organnisme yang ada saat ini, semua garis keturunan dari nenek
moyang bersama yang sintas untuk jumlah tahun yang sama.
21.3 Rentang waktu kronologis yang sama pada evolusi beberapa spesies dapat
direpresentasikan dalam pohon filogenetik dengan panjang cabang yang proporsional
terhadap waktu.
21.4 Pohon yang merepresentasikan panjang cabang terhadap waktu memanfaatkan
data fosil untuk menempatkan titik percabagan dalam konteks waktu geologis.
b. Parsimoni Maksimum dan Kemungkinan Maksimum
22. Para ahli sistematika membangun pohon filogeni dari berbagai macam spesies dengan
meyempitkan kemungkinan yang ada dengan menerapkan prinsip parsimoni maksimum dan
kemungkinan maksimum
22.1 Prinsip Parsimoni Maksimum (maximum parsimony) adalah membuat pohon
filogeni berdasarkan penjelasan yang paling sederhana dan konsisten dengan fakta-fakta
morfologi dan DNA.
22.1.1 Pada filogeni yang berdasarkan morfologis pohon yang paling parsimonis
memerlukan peristiwa evolusi paling sedikit yang diukur berdasarkan asal usul
karakter morfologi derivat yang dimiliki bersama.
22.1.2 Pada filogeni berdasarkan DNA, pohon paling parsimonis memerlukan perubahan
basa paling sedikit.
22.2 Prinsip Kemungkinan Maksimum (maximum likehood) menyatakan bahwa DNA
berubah seiring waktu.
22.2.1 Sebuah pohon dapat mereflesikan peristiwa evolusioner sekuens yang paling
mungkin berdasarkan presentase laju DNA dari nenek moyang bersama.
22.2.2 Berdasarkan pohon parsimoni perubahan DNA dapat terjadi pada laju yang setara,
lambat, atau cepat di semua cabang pohon dari nenek moyang bersama
22.2.3 Program komputer yang dikembangkan berdasarkan parsimoni memperkirakan
filogeni dengan cara mengulas secara terperinci semua pohon yang mungkin dan
memilih satu atau beberapa pohon yang memerlukan perubahan evolusioner yang
paling sedikit.
a. Pohon Filogenetik sebagai Hipotesis
23. Pohon filogenetik mempresentasikan hipotesis tentang bagaimana berbagai organisme dalam
sebuah pohon berkerabat satu sama lain.
23.1 Hipotesis terbaik adalah yang paling sesuai dengan semua data morfologis dan
molekuler yang tersedia.
23.2 Hipotesis filogenetik dapat dimodifikasi jika terdapat bukti data morfologis dan
molekuler yang baru.
24. Memikirkan filogeni sebagai hipotesis dapat kita manfaatkan untuk menguji asumsi
hipotesis yang benar.
24.1 Melalui pengelompokkan filogenetik berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh dua
kelompok organisme kita dapat memprediksi spesises berkerabat dekat terdapat pada
nenek moyang bersama mereka dan semua keturunannya.
24.2 Prediksi mencangkup peristiwa masa lalu bukan hanya perubahan evolusioner
masa depan.
24.3 Organ yang terfosilisasi dapat menjadi bukti untuk memprediksi prilaku
organisme dan spesies kerabat dekatnya.