ULASAN
Kajian Filogenetika Molekuler dan Peranannya dalam
Menyediakan Informasi Dasar untuk Meningkatkan Kualitas
Sumber Genetik Anggrek
Topik Hidayat1 dan Adi Pancoro2
1
Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung 40154
2
Sekolah Ilmu Teknologi dan Hayati, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No. 10, Bandung 40132
mendokumentasikan perubahan-perubahan yang ter- yang terdapat pada outgroup. Karakter sinapomorfik
jadi selama evolusi dan mengubahnya ke dalam se- adalah karakter yang diturunkan dan terdapat pada
buah sistem klasifikasi yang mencerminkan evolusinya kelompok monofiletik. Gambar 1 memperlihatkan se-
(Systematics Agenda 2000). Oleh karena itu, salah satu buah pohon kekerabatan sebagai hasil dari analisis
tugas penting dari sistematika adalah merekonstruksi filogenetika.
hubungan evolusi (evolutionary relationship) dari ke-
lompok-kelompok organisme biologi. Sebuah hubung- Penggunaan DNA dalam Studi Filogenetik
an evolusi yang direkonstruksi dengan baik dapat digu- Karakter morfologi telah lama digunakan dalam
nakan sebagai landasan untuk melakukan penelitian- banyak penelitian filogenetika. Dengan pesatnya per-
penelitian komparatif (comparative investigations) kembangan teknik-teknik di dalam biologi molekuler,
misalnya dalam bidang ekologi dan biogeografi. seperti polymerase chain reaction (PCR) dan sequen-
Ada dua metode untuk merekonstruksi hubungan cing DNA, penggunaan sekuen DNA dalam penelitian
evolusi dari sebuah kelompok organisme biologi, yaitu filogenetik telah meningkat pesat dan telah dilakukan
fenetika dan kladistika. Kalau metode pertama me- pada semua tingkatan taksonomi, misalnya famili,
naksir hubungan evolusi berdasarkan kepemilikan ka- marga, dan spesies. Filogenetik molekuler mengombi-
rakter atau ciri yang sama (overall similarity) dari ang- nasikan teknik biologi molekuler dengan statistik
gota-anggota suatu kelompok, maka yang kedua men- untuk merekonstruksi hubungan filogenetika.
dasari sebuah hubungan pada perjalanan evolusi ka- Pemikiran dasar penggunaan sekuen DNA dalam
rakter atau ciri dari setiap anggota suatu kelompok studi filogenetika adalah bahwa terjadi perubahan
yang sedang dipelajari. Kladistika sering disebut atau basa nukleotida menurut waktu, sehingga akan dapat
ditulis di dalam literatur ilmiah sebagai filogenetika diperkirakan kecepatan evolusi yang terjadi dan akan
dan merupakan metode yang umum digunakan di dapat direkonstruksi hubungan evolusi antara satu
dalam banyak penelitian sistematika. kelompok organisme dengan yang lainnya. Beberapa
Di dalam filogenetika, sebuah kelompok organis- alasan penggunaan sekuen DNA (Hillis et al. 1996),
yaitu (1) DNA merupakan unit dasar informasi yang
me yang anggota-anggotanya memiliki banyak kesa-
mengkode organisme, (2) lebih memudahkan dalam
maan karakter atau ciri dianggap memiliki hubungan
mengekstrak dan menggabungkan informasi menge-
yang sangat dekat dan diperkirakan diturunkan dari
nai proses evolusi suatu kelompok organisme, sehing-
satu nenek moyang; nenek moyang dan semua turun-
ga mudah untuk dianalisis, (3) memudahkan dalam
annya akan membentuk sebuah kelompok monofiletik
pembuatan model dari peristiwa evolusi secara kom-
(Gambar 1). Oleh karena itu, anggota-anggota di da-
paratif, dan (4) menghasilkan informasi yang banyak
lam kelompok monofiletik ini diasumsikan membawa
dan beragam, dengan demikian akan ada banyak
sifat atau pola genetik dan biokimia yang sama (Topik
bukti tentang kebenaran suatu hubungan filogenetika.
2005).
Sekuen DNA telah menarik perhatian para prakti-
Dalam analisis filogenetika kelompok outgroup si taksonomi dunia untuk dijadikan karakter dalam
sangat dibutuhkan dan menyebabkan polarisasi karak- penelitian filogenetika karena beberapa fakta. Perta-
ter atau ciri, yaitu karakter apomorfik dan plesiomor- ma, sekuen DNA menawarkan data yang akurat me-
fik. Karakter apomorfik adalah karakter yang berubah lalui pengujian homologi yang lebih baik terhadap ka-
dan diturunkan dan terdapat pada ingroup, sedangkan rakter-karakter yang ada (Baldwin et al. 1995). Kedua,
karakter plesiomorfik merupakan karakter primitive sekuen DNA menyediakan banyak character states ka-
rena perbedaan laju perubahan basa-basa nukleotida
di dalam lokus yang berbeda adalah besar (Moritz dan
Karakter sinapomorfik/
apomorfik
Hillis 1996). Ketiga, sekuen DNA telah terbukti meng-
Kelompok hasilkan sebuah hubungan kekerabatan yang lebih
monofiletik
alami (Chase et al. 1993, Topik 2005).
Sumber karakter DNA dapat diperoleh dari inti
(nDNA), kloroplas (cpDNA), dan mitokondria
Outgroup
(mtDNA). Tabel 1 memuat beberapa sistem gen dan
genom yang telah digunakan dalam penelitian filo-
Karakter genetika molekuler.
plesiomorfik
Analisis filogenetika molekuler merupakan proses
Gambar 1. Pohon kekerabatan dan polarisasi karakter dalam anali-
sis filogenetika. bertahap untuk mengolah data sekuen DNA atau pro-
Sumber: Topik (2005). tein sehingga diperoleh suatu hasil yang menggambar-
2008 T. HIDAYAT DAN A. PANCORO: Kajian Filogenetika Molekuler dan Peranannya 37
Tabel 1. Beberapa sistem gen dan genom dalam studi filogenetik Selain rutin dilakukan pada anggrek, hibridisasi de-
molekuler
ngan teknik ini juga telah diterapkan pada tanaman
Gen atau genom Metode buah-buahan, misalnya jeruk dan apokat (Witjaksono
DNA kloroplas Analisis restriksi dan Litz 2002).
Gen rbcL dari DNA kloroplas Analisis sekuen DNA Karena dalam hibridisasi terjadi penggabungan
Gen matK dari DNA kloroplas Analisis sekuen DNA
DNA mitokondria Analisis sekuen DNA dua atau lebih sifat dari jenis tanaman yang berbeda,
Gen RNA inti Analisis sekuen DNA maka prasyaratnya adalah tanaman-tanaman tersebut
Daerah ITS dari nrDNA Analisis sekuen DNA harus memiliki pola genetik yang sama (Frowine
Kelompok gen repetitive:
Knob heterokromatin Analisis sekuen DNA 2005), sehingga memiliki kecenderungan untuk men-
Gen CAB Analisis sekuen DNA jalani jalur evolusi yang sama (Li dan Graur 1991).
Gen rbcS Analisis sekuen DNA Dengan kata lain bahwa tanaman-tanaman yang akan
Gen kopi tunggal Analisis sekuen DNA
dihibridisasi harus memiliki hubungan evolusi atau
kekerabatan (filogenetika) yang dekat. Dalam konteks
filogenetika, tanaman-tanaman ini harus memiliki
kan estimasi mengenai hubungan evolusi suatu ke-
hubungan monofiletik, yaitu berasal dari satu nenek
lompok organisme. Menurut Hershkovitz dan Leipe
moyang yang sama. Sebaliknya, jika hubungan keke-
(1998) ada sejumlah asumsi yang harus diperhatikan
rabatan tanaman-tanaman yang akan dihibridisasi
sebelum menggunakan data sekuen DNA atau protein
adalah non monofiletik maka salah satu yang timbul
dalam analisis filogenetika, di antaranya, yaitu (1) se-
adalah reaksi penolakan karena tidak ada kecocokan
kuen berasal dari sumber yang spesifik, yaitu dari inti,
genetik seperti yang sering terjadi dalam banyak kegi-
kloroplas atau mitokondria, (2) sekuen bersifat homo-
atan hibridisasi (Frowine 2005).
log (diturunkan dari satu nenek moyang), (3) sekuen
memiliki sejarah evolusi yang sama (misalnya bukan
dari campuran DNA inti dan mitokondria), dan (4) se- HUBUNGAN FILOGENETIK PADA ANGGREK
tiap sekuen berkembang secara bebas. SUBTRIBE AERIDINAE
Paling sedikit ada tiga tahap penting dalam ana- Subtribe Aeridinae merupakan salah satu kelom-
lisis filogenetika molekuler, yaitu sequence alignment, pok tanaman anggrek dengan jumlah anggota besar,
rekonstruksi pohon filogenetika, dan evaluasi pohon sangat beranekaragam, dan rumit dalam konteks tak-
filogenetika dengan uji statistik. Untuk merekonstruksi sonomi. Kelompok, yang kebanyakan anggotanya me-
pohon filogenetika, saat ini telah tersedia beraneka ra- miliki nilai komersial tinggi sebagai tanaman hias tum-
gam program komputer, misalnya Phyllip, PAUP, dan buh secara monopodial dan kebanyakan hidup seba-
MrBayes. gai epifit yang menyebar luas di daerah temperata,
daerah tropis Asia, Australia, kepulauan pasifik di se-
HIBRIDISASI PADA ANGGREK DAN KUALITAS belah timur, bahkan sampai ke Afrika di sebelah barat.
SUMBER GENETIK Analisis filogenetika molekuler terhadap anggrek
Peningkatan kualitas sumber genetik melalui hi- subtribe Aeridinae dengan menggunakan sekuen DNA
bridisasi pada tanaman anggrek telah lama dilakukan dari inti dan kloroplas menghasilkan beberapa kelom-
orang. Pada prinsipnya, hibridisasi adalah mengga- pok monofiletik, yang disebut dengan istilah alliance
bungkan sifat unggul dari dua jenis tanaman, atau bah- (Topik et al. 2005, Gambar 2). Kebanyakan sampel
kan lebih, melalui berbagai teknik. Hibridisasi pada anggrek yang digunakan dalam penelitian ini hidup liar
anggrek umum terjadi di alam dengan bantuan polina- di hutan-hutan belantara hutan hujan tropis. Selain
tor (Dressler 1993), dan secara buatan manusia dapat memiliki implikasi terhadap dunia taksonomi anggrek
menjadi fasilitator untuk terjadinya penyerbukan. Aeridinae itu sendiri, hasil penelitian ini diharapkan
berimplikasi positif terhadap upaya-upaya berbagai
Secara sederhana, hibridisasi dilakukan dengan
pihak untuk meningkatkan kualitas sumber genetiknya
mengambil serbuk sari menggunakan kuas, selanjut-
melalui kegiatan hibridisasi.
nya serbuk sari tersebut dengan hati-hati diletakkan di
atas putik tanaman anggrek yang berbeda jenis. De- Berdasarkan Gambar 2, maka dapat direkomen-
ngan pesatnya kemajuan bioteknologi melalui hibridi- dasikan bahwa hibridisasi dapat dilakukan antarjenis
sasi somatik, dapat dilakukan fusi sel somatik, yang di- di dalam alliance yang sama, misalnya pada alliance
sebut dengan fusi protoplas. Melalui fusi protoplas, Aerides. Pada alliance ini terdapat beberapa jenis dari
maka sifat-sifat unggul dari dua jenis tanaman dapat marga Aerides, Vanda, Ascocentrum, Trudelia, Chris-
digabungkan, yang tidak dapat digabungkan secara tensonia, Paraphalaenopsis, Rhyncostilis, Seidenfade-
seksual maupun aseksual (Witjaksono et al. 1998). nia, Holcoglossum, dan Neofinetia, yang satu dengan
38 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 4 NO. 1
96 69 Holcoglossum amesianum
Holcoglossum tsii
Papilionanthe subulata
Seidenfadenia mitrata
Paraphalaenopsis labukensis
Rhyncostylis retusa
58 100 Gastrochilus japonicus
Cabang 1 83 Gastrochilus calceolaris
Armodorum sullingi
76 Lusia teres
98 100 Lusia amesiana Alliance Luisia
74 Dryadorchis singularis
Esmeralda clarkei
77 Renanthera angustifolia
Ascoglossum calopterum
100 Jumellea sagittata
Angraecum scottianum
Microterangis hariotiana
Outgroup
Gambar 2. Pohon filogenetika berdasarkan data gabungan dari sekuen DNA kloroplas (gen matK) dan inti (daerah ITS) menggunakan program
PAUP. Angka menunjukkan nilai bootstrap (Topik et al. 2005).
lainnya dapat dihibridisasi. Di pasar tanaman anggrek dan Rhyncostilis. Persilangan dengan anggrek liar
hias, banyak sekali hibrid-hibrid yang diperoleh dari dalam alliance ini seperti Christensonia, Seidenfa-
hibridisasi antarmarga (intergeneric) atau antarjenis denia, dan Paraphalaenopsis telah menambah plasma
dalam satu marga (infrageneric) dalam alliance ini, nutfah anggrek Aeridinae (Topik 2005).
misalnya yang paling populer adalah Aerides, Vanda,
2008 T. HIDAYAT DAN A. PANCORO: Kajian Filogenetika Molekuler dan Peranannya 39
Tabel 2. Contoh anggrek hibrid intergenerik dan infragenerik dalam alliance Aerides.
Contoh lainnya yang menarik untuk dibahas ada- Masih banyak petani, dalam hal ini sebagai pelaku
lah alliance Phalaenopsis. Biasanya para pelaku horti- hortikultura, yang tidak acuh terhadap perkembangan
kultura hanya melakukan hibridisasi antarjenis dalam ilmu, mungkin karena keterbatasan ilmu dan penge-
marga Phalaenopsis. Tetapi, seperti dapat dilihat pada tahuan yang mereka miliki. Kolaborasi antara
Gambar 2, dapat direkomendasikan bahwa jenis dari stakeholders dapat ditingkatkan di masa yang akan
marga Phalaenopsis juga dapat dihibridisasi dengan datang. Kolaborasi ini hendaknya diwujudkan dengan
jenis dari marga Lesliea, Doritis, dan Nothodoritis. Da- membentuk jejaring antara peneliti botani di lembaga
lam konteks taksonomi, Yukawa et al. (2005) bahkan penelitian maupun di perguruan tinggi dengan petani
mengusulkan unifikasi dari marga-marga dalam Pha- di lapang sebagai ajang pertukaran informasi. Melalui
laenopsis alliance menjadi satu marga, yaitu Doritis. jejaring ini diharapkan penelitian yang dilakukan pene-
Hal ini disebabkan karena sangat dekatnya hubungan liti botani sinergis dengan yang dibutuhkan oleh
genetik dan evolusi mereka. petani.
Tabel 2 menyajikan beberapa contoh anggrek
hibrid dari kelompok monofiletik alliance Aerides. DAFTAR PUSTAKA
Baldwin, B.G., M.J. Sanderson, J.M. Porter, M.F.
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS Wojciechowski, C.S. Campbell, and M.J. Donoghue.
SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN ANGGREK 1995. The ITS region of nuclear ribosomal DNA: A
valuable source of evidence on Angiosperm phylogeny.
Pada bagian terakhir makalah ini disampaikan Annual Missouri Botanic Garden 82:247-277.
bahwa upaya peningkatan kualitas sumber genetik
Chase, M.W., D.E. Soltis, and R.G. Olmstead. 1993.
dan plasma nutfah dari berbagai produk pertanian Phylogenetics of seed plants: An analysis of nucleotide
tidak akan berjalan baik tanpa kerja sama yang baik sequences from the plastid gene rbcL. Annual Missouri
dan berkelanjutan antara para stakeholders seperti Botanic Garden 80:528-580.
peneliti, petani, dan pemerintah. Sebenarnya berbagai
Dressler, R.L. 1993. Phylogeny and classification of the
model aktivitas kolaborasi untuk kegiatan serupa su- orchid family. Dioscorides Press, Portland, Oregon.
dah dibangun dan dikembangkan. Pemerintah pusat
pada beberapa tahun ke belakang telah menawarkan Frowine, S.A. 2005. Orchids for Dummies. Wiley Publishing,
Indianapolis.
hibah-hibah penelitian yang mensyaratkan adanya
kolaborasi antara peneliti, petani, perusahaan, dan Gravendeel, B. 2000. Reorganising the orchid genus Coelo-
pemerintah setempat, tetapi implementasi di lapang gyne: A phylogenetic classification based on morph-
ology and molecules. National Herbarium Nederland.
menemui banyak kendala.
Peneliti, dalam hal ini peneliti dalam bidang bo- Hershkovitz, M.A. and D.D. Leipe. 1998. Phylogenetic
analysis. In Baxevanis, A.D. and B.F. Oullette (Eds.).
tani, mengalami kesulitan dalam melakukan kajian
Bioinformatics a Practical Guide to The Analysis of
dan mendiseminasi hasil-hasil kajian mereka yang Genes and Proteins. John Wiley and Sons, New York.
relevan karena terbatasnya sarana dan prasarana.
40 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 4 NO. 1
Hillis, D.M., C. Moritz, and B.K. Mable. 1996. Molecular Topik H. 2005. Systematic study of subtribe Aeridinae
nd
Systematic. 2 Ed. Sinauer Assocites, Massachusetts. (Orchidaceae). Disertasi The University of Tokyo,
Japan.
Li, W-H. and D. Graur. 1991. Fundamentals of Molecular
Biology. Sinauer Associates. Massachusetts. Witjaksono, R.E. Litz, and J.W. Grosser. 1998. Protoplast
isolation, culture and somatic embryo regeneration in
Moritz, C. and D.M. Hillis. 1996. Molecular systematics: avocado (Persea americana Mill.). Plant Cell Rep.
Context and controversies. In Hillis, D.M., C. Moritz, 18:235-242.
nd
B.K. Mable. (Eds.). Molecular Systematics, 2 edition,
Sinauer Associate, Sunderland, MA, USA. p. 1-13. Witjaksono and R.E. Litz. 2002. Somatic embryogenesis of
avocado and its application for plant improvement.
Systematics Agenda. 2000. Charting the Biosphere. Tech- Proceeding of the International Symposium on Tropical
nical Report. Herbarium, New York Botanical Garden, th st
and Subtropical Fruits. 26 November-1 December
USA. 2000. Cairns, Australia. Acta Hort. 575:133-138.
Topik, H., T. Yukawa, and M. Ito. 2005. Molecular phylo- Yukawa, T., K. Kita, T. Handa, H. Topik, and M. Ito. 2005.
genetics of subtribe Aeridinae (Orchidaceae): Insights Molecular phylogenetics of Phalaenopsis (Orchidaceae)
from plastid matK and nuclear ribosomal ITS and allied genera: Re-evaluation of generic concepts.
sequences. J Plant Res. 18:271-284. Acta Phytotaxonomi et Geobotany 56:141-162.