PANDANG ISLAM*
Segala puji bagi Allah Yang Maha Sempurna dalam segala sifat dan perbuatan-Nya, Yang
Maha Adil dalam segala hukum-Nya, Yang Maha Bijaksana dalam segala keputusan-Nya.
Selawat dan salam buat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diutus
untuk sebagai pembawa rahmat kepada seluruh alam.
Berikutnya terima kasih banyak kami ucapkan kepada panitia seminar, yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk sebagai pembicara dalam kesempatan ini.
Semoga Allah memberikan taufiq dan ‘inayah kepada kami dalam menyampaikan makalah
kami pada kesempatan ini.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini kami kami diberi kepercayaan oleh panitia untuk
berbicara tentang: “Terminologi Hati Ditinjau Dari Sudut Pandang Islam”.
1. Muqaddimah.
2. Kosep hati menurut Islam.
3. Makna dan pengertian hati.
4. Ciri dan sifat hati yang baik.
5. Bentuk dan jenis penyakit hati.
6. Tips dan trik mengobati hati yang sakit.
7. Tindakan proventif dalam menjaga hati.
8. Konsep Aqidah Terkait hati:
9. Penutup dan kesimpulan.
Namun perlu kita ketahui bahwa kerupawanan seseorang akan membawa kepada kehinaan
bila tidak disertai oleh keindahan hati yang dihiasi oleh iman dan amal sholeh.
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang sehina-hinanya (neraka), kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya”.
Dari sini dapat kita pahami bahwa pokok kemulian bukanlah pada rupa, serta tidak pula pada
harta dan jabatan. Akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan seseorang.
“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kalian, dan akan tetapi Ia
memandang kepada hati dan amalan kalian”.
Namun penentu baik dan buruknya amalan seseorang amat bergantung kepada hati. Maka
hati adalah bagaikan generator bagi seluruh anggota badan. Kedudukan hati di antara anggota
badan bagaikan raja di tengah kerajaan. Semua gerak-gerik anggota badan akan bergantung
kepada hati sebagaimana gerak-gerik anggota pasukan bergantung kepada raja. Bila raja
bersifat baik maka prajuritnya pun akan baik pula, sebaliknya bila raja memiliki prilaku
buruk maka bala tentaranya pun akan berprilaku buruk pula.
Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan kepada kita
tentang hal tersebut dalam sabdanya:
“Ketahuilah! Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka
baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! ia
adalah hati”.
Hati adalah ciptaan Allah yang luar biasa, dimana hati menyimpan berjuta-juta rahasia yang
tidak mungkin untuk diketahui manusia kecuali segelitir saja dari rahasia-rahasia tersebut. Ini
menunjukkan betapa luasnya ilmu dan kekuasaan Allah. Maka oleh sebab itu menyuruh kita
agar merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah pada diri kita.
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Semoga melalui apa yang kita bahas pada kesempatan kali ini dapat sebagai mediator untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Disaat kita mencoba mengenal
sekelumit dari keluarbiasaan kekuasaan Allah dalam diri kita.
Kata-kata hati dalam bahasa arab dinamai dengan beberapa nama, diantaranya: Al Qalbu, Al
Fuadu, dan Ash Shadru.
.)1772( ” وصححه اْللباني فِي “الصحيحة،)4/6( ت غ َْليا ً» رواه أحمد َ َ « َل َق ْلبُ اب ِْن آدَ َم أ
ْ َشدُّ ا ْن ِق ََلبًا ِمنَ ال ِقد ِْر إِذَا اجْ ت َ َمع
“Sungguh hati anak Adam lebih cepat berbolak-balik dari periuk yang sedang sangat
mendidih”.
Maka hati akan ditanya tentang apa yang ia pikirkan dan apa yang diyakininya.
]19/ُور} [غافر
ُ صدُّ {يَ ْعلَ ُم خَائِنَةَ ْاْل َ ْعي ُِن َو َما ت ُ ْخ ِفي ال
“Dia mengetahui mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
“Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam
dada”.
Menurut sebagian ahli kesehatan bahwa akal tempatnya di otak, akan tetapi menurut para
ulama Islam akal tempatnya di hati. Dianatara para ulama tersebut seperti Al Qurtubi[1], Al
baghawi dalam kitab tafsirnya[2], Ibnu Taimiyah dalam kitab majmu’ fatawa[3] dan Ibnu
Katsir dalam tafsirnya[4].
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memikirkan”.
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak mereka pergunakan untuk memikirkan (ayat-ayat
Allah)“.
Syeikh Islam ibnu Taimiyah dan murid beliau Ibnul Qoyyim menjelaskan hubungan antara
dua unsur yang terpenting diatas, yaitu hubungan anatara hati dan otak.
Berkata syeikh Islam Ibnu Taimiyah: Sumber pikiran dan pandangan berasal dari otak
sedangan sumber emosional (Irodah) adalah berasal dari hati.
Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya “At Tibyaan fi Aqsaamil Qur’an“: Mani bila
telah berumur enam hari apabila ia membeku timbul di tengah-tengahnya suatu titik maka
itulah tempat jantung. Kemudian muncul satu titik pula diatasnya maka itu adalah otak. Lalu
muncul pula satu titik di arah kanannya maka itulah hati (al kabid). Kemudian titik tersebut
semakin berkembang”.
Sering dalam bahasa sehari-hari kita memahami bahwa hati adalah bagian tubuh yang disebut
dalam bahasa arabnya Al Kibdah. Pada hal dalam Al Qur’an dan sunnah serta penjelasan para
ulama yang disebut hati adalah yang disebut jantung dalam bahasa kita sehari-hari. Maka
oleh sebab itu penyakit serangan jantung dalam bahasa Arab disebut saktatul Qalb.
Sebagaimana Allah gambarkan tentang hati orang-orang yang beriman ketika mendengar
ayat-ayat Allah:
]2/ت َعلَ ْي ِه ْم آَيَاتُهُ زَ ادَتْ ُه ْم إِي َمانًا َو َعلَى َربهِ ِه ْم يَت ََو َّكلُونَ }[اْلنفال
ْ َت قُلُوبُ ُه ْم َوإِذَا ت ُ ِلي َّ {إِنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذ ُ ِك َر
ْ َّللاُ َو ِجل
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allahgemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
Hal ini terbukti dalam kehidupan para sahabat ketika mendengarkan nasehat dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang diceritakan oleh ‘Irbadh bin Sariyah
radhiallahu ‘anhu:
ت ِم ْن َها ْالقُلُوبُ )) رواه أبو
ْ َت ِم ْن َها ْالعُيُونُ َو َو ِجل
ْ َظةً بَ ِليغَةً ذَ َرف َ ذَاتَ يَ ْو ٍم ث ُ َّم أ َ ْقبَ َل َعلَ ْينَا فَ َو َع-r- ِّللا
َ ظنَا َم ْو ِع ُ صلَّى ِبنَا َر
َّ سو ُل َ ((
.داود والترمذي وابن ماجه
“Pada suatu Rasulullah shalat mengimami kami, setelah itu beliau menghadap kearah kami,
lalu beliau menyampaikan nasehat yang sangat dalam. membuat air mata menetes dan
membuat hati bergetar (tersentuh).”
Hadits ini menunjukkan tentang betapa baiknya hati para sahabat, sehingga amat mudah
terkesan dengan nasehat yang mereka dengar.
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Dalam ayat yang mulia ini Allah memerintahkan untuk bersabar setelah perintah untuk
berbuat taat kepada-Nya dan kepada rasul-Nya. Ini menunjukkan bahwa dalam melakukan
ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya amat butuh pada kesabaran.
Kedua: sabar dalam mengendalikan diri dari hal-hal yang diharamkan dalam agama. Untuk
hal ini Allah sebutkan dalam firman-Nya:
Ketiga: sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian (musibah) dari Allah. Seperti Allah
sebutkan dalam firman-Nya:
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka
dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Sebagaimana Allah gambarkan kepada kita tentang kisah pemuda ashabul kafi bahwa mereka
pemuda-pemuda yang teguh pendiriannya dalam memegang kebenaran.
ِ ت َو ْاْل َ ْر
ض لَ ْن نَدْع َُو ِم ْن ْ َ) َو َرب13( إِنَّ ُه ْم فِتْيَةٌ آ َ َمنُوا بِ َربهِ ِه ْم َو ِزدْنَا ُه ْم ُهدًى
َّ طنَا َعلَى قُلُوبِ ِه ْم إِذْ قَا ُموا فَقَالُوا َربُّنَا َربُّ ال
ِ س َم َاوا
]14 ،13/طا [الكهف ً طَ ش َ د ُو ِن ِه ِإلَ ًها لَقَدْ قُ ْلنَا ِإذًا
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan
Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu
mereka berdiri.”
Di zaman kita ini betapa banyaknya orang yang ragu-ragu dan plin-plan serta bimbang dalam
meyakini dan memperjuangkan kebenaran. Hal itu disebabkan tidak adanya kemantapan hati
dalam meykini sebuah kebenaran.
Banyak sekali ayat-ayat maupun hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan sifat pemaaf dan
mencela sifat balas dendam.
اء
ِ اء َوالض ََّّر ْ ض أ ُ ِعد
ِ ) الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ ِفي الس ََّّر133( ََّت ِل ْل ُمتَّقِين ُ س َم َواتُ َو ْاْل َ ْر ُ ارعُوا ِإلَى َم ْغ ِف َر ٍة ِم ْن َر هِب ُك ْم َو َجنَّ ٍة َع ْر
َّ ض َها ال ِ س
َ َو
]134 ،133/ّللاُ ي ُِحبُّ ال ُمحْ ِسنِينَ [آل عمران ْ َّ اس َوِ َّظ َوالعَافِينَ َع ِن الن ْ ْ ِ َو ْالك
َ َاظ ِمينَ الغَ ْي
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan.”
]199/ض َع ِن ْال َجا ِهلِينَ [اْلعراف ِ ُخ ِذ ْالعَ ْف َو َوأْ ُم ْر بِ ْالعُ ْر
ْ ف َوأَع ِْر
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah
dari pada orang-orang yang bodoh.”
Dalam kenyataan hidup kita sehari-hari pada saat ini amat jarang kita temukan orang suka
pemaaf terhadap sesama.
Pertama: Asy Syubuhaat (berhubungan dengan keyakinan) yaitu menyenagi segala bentuk
keyakinan yang kufur dan sesat, seperti syirik, nifaq dan bid’ah dan seterusnya.
Kedua: Asy Syahawaat (berhubungan dengan akhlak) yaitu menyenangi berbagai macam
bentuk maksiat. Diantaranya ada yang berhubungan dengan kepuasan sex, seperti zina, onani,
lesbian, homosex dan sterusnya. Dan diantaranya ada pula yang behubungan tingkah laku,
seperti sombong, hasad, dengki, congkak dan seterusnya.
Berbagai jenis penyakit hati lahir dari dua bentuk penyakit diatas, diantaranya:
1. Al Gahflu (Lalai).
Allah mencela hati yang lalai dari merenungkan, memikirkan dan memahami ayat-ayat Allah,
sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur’an:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
“Tidaklah datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari
Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main, (lagi) hati
mereka dalam keadaan lalai.”
Kondisi ini timbul pada saat seseorang takut atas kehilangan sesuatu yang telah diperolehnya,
atau takut tidak memperoleh apa yang diharapkannya.
Oleh sebab itu Allah melarang rasul-Nya untuk tidak bersedih dan terhadap tipu daya orang-
orang kafir kuraisy.
Demikian pula perkataan para malaikat kepada nabi Luth, tatkala kaumnya akan dihacurkan
Allah. Sebagaimana firman Allah:
ْ ف َو ََّل تَحْ زَ ْن إِنَّا ُمنَ ُّجوكَ َوأ َ ْهلَكَ إِ ََّّل ا ْم َرأَتَكَ كَان
ََت ِمن ْ ضاقَ بِ ِه ْم ذَ ْرعًا َوقَالُوا ََّل تَ َخ ً سلُنَا لُو
َ طا ِسي َء بِ ِه ْم َو ْ َولَ َّما أ َ ْن َجا َء
ُ ت ُر
]33/ْالغَا ِب ِرينَ [العنكبوت
“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah
karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak punya kekuatan untuk melindungi mereka
dan mereka berkata: “Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya kami
akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu. kecuali isterimu, dia adalah termasuk
orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).”
Kondisi ini timbul ketika seseorang ditimpa musibah seperti kehilangan sesuatu yang amat
dicintainya, atau gagal memperolehnya, bisa berupa harta ataupun jiwa. Banyak kita
sakaikan dalam kehidupan kita sehari-hari orang yang mengambil jalan pintas dengan cara
bunuh diri atas kesusahan dan kesulitan yang menimpanya.
Pada hal Allah mengharamkan untuk berputus asa dari rahmat-Nya, sebagaimana firman
Allah:
ٌ وس قَنُو
]49/ط [فصلت ٌ ُ ش ُّر فَ َيئ َّ اء ْال َخي ِْر َو ِإ ْن َم
َّ سهُ ال ِ ْ ََّل َي ْسأ َ ُم
َ اْل ْن
ِ سانُ ِم ْن د ُ َع
“Tidak pantas Manusia itu jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka
dia menjadi putus asa lagi putus harapan.”
]87/ّللاِ إِ ََّّل ْالقَ ْو ُم ْالكَافِ ُرونَ [يوسف ُ ّللاِ إِنَّهُ ََّل يَ ْيئ
َّ َِس ِم ْن َر ْوح ُ َ َو ََّل ت َ ْيئ
َّ ِسوا ِم ْن َر ْوح
“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dapat
memaham (kebenaran)i, atau mempunyai telinga yang dapat mendengar (kebenaran)?
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada.”
Hati yang secara fisik terlihat lentur dan lunak namun pada hakikatnya bisa lebih keras dari
batu saat diberi nasehat. Bahkan batu bisa lebih lunak dari sebagian hati manusia.
Sebagaimana Allah ceritakan tentang hati orang-orang Bani Israil dalam surat Al baqarah:
“Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan
diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan
diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-
sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
Sebagaimana Allah gambarkan tentang hati orang-orang munafiq dalam ayat berikut ini:
س ُه ْم َو َما َّ َ) ُيخَا ِدعُون8( َاّلِلِ َو ِب ْال َي ْو ِم ْاْلَ ِخ ِر َو َما ُه ْم ِب ُمؤْ ِمنِين
َ ُّللاَ َوالَّذِينَ آَ َمنُوا َو َما َي ْخدَعُونَ ِإ ََّّل أ َ ْنف َّ اس َم ْن َيقُو ُل آ َ َم َّنا ِب
ِ ََّو ِمنَ الن
َ
]10-8/ّللاُ َم َرضًا َولَ ُه ْم َعذَابٌ أ ِلي ٌم بِ َما كَانُوا يَ ْك ِذبُونَ [البقرة َّ ض فَزَ ادَ ُه ُم ُ ُ
ٌ ) فِي قلوبِ ِه ْم َم َر9( َيَ ْشعُ ُرون
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya
sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
Penyakit ini Allah masukkan ke dalam hati orang-orang kafir dan musyrik.
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan
tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal
orang-orang yang zalim.”
Ini adalah sifat hati orang kafir yang sudah tidak mau menerima peringatan dan seruan untuk
beriman kepada Allah dan hari akhir.
ٌ َاوة
َ ار ِه ْم ِغش
ِ صَ س ْم ِع ِه ْم َو َعلَى أ َ ْب َّ ) َخت ََم6( َس َوا ٌء َعلَ ْي ِه ْم أَأَ ْنذَ ْرتَ ُه ْم أ َ ْم لَ ْم ت ُ ْنذ ِْر ُه ْم ََّل يُؤْ ِمنُون
َ ّللاُ َعلَى قُلُو ِب ِه ْم َو َعلَى َ ِإ َّن الَّذِينَ َكفَ ُروا
]7 ،6/َولَ ُه ْم َعذَابٌ َع ِظي ٌم [البقرة
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak
kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan
pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat
berat.”
الرا ِس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم َّ فَأ َ َّما الَّذِينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم زَ ْي ٌغ فَيَت َّ ِبعُونَ َما تَشَابَهَ ِم ْنهُ ا ْبتِغَا َء ْال ِفتْنَ ِة َوا ْبتِغَا َء تَأ ْ ِوي ِل ِه َو َما َي ْعلَ ُم تَأ ْ ِويلَهُ إِ ََّّل
َّ ّللاُ َو
]7/َيقُولُونَ آ َ َمنَّا ِب ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َر ِبهنَا [آل عمران
“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti sebahagian ayat-ayat yang samar-samar, untuk menimbulkan fitnah untuk
mencari-cari ta’wilnya.”
Demikian pula disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
“Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas dan yang harampun sudah jelas. Dan diantar
keduanya ada perkara yang sama-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Barangsiapa yang menjauhi sesuatu yang samar-samar berarti ia telah menjaga agama dan
kehormatannya. Barangsipa yang melakukan sesuatu yang sama-samar maka ia telah jatuh
kepada yang haram. Bagaikan sipenggembala yang mengegembala di batas pagar, boleh
jadi ia akan masuk kedalamnya. Sesungguhnya setiap raja memiliki batas, sesungguhnya
batasan Allah adalah perkara-perkara yang haram. Ketahuilah sesungguhnya dalam jiwa
seseorang terdapat segumpal daging. Apabila ia baik maka baiklah seluruh jasdnya. Dan
apabila rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah! Ia adalah hati.”
10. Beroyalitas kepada orang kafir.
Salah satu jenis penyakit hati yang sangat dicela dan berbahaya adalah beroyalitas kepeada
orang kafir. Seperti membela keyakinan mereka dengan alasan torelasi dan menyalahkan
orang yang menentang keyakinan mereka. Penyakit ini mulai terjangkit dengannya sebagian
intelektual zaman ini. Hal ini sangat diharamkan atas seorang muslim sebagaimana terdapat
dalam firman Allah berikut ini:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi penolong-penolong(mu); sebahagian mereka adalah penolong ahagian
yang lain. Barangsiapa diantara kamu yang mengambil mereka menjadi penolong, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada
penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan
Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.”
Diera kemajuan informasi ini banyak sekali hal-hal yang dapat meragukan dan
membibangkan seseorang terhadap kebenaran. Bahkan tidak bisa membedakan antara yang
baik dengan yang buruk, antara yang batil denga yang hak, antar kafir dan iman, antara tauhid
dan syirik, anatar sunnah dan bid’ah. Seperti keraguan tentang kekalan kehidupan akhirat dan
kejadian hari kiamat. Kebimbangan terhadap kebenaran adalah salah satu penyakit hati yang
di sebutkan Allah dalam firman-Nya berikut.
“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka
selalu bimbang dalam keraguannya.”
“Apakah dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena)
takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka
itulah orang-orang yang zalim. Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan rasul-Nyauntuk memberi keputusan di antara mereka,ialah
ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”
Hati yang sakit dan tidak diimunisasi dengan ilmu dan amal sholeh akan sangat mudah
terpengaruh oleh rayuan setan. Sebagaiamana terdapat dalam firman Allah berikut ini:
]53/ض َو ْالقَا ِسيَ ِة قُلُوبُ ُه ْم [الحج
ٌ طانُ فِتْنَةً ِللَّذِينَ فِي قُلُو ِب ِه ْم َم َر َّ ِليَجْ َع َل َما ي ُْل ِقي ال
َ ش ْي
“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu sebagai ujian bagi orang-
orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya.”
“Fitnah-fitnah akan merajut hati seperti rajutan tikar, sedikit demi sedikit. Setiap hati yang
terpengaruh dengannya akan terdapat dalamnya bintik hitam. Dan setiap hati yang
menolaknya akan terdapat dalamnya bintik putih. Sehingga dari kedua hati tersebut salah
satu dari keduanya menjadi putih bagaikan batu putih jernih. Maka fitnah tidak mampu
mempengaruhinya selama berdirinya langit dan bumi. Dan hati yang lain menjadi hitam
lebam. Bagai mangkok yang terlungkup, tidak kenal yang ma’ruf dan tidak pula yang
mungkar, kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya.”
Sesungguhnya dosa sangat mempengaruhi hati seseorang, setiap berbuat dosa akan tetancap
bintik hitam pada hati seseorang tersebut. Ibarat besi yang semakin hari dililit karat, bila
sudah terlalu tebal maka untuk menghilangkannya akan sangat sulit dan butuh pada waktu
yang cukup lama. Diterjen yang paling manjur untuk membersihhkan karat hati adalah taubat
dan istighfar.
Amat banyak sekali ayat-ayat maupun hadits-hadits yang memerintahkan agar kita senantiasa
bertobat dan memohon ampunnan dari Allah.
Seperti perintah nabi Huud ‘alaihis salam kepada kaumnya yang terdapat dalam fiman
Allah:
]52/ارا َويَ ِزدْ ُك ْم قُ َّوة ً ِإلَى قُ َّوتِ ُك ْم َو ََّل تَت ََولَّ ْوا ُمجْ ِر ِمينَ [هود َّ َويَا قَ ْو ِم ا ْست َ ْغ ِف ُروا َر َّب ُك ْم ث ُ َّم تُوبُوا ِإلَ ْي ِه ي ُْر ِس ِل ال
ً س َما َء َعلَ ْي ُك ْم ِمد َْر
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat
dosa.”
Demikian pula perintah nabi Syu’aib ‘alaihis salam kepada kaumnya dalam firman Allah:
]90/َوا ْست َ ْغ ِف ُروا َر َّب ُك ْم ث ُ َّم تُوبُوا ِإلَ ْي ِه ِإ َّن َر ِبهي َر ِحي ٌم َود ُودٌ [هود
Agar hati kita tenang ketika berihtiar dan berusaha, hendaklah kita bertawakal sepenuhnya
kepada Allah. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
keperluannya.
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Dalam menjalani hidup sehari-hari pasti kita akan mengalami kondisi yang saling berbeda.
Tidak ada seorangpun yang tidak mengalami cobaan dan ujian. Karena Allah telah
menjadikan kehidupan ini untuk melihat siapa yang lulus dari ujian.
َ َّللاُ الَّذِين
صدَقُوا َولَيَ ْعلَ َم َّن َّ ) َولَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ِه ْم فَلَيَ ْعلَ َم َّن2( َاس أ َ ْن يُتْ َر ُكوا أ َ ْن يَقُولُوا آ َ َمنَّا َو ُه ْم ََّل يُ ْفتَنُون َ أ َ َحس
ُ َِّب الن
]3 ،2/ْالكَا ِذبِينَ [العنكبوت
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-
orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-
orang yang sabar.”
Al Qur’an adalah kitab suci yang oenuh berkah disamping sebagai petunjuk, rahmat dan
pelajaran. Ia juga sebagai obat dan penawar bagi berbagai penyakit hati, sebagaimana Allah
sebutkan dalam firmannya:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman.”
Dan firman Allah:
]82/ارا [اْلسراء
ً س َّ َونُن ِ هَز ُل ِمنَ ْالقُ ْرآ َ ِن َما ه َُو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ َو ََّل يَ ِزيدُ ال
َ ظا ِل ِمينَ ِإ ََّّل َخ
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian.”
Mempelajari ilmu akidah berdasarkan dalil-dalil syar’i akan menyembuhkan hati kita dari
berbagai bentuk penyakit syubuhat (Kesesatan) dalam hati. Seperti penyakit ragu, nifaq,
syirik, bid’ah dan lain-lain.
Oleh sebab itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selama tiga belas tahun di
Makkah menyeru kepada tauhid dan memperbaiki aqidah orang kafir Quraisy. Demikian pula
ayat-ayat yang turun di Makkah jika kita perhatikan hanya berbicara tentang tauhid dan
Aqidah. Demikian tugas seluruh para rasul dan nabi mengajak manusia untuk mengetahui
tentang pentingnya tauhid dan betapa berbahayanya syirik. Jika kiata membaca surat yang
pertama turun adalah perintah untuk membaca dan menulis karena keduanya adalah sarana
untuk mendapat ilmu.
سانَ َما لَ ْم َي ْعلَ ْم ِ ْ ) َعلَّ َم4( ) الَّذِي َعلَّ َم ِب ْالقَلَ ِم3( ) ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْل َ ْك َر ُم2( ق
َ اْل ْن ٍ َسانَ ِم ْن َعل ِ ْ َ) َخلَق1( َا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِبهكَ الَّذِي َخلَق
َ اْل ْن
]5-1/[العلق
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”
6. Membiasakan berinfak
Membiasakan berinfak adalah cara membersihkan hati dari penyakit kikir dan tamak. Oleh
sebab itu, banyak sekali ayat dan hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk selalu
berinfak.
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-
orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-
orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan
orang yang tidak mempunyai apa-apa.”
7. Berteman dengan orang-orang yang sholeh dan taat beribadah serta berakhlak
mulia.
Berteman denga orang yang sholeh akan banyak memberikan terapi bagi kita. Karena ia akan
mengingatkan jika kita lupa dan akan menasehati jika kita tersalah.
«ب
ِ اح
ِ صَ ُّوء َك َمث َ ِل ِ يح ِه َو َمثَ ُل َج ِل
ِ يس الس َ َش ْى ٌء أ
ِ صابَكَ ِم ْن ِر َ ُُصبْكَ ِم ْنه ِ ب ْال ِمس
ِ ْك إِ ْن لَ ْم ي ِ احِ صَ صا ِلحِ َك َمث َ ِلَّ يس ال ِ َمث َ ُل ْال َج ِل
” رواه أبو داود. صا َبكَ ِم ْن دُخَا ِن ِه َ َ س َوا ِد ِه أ ِ ير ِإ ْن لَ ْم ي
َ ُصبْكَ ِم ْن ِ ْال ِك
“Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak
wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu
minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati
darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan
membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
Pertama: Zikir mutlak (umum), dimana mata, telinga, umult, tangan, kaki beserta seluruh
anggota badan kita berzikir kepada Allah. Kita meresa selalu diawasi, dilihat, didengar dan
diperhatikan oleh Allah. Kita mengendalikan diri kita dari berbagai kemaksiatan dan dosa
meskipun kita sendirian dan tidak ada seorangpun disamping kita dan mengetahui gerak-
gerik kita.
Kedua: Zikir muqaiyyat (berbentuk tertentu) dari segi waktu dan tempat. Contohnya do’a
mau tidur dan bangun tidur, do’a masuk wc dan keluar wc, do’a setelah berwuduk, setelah
mendengar azan dan seterusnya.
Untuk menjaga hati kita tetap tenteram, nyaman dan tenang adalah dengan banyak berzikir
kepada Allah sebagaimana Allah sebutkan dalam kalamnya:
]28/ّللاِ ت َْط َمئِ ُّن ْالقُلُوبُ [الرعد َّ الَّذِينَ آ َ َمنُوا َوت َْط َمئِ ُّن قُلُوبُ ُه ْم ِب ِذ ْك ِر
َّ ّللاِ أَ ََّل ِب ِذ ْك ِر
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
))((ماجلس قوم مجلسا يذكرون هللا فيه إَّل حفتهم المَلئكة وتغشتهم الرحمة وتنزلت عليهم السكينة وذكرهم هللا فيمن عنده
.رواه ابن ماجه وصححه الشيخ اْللباني
Tidaklah suatu kaum duduk mengimngat Allah dalam satu majlis. Kecualai malaikat
menaungi mereka, rahmat Allah meliputi mereka dan diturunkan kepada mereka ketenangan.
Serta Allah menyebut mereka di hadapan makhluk yang di sisi-Nya.
Pertama: Ayat Kauniyah, yaitu tanda-tanda keagungan dan kebesaran Allah yang terdapat
pada alam raya ini. Seperti matahari, bulan, bintang, bumi dan langit serta apa yang terdapat
di anatar keduanya dan pada keduanya.
Kedua: Ayat Syar’iyah, yaitu ayat-ayat suci yang diturunkan Allah kepada para nabi dan
rasul sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Sesungguhnya dalam ayat-ayat yang
diturnkan Allah terdapat berbagai macam perintah dan larangan yang menyimpan berjuta-juta
rahasia hikmah. Demikian pula hukum-hukumnya membawa keadilan yang luar biasa,
seandainya bersatu seluruh pakar hukum di dunia untuk menandingi satu saja dari hukum
Islam niscaya mereka tidak akan mampu menandinginya.
Banyak sekali ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita untuk meernungkan dan memikirkan
tentang ayat-ayat Allah baik ayat syar’iyah maupun ayat kauniyah. Diantaranya firman Allah:
“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang
yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk
kaum yang meyakini, dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan
Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada
perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. Itulah
ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan
perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-
keterangan-Nya.”
Sangat banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menceritakan tentang kehidupan akhirat. Ada
ayat yang bercerita tentang kehidupan ahli surga, membuat hati kita begitu rindu untuk
melihatnya. Dan ada pula ayat yang bercerita tentang penderitaan dan siksaan ahli neraka
membuat hati kita menjadi tertunduk dan takut kepada Allah. Berbagai peritiwa yang akan
dilalui manusia di alam akhirat seperti:
. صحيح: فإنها تذكركم اْلخرة)) رواه النسائي وابن ماجه وقال الشيخ اْللباني،((زوروا القبور
“Ziarahilah oleh kalian perkuburan, karena sesungguhnya dia akan mengingatkan kalian
kepada hari akhirat.”
Diantara hal yang dapat membuat hati kita tetap tegar dan kokoh serta istiqamah dalam
memegang kebenaran adalah dengan membaca sejarah kehidupan para nabi dan rasul serta
para sahabat. Kita akan melihat bagaimana mereka tidak pernah goyah keyakinan mereka
dengan sebesar apapun tantangan yang mereka hadapai. Oleh sebab itu, Allah menyebutkan
dalam kitab suci-Nya kisah-kisah para nabi dan umat yang terdahulu agar kita bisa
mengambil pelajaran dari sejarah kehidupan mereka. Seperti kisah nabi nuh yang 950 tahun.
Betapa sabarnya beliau dalam menghadapi tantangan kaumnya.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan
mereka adalah orang-orang yang zalim.”
Bahkan kisah-kisah tersebut Allah jadikan sebagai cara untuk meneguhkan hati Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah:
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu.”
Dan Allah menjadikan kisah-kisah tersebut sebagai pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
Sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman.”
5. Doa.
1. Ar Rajaa’ (Harapan).
Ar Roja’ adalah ketulusan hati kita dalam berharap kepada Allah. Kita hanya menggantung
seluruh harapan kita kepada Allah semata. Karena ditangan Allah-lah segala kebaikan.
Barangsiapa yang megantungkan harapan kepada selain Allah maka ia telah terjerumus
kedalam penghambaan dan peribadatan kepada selain Allah.
Berikut ini kita sebutkan tentang dalil yang mewajibkan bahwa segala harapan kita hanya kita
gantungkan kepada Allah.
Kita tidak boleh takut kecuali kepada Allah semata, karena hanya Allah yang mampu
mendatangkan mudharat dan ditangan-Nya segala urusan makhluk.
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
ْ اس َو
]44/اخش َْو ِن [المائدة َ َّفَ ََل ت َْخش َُوا الن
3. Al Mahabbah (Kecintaan).
Kecintaan yang murni hanya ditujukan kepada Allah, kita tidak boleh menserikat Allah
dalam cinta ubudiyah kita. Seperti disebutkan Allah dalam firman-Nya:
4. Ikhlas.
Ikhlas adalah menyerahkan segenap ibadah kita kepada Allah semata. Tanpa mengharap
pujian dan sanjungan siapapun. Hati adalah tempat menetukan niat ketika seseorang
melakukan aktifitas ubudiyah kepada Allah.
،162/) ََّل ش َِريكَ لَهُ َوبِذَلِكَ أ ُ ِم ْرتُ َوأَنَا أَ َّو ُل ْال ُم ْس ِل ِمينَ [اْلنعام162( َاي َو َم َماتِي ِ َّّلِلِ َربه ِ ْالعَالَ ِمين َ قُ ْل ِإ َّن
ُ ُص ََلتِي َون
َ َس ِكي َو َمحْ ي
]163
5. Khusu’.
Khusu’ adalah tingkat keyakinan saat beribadah kepada Allah, maka semua perhatian hatinya
tertuju pada Allah. Khusu’ adalah bagian dari perkerjaan hati yang hanya boleh kita
persembahkan kepada Allah semata.
Allah berfirman:
2- Betapa pentingnya kita mejaga dan merawat serta menghiasi hati kita dengan iman, ilmu
dan amal.
Demikian yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan ini semoga Allah memberikan
kepada kita hati yang baik dan taat kepada Allah. Akhirnya kami mohon maaf atas segala
kekurangan dan kekeliruan.