STROKE
2017
1
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Epidemiologi
B. Definisi
C. Etiologi
D. Gejala dan Tanda
E. Patofisiologi
II. TERAPI
A. Strategi Terapi
B. Tata Laksana Terapi
1. Terapi Non Farmakologi
2. Terapi Farmakologi
III. DESKRIPSI KASUS
IV. Analisis SOAP
A. Subyektif
B. Obyektif
C. Assesment
D. Plan
V. Pembahasan
A. Monitoring dan Follow up
B. Komunikasi, edukasi, dan informasi
VI. KESIMPULAN
VII.DAFTAR PUSTAKA
2
STROKE
I. PENDAHULUAN
A. Epidemiologi
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang
mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun
2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh
penjuru Indonesia. Kejadian stroke di Indonesia pun selalu meningkat dari
tahun ke tahun. Sebanyak 33 % pasien stroke membutuhkan bantuan
orang lain untuk aktivitas pribadi, 20 % membutuhkan bantuan orang lain
untuk dapat berjalan kaki, dan 75 % kehilangan pekerjaan.
Menurut WHO (2011), Indonesia telah menempati peringkat
ke-97 dunia untuk jumlah penderita stroke terbanyak dengan jumlah
angka kematian mencapai 138.268 orang atau 9,70% dari total kematian
yang terjadi pada tahun 2011. Menurut data tahun 1990-an, diperkirakan
ada 500.000 orang penderita stroke di Indonesia, sekitar 125.000
diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Tetapi jumlah
sebenarnya sulit diketahui karena banyak yang tidak dibawa ke dokter
karena ketiadaan biaya atau jarak rumah sakit yang jauh dari tempat
tinggal. Kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke yang
terdeteksi terus melonjak. Pada tahun 2004, b e b e r a p a penelitian di
sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap yang disebabkan
stroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau yang
tidak dibawa ke rumah sakit tidak diketahui jumlahnya (Kompas, 2008).
Di Bali jumlah penderita Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik
yang masuk ke RSUP Sanglah Denpasar tidak bisa dikatakan sedikit.
Dari data catatan medik RSUP Sanglah Denpasar didapatkan
jumlah penderita stroke 2 tahun terakhir memang mengalami
penurunan, namun jumlah kasusnya masih tergolong banyak. Pada
3
tahun 2011, jumlah penderita stroke yang menjalani perawatan adalah 848
orang dimana bila dirata-ratakan terdapat 71 kasus per bulan. Sedangkan
pada tahun 2012 menjadi 715 orang dimana bila dirata-ratakan terdapat
60 kasus per bulan.
B. Definisi
Menurut WHO (World Health Organization), stroke didefinisikan
suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak.
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara
mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah
otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar
tempat, waktu dan keadaan penduduk. (Chris W. Green dan Hertin
Setyowati 2004)
Chandra B. mengatakan stroke adalah gangguan fungsi saraf akut
yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana
secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam
beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
daerah otak yang terganggu.
C. Etiologi
Sroke biasanya disebabkan oleh:
a. Trombosis Serebral.
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini
dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
4
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan
gejala neurologis sering kali memburuk dalam 48 jam setelah
terjadinya thrombosis. Beberapa keadaaan di bawah ini dapat
menyebabkan thrombosis otak:
1. Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis aterosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut; lumen arteri menyempit
dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah, oklusi mendadak
pembuluh darah karena terjadi thrombosis, merupakan tempat
terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus
(embolus) dan dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
2. Hiperkoagulasi pada Polisitema. Darah bertambah kental,
peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan
aliran darah serebri.
3. Arteritis (radang pada arteri) maupun Vaskulitis : arteritis
temporalis, poliarteritis nodosa.
4. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
5. Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel
sabit).
b. Emboli Serebri
Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli, yaitu:
1. Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit jantung reumatik,
infark miokardium, fibrilasi, dan keadaan aritmia menyebabkan
berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah membentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali
5
mengeluarkan embolus-embolus kecil. Endokarditis oleh bakteri
dan nonbakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan
pada endokardium. Sumber di jantung fibrilasi atrium (tersering),
infark miokardium, penyakit jantung reumatik, penyakit katup
jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik.
2. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis
komunis, arteri vertrebralis distal.
3. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
c. Hemoragik.
Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di
dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke
dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga
otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark
otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab otak yang paling
umum terjadi:
1. Aneurisma berry, biasanya defek congenital
2. Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis
3. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis
4. Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
5. Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalam dan degenerasi pembuluh darah.
d. Hipoksia umum.
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah:
1. Hipertensi yang parah
2. Henti jantung paru
3. Curah jantung turun akibat aritmia.
6
e. Hipoksia lokal. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan
hipoksia setempat adalah:
4. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
5. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
(Muttaqin, 2011)
Gejala stroke secara umum, antara lain (Harsono, 1996, hal 67) :
1. Muntah
7
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi
hemiparese, monoparese, quidriparese (kelemahan wajah, lengan dan kaki
pada sisi yang sama), hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler,
dan ataksia (berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki,
perlu dasar berdiri yang luas). Meskipun gejala-gejala tersebut dapat
muncul sendirinya, namun umumnya muncul secara bersamaan.
Penentuan waktu terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk
menentukan perlu tidaknya pemberian terapi trombolitik (Hassmann,
2010).
8
2. Arteri serebri anterior
Gejala yang ada umumnya unilateral. Lokasi lesi yang paling sering
adalah bifurkasio arteri karotis komunis menjadi arteri karotis interna
dan eksterna. Adapun cabang-cabang dari arteri karotis interna adalah
arteri oftalmika (manifestasinya adalah buta satu mata yang episodik
biasa disebut amaurosis fugaks), komunikans posterior, karoidea
anterior, serebri anterior dan media sehingga gejala pada oklusi arteri
serebri anterior dan media pun dapat timbul.
9
6. Lakunar stroke
Lakunar stroke timbul akibat adanya oklusi pada arteri perforans kecil
di daerah subkortikal profunda otak. Diameter infark biasanya 2-20
mm. Gejala yang timbul adalah hemiparese motorik saja, sensorik saja,
atau ataksia. Stroke jenis ini biasanya terjadi pada pasien dengan
penyakit pembuluh darah kecil seperti diabetes dan hipertensi.
E. Patofisiologi
1. Faktor Resiko Stroke
a. Faktor resiko tidak dapat dimodifikasi untuk stroke antara lain
peningkatan usia, laki – laki, ras (Amerika – afrika, Asia, Amerika
latin) dan turunan.
b. Faktor resiko utama yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi
dan penyakit jantung (penyakit jantung koroner, gagal jantung,
hipertropi ventrikel kiri, fibrilasi atrial).
c. Faktor resiko lainnya antara lain serangan iskemia sementara,
diabetes melitus, dislipidemia, dan merokok (Sukandar et al., 2008).
10
2. Stroke Iskhemia
Sejumlah 88% dari semua stroke adalah stroke iskhemia yang
disebabkan oleh pembentukan trombus atau emboli yang menghambat
arteri serebral. Aterosklerosis serebral adalah faktor penyebab dalam
kebanyakan masalah stroke iskhemia, walaupun 30% tidak diketahui
etiologinya. Emboli dapat muncul dari arteri intara dan ekstra kranial.
20% stroke emboli muncul dari jantung (Rumantir, 2007).
Pada ateroslerosis karotid, plak dapat rusak karena paparan
kolagen, agregasi platelet, dan pembentukan thrombus. Bekuan dapat
menyebabkan hambatan sekitar atau terjadi pelepasan dan bergerak
kearah distal, pada akhirnya akan menghambat pembuluh serebral
(Sukandar et al., 2008).
Dalam masa embolisme kardogen, aliran darah yang berhenti
dalam atrium atau ventrikelmengarah ke pembentukan bekuan local
yang dapat pelepasan dan bergerak melalui aorta menuju sirkulasi
serebral. Hasil akhir baik pembentukan thrombus dan embolisme
adalah hambatan arteri, penurunan aliran darah serebral dan penyebab
ischemia dan akhirnya infark distal mengarah hambatan (Sukandar et
al., 2008).
11
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Stroke Trombotik
Yaitu proses terbentuknya thrombus yang menyebabkan
penggumpalan.
b. Stroke Embolik
II. TERAPI
A. Strategi Terapi
Hasil pengobatan stroke yang diinginkan :
12
1. Peningkatkan jumlah oksigen otak yang sangat diperlukan untuk
perbaikan fungsi otak
2. Penurunan sumbatan atau plak, sehingga aliran darah & nutrisi ke otak
berjalan baik
3. Suplai nutrisi yang dibutuhkan otak dan hantaran syaraf
4. Perbaikan profil lemak darah, sehingga mengurangi resiko stroke
5. Menambah energi dan sistem imun penderita
6. Untuk mereduksi kerusakan neurologis yang terjadi dan menurunkan
mortalitas dan cacat jangka panjang
7. Mencegah komplikasi sekunder terhadap imobilitas atau pergerakan
dan disfungsi neurologis
8. Mencegah kambuhnya stroke (Adams et,al., 2007; Khaja and Grotta,
2007; Goldstein, 2007).
9. Pencegahan utama stroke diperiksa di tempat lain (Goldstein et,al.,
2006).
a. Terapi Farmakologis
1. Ischemic Stroke
Terapi farmakologi stroke iskemik dapat dilakukan dengan
reperfusi dan neuroproteksi. Reperfusi yaitu mengembalikan aliran
darah ke otak secara adekuat sehingga perfusi meningkat, obat-
obat yang dapat diberikan antara lain : thrombolytic agent,
inhibitor platelet dan antikoagulan (Junaidi, 2004).
13
Memperbaiki aliran darah dengan mencegah terjadinya klot
(penggumpalan darah) kembali. Inhibitor platelet merupakan
pilihan utama dalam penanganan stroke iskemik. Inhibitor platelet
mencegah terbentuknya trombus karena penggumpalan trombosit
darah. Beberapa contoh obat ini adalah asam asetil salisilat
(asetosal) atau aspirin, tiklopidin, pentoksiflin, clopidogrel,
kombinasi asetosal dengan dipiridamol, dan cilostazol.
2. Hemorrhagic Stroke
14
terjadi lesi. Endarterektomi adalah prosedur pembedahan yang
menghilangkan plak dari lapisan arteri sehingga aliran darah ke otak
tidak terhambat. Rehabilitasi awal meliputi pengaturan posisi, perawatan
kulit, fisioterapi dada, fungsi menelan, fungsi berkemih dan gerakan psif
pada semua sendi ekstremitas dilakukan agar fungsi anggota tubuh tetap
berjalan normal.
15
Pentingnya protokol penanganan dapat dirangkum menjadi (1) aktivasi
tim stroke, (2) permulaan gejala dalam 3 jam, (3) CT scan menandai
letak pendarahan, (4) menentukan kriteria inklusi dan eksklusi, (5)
memberikan t-PA 0.9 mg/kg selama 1 jam, dengan 10% diberikan
sebagai bolus awal selama 1 menit, (6) menghindari terapi
antitrombotik (antikoagulan atau antiplatelet) selama 24 jam, dan (7)
memantau pasien dari segi respon dan pendarahan (DiPiro et al.,
2008).
16
t-PA 0.9 mg/kg intravena IA
(maksimum 90 kg)
selama 1 jam pada
pasien-pasien tertentu
dalam onset 3 jam
Pencegahan sekunder
Aspirin 25 mg + IIa A
dipiridamol dengan
pelepasan diperlambat
200 mg dua kali sehari
Semua Pengobatan IA
antihipertensif
Dislipidemia Statin IA
17
Lipid normal Statin IIa B
Alteplase (t-PA)
18
Aspirin
Antiplatelet
19
menurunkan infark myokard, stroke, atau kematian kardiovaskular.
Pada analisis akhir, clopidogrel lebih efektif (8% relative risk
reduction [RRR]) daripada aspirin (P = 0.043) dan memiliki
kemiripan efek samping. Pada European Stroke Prevention Study 2
(ESPS-2), aspirin 25 mg dan dipyridamole dengan pelepasan
diperpanjang (ERDP) 200 mg dua kali sehari dibandingkan sendiri-
sendiri dan dalam kombinasi dengan plasebo untuk kemampuan
mereka dalam menurunkan stroke kambuhan selama 2 tahun. Dalam
jumlah lebih dari 6,600 pasien, ketiga kelompok perlakuan
menunjukkan plasebo—aspirin, 18% RRR; ERDP, 16% RRR; dan
kombinasi, 37% RRR. Kombinasi aspirin 25 mg dan ERDP 200 mg
dua kali sehari merupakan pengobatan yang sangat efektif untuk
mencegah kekambuhan pada pasien stroke. Kombinasi dipiridamole
(83% pelepasen diperpanjang) dan aspirin (30–325 mg sehari) lebih
efektif daripada aspirin saja dalam menurunkan stroke kambuhan
(DiPiro et al., 2008).
Warfarin
20
Blood Pressure Lowering
Statin
21
konsentrasi LDL kurang dari 116 mg/dL. Terapi statin merupakan
cara efektif untuk mengurangi risiko stroke dan dijalani pada semua
pasien stroke iskemik (DiPiro et al., 2008).
22
menurunkan tekanan darah dan mencegah penyakit kardiovaskular
pada kelompok pasien hipertensi. Penurunan tekanan darah mirip,
yaitu mendekati 30/16 mm Hg, kelompok losartan mengurangi risiko
stroke sebesar 24%. Penghambat reseptor Angiotensin II digunakan
pada pasien yang tidak dapat menoleransi ACE inhibitor untuk efek
penurunan tekanan darah setelah stroke iskemik akut (DiPiro et al.,
2008).
b. Hemorrhagic Stroke
23
4. Terapi Farmakologi
a. Ischemic Stroke
b. Hemorrhagic Stroke
24
intraserebral, belum ada studi yang cukup mengenai uji klinis.
Pedoman telah ditegakkan untuk menggunakan intervensi
pembedahan dalam penanganan pendarahan intraserebral, namun
masih terdapat kekurangan data uji klinis yang mendukung (DiPiro et
al., 2008).
25
Tanggal Keluhan dan pemeriksaan Diagnosa
Pemeriksaan fisik
TD : 160/90 mmHg
TD : 160/120 mmHg
Bicara pelo
Kepala pusing
TD : 210/180 mmHg
TD : 170/110 mmHg
TD : 160/100 mmHg
26
Pemeriksaan Tanggal Nilai Normal Keterangan
Tekanan Pemeriksaan
Darah
B. Obyektif
Tgl Nilai TD
Tekanan Darah Diagnosa
Pemeriksaan Normal
27
17 – 01 - TD : 160/120 mmHg Stroke
2016 iskemik
C. Assesment
Masalah yang dihadapi pasien antara lain :
1. Pasien menggunakan Blopres Plus sebagai kombinasi ACE I dan
diuretik, namun tekanan darah pasien masih tinggi
2. Dosis piracetam tidak memenuhi target sehingga perlu diusulkan ke
DPJP
D. Plan
Tata laksana terapi yang meliputi :
a. Terapi Suportif
Diperlukan alteplase pada penanganan akut dalam onset 3 jam.
28
menjadi sempit dan aliran darahpun menjadi tinggi, dengan
melakukan diet maka kolesterol jahat yang terdapat pada
pembuluh darah secara bertahap akan hilang dengan sendirinya.
2. Berolahraga
Berolahraga dapat menurunkan tekanan darah. karena
dengan berolahraga sirkulasi darah pada pembuluh akan berjalan
dengan lancar, selain itu berolahraga juga akan membantu
mengurangi kolesterol jahat yang terdapat pada pembuluh darah.
oleh sebab itu berolahraga sangatlah penting untuk mengatasi
hipertensi, minimal berolahraga rutin setiap hari 30 menit. Seperti
olahraga ringan jogging, senam, jalan cepat dan masih banyak
lagi.
3. Menciptakan suasana rileks
Stres yang dialami seseorang juga akan menjadi pemicu
tekanan darah menjadi naik atau hipertensi, karena seseorang yang
sedang mengalami stres dia akan mengalami penegangan saraf
sehingga hal tersebut memicu tekanan darah menjadi tinggi, maka
dari itu dengan menciptakan suasana yang rileks maka saraf pada
otak akan terkontrol dengan baik sehingga tekanan darah dapat
menurun, rileksasi yang dapat dilakukan oleh penderita hipertensi
yaitu seperti meditasi, rekreasi, yoga, hipnotis atau hipnoterapi dan
masih banyak lagi intinya lakukan apa saja yang membuat diri
penderita menjadi rileks atau tidak tegang.
4. Mengurangi rokok dan alcohol
Merokok dan mabuk alkohol dapat menjadi pemicu
kolesterol jahat menjadi menumpuk pada pembuluh darah, maka
dari itu bagi penderita hipertensi.
29
c. Terapi farmakologi.
Obat Pertama
1 Nama Obat Bloppres plus
(Candesartan Cilexetil 16 mg,
hydrochlorotiazid 12,5 mg)
Indikasi Terapi hipertensi yang tidak terkontrol
2
Mekanisme Aksi
3 Blopress Plus mengandung candesartan
cilexetil, antagonis angiotensin II dan
hidroklorotiazid, diuretik. Angiotensin
II terbentuk dari angiotensin I dalam
reaksi dikatalisis oleh enzim
angiotensin-converting (ACE, kininase
II). Angiotensin II adalah agen pressor
utama dari sistem renin-angiotensin,
dengan efek yang mencakup
vasokonstriksi, stimulasi sintesis dan
pelepasan aldosteron, stimulasi jantung
dan reabsorpsi ginjal natrium.
Candesartan blok vasokonstriktor dan
aldosteron-mensekresi efek angiotensin
II oleh selektif menghalangi pengikatan
angiotensin II pada reseptor AT1 di
banyak jaringan seperti otot polos
pembuluh darah dan kelenjar adrenal.
Oleh karena itu aksinya adalah,
independen dari jalur untuk angiotensin
sintesis II.
30
diketahui terkait dengan homeostasis
kardiovaskuler. Candesartan memiliki
afinitas yang jauh lebih besar (> 10.000
kali lipat) untuk reseptor AT1 daripada
reseptor AT2.
31
thiazide. Tiazid mempengaruhi
mekanisme reabsorpsi elektrolit tubular
ginjal, langsung meningkatkan ekskresi
natrium dan klorida dalam jumlah
kurang lebih setara. Secara tidak
langsung, tindakan diuretik dari
hydrochlorothiazide mengurangi
volume plasma, dengan peningkatan
konsekuen dalam aktivitas renin
plasma, peningkatan sekresi aldosteron,
peningkatan kehilangan kalium urin dan
penurunan kalium serum. Link renin-
aldosteron dimediasi oleh angiotensin
II, oleh karena itu co-pemberian
antagonis reseptor angiotensin II
cenderung membalikkan kehilangan
kalium terkait dengan diuretik tersebut.
32
Interaksi Obat Alkohol, barbiturat, narkotik, obat
7
antidiabetik, antihipertensi lain,
cholestiramin & resin cholestipol,
kortikosteroid, amino pressor, obat
relaksasi otot skeletal non-depolarizing,
lithium, AINS.
Analisis Biaya Rp. 16.115/tablet
8
Obat Kedua
1 Nama Obat Piracetam 1200 mg
Indikasi Mengobati gejala involusi yang
2
berhubungan dengan lansia seperti
kemunduran daya pikir, astenia,
ganggunan adaptasi, reaksi
psikomotorik yang terganggu
Mekanisme Aksi Piracetam melindungi korteks serebral
3
terhadap hipoksia. Hal ini juga
menghambat agregasi platelet dan
mengurangi kekentalan darah.
Dosis Diberikan pada 7 jam saat onset stroke .
4
Pertama diberikan 12 gr per infus
selama 20 menit dan dilanjutkan dengan
3 gram bolus tiap 6 jam atau 12 gram
setiap 12 jam sampai hari ke empat.
Pada hari ke-5 sampai akhir minggu
keempat piracetam diberikan dalam 4,8
gr dibagi 3 kali sehari dan pada minggu
ke-5 sampai 12 diberikan 2,4 gr 2 kali
sehari.
Kontra Indikasi Hipersensitif., penderita dengan
5
33
insufisiensi ginjal berat
Efek Samping Hiperkinesia, kegelisahan, depresi,
6
diare, ruam. CNS stimulasi, gangguan
tidur, pusing, kegembiraan, insomnia,
mengantuk.
Interaksi Obat Dapat meningkatkan waktu protrombin
7
pada pasien yang berada di warfarin.
Analisis Biaya Rp. 1.030/tablet
8
Obat Ketiga
1 Nama Obat Neurodex
(Vit B1 100 mg, vit B6 200 mg, vit B12
200 mcg)
Indikasi Untuk pengobatan kekurangan vitamin
2
B1, B6 dan B12, seperti pada polineirits
Mekanisme Aksi
3 Mengurangi prostaglandin
sehingga membantu pengencer
darah dan mencegah pembekuan.
34
samping atau menyebabkan obat tidak
bekerja dengan baik. Neurodex Tablet
dapat berinteraksi dengan obat dan
produk berikut ini:
Atropine
Chlorpromazine
Chlorthalidone
Doxorubicin
Glycopyrrolate
Hydrochlorothiazide
Obat Keempat
1 Nama Obat Clobazam
Indikasi untuk mengatasi gangguan kecemasan
2
yang parah serta sebagai terapi
tambahan untuk menangani epilepsi
Mekanisme Aksi
3 Clobazam mengikat satu atau lebih
spesifik reseptor GABA di beberapa
tempat dalam SSP termasuk sistem
limbik dan formasi reticular.
Peningkatan permeabilitas membran
neuronal untuk klorida hasil ion dalam
efek penghambatan GABA yang
mengarah ke hyperpolarisation dan
stabilisasi.
35
Farmakokinetik:
36
Berpotensi Fatal: Depresi pernapasan.
Interaksi Obat
7 Peningkatan pembersihan hati dari
clobazam bila diberikan dengan
fenitoin, fenobarbital atau
carbamazepine. Simetidin dapat
meningkatkan kadar clobazam.
d. Terapi herbal
Pasien dapt mengkonsumsi buah semangka setiap hari karena buah ini
sangat efektif dapat membantu menurunkan tekanan darah.
V. PEMBAHASAN
Menurut WHO , Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda atau gejala klinis
baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam , atau dapat
menyebabkan kematian , disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
37
Stroke dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu stroke iskemik
(termasuk stroke oleh karena trombus atau emboli ) dimana prosentasenya 80
% dan stroke perdarahan (termasuk perdarahan intraserebral dan perdarahan
subarachnoid ) dimana prosentasenya 20 %.
Management stroke yang rasional harus banyak berdasarkan
pengetahuan jenis patologi stroke dengan dimulainya pemeriksaan CT-Scan
kepala , MRI . Pada penderita stroke mudah dan aman dapat dibedakan jenis
patologi stroke yaitu antara stroke perdarahan intraserebral dengan stroke
iskemik atau infark pada fase akut stroke dengan cepat dan akurat. Faktor
resiko utama untuk dapat dimodifikasi antara lain hipertensi dan penyakit
jantung ( contohnya jantung koroner, gagal jantung , hipertropi ventrikel kiri,
fibrilasi atrial )
Algoritma adalah instruksi-instruksi selangkah demi selangkah untuk
menyelesaikan suatu masalah. Algoritma klinik banyak digunakan untuk
menentukan keputusan menegakkan diagnosis pengobatan , dan prognosis (
membuat keputusan klinik ) . Dengan algoritma proses menegakkan diagnosa
dinyatakan dengan suatu serial keputusan “ Ya “ atau “Tidak” .
Pembahasan Kasus
38
5. Tgl 06-10-2016 : kontrol , obat habis bicara masih pelo , TD 160/100
mmHg, diagnosa Stroke non hemorragik.
1. Blopres plus X , S 1 dd 1
2. Piracetam 1200 mg XX , S 1 dd 1
3. Neurodex XX , S 2 dd 1
4. Clobazam X , S 2 dd ½
39
Klasifikasi Sistolik ( mmHg Diastolik
)
( mmHg )
40
dari golongan ACE I dan diuretik , yaitu terapi pasien hypertensi yang TD
nya tidak terkontrol.
41
Senyawa Primer Alternatif
Aspirin 25 mg +
pelepasan lebih luas
dipiridamol 200 mg dua
kali sehari.
Semua Pengobatan
antihipertensif
42
atau tidak dapat menerima terapi lain karena efek sampingnya. Kombinasi
aspirin dan clopidogrel hanya dianjurkan pada pasien dengan stroke iskemia
dan riwayat terbaru infark miocardiak atau kejadian koroner lain dan hanya
dengan aspirin dosis sangat rendah untuk minimalisis pendarahan.
43
diperlukan dalam terapi farmakologi. Sebagai tindak lanjut perlu konfirmasi
dengan DPJP tentang dosis piracetam dan obat antiplatelet.
1. Diet
Kelebihan berat badan juga akan menimbulkan penyakit hipertensi
bertambah buruk. Hal ini dapat terjadi karena kandungan lemak berupa
kolesterol jahat pada seseorang yang mempunyai tubuh gemuk akan
menumpuk pada pembuluh darah sehingga jika hal tersebut terus
berlangsung pembuluh darah akan menjadi sempit dan aliran darahpun
menjadi tinggi, dengan melakukan diet maka kolesterol jahat yang
terdapat pada pembuluh darah secara bertahap akan hilang dengan
sendirinya.
2. Berolahraga
44
selain itu berolahraga juga akan membantu mengurangi kolesterol jahat
yang terdapat pada pembuluh darah. oleh sebab itu berolahraga sangatlah
penting untuk mengatasi hipertensi, minimal berolahraga rutin setiap hari
30 menit. Seperti olahraga ringan jogging, senam, jalan cepat dan masih
banyak lagi.
45
7) Pemantauan secara ketat untk peningkatan keparahan neurologi ,
komplikasi tromboemboli atau infeksi , dan efek samping dari
pengaruh farmakologi atau non farmakologi.berikut adalah daftar
rangkuman pemantauan stroke :
Stroke Alteplase BP, fungsi Setiap 15 menit x 1
Iskemik neurologis, jam, setiap 0,5 mg x
pendarahan 6 jam, setiap 1 jam x
17 jam, setiap waktu
setelahnya
Pengobatan Parameter Frekuensi keterangan
46
2) Untuk pasien yang mengalami stroke ringan : yang paling utama
adalah agar tidak mengalami serangan kedua dengan melakukan pola
hidup sehat dan mengkonsumsi obat yang dianjurkan dokter.
3) Obat dan terapi dilakukan seumur hidup dan harus diingat pentingnya
ini karena serangan kedua akan lebih parah.
VI. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang didapat berdasarkan pembahasan kasus
Stroke Iskemik dengan faktor resiko Hypertensi adalah :
1. Antihipertensi tipe 2 pada pasien YH sesuai yaitu Blopres Plus sebagai
kombinasi ACE I dan diuretik.
2. Diperlukan alteplase pada penanganan akut dalam onset 3 jam.
3. Untuk pencegahan sekunder , diperlukan antiplatelet . antiplatelet yang
dianjurkan adalah aspirin 50-325 mg setiap hari dan atau clopidogrel 75
mg setiap hari .
4. Neuroprotektan yang digunakan adalah piracetam 1200 mg , dengan dosis
yang kurang memenuhi target.
5. Penggunaan neurotropik vit , yaitu Neurodex sesuai.
6. Penggunaan antisedatif Clobazam sesuai
VII.DAFTAR PUSTAKA
Aliah, A; Limoa, R.A; Wuysang, G. (2000). Gambaran Umum Tentang
GPDO dalam Harsono: Kapita Selekta Neurologi. UGM Press,
Yogyakarta.
Brunner, I ; Suddarth, Drs. (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah
Volume 2. Jakarta: EGC.
Corwin, J, E. (2001.) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
https://www.mims.com/indonesia, diakses tanggal 28 Maret 2017
47