Anda di halaman 1dari 66

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

Ahmad Subandriyo NIM. F120155032

Anggi Alhamdini NIM. F120155033

A. Haning Setyaningsih NIM. F120155045

Riska Fiana Damayanti NIM. F120155056


EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga
yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan,
menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh
no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Kejadian stroke di Indonesia pun selalu meningkat dari tahun
ke tahun. Sebanyak 33 % pasien stroke membutuhkan
bantuan orang lain untuk aktivitas pribadi, 20 %
membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat berjalan kaki,
dan 75 % kehilangan pekerjaan.
DEFINISI STROKE
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut
yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak
yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala
dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang
terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi
antar tempat, waktu dan keadaan penduduk. (Chris W.
Green dan Hertin Setyowati 2004)
ETIOLOGI STROKE
Sroke biasanya disebabkan oleh: Aterosklerosis adalah
1. Trombosis Serebral. Trombosis ini mengerasnya pembuluh darah
terjadi pada pembuluh darah yang
serta berkurangnya
mengalami oklusi sehingga
kelenturan atau elastisitas
menyebabkan iskemia jaringan
otak yang dapat menimbulkan
dinding pembuluh darah.
edema dan kongesti di sekitarnya. Hiperkoagulasi pada
Beberapa keadaaan yang Polisitema
menyebabkan thrombosis otak:
Arteritis.

Robeknya arteri

Gangguan darah
2. Emboli serebri merupakan Katup-katup jantung yang
penyumbatan pembuluh
rusak akibat penyakit
darah otak oleh bekuan darah,
lemak, dan udara. Emboli jantung reumatik, infark
tersebut berlangsung cepat miokardium, fibrilasi, dan
dan gejala timbul kurang dari
keadaan aritmia
10-30 detik.
Beberapa keadaan di bawah Sumber tromboemboli
ini dapat menimbulkan aterosklerosis di arteri
emboli, yaitu:
Keadaan hiperkoagulasi
3. Hemoragik. Perdarahan Penyebab yang paling umum
intracranial dan terjadi :
intraserebri meliputi Aneurisma berry.
perdarahan di dalam ruang Aneurisma fusiformis dari
subarachnoid atau di arterosklerosis.

dalam jaringan otak Aneurisma mikotik dari


vaskulitis nekrose dan emboli
sendiri. Perdarahan ini
sepsis.
dapat terjadi karena
Malformasi asterioven.
aterosklerosis dan
Rupture arteriol serebri.
hipertensi.
4. Hipoksia umum. 5. Hipoksia lokal.

Beberapa penyebab yang Beberapa penyebab yang


berhubungan dengan berhubungan dengan hipoksia
hipoksia umum adalah: setempat adalah:

Hipertensi yang parah Spasme arteri serebri yang


Henti jantung paru disertai perdarahan

Curah jantung turun akibat subarachnoid

aritmia. Vasokontriksi arteri otak

disertai sakit kepala migren.


Gejala Stroke
Gejala stroke secara umum, antara
lain (Harsono, 1996, hal 67) : kelumpuhan wajah / anggota

muntah badan sebelah (hemiperase) yang

penurunan kesadaran (konfusi, timbul secara mendadak.


delirium, letargi, stupor atau
gangguan sensibilitas pada satu
koma)
atau lebih anggota badan.
gangguan berbicara (afasia) atau
bicara pelo (disastria) Gangguan penglihatan,
wajah tidak simetris atau mencong penglihatan ganda (diplopia)

vartigo, mual, muntah, dan nyeri

kepala
Patofisiologis
Faktor resiko stroke :
Faktor resiko tidak dapat dimodifikasi untuk stroke antara lain
peningkatan usia, laki laki, ras (Amerika afrika, Asia, Amerika
latin) dan turunan.

Faktor resiko utama yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi dan
penyakit jantung (penyakit jantung koroner, gagal jantung, hipertropi
ventrikel kiri, fibrilasi atrial).

Faktor resiko lainnya antara lain serangan iskemia sementara, diabetes


melitus, dislipidemia, dan merokok (Sukandar et al., 2008).
Secara umum stroke dibagi menjadi dua macam yakni :
1. stroke iskhemia
2. stroke hemoragik (pendarahan).
1. Stroke Iskhemia
Sejumlah 88% dari semua stroke adalah stroke
iskhemia yang disebabkan oleh pembentukan
trombus atau emboli yang menghambat arteri
serebral. Aterosklerosis serebral adalah faktor
penyebab dalam kebanyakan masalah stroke
iskhemia, walaupun 30% tidak diketahui
etiologinya.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Stroke Trombotik
Yaitu proses terbentuknya thrombus yang menyebabkan
penggumpalan.
Stroke Embolik
Yaitu Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
Hipoperfusion Sistemik
Yaitu Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung (Feigin, 2004)
2. Stroke Pendarahan (hemoragik)
Sejumlah 12% stroke adalah stroke pendarahan dan termasuk
pendarahan subarakhnoid, pendarahan intra serebral, dan
hematomas subdural. Pendarahan intra serebral terjadi ketika
pembuluh darah rusak dalam parenkim otak menyebabkan
pembentukan hematoma.

Kematian karena stroke pandarahan kebanyakan disebabkan oleh


peningkatan kerusakan dalam penekanan intakranial yang
mengarah pada herniasi dan kematian (Sukandar et al., 2008).
Strategi Terapi
Hasil pengobatan stroke yang Menambah energi dan sistem
diinginkan : imun penderita
Peningkatkan jumlah oksigen Untuk mereduksi kerusakan
otak yang sangat diperlukan neurologis yang terjadi dan
untuk perbaikan fungsi otak menurunkan mortalitas dan cacat
jangka panjang
Penurunan sumbatan atau plak,
sehingga aliran darah & nutrisi Mencegah komplikasi sekunder
ke otak berjalan baik terhadap imobilitas atau
pergerakan dan disfungsi
Suplai nutrisi yang dibutuhkan
neurologis
otak dan hantaran syaraf
Mencegah kambuhnya
Perbaikan profil lemak darah,
sehingga mengurangi resiko Pencegahan utama stroke
stroke diperiksa di tempat
Tata Laksana Terapi
Terapi farmakologis
1. Ischemic Stroke

Terapi farmakologi stroke iskemik dapat dilakukan dengan reperfusi dan


neuroproteksi. Reperfusi yaitu mengembalikan aliran darah ke otak secara
adekuat sehingga perfusi meningkat, obat-obat yang dapat diberikan antara
lain : thrombolytic agent, inhibitor platelet dan antikoagulan (Junaidi, 2004).

Penggunaan antiplatelet adalah untuk melancarkan aliran darah, menghindari


terjadinya komplikasi, memelihara agar tekanan darah normal
Inhibitor platelet merupakan pilihan utama dalam penanganan
stroke iskemik. Inhibitor platelet mencegah terbentuknya trombus
karena penggumpalan trombosit darah. Beberapa contoh obat ini
adalah asam asetil salisilat (asetosal) atau aspirin, tiklopidin,
pentoksiflin, clopidogrel, kombinasi asetosal dengan dipiridamol,
dan cilostazol.

Antikoagulan digunakan untuk mencegah perluasan trombus yang


menyebabkan bertambahnya defisit neurologik dan untuk
mencegah kambuhnya episode gangguan serebrovaskular.
Penggunaan trombolisis pada 3 jam pertama
serangan diharapkan menunjukkan excellent
outcome yaitu minimal disability dalam skala
neurologi.
2. Hemorrhagic Stroke
Saat ini belum ada study yang jelas mengenai standar
strategi farmakologi untuk penanganan stroke
hemoragik intracerebral hemorrhage (ICH).
Penggunaan agen hemostatic (ex : faktor VII) pada
tahap akut (<4 jam onset) diharapkan dapat mengurangi
pergerakan hematoma, tetapi tidak menunjukkan
peningkatan outcome terapeutik. Penanganan dapat
dilakukan dengan mengatasi hipertensi pada pasien.
Terapi Non Farmakologis

Kraniektomi adalah salah satu cara pembedahan untuk pengambilan


penggumpalan darah pada kasus-kasus edema serebral iskemik,
sehingga aliran darah kembali lancar. Dekompresi pembedahan pada
infark serebelum bertujuan untuk memperlancar aliran darah kembali
dengan memperbaiki lesi yang terbentuk pada serebelum karena infark
serebelum terjadi akibat adanya hipoperfusi darah sehingga terjadi lesi.

Endarterektomi adalah prosedur pembedahan yang menghilangkan


plak dari lapisan arteri sehingga aliran darah ke otak tidak terhambat.
Rehabilitasi awal meliputi pengaturan posisi, perawatan kulit,
fisioterapi dada, fungsi menelan, fungsi berkemih dan gerakan psif
pada semua sendi ekstremitas dilakukan agar fungsi anggota tubuh
tetap berjalan normal.
Terapi neuroprotektif diharapkan meningkatkan ketahanan neuron
yang iskemik dan sel-sel glia di sekitar inti iskemik dengan
memperbaiki fungsi sel yang terganggu akibat oklusi dan reperfusi.
Berdasarkan pada kaskade iskemik dan jendela waktu yang potensial
untuk reversibilitas daerah penumbra maka berbagai terapi
neuroprotektif telah dievaluasi pada binatang percobaan maupun pada
manusia.
Terapi Farmakologi Ischemic
Stroke
The Stroke Council of the American Stroke Association telah membuat
garis pedoman yang ditujukan untuk manajemen stroke iskemik akut.
Secara umum, dua obat yang sangat direkomendasikan (grade A
recommendation) adalah t-PA (tissue-Plasminogen
Activator/Alteplase) intravena dalam onset 3 jam dan aspirin dalam
onset 48 jam (DiPiro et al., 2008).

Terapi aspirin terdahulu dapat mengurangi mortalitas jangka lama dan


cacat, namun pemberian t-PA tidak pernah dilakukan dalam 24 jam

karena dapat meningkatkan risiko pendarahan pada beberapa pasien.


Hal ini sangat jelas bahwa terapi antiplatelet merupakan landasan terapi
antitrombotik untuk pencegahan sekunder untuk stroke iskemik dan harus
digunakan pada stroke nonkardioembolik.

Tiga obat yang kini digunakan, yaitu aspirin, clopidogrel, dan dipiridamole
dengan pelepasan diperlambat disertai aspirin (ERDP-ASA), merupakan
antiplatelet first-line yang disetujui oleh the American College of Chest
Physicians (ACCP). Pada pasien dengan fibrilasi atrium dan emboli, warfarin
merupakan antitrombotik pilihan pertama. Farmakoterapi lain yang
direkomendasikan untuk stroke adalah penurun tekanan darah dan statin.
Rekomendasi saat ini untuk penanganan stroke akut dan pencegahan sekunder
dapat dilihat di tabel berikut (DiPiro et al., 2008).
Alteplase (t-PA)

Alteplase adalah enzim serin-protease dari sel endotel


pembuluh yang dibentuk dengan teknik rekombinan
DNA. Waktu paruhnya hanya 5 menit. Alteplase bekerja
sebagai fibrinolitik dengan cara mengikat pada fibrin
dan mengaktivasi plasminogen jaringan. Plasmin yang
terbentuk kemudian mendegradasi fibrin sehingga
melarutkan trombus.
Aspirin

Penggunaan aspirin terdahulu untuk mengurangi kematian jangka


panjang dan cacat akibat stroke iskemik didukung oleh dua uji
klinis acak besar. Pada International Stroke Trial (IST), aspirin 300
mg/hari secara signifikan menurunkan kekambuhan stroke dalam 2
minggu pertama, menghasilkan penurunan signifikan kematian dan
ketergantungan dalam 6 bulan.
Untuk keseluruhan, efek menguntungkan dari penggunaan aspirin
telah diadopsi sebagai garis pedoman klinis (DiPiro et al., 2008).
Semua pasien yang memiliki stroke iskemik akut akan menerima
terapi antitrombosis jangka panjang untuk pencegahan sekunder.
Pada pasien dengan stroke nonkardioembolik, akan terdapat
beberapa bentuk terapi antiplatelet.
Efikasi clopidogrel sebagai antiplatelet pada gangguan
atherothrombosis diperlihatkan dalam pengujian clopidogrel versus
aspirin pada pasien dengan risiko kejadian iskemik (CAPRIE).
Pada analisis akhir, clopidogrel lebih efektif (8% relative risk
reduction [RRR]) daripada aspirin (P = 0.043) dan memiliki
kemiripan efek samping.
Kombinasi aspirin 25 mg dan ERDP 200 mg dua kali sehari
merupakan pengobatan yang sangat efektif untuk mencegah
kekambuhan pada pasien stroke. Kombinasi dipiridamole (83%
pelepasen diperpanjang) dan aspirin (30325 mg sehari) lebih
efektif daripada aspirin saja dalam menurunkan stroke kambuhan
(DiPiro et al., 2008).
Warfarin

Warfarin merupakan pengobatan paling efektif untuk pencegahan


stroke pada pasien dengan fibrilasi atrium.

Pasien di kelompok plasebo mengidap stroke, infark myokard,


atau kematian vaskular sebesar 17% per tahun dibandingkan
dengan 8% per tahun untuk kelompok warfarin dan 15% per tahun
untuk kelompok aspirin. Hal ini mewakili 53% penurunan risiko
dengan antikoagulan (DiPiro et al., 2008).
Blood Pressure Lowering
Kenaikan tekanan darah sudah umum terjadi pada stroke iskemik,
dan pengobatan hipertensi pada pasien tersebut berhubungan
dengan penurunan risiko stroke kambuhan.
Pasien dengan atau tanpa hipertensi direkomendasikan
menggunakan ACE inhibitor dan diuretik untuk penurunan tekanan
darah pasien stroke. Periode penurun tekanan darah untuk stroke
akut (7 hari pertama) menghasilkan penurunan aliran darah otak
dan memperparah gejala; oleh karena itu, rekomendasi terbatas
pada pasien di luar stroke akut (DiPiro et al., 2008).
Statin
Golongan statin dapat menurunkan risiko stroke sebesar 30% pada
pasien dengan penyakit jantung koroner dan dislipidimia. Stroke
iskemik direkomendasikan menjadi ekuivalen koroner dan
menggunakan obat golongan statin untuk memperoleh konsentrasi low
density lipoprotein (LDL) kurang dari 100 mg/dL (DiPiro et al., 2008).
Terdapat bukti bahwa simvastatin 40 mg/hari mengurangi risiko stroke
pada individu berisiko tinggi (termasuk pasien dengan stroke awal)
sebesar 25% (P < 0.0001) meskipun pada pasien dengan konsentrasi
LDL kurang dari 116 mg/dL. Terapi statin merupakan cara efektif
untuk mengurangi
Heparin untuk Profilaksis dari Deep-Vein Thrombosis
(DVT)

Penggunaan heparin dengan bobot molekul rendah atau


heparin subkutan dosis rendah (5,000 unit dua kali sehari)
dapat direkomendasikan untuk mencegah DVT pada pasien
rumah sakit dengan menurunkan mobilitas akibat stroke dan
digunakan pada semua namun paling banyak stroke minor
(DiPiro et al., 2008).
Aspirin Plus Clopidogrel

Clopidogrel dalam kombinasi dengan aspirin 75 mg setiap


hari tidak lebih baik daripada clopidogrel sendiri pada
pencegahan stroke sekunder.

Kombinasi ini hanya direkomendasikan pada pasien dengan


riwayat infark myokard atau coronary stent placement dan
hanya menggunakan aspirin dosis rendah untuk
meminimalkan risiko pendarahan (DiPiro et al., 2008).
Penghambat Reseptor Angiotensin II

Pengahambat reseptor Angiotensin II dapat mengurangi risiko


stroke. Losartan dan metoprolol dibandingkan kmampuannya
untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah penyakit
kardiovaskular pada kelompok pasien hipertensi.

Penghambat reseptor Angiotensin II digunakan pada pasien yang


tidak dapat menoleransi ACE inhibitor untuk efek penurunan
tekanan darah setelah stroke iskemik akut (DiPiro et al., 2008).
Terapi Farmakologi Hemorragic
Stroke
Tidak terdapat standar strategi pengobatan untuk pendarahan
intraserebral (ICH). Penggunaan obat hemostatik (misal, faktor VII)
pada fase hiperakut (<4 jam dari onset) dapat mengurangi
pertumbuhan hematoma. Pendarahan subarachnoid (SAH) akibat
rupture aneurism berhubungan dengan insiden tinggi iskemia otak
tertunda (DCI) dalam 2 minggu mengikuti periode pendarahan.
Penghambat kanal kalsium nimodipin direkomendasikan untuk
mengurangi insiden dan keparahan dari defisit neurologik akibat DCI.
Pembahasan Kasus
Nama : Bapak YH

Umur : 38 Tahun

Diagnosa : Stroke Iskemik

Berat Badan : 60 kg

Tinggi Badan : 158 cm

Datang ke rumah sakit X dengan keluhan sbb :


Pembahasan Kasus
Keluhan dan pemeriksaan Diagnosa
fisik
10 01 - 2016 Lidah terasa berat Stroke iskemik
TD : 160/90 mmHg
17 01 - 2016 Lidah terasa berat (masih pelo) Stroke iskemik
TD : 160/120 mmHg
22 09 2016 Kontrol, obat habis Stroke iskemik
Bicara pelo
Kepala pusing
TD : 210/180 mmHg
29 09 2016 Bicara masih pelo Stroke non
Bila minum obat kepala terasa
pusing hemorrhagic
TD : 170/110 mmHg
06 10 2016 Kontrol, obat habis Stroke non
Bicara masih pelo
TD : 160/100 mmHg hemorrhagic
RS X
Jl. Pahlawan No. 1 Kudus

R/ Bloppres plus X
S 1 dd 1
R/ Piracetam 1200 mg XX
S 1 dd 1
R/ Neurodex XX
S 2 dd 1
R/ Clobazam X
S 2 dd
Pro : Tn. YH
Umur : 38 tahun
Data Berdasarkan kasus

Diagnosa : stroke iskemik atau stroke non


hemorragik

Faktor resiko : hypertensi


Hypertensi
Hipertensi adalah sebuah kondisi medis di mana Tekanan
Darah (TD) dalam arteri meningkat secara kronik diatas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). yaitu diatas
140 / 90 mmHg.

Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar tekanan yang


diderita oleh dinding pembuluh darah.

Tekanan darah yang tinggi pada hypertensi akan memicu


pecahnya pembuluh darah otak. Pada gilirannya ,jaringan
otak akan rusak dan timbul gejala-gejala stroke
Klasifikasi Tekanan Darah Orang
Dewasa
Klasifikasi Sistolik ( Diastolik ( mmHg )
mmHg )
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 - 139 Atau 80 - 89
Tahap 1 140 - 159 Atau 90 - 99
Hypertensi
Tahap 2 160 Atau 100
Hypertensi
Terapi Farmakologi Hypertensi

Algorith Penanganan Hypertensi secara


Farma kologi :
Obat pilihan
pertama

Tanpa Dengan
compelling compelling
indication indication
Hipertensi Hipertensi
tahap I tahap II
(TDS 140- (TDS>160
159 atau atau Obat yang
TDD 90-99 spesifik untuk
mmHg ) compelling
Kombinasi 2 obat indication. Obat
pada umumnya. antihiprttensi
Diuretik tiazida Biasanya diuretik
umumnya dapat (diuretik inhibitor
tiazid dengan AC, ARB dsn
dipertimbangkan inhibitor ACE atau
inhibitor ACE,ARB, beta bloker
ARB atau B bloker
b bloker,
CCB/kombinasi
Berdasarkan algoritma penanganan hipertensi secara farmakologi hipertensi
tahap 2 pada umumnya kombinasi 2 obat ,

biasanya diuretik thiazide dengan inhibitor ACE atau ARB atau Beta Bloker

sehingga Blopres Plus adalah drugs of Choice pada penderita hipertensi tahap
2.

Dimana Blopres plus adalah kombinasi antara candesartan cilexetil 16 mg dan


HCT 12,5 mg .

Penggunaan kombinasi candesartan dan HCT akan menyebabkan penurunan


tekanan darah menjadi bertambah.

Blopres plus merupakan anti hypertensi dari golongan ACE I dan diuretik , yaitu
terapi pasien hypertensi yang TD nya tidak terkontrol.
Ada suatu penelitian klinik yang menunjukkan bahwa
kombinasi ACE I dan diuretik thiazide mengurangi
kejadian stroke berulang atau serangan iskemia
transient.

Hal ini sesuai dengan compeling indication dalam


penanganan hipertensi dimana pencegahan serangan
stroke menggunakan diuretik dan ACE I .
Compeling indication dalam
penanganan Hypertensi
Stroke
Faktor Resiko Stroke :
1. Hypertensi
2. penyakit jantung (penyakit jantung koroner, gagal jantung, hipertropi
ventrikel kiri, fibrilasi atrial).

Faktor resiko lain :


1. serangan iskemia sementara ( TIA )
2. diabetes melitus
3. dislipidemia
4. merokok (Sukandar et al., 2008).
Manisfestasi klinik pada pasien stroke adalah :
1. Penurunan kemampuan kognitif atau bahasanya , pasien mengalami
kelemahan pada satu sisi tubuh ,
2. Tidak mampu berbicara ,
3. Vertigo atau jatuh .
Stroke Iskemia biasanya tidak menyakitkan , tapi sakit kepala
dapat terjadi dan lebih parah pada stroke pendarahan. Peningkatan tekanan
darah seharusnya mengingatkan tidak terobatinya periode akut ( 7 hari
pertama ) setelah strok iskemik karena resiko penurunan aliran darah ke
otak dan gejala yang lebih buruk . Ini dilihat dari naiknya TD pada kontrol
ke tiga dari 160/120 mmHg menjadi 210/180 mmHg.
Panduan dewan Stroke dari Asosiasi Stroke Amerika
untuk pengaturan stroke iskemik akut memberikan
rekomendasi hanya pada tingkat A. Rekomendasi untuk
Farmakoterapi iskemia stroke diberikan pada tabel di
bawah ini :
Senyawa Primer Alternatif

Penanganan akut Alteplase 0, 9 mg/kg iv (maks 90 kg Alteplase (dosis variasi ) intra arteri
) sampai 1 jam pada pasien terpilih hingga 6 jam setelah onset pada
dalam onset 3 jam. pasien terpilih.
Aspirin 160 -325 mg setiap hari
dimulai dalam 48 jam onset

Pencegahan Sekunder Aspirin 50 -325 mg setiap hari Tiklodipin 250 mg dua kali sehari
Non kardioemboli Clopidogrel 75 mg setiap hari
Aspirin 25 mg + pelepasan lebih
luas dipiridamol 200 mg dua kali
sehari.

Kardioembolik (terutama fibrilasi Warfarin (INR=2.5)


atrium)

Semua Pengobatan antihipertensif


Cont,
Panduan American College of Chest Physicians ( ACCP) untuk
penggunaan terapi antithrombotik dalam pencegahan sekunder
stroke iskemia menganjurkan terapi antiplatelet sebagai dasar untuk
pencegahan sekunder dalam stroke non kardioemboli.

Aspirin , clopidogrel dan pelepasan diperluas clopidogrel dengan


aspirin semuanya dipertimbangkan sebagai senyawa antiplatelet
utama .

Ticlodipin akan dicadangkan untuk pasien yang gagal atau tidak


dapat menerima terapi lain karena efek sampingnya.
Permasalahan
Pada kasus ini pasien tidak mendapatkan terapi
antiplatelet
Pasien tidak mendapatkan alteplase pada penanganan
akut.
Data kurang jelas apakah pasien ini rawat jalan atau
rawat inap , dilihat dari terapi medikametosa pasien ini
adalah pasien rawat jalan.
Dosis neuropektan kurang memenuhi target.
Medikamentosa Stroke
1. Antikoagulan

Tujuannya : untuk mencegah stroke iskemik ulang

Contoh : Aspirin , Clopidogrel , Lovenox

2. Neuroprotektan

Tujuannya : untuk mencegah terjadinya early ischemic


injury.

Contoh : piracetam , Citicolin


Piracetam
Piracetam seharusnya diberikan pada 7 jam saat onset
stroke .
Pertama diberikan 12 gr per infus selama 20 menit dan
dilanjutkan dengan 3 gram bolus tiap 6 jam atau 12
gram setiap 12 jam sampai hari ke empat.
Pada hari ke-5 sampai akhir minggu keempat piracetam
diberikan dalam 4,8 gr dibagi 3 kali sehari dan pada
minggu ke-5 sampai 12 diberikan 2,4 gr 2 kali sehari .
Implementasi pada Kasus
Dosis piracetam pada kasus ini hanya 1 x sehari 1200
mg sehingga telaah resep pada kasus ini dosis kurang
tercapai atau kurang memenuhi target .
Drugs of Choice
Berdasarkan pembahasan tsb dapat disimpulkan :

Antihipertensi tipe 2 pada pasien YH sesuai yaitu Blopres Plus sebagai kombinasi ACE

I dan diuretik.

Diperlukan alteplase pada penanganan akut dalam onset 3 jam.

Untuk pecegahan sekunder , diperlukan antiplatelet . antiplatelet yang dianjurkan adalah

aspirin 50-325 mg setiap hari dan atau clopidogrel 75 mg setiap hari .

Neuroprotektan yang digunakan adalah piracetam 1200 mg , dengan dosis yang kurang

memenuhi target.

Penggunaan neurotropik vit , yaitu Neurodex sesuai.

Penggunaan antisedatif Clobazam sesuai.


Terapi Non Farmakologi
1. Diet
Kelebihan berat badan juga akan menimbulkan penyakit
hipertensi bertambah buruk. Hal ini dapat terjadi karena
kandungan lemak berupa kolesterol jahat pada seseorang
yang mempunyai tubuh gemuk akan menumpuk pada
pembuluh darah sehingga jika hal tersebut terus berlangsung
pembuluh darah akan menjadi sempit dan aliran darahpun
menjadi tinggi, dengan melakukan diet maka kolesterol jahat
yang terdapat pada pembuluh darah secara bertahap akan
hilang dengan sendirinya.
2. Berolahraga

Berolahraga dapat menurunkan tekanan darah. karena dengan berolahraga


sirkulasi darah pada pembuluh akan berjalan dengan lancar, selain itu
berolahraga juga akan membantu mengurangi kolesterol jahat yang terdapat
pada pembuluh darah. oleh sebab itu berolahraga sangatlah penting untuk
mengatasi hipertensi, minimal berolahraga rutin setiap hari 30 menit. Seperti
olahraga ringan jogging, senam, jalan cepat dan masih banyak lagi.
3. Menciptakan suasana rileks

Stres yang dialami seseorang juga akan menjadi pemicu tekanan darah
menjadi naik atau hipertensi, karena seseorang yang sedang mengalami
stres dia akan mengalami penegangan saraf sehingga hal tersebut memicu
tekanan darah menjadi tinggi, maka dari itu dengan menciptakan suasana
yang rileks maka saraf pada otak akan terkontrol dengan baik sehingga
tekanan darah dapat menurun, rileksasi yang dapat dilakukan oleh
penderita hipertensi yaitu seperti meditasi, rekreasi, yoga, hipnotis atau
hipnoterapi dan masih banyak lagi intinya lakukan apa saja yang membuat
diri penderita menjadi rileks atau tidak tegang.
4. Mengurangi rokok dan alcohol

Merokok dan mabuk alkohol dapat menjadi pemicu


kolesterol jahat menjadi menumpuk pada pembuluh
darah, maka dari itu bagi penderita hipertensi.
Monitoring dan Follow Up
Pemeriksaan rutin faktor resiko stroke .

Pemeriksaan komplikasi stroke seperti bronkopneumoni , infeksi


saluran kencing kencing , penyakit arteri perifer.

Pemeriksaan neurovaskuler dan evaluasi pembuluh darah jantung.

Intervensi gizi pasien stroke.

Terapi farmakologi

Penilaian gangguan fungsional seperti gangguan kognitif dan


degeneratif lain, demensia vaskuler , movement disorder dan
gangguan keseimbangan.
Pemantauan secara ketat untk peningkatan keparahan
neurologi , komplikasi tromboemboli atau infeksi , dan
efek samping dari pengaruh farmakologi atau non
farmakologi.
Rangkuman pemantauan Stroke
Pengobatan Parameter Frekuensi keterangan
Alteplase BP,fungsi Setiap 15 menit
neurologis,pend x 1 jam ,setiap
arahan 0,5 mg x 6 jam ,
setiap 1 jam x
17 jam , setiap
waktu
setelahnya
Aspirin perdarahan Setiap hari

Clopidogrel perdarahan Setiap hari


ERDP Sakit kepala Setiap hari
/ASA , perdarahan
Pengobatan Parameter Frekuensi keterangan
Tiklodipin CBC,perdara CBC setiap 2
han,diare minggu x 3
bulan ,
lainnya setiap
hari.
warfarin Perdarahan , INR setiap
INR, HB,Hct hari x 3 hari ,
tiap minggu
hingga stabil
, tiap bulan
Komunikasi , Edukasi dan
Informasi
Untuk keluarga pasien : yaitu dengan memberikan edukasi ,
informasi bagaimana merawat pasien pasca stroke di rumah ,
kelurga harus tetap meyakinkan yang bersangkutan untuk tetap
optimis menjalani hidup.

Untuk pasien yang mengalami stroke ringan : yang paling utama


adalah agar tidak mengalami serangan kedua dengan melakukan
pola hidup sehat dan mengkonsumsi obat yang dianjurkan dokter.

Obat dan terapi dilakukan seumur hidup dan harus diingat


pentingnya ini karena serangan kedua akan lebih parah.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Antihipertensi tipe 2 pada pasien YH sesuai yaitu Blopres Plus
sebagai kombinasi ACE I dan diuretik.

2. Diperlukan alteplase pada penanganan akut dalam onset 3 jam.

3. Untuk pecegahan sekunder , diperlukan antiplatelet . antiplatelet


yang dianjurkan adalah aspirin 50-325 mg setiap hari dan atau
clopidogrel 75 mg setiap hari .
4. Neuroprotektan yang digunakan adalah piracetam 1200 mg , dengan
dosis yang kurang memenuhi target.

5. Penggunaan neurotropik vit , yaitu Neurodex sesuai.

6. Penggunaan antisedatif Clobazam sesuai

Anda mungkin juga menyukai