Gambar 2 kurva b. Kurva energi (E) sebagai fungsi vektor gelombang (k) dalam
sebuah kristal monoatomik satu dimensi dengan konstanta kristal sebesar a. Celah
energi Eg yang ditunjukkan terjadi pada k = ± /a. Celah energi lainnya ditemukan
pada ± n/a, untuk nilai integral dari n.
Kita dapat menjelaskan secara fisis asal mula dari celah energi yang
merupakan persoalan sederhana pada sebuah kisi zat padat yang linier untuk
sebuah konstanta a . Pada energi rendah bagian dari struktur pita dapat dilihat
secara kualitatif seperti pada gambar (2) dengan ( a ) untuk seluruh elektron bebas
dan (b) untuk elektron yang hampir bebas. Tetapi dengan celah energi pada
k , kondisi Bragg (k + G)2 = k2. Untuk difraksi dari gelombang pada
a
vektor gelombang k dalam 1 dimensi
1 n
k G ..............................................................................................(4)
2 a
dimana G 2n yaitu vektor kisi resiprok dan n adalah bilangan bulat. Refleksi
a
dan merupakan daerah Brillouin pertama dari kisi ini. Celah energi lain erjadi
a
untuk harga lainnya dari bilangan bulat n.
Fungsi gelombang berdiri tersebut terdiri atas dua macam, yaitu fungsi
gelombang yang saling menguatkan dan fungsi gelombang yang saling
melemahkan. Secara matematik, kedua fungsi gelombang berdiri tersebut dapat
dibentuk dari fungsi gelombang yang berjalan ke kanan dan ke kiri, yaitu sebagai
berikut:
ix ix x
() exp exp 2i cos
a a a
................................................(5)
ix ix x
() exp exp 2i sin
a a a
a. Asal Celah Energi
Asal mula adanya celah energi yaitu kedua fungsi gelombang φ (+) dan φ
(-) (seperti persamaan 5) menumpukkan elektron di dua tempat yang berbeda,
dan karena itu, kedua kelompok elektron itu memiliki nilai energi potensial
yang berbeda.
Kerapatan muatan pada kedua gelombang berdiri tersebut adalah:
ρ(+) = |φ(+)|2 ∞ cos2 πx/a
Persamaan di atas akan menumpukkan elektron di atas ion-ion positif
yang dipusatkan di titik-titik x = 0, + a, + 2a, + 3a, dst. Lihat gambar 3,
kelompok elektron ini berada di daerah yang berenergi potensial rendah.
ρ(−) = |φ(−)|2 ∞ sin2 πx/a
Persamaan di atas akan menumpukkan elektron-elektron tersebut di
tengah-tengah antara ion-ion positif tersebut, sehingga elektron-elektron ini
memiliki energi potensial yang tinggi.
B. TEOREMA BLOCH
Fungsi Bloch membuktikan perlunya teorema bahwa solusi dari persamaan
Schrodinger untuk potensial periodik harus dalam bentuk khusus.
Ψk (r) = uk (r) exp(ik. r).................................................................................(7)
uk (r) = periode kisi kristal
uk (r) = uk (r + T)
Teorema Bloch:
Fungsi eigen dari persamaan gelombang untuk suatu potensial periodik adalah
hasil kali antara suatu gelombang bidang exp(ik. r) dengan suatu fungsi uk (r)
dengan periode sifat kisi kristal.
Fungsi Bloch berlaku ketikatidak berdegenerasi, yaitu ketika tidak ada
fungsi gelombang lain dengan energi ψk sama dan vektor gelombang sebagai ψk
. N = kisi kristal pada lingkaran Na
Energi potensial dalam a, dimana U (x) = U (x + sa), dimana s adalah
bilangan bulat. Maka solusi dari fungsi gelombang adalah:
ψ(x + a) = Cψ(x)..................................................................................(8)
A. MODEL KRONIG-PENNEY
Model ini mengkaji perilaku elektron dalam kristal linier monoatomik dan
memberikan indikasi adanya selang energi elektron yang diperkenankan dan
yang tidak diperkenankan.
Potensial periodik yang merupakan persamaan gelombang dapat
diselesaikan dalam fungsi dasar seperti pada gambar 4. Persamaan gelombangnya
adalah:
ℏ2 d2 ψ
− 2m dx2 + U(x)ψ = ϵψ.....................................................................................(11)
Dimana:
U(x) = energi potensial
𝜖 = nilai eigen energi
Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi
potensial yang periodik, dengan menganggap energi potensial periodik itu
merupakan deretan sumur energi potensial persegi seperti ditunjukkan dalam
gambar 4 di bawah ini.
Saat x = a
Dengan menggunakan persamaan 16, didapat:
Aeika + Be−ika = (Ce−Qb + DeQb )eik(a+b) ...........................................(19)
iK(Aeika − Be−ika ) = Q(Ce−Qb − DeQb )eik(a+b) .................................(20)
Keempat persamaan linier yang homogen ini (Persamaan 17 sampai 20)
akan memiliki solusi jika determinan dari koefisien-koefisien A, B, C, dan D
adalah sama dengan nol. Atau jika
[(Q2 − K 2 )/2QK] sinh Qb sin Ka + cosh Qb cos Ka = cos k(a + b)..........(21a)
Hasilnya akan menjadi sederhana, ketika batasnya b = 0 dan U = ~ menjadi
Q2ba/2 = P. Dalam batas ini Q > K dan Qb < 1. Kemudian 21a mereduksi
menjadi:
(P/Ka) sin Ka + cos Ka = cos ka...................................................................(21b)
1. CONTOH SOAL
1. Mengapa dipelajari teori pita energi ?
Pembahasan :
Teori elektron bebas tidak bisa menjelaskan :
Mengapa beberapa logam dengan jumlah elektron bebas yang banyak dapat
bersifat sebagai konduktor, sedangkan logam-logam dengan jumlah elektron
konduksi sedikit akan bersifat sebagai isolator
Perubahan resitivitas konduktor oleh adanya perubahan suhu, dan sifat-sifat
semikonduktor
2. Mengapa teori electron bebas tidak bisa menjelaskan hal tersebut?
Karena penyederhanaan yang berlebihan tentang eltron konduksi
Menurut teori electron bebas, electron konduksi dianggap mengalami energi
potensial yang tetap atau bahkan tidak memiliki energi potensial dari inti atom
dan electron-elektron lainnya didalam atom
Menurut teori electron bebas, electron konduksi ini bebas bergerak didalam
Kristal dan hanya dibatasi oleh permukaan Kristal itu sendiri
2. LATIHAN
Tentukan energi fermi tembaga dengan asumsi setiap atom tembaga menyumbang 1
elektron bebas, jika kerapatan tembaga 8,94.103 kg/m3 dan massa atom tembaga 63,5
amu
Pembahasan :
Diket : 𝜌𝐶𝑢 = 8,94x103 kg/m3
mCu = 63,5 amu = 63,5 x 1,67 x 10-27 kg = 106,045 x 10-27 kg
N=1
Ditanya : Ef = ?
𝑚
Jawab : 𝜌= 𝑉
𝑚 106,045 ×10−27 𝑘𝑔
𝑉= =
𝜌 8,94×103 𝑘𝑔/𝑚3
L = 2,2806 x 10-10 m
2 N
2
Ef
2m 2 L
2
4,45 10 54 1(3,14)
Ef
10
1,82 10 27 2(2,2806 10
2
27 3,14
E f 2,44 10
10
4,5612 10
E f 2,44 10 27 0,688 1010
2
E f 2,44 10 27 0,473344 10 20
E f 1,154 10 7
DAFTAR PUSTAKA
Charles Kittel. 1996. Introduction to Solid State Physics. New York : Printice Hall.
Lawrence, Van Vlack. 1989. Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Jakarta : Erlangga.
Suwitra,Nyoman. 1989. Pengantar Fisika Zat Padat. Jakarta : Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan.