Anda di halaman 1dari 42

STUPA 4

ANALISIS KONTEKS LINGKUNGAN DI WILAYAH TIMUR


SAGAN BERDASARKAN HASIL SURVEY LAPANGAN

LUTHFAN NUR RAHMAT 13512060


ALVIN N.A. 15512043
DWIKIE MARDITA .S 16512012
MUHAMMAD SYAUQI 16512044
JALAN PROF.DR.IR. YOHANES SEBAGAI
IKON SAGAN

IKON IKON IKON


KOMERSIL BUDAYA KULINER
LETAK ADMINISTRATIF WILAYAH SAGAN

WILAYAH SAGAN TERLETAK DI


KECAMATAN
GONDOKUSUMAN, KOTA
YOGYAKARTA, PROVINSI
WILAYAH DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
SAGAN
RENCANA POLA RUANG

Sumber : Pemerintah Kota Yogyakarta


BATAS WILAYAH SAGAN

RS. PANTI
RAPIH
(UTARA)

KALI
JALAN CIK
MANUNGGAL/
DITIRO
KALI MAMBU
(BARAT)
(TIMUR)

MALL
GALLERIA
(SELATAN)
LOKASI SURVEY
LOKASI SITE TERLETAK DI JALAN PROF. DR. IR.
YOHANES YANG MERUPAKAN AREA KOMERSIL
BERSKALA MIKRO, KECIL, MENENGAH, DI WILAYAH
SAGAN

BUILDING EXISTING

LOKASI SITE

JALAN ARTERI

JALAN KOLEKTOR

JALAN WARGA

BANGUNAN KOMERSIL
cadmapper.com file d7e4d2dc-1a92-40dd-9f92-7f9fd92c142d
PROFIL SITE

NAMA BANGUNAN : HOTEL SALA 3


FUNGSI BANGUNAN : PENGINAPAN
2
LUAS BANGUNAN : 1200M
LOKASI BANGUNAN : JL. PROF. DR. YOHANES NO.
1060, TERBAN, GONDOKUSUMAN, KOTA
YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PROFIL SITE
HOTEL SALA 3 merupakan
hotel yang terletak dijalan prof
yohanes . arsitektur yang
digunakan pada bangunan
hotel adalah arsitektur
jalan sagan utara kontemporer dan jawa pada
bagian lobbynya
kamar kamar kamar kamar kamar kamar

JL. PROF. DR. YOHANES


warung

kamar
warung

warung
kamar

pada bagian depan hotel terdapat area perdagangan berupa


ruko ruko yang menjual makanan serta terdapat area parkir
yang lumayan lebar yaitu 3 meter
jalan sagan utara
vista
kamar kamar kamar kamar kamar kamar

JL. PROF. DR. YOHANES


warung

kamar
warung

warung
kamar
SITE CIRCULATION

PARKING AREA
kamar kamar kamar kamar kamar kamar

warung
KAMAR INAP
kamar
warung

AREA TOKO
warung
kamar

ENTRANCE

POLA SIRKULASI
arah gerak angin

jalan sagan utara jalan sagan utara

kamar kamar kamar kamar kamar kamar kamar kamar kamar kamar kamar kamar

JL. PROF. DR. YOHANES

JL. PROF. DR. YOHANES


warung warung

kamar kamar
warung warung

warung warung
kamar kamar

hembusan angin paling cepat dari arah barat pada siang menjelang sore hembusan berubah dari
dimana pada pagi hari arah angin dari barat arah barat daya menuju ke utara
laut menuju ke timur
arah gerak Matahari

matahari mencapai puncaknya pada jam 11:48 wib dimana


matahari berada tegak lurus dengan site. Matahari terbit pada sudut
91 drajat kemudian pada saat matahari tenggelam pada sudut 270
derajat.
Orientasi bangunan pada jalan prof.
Yohanes , bahwa bagian muka bangunan
yang kecil menghadap ke arah matahari
(berorientasi utara-selatan)
berarti menandakan bahwa desain
bangunan sudah menerapkan arah gerak
matahari

cadmapper.com file d7e4d2dc-1a92-40dd-9f92-7f9fd92c142d


PAGI SIANG SORE MALAM
jalan sagan utara A 24.7°C 29.3°C 27,5°C 25,9°C
kamar kamar kamar kamar kamar kamar jam 07.00 jam 12.00 jam 16.00 jam 20.00

JL. PROF. DR. YOHANES


warung

kamar
warung

kamar
warung
suhu udara pada lokasi cenderung naik turun
dimana di pagi hari suhunya rendah kemudian
terjadi kenaikan pada siang hari. suhu udara tidak
terlalu panas karena pada lokasi site terdapat
banyak vegetasi . kemudian penggunaan
kendaraan yang tinggi karena pengguna trotoar
yang rendah
Paragraf 1 Paragraf 2
Zona Perumahan Zona Perdagangan dan Jasa
Pasal 15 Pasal 16
(1) Zona perumahan (R) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, (1) Zona perdagangan dan jasa (K) sebagaimana
terdiri dari: dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Subzona rumah kepadatan tinggi (R-1), ditetapkan seluas kurang lebih 943,8 Ha a. Sub BWP A Danurejan;
(sembilan ratus empat puluh tiga koma delapan hektar) berupa kegiatan rumah b. Sub BWP B Gedongtengen;
kepadatan tinggi sebagai perumahan dan permukiman yang tersebar pada: c. Sub BWP C Gondokusuman;
1. Sub BWP E Jetis, meliputi: Blok E2 Bumijo, Blok E1 Cokrodiningratan dan Blok d. Sub BWP D Gondomanan;
E3 Gowongan; e. Sub BWP E Jetis;
2. Sub BWP C Gondokusuman, meliputi: Blok C3 Baciro, Blok C5 Demangan, Blok f. Sub BWP F Kotagedhe;
C4 Klitren , Blok C2 Kotabaru dan Blok C1 Terban; g. Sub BWP G Kraton;
3. Sub BWP A Danurejan, meliputi: Blok A3 Bausasran, Blok A2 Suryatmajan dan h. Sub BWP H Mantrijeron; i. Sub BWP I Mergangsan;
Blok A1 Tegalpanggung; j. Sub BWP J Ngampilan;
4. Sub BWP J Ngampilan, meliputi: Blok J2 Ngampilan dan Blok J1 Notoprajan; k. Sub BWP K Pakualaman;
5. Sub BWP H Mantrijeron, meliputi: Blok H2 Gedongkiwo, Blok H3 Mantrijeron dan l. Sub BWP L Tegalrejo;
Blok H1 Suryodiningratan; m. Sub BWP M Umbulharjo;
6. Sub BWP D Gondomanan, meliputi: Blok D1 Prawirodirjan; n. Sub BWP N Wirobrajan.
7. Sub BWP K Pakualam, meliputi: Blok K2 Blok K2 Gunungketur dan Blok K1
Purwokinanti ;
8. Sub BWP I Mergangsan, meliputi : Blok I1 Brontokusuman, Blok I2 Keparakan dan
Blok I3 Wirogunan;
9. Sub BWP M Umbulharjo, meliputi: Blok M5 Muja-muju, Blok M1 Pandeyan, Blok
M6 Semaki, Blok M3 Sorosutan, Blok M4 Tahunan, dan Blok M2 Warungboto;
10. Sub BWP B Gedongtengen, meliputi: Blok B2 Pringgokusuman;
11. Sub BWP L Tegalrejo, meliputi: Blok L2 Karangwaru dan Blok L4 Sub BWP L
Tegalrejo ;
12. Sub BWP N Wirobrajan, meliputi: Blok N3 Pakuncen dan Blok N1
Patangpuluhan.
b. Subzona rumah kepadatan sedang (R-2), ditetapkan seluas kurang lebih 700 Ha
(tujuh ratus hektar) berupa kegiatan rumah kepadatan sedang sebagai fungsi
perumahan dan
permukiman yang tersebar :
1. Sub BWP L Tegalrejo, meliputi: Blok L1 Bener, Blok L2 Karangwaru, Blok L3
Kricak dan Blok L4 Tegalrejo;
Paragraf 4
Zona Sarana Pelayanan Umum
Pasal 18
(1) Zona sarana pelayanan umum (SPU) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14ayat (1) huruf d, terdiri dari:
a. Subzona sarana pendidikan (SPU-1);
b. Subzona sarana transportasi (SPU-2);
c. Subzona sarana kesehatan (SPU-3); dan
d. Subzona sarana olah raga dan rekreasi (SPU-4).
(2) Subzona sarana pendidikan (SPU-1) sebagaimana dimaksud pasa ayat (1) huruf b, ditetapkan seluas kurang lebih106 Ha (seratus enam hektar)
terdiri dari :
a. Sub BWP E Jetis, meliputi: Blok E2 Bumijo, Blok E1 Cokrodiningratan dan Blok E3
Gowongan;
b. Sub BWP L Tegalrejo, pada Blok L2 Karangwaru;
c. Sub BWP I Mergangsan, meliputi: Blok I3 Wirogunan dan Blok I2 Keparakan;
d. Sub BWP A Danurejan, pada Blok A1 Tegalpanggung;
e. Sub BWP N Wirobrajan, meliputi: Blok N2 dan Blok N3 Pakuncen;
f. Sub BWP H Mantrijeron, meliputi Blok H3 Mantrijeron dan Blok H1 Suryodiningratan;
g. Sub BWP G Kraton, pada Blok G3 Kadipaten;
h. Sub BWP B Gedongtengen pada Blok B1 Sosromenduran;
i. Sub BWP C Gondokusuman,meliputi: Blok C3 Baciro, Blok C4 Klitren, Blok C2
Kotabaru dan Blok C1 Terban;
j. Sub BWP D Gondomanan, pada Blok D2 Ngupasan;
k. Sub BWP J Ngampilan, pada Blok J2 Ngampilan; dan
l. Sub BWP M Umbulharjo, meliputi, Blok M1 Pandeyan, Blok M2 Warungboto,Blok M3
Sorosutan, Blok M4 Tahunan,Blok M5 Muja-muju danBlok M6 Semaki.
(3) Subzona sarana transportasi (SPU-2) sebagaimana dimaksud pasa ayat (1) huruf b, ditetapkan seluas kurang lebih 42,5hektar terdiri dari :
a. Terminal Penumpang tipe A , di Sub BWP M Umbulharjo pada Blok M7 Giwangan;
b. Stasiun Kereta Api Lempuyangan di Sub BWP A Danurejan, meliputi: Blok A3
Bausasran dan Blok A1 Tegalpanggung, sebagian di Sub BWP C Gondokusuman, meliputi: Blok C3 Baciro, Blok C4 Klitren danBlok C5 Demangan; dan
c. Stasiun Kereta Api Tugu, di Sub BWP B Gedongtengen meliputi: Blok B2
Pringgokusuman dan Blok B1 Sosromenduran.
(4) Subzona sarana kesehatan (SPU-3) sebagaimana dimaksud pasa ayat (1) huruf c, ditetapkan seluas kurang lebih 23 Ha (dua puluh tiga hektar)terdiri
dari:
a. Sub BWP C Gondokusuman, meliputi:Blok C1 Terban, Blok C2 Kotabaru dan Blok C3
Baciro;
b. Sub BWP D Gondomanan pada Blok D2 Ngupasan;
c. Sub BWP J Ngampilan pada Blok J2 Ngampilan; dan
d. Sub BWP M Umbulharjo , meliputi: Blok M1 Pandeyan dan Blok M3 Sorosutan.
(5) Subzona sarana olah raga dan rekreasi (SPU-4) sebagaimana dimaksud pasa ayat (1) huruf d, ditetapkan seluas kurang lebih 21,5 Ha (dua puluh
satu setengah hektar)terdiri dari:
a. Stadion Mandala Krida, Gedung Olah Raga Amongrogo dan beberapa sarana olah raga lainnya di Sub BWP M Umbulharjo, meliputi:Blok M3
Sorosutan,Blok M6 Semakidan Blok M7 Giwangan; dan
b. Stadion Kridosono di Sub BWP C Gondokusuman pada Blok C2 Kotabaru.
(6) Sebaran zona dan subzonaSarana Pelayanan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Rencana Peruntukan Blok
dengan ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BENTUK DAN KELOMPOK MASSA
BANGUNAN
SKY LINE

POLA SKYLINE PADA SITE MEMBENTUK LEVEL TINGGI-


RENDAH-TINGGI DIMANA LETAK SITE BERADA PADA
AREA SKYLINE DENGAN KETINGGIAN RENDAH
(ORIENTASI UTARA-SELATAN)
BENTUK DAN KELOMPOK MASSA
BANGUNAN
STYLE

UTARA SELATAN

MODERN
AREA SAGAN MERUPAKAN AREA PERALIHAN ANTARA GAYA
PERALIHAN
ARSITEKTUR KOLONIAL DAN ARSITEKTUR MODERN.
ARSITEKTUR YANG BERORIENTASI KE ARAH SELATAN
KOLONIAL (AREA KOTA BARU) MAKA GAYA ARSITEKTURNYA SEMAKIN
BERKARAKTER ARSITEKTUR KOLONIAL
BENTUK DAN KELOMPOK MASSA
BANGUNAN
arsitektur modern

arsitektur peralihan

arsitektur indiesch

cadmapper.com file d7e4d2dc-1a92-40dd-9f92-7f9fd92c142d


arsitektur modern
arsitektur peralihan
arsitektur indiesch
BENTUK DAN KELOMPOK MASSA
BANGUNAN

KETINGGIAN
KDB KLB
MAKSIMAL

NILAI MAKSIMAL KOEFISIEN NILAI MAKSIMAL KOEFISIEN KETINGGIAN MAKSIMAL


DASAR BANGUNAN DI LANTAI BANGUNAN DI BANGUNAN DI WILAYAH
WILAYAH SAGAN SEBESAR WILAYAH SAGAN SEBESAR SAGAN SETINGGI 32M DAN
80% 6,4 UNTUK TINGGI MAKSIMAL
LANTAI BANGUNAN
SETINGGI 5M (TINGGI
LANTAI BANGUNAN YANG
MELEBIHI 5M DIHITUNG DUA
LANTAI)
e. Zona Perdagangan dan Jasa (K)
1) Ketentuan Intensitas Bangunan dan amplop ruang
KDB maksimal 90%
TB maksimal 32 meter
KLB maksimal 6,4
KDH minimal 5%
XVII-8

Lebar jalan (ROW) minimal 3 meter.


GSB minimal 5 meter.
2) Tampilan Bangunan
Ketentuan arsitektural berlaku bebas, dengan catatan tidak
bertabrakan dengan arsitektur tradisional lokal serta tetap
memperhatikan keindahan dan keserasian lingkungan sekitar.
Warna bangunan, bahan bangunan, tekstur bangunan, tidak diatur
mengikat, kecuali terdapat bangunan cagar budaya
Paragraf 2 e) Teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,2
Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan (satu
Pasal 9 koma dua) di atas lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai;
Setiap mendirikan bangunan, fungsinya wajib sesuai dengan f) Luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak
peruntukan lokasi yang diperhitungkan
ditetapkan dalam dokumen perencanaan kota. dalam perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % (limapuluh per seratus)
Pasal 10 dari
(1) Setiap bangunan gedung yang didirikan tidak boleh melebihi KLB yang ditetapkan, selebihnya diperhitungkan 50 % (lima puluh per
ketentuan maksimal seratus)terhadap KLB;
kepadatan dan ketinggian yang ditetapkan dalam dokumen g) Ram dan tangga terbuka dihitung 50 % (lima puluh per seratus),
perencanaan kota. selama tidak
(2) Persyaratan kepadatan ditetapkan dalam bentuk KDB maksimal. melebihi 10 % (sepuluh per seratus) dari luas lantai dasar yang
(3) Persyaratan ketinggian maksimal ditetapkan dalam bentuk KLB diperkenankan;
dan atau tinggi h) Dalam perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan
bangunan maksimal. adalah
(4) Perhitungan KDB dan KLB wajib memenuhi ketentuan sebagai yang dibelakang GSJ;
berikut : i) Untuk pembangunan yang berskala kawasan (superblock), perhitungan
a) Perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang KDB
diperhitungkan sampai batas dinding terluar; dan KLB adalah dihitung terhadap total seluruh lantai dasar bangunan,
b) Luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dan
dinding yang total keseluruhan luas lantai bangunan dalam kawasan tersebut terhadap
tingginya lebih dari 1,2 m (satu koma dua) di atas lantai ruangan total
tersebut keseluruhan luas kawasan;
dihitung penuh 100 % (seratus per seratus); j) Dalam perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari
c) Luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi- lantai
sisinya penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m (lima), maka ketinggian
dibatasi oleh dinding tidak lebih dari 1,2 m (satu koma dua) di atas bangunan tersebut dianggap sebagai dua lantai;
lantai k) Mezanin (lantai antara yang terdapat di dalam ruangan) yang luasnya
ruangan dihitung 50 % (limapuluh per seratus), selama tidak melebihi
melebihi 10 % 50 % (limapuluh per seratus)dari luas lantai dasar dianggap sebagai lantai
(sepuluh per seratus) dari luas denah yang diperhitungkan sesuai penuh.
dengan KDB
yang ditetapkan;
d) Overstek atap (konsul/tritisan) yang melebihi lebar 1,5 m (satu
koma lima)
maka luas mendatar kelebihannya tersebut dianggap sebagai luas
lantai denah;
SIRKULASI DAN PARKIR

SIRKULASI

AKSES TRANSPORTASI UMUM


AREA SITE BISA DI AKSES MELALUI
JASA TRANSPORTASI UMUM SEPERTI
TRANS JOGJA YANG LOKASINYA
SEKITAR 200M DARI SITE

AKSES TRANSPORTASI PRIBADI

AREA SITE BISA DI TEMPUH MELALUI


JALUR UTAMA (JALAN SUDIRMAN)
DAN JALUR ALTERNATIF
(JALAN SAGAN SELATAN DAN UTARA)

JALAN KOLEKTOR TRANSIT TRANSJOGJA


galeria
JALAN ALTERNATIF LOKASI SITE

JALAN ARTERI BUILDING EXISTING


SIRKULASI DAN PARKIR
JALAN ARTERI

AKSES Jalan arteri, merupakan jalan umum


yang berfungsi melayani [angkutan]]
utama dengan ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk (akses) dibatasi
secara berdaya guna.

JALAN KOLEKTOR
Jalan kolektor primer (jalan Prof.
Yohannes adalah jalan yang
dikembangkan untuk melayani dan
menghubungkan kota-kota antar
pusat kegiatan wilayah dan pusat
kegiatan lokal dan atau kawasan-
kawasan berskala kecil

JALAN WARGA

Jalan lokal, merupakan jalan umum


yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
Bagian Kedua (5) Pengembangan jalan lokal sekunder (JLS) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi ruas
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan jalan sebagai berikut :
Pasal 23 a. Jalan Cik Di Tiro;
(1) Rencana pengembangan jaringan pergerakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, meliputi: b. Jalan Suroto;
a. pengembangan jalan arteri primer; c. Jalan Hayam Wuruk;
b. pengembangan jalan arteri sekunder; d. Jalan Pasar Kembang;
c. pengembangan jalan kolektor sekunder; e. Jalan Gandekan;
d. pengembangan jalan lokal sekunder; f. Jalan Jogonegaran; g. Jalan Bhayangkara; h. Jalan Pajeksan;
e. pengembangan jalan lingkungan primer dan sekunder; dan i. Jalan Suryatmajan;
f. pengembangan sistem pergerakan kereta api. j. Jalan Juminahan; k. Jalan Bausasran; l. Jalan Gayam;
(2) Pengembangan jalan arteri primer (JAP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,adalah sebagian m. Jalan Kenari;
dari ruas jalan Ring Road Selatan Kota Yogyakarta (JAP-II) di Blok M7 n. Jalan Ipda Tut Harsono;
Giwangan. o. Jalan Munggur; p. Jalan Batikan; q. Jalan Veteran;
(3) Pengembangan jalan arteri sekunder (JAS) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi ruas r. Jalan Ki Penjawi;
jalan sebagai berikut: s. Jalan Rejowinangun;
a. Jalan Magelang; t. Jalan Pramuka; u. Jalan Tegalturi; v. Jalan Lowanu;
b. Jalan Kyai Mojo; w. Jalan Wirosaban;
c. Jalan HOS Cokroaminoto; x. Jalan Sisingamangaraja; dan
d. Jalan R.E. Martadinata; e. Jalan Kapten Tendean; f. Jalan Bugisan; y. Jalan DI. Panjaitan.
g. Jalan Sugeng Jeroni; (6) Pengembangan jalan lingkungan primer dan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,
h. Jalan M.T. Haryono; meliputi semua ruas jalan penghubung antara lingkungan perumahan penduduk dengan jalan lokal sebagai
i. Jalan Mayjen Sutoyo; berikut :
j. Jalan Kolonel Sugiyono; a. Jalan di Kelurahan Kricak;
k. Jalan Menteri Supeno; b. Jalan di Kelurahan Karangwaru;
l. Jalan Perintis Kemerdekaan; c. Jalan di Kelurahan Tegalrejo;
m. Jalan Ngeksigondo; d. Jalan di Kelurahan Bener;
n. Jalan Gedongkuning; e. Jalan di Kelurahan Bumijo;
o. Jalan Laksda Adisucipto; f. Jalan di Kelurahan Cokrodiningratan;
p. Jalan Urip Sumoharjo; g. Jalan di Kelurahan Gowongan; h. Jalan di Kelurahan Demangan; i. Jalan di Kelurahan Kotabaru;
q. Jalan Jenderal Sudirman; dan j. Jalan di Kelurahan Klitren; k. Jalan di Kelurahan Baciro; l. Jalan di Kelurahan Terban;
r. JalanPangeranDiponegoro. m. Jalan di Kelurahan Suryatmajan;
(4) Pengembangan jalan kolektor sekunder (JKS) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi ruas n. Jalan di Kelurahan Tegalpanggung;
jalan sebagai berikut: o. Jalan di Kelurahan Bausasran;
a. Jalan A.M. Sangaji; p. Jalan di Kelurahan Sosromenduran; q. Jalan di Kelurahan Pringgokusuman; r. Jalan di Kelurahan
b. Jalan Tentara Pelajar; Ngampilan;
c. Jalan Tentara Rakyat Mataram; s. Jalan di Kelurahan Notoprajan; t. Jalan di Kelurahan Pakuncen; u. Jalan di Kelurahan Wirobrajan;
d. Jalan Pembela Tanah Air; v. Jalan di Kelurahan Patangpuluhan;
e. Jalan Letjend Suprapto; w. Jalan di Kelurahan Gedongkiwo;
f. Jalan Wahid Hasyim; x. Jalan di Kelurahan Suryodiningratan;
g. Jalan Bantul; y. Jalan di Kelurahan Mantrijeron;
h. Jalan C. Simanjuntak; z. Jalan di Kelurahan Patehan;
i. Jalan Margoutomo (Jalan Mangkubumi); aa. Jalan di Kelurahan Panembahan;
j. JalanMalioboro; bb. Jalan di Kelurahan Kadipaten;
k. Jalan Margomulyo (Jalan Ahmad Yani); cc. Jalan di Kelurahan Ngupasan;
l. Jalan Pangurakan (Jalan Trikora); dd. Jalan di Kelurahan Prawirodirjan; ee. Jalan di Kelurahan Purwokinanti; ff. Jalan di Kelurahan
m. Jalan Abu Bakar Ali; Gunungketur; gg. Jalan di Kelurahan Keparakan; hh. Jalan di Kelurahan Wirogunan;
n. Jalan Mataram; ii. Jalan di Kelurahan Brotokusuman;
o. Jalan Mayor Suryotomo; jj. Jalan di Kelurahan Semaki; kk. Jalan di Kelurahan Mujamuju; ll. Jalan di Kelurahan Tahunan;
p. Jalan KHA Dahlan; mm. Jalan di Kelurahan Warungboto; nn. Jalan di Kelurahan Pandeyan; oo. Jalan di Kelurahan Sorosutan;
q. Jalan H. Agus Salim; pp. Jalan di Kelurahan Giwangan;
r. JalanIbu Ruswo; qq. Jalan di Kelurahan Rejowinangun; rr. Jalan di Kelurahan Prenggan; dan ss. Jalan di Kelurahan Purbayan.
s. Jalan Panembahan Senopati; (7) Rencana pengembangan ruas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
t. Jalan Brigjen Katamso; Rencana Jaringan Jalan Kota Yogyakarta dengan ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
u. Jalan Parangtritis; Lampiran IVyang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
v. Jalan Prof. Dr. Ir. Yohanes; (8) Pengembangan sistem pergerakan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, meliputi jalur
w. Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo; rel kereta api yang membujur dari arah barat ke timur dengan didukung keberadaan Stasiun Tugu dan
x. Jalan Dr. Sutomo; Stasiun Lempuyangan serta Depo atau Balai Yasa.
y. Jalan Suryopranoto; z. Jalan Sultan Agung; aa. Jalan Kusumanegara; bb. Jalan Taman Siswa; cc.Jalan (9) Rencana jaringan pergerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Rencana
Affandi; dan Sistem Pergerakan Kota Yogyakarta dengan ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
dd. Jalan Gambiran. Vyang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
SIRKULASI DAN PARKIR

PARKIR

JALAN YOHANES MERUPAKAN AREA KOMERSIL YANG MEMILIKI


DAYA TARIK TINGGI SEHINGGA BANYAK MENARIK MINAT
PENGUNJUNG UNTUK SINGGAH DI AREA INI NAMUN
KETERBATASAN LAHAN PARKIR MEMBUAT PARA PENGUNJUNG
UNTUK MEMARKIR KENDARAANNYA DI SEPANJANG JALAN INI
SEHINGGA JALAN YOHANAS YANG DULUNYA BISA DI AKSES DARI
DUA ARAH SEKARANG HANYA BISA BERFUNGSI SEBAGAI JALUR
SATU ARAH.
galeria

TITIK PARKIR DI JALAN PROF. DR. IR.


YOHANES
SIRKULASI DAN
PARKIR

TITIK KEMACETAN DI
JALAN SAGAN

TITIK KEMACETAN

JALAN UTAMA

JALAN WARGA

ZONA KOMERSIL

BUILDING EXISTING

cadmapper.com file d7e4d2dc-1a92-40dd-9f92-7f9fd92c142d


Gambar 1
Desain Geometri Parkir Sisi Jalan (On-Street Parking)
a) Parkir di Badan Jalan (on-street parking) menggunakan sebagian badan jalan pada salah satu b) Parkir di Luar jalan (off-street parking). Parkir di luar jalan merupakan parkir yang tidak
sisi atau kedua sisi untuk parkir. memanfaatkan badan jalan. Jenis parkir ini antara lain adalah:
Sasaran dari sistem ini adalah menghindarkan gangguan bagi lalu lintas secara umum yang 1) Pelataran Parkir (open space parking)
diakibatkan dari penggunaan on-street parkirng. Dengan kata lain menghindarkan keadaan volume 2) Bangunan Parkir (park building)
kendaraan lebih besar dari kapasitas jalan, sehingga menimbulkan kemacetan. 3) Parkir di Lantai Dasar (besement parking)
Luas kebutuhan parkir di tempat ini bergantung pada jumlah kendaraan yang diharapkan parkir dan
sudut parkir. Umumnya parkir jenis ini menggunakan sudut parkir yang sejajar dengan badan jalan Ukuran lebar pintu keluar-masuk dapat ditentukan yaitu lebar 3 meter dan panjangnya harus
(bila jalannya kecil) atau membentuk sudut apabila jalannya cukup lebar. Sudut parkir yang umum dapat menampung tiga mobil berurutan dengan jarak antar mobil (spacing) sekitar 1,5 meter.
digunakan adalah 30°, 45°, 60°, 90°. Tidak semua badan jalan dapat digunakan sebagai media parkir, Oleh karena itu panjang-lebar pintu keluar-masuk minimum 15 meter. Pergerakkan kendaraan di
sebagaimana terlihat Gambar 8.1. area parkir dapat dibedakan menjadi jalur sirkulasi gang dan modul. Patokan umum yang dipakai
adalah:
1) Panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter².
2) Jalur gang yang dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan dianggap sebagai jalur
sirkulasi

Lebar minimum jalur sirkulasi


1) Untuk jalur satu arah = 3,5 meter
XXI-18

2) Untuk jalan dua arah = 6,5 meter

Lebih jelasnya mengenai geometri ruang parkir di dalam persil dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2
Ruang Parkir dan Desain Geometri Di Dalam Persil (Off-Street Parking)
RUANG TERBUKA

JALAN YOHANES MEMILIKI RUANG TERBUKA HIJAU YANG SANGAT MINIM


SEHINGGA UNTUK MENANGGULANGI HAL INI PEMERINTAH MEMBUAT
KEBIJAKAN DENGAN MENGAPLIKASIKAN TANAMAN-TANAMAN DALAM POT
UNTUK MENANGGULANGI ISU TERSEBUT. TANAMAN-TANAMAN DALAM POT INI
SELAIN UNTUK MENJAWAB ISU RUANG TERBUKA HIJAU YANG MINIM DI JALAN
YOHANES JUGA BERPERAN DALAM MEMBENTUK CITRA KOTA DI SEPANJANG
JALAN YOHANES
REGULASI
Paragraf 2
Zona Ruang Terbuka Hijau Kota
Pasal 12
(1) Rencana zona ruang terbuka hijau (RTH) kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, terdiri
dari:
a. Subzona RTH-1 ditetapkan seluas lebih kurang 26 Ha (dua puluh enam hektar) di sebagian Blok M5
Muja-muju dan sebagian Blok F1 Rejowinangunberupa Kebun
Binatang Gembiro Loka;
b. Subzona RTH-2 ditetapkan seluas lebih kurang 24 Ha (dua puluh empat hektar)berupa
Taman, Hutan Kota dan Lapangan Olah Raga, meliputi :
1. Sub BWP A Danurejan di Blok A1 Tegalpanggung, Blok A3 Bausasran dan Blok A2
Suryatmajanuntuk kegiatan Taman dan Lapangan Olah Raga;
2. Sub BWP H Mantrijeron di Blok H3 Mantrijeron,Blok H2 Gedongkiwo dan Blok H1
Suryodiningratan untuk kegiatan Taman dan Lapangan Olah Raga;
3. Sub BWP D Gondomanan di Blok D1 Prawirodirjan dan Blok D2 Ngupasan untuk kegiatan Taman dan
Lapangan Olah Raga;
4. Sub BWP K Pakualaman di sebagian Blok K1 Purwokinanti dan Blok K2
Gunungketur untuk kegiatan Taman dan Lapangan Olah Raga;
5. Sub BWP N Wirobrajan di sebagian Blok N2 Wirobrajan dan Blok N3 Pakuncen untuk kegiatan Taman
dan Lapangan Olah Raga;
6. Sub BWP G Kraton di sebagian Blok G1 Patehan untuk kegiatan Taman dan
Lapangan Olah Raga;
7. Sub BWP M Umbulharjo di sebagian Blok M3 Sorosutan dan Blok M7 Giwangan untuk kegiatan
Taman, Hutan Kota dan Lapangan Olah Raga;
8. Sub BWP E Jetis di sebagian Blok E1 Cokrodiningratan dan Blok E2 Bumijo untuk kegiatan Taman dan
Lapangan Olah Raga;
9. Sub BWP F Kotagede di sebagian Blok F2 Prenggan untuk kegiatan Taman dan
Lapangan Olah Raga;
10. Sub BWP C Gondokusuman di sebagian Blok C2 Kotabaru dan Blok C1 Terban untuk kegiatan Taman
dan Lapangan Olah Raga.

c. Subzona RTH-3 Fungsi Tertentuditetapkan seluas lebih kurang 15 Ha (lima belas hektar)
berupa Taman Makam Pahlawan dan Tempat Pemakaman Umum (TPU), meliputi:
1. Sub BWP L Tegalrejo di sebagian Blok L4 Tegalrejo untuk kegiatan TPU;
2. Sub BWP A Danurejan di sebagian Blok A2 Suryatmajan dan sebagian Blok A3
Pakuncenuntuk kegiatan TPU;
3. Sub BWP H Mantrijeron di Blok H3 Mantrijeron, sebagian Blok H2 Gedongkiwo untuk kegiatan TPU
4. Sub BWP M Umbulharjo di sebagian Blok M3 Sorosutan, Blok M4 Tahunan dan
sebagian Blok M5 Muja-muju untuk kegiatan TPU dan Taman Makam Pahlawan;
5. Sub BWP E Jetis di sebagian Blok E2 Bumijo dan Blok E3 Gowongan untuk kegiatan TPU;
6. Sub BWP I Mergangsan di sebagian Blok I2 Keparakan dan sebagian Blok I3
Wirogunan untuk kegiatan TPU;
7. Sub BWP C Gondokusuman di sebagian Blok C1 Terban dan Blok C3 Baciro untuk kegiatan TPU;
8. Sub BWP N Wirobrajan di sebagian Blok N3 Pakuncenuntuk kegiatan TPU;
9. Sub BWP F Kotagedhe di sebagian Blok F1 Rejowinangununtuk kegiatan TPU;
10. Sub BWP H Mantrijeron di sebagian Blok H2 Gedongkiwo untuk kegiatan TPU.
JALUR PEJALAN KAKI

JALUR PEJALAN KAKI DI JALUR PEJALAN KAKI DI JALUR PEJALAN KAKI DI JALUR PEJALAN KAKI DI
TEPI BARAT TEPI TIMUR TEPI TIMUR YANG TEPI BARAT YANG
TERPUTUS OLEH TIANG TERPUTUS OLEH POT
LISTRIK TANAMAN

DI AREA TEPI TIMUR JALAN YOHANES LEBAR JALUR PEJALAN KAKI LEBIH KECIL
DIBANDINGKAN DENGAN JALUR PEJALAN KAKI DI TEPI BARAT JALAN YOHANES
DIKARENAKAN REGULASI PEMERINTAH DAN PENGALIHAN FUNGSI RUANG YANG
DILAKUKAN PARA PELAKU KOMERSIL. KEBIJAKAN PENERAPAN POT-POT TANAMAN
DAN TIANG-TIANG LISTRIK PADA JALUR PEJALAN KAKI JUGA SERING
BERSINGGUNGAN DENGAN FUNGSI JALUR PEJALAN KAKI ITU SENDIRI.
JALUR PEJALAN KAKI

2.5 meter 6 meter 1.5 meter

Sempadan jalan (jalur pedestrian) di jalan yohanes bagian barat lebarnya 2.5 meter sedangkan
bagian tepi timur jalan lebarnya 1.5 meter dikarenakan bagian tepi barat jalan
yohanes di dominasi bangunan baru yang telah menggunakan peraturan tata
ruang.
PENDUKUNG AKTIVITAS

MINIMNYA WADAH BAGI PARA PELAKU USAHA TINGKAT


MIKRO DAN TINGGINYA POTENSI USAHA DI AREA JALAN
YOHANES MEMBUAT PARA PELAKU USAHA KAKI LIMA
UNTUK BERJUALAN DISEPANJANG RUAS PEJALAN KAKI.
PERPAPANAN

TIDAK TERATURNYA MEDIA IKLAN PERPAPANAN DI AREA JALAN YOHANES SALAH


SATU FAKTOR YANG MENGURANGI NILAI CITRA KOTA DI AREA INI SEHINGGA
PENGAPLIKASIAN MEDIA IKLAN DALAM BENTUK PERPAPANAN HARUS
MEMPERHATIKAN KONTEKS DI AREA JALAN YOHANES SENDIRI
PRESERVASI

TINGGINYA NILAI KOMERSIL DAN INVESTASI DI JALAN YOHANES MENDORONG


PEMERINTAH DAERAH UNTUK MENGELUARKAN KEBIJAKAN “BAHWA SETIAP
BANGUNAN YANG AKAN DIBANGUN DI AREA SAGAN KHUSUSNYA DI JALAN YOHANES
HARUS MENGANGKAT NILAI-NILAI SEJARAH DAN BUDAYA DI KAWASAN TERSEBUT”
HAL INI JUGA UPAYA UNTUK MEMPERKUAT DAN MEMPERCANTIK CITRA KOTA JOGJA
SEBAGAI KOTA BUDAYA
STRENGTH WEAKNESS

Internal

1. Keterbatasan lahan
1. Terletak di pusat kota
2. Tidak ada public space
2. Kemudahan akses
3. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
3. Infrastruktur yang memadai
minim
Eksternal

1. Potensi pusat komersil dan


kebudayaan 1. Perencanaan yang matang untuk
1. Potensi perkembangan
2. Potensi Urban tourism jangka waktu panjang
kegiatan perekonomian
OPPORTUNITY 3. Meningkatkan produktivitas pada 2. Biaya perencanaan dan perancangan
2. Termasuk daerah
bangunan lama 3. memaksimalkan lahan pada site
kebudayaan
4. Meningkatkan kualitas SDM 4.
masyarakat

1. Potensi kemacetan
2. Degradasi budaya lokal 1. membuat bangunan yang sudah
1. Membuatkan lahan parkir bagi
3. Semakin padatnya mencangkup bangunan jangka
pengunjung pada site galeri
bangunan pada wilayah panjang dimana sudah
2. membuat Ruang terbuka hijau pada
THREAT Sagan merencanakan sustainibilitynya
bagian site galleri
4. Menciptakan persaingan 2. mensinergikan bangunan galeri
3. Membuat public space pada bagian
ekonomi agar dapat menunjang kegiatan di
site yang dapat di jangkau warga sekitar
5. Menurunnya kualitas samping site
Sustainability bangunan

Anda mungkin juga menyukai