Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

Disusun oleh:
dr. Diah Eka Permanawati

RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR


2017
KATA PENGANTAR

‫ا لسال م عليكم ورحمة ا هلل و بر كا ته‬


Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan menyelesaikan LAPORAN KASUS
sesuai pada waktu yang telah ditentukan.
Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta
para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan kasus ini kami buat sebagai dasar kewajiban
dari suatu proses kegiatan yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk
praktik kehidupan sehari-hari.

Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pembimbing yang telah membantu kami
dalam kelancaran pembuatan laporan kasus ini. Terima kasih juga pada semua pihak yang
telah membantu kami dalam mencari informasi dan mengumpulkan data. Semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Akhir kata, saya sangat mengharapkan berbagai saran dan masukan yang dapat
membangun demi tercapainya kesempurnaan laporan kasus ini karena tiada hal yang
sempurna di dunia ini, melainkan hanya kebesaran Allah.
‫و ا لسال م عليكم ورحمة ا هلل و بر كا ته‬
Banjar, 19 Juli 2017

Penulis
LAPORAN KASUS

1.1 Status Pasien


1.1.1 Identitas
Nama : Tn. Ruslan
Jenis kelamin : Laki Laki
Usia : 31 tahun
Alamat : Bantarkalong pangandaran
Pekerjaan : pedagang
Ruang perawatan : IGD RSUD Banjar
Tanggal masuk RS : 5 juli 2017 jam 23.09

1.1.2 Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSUD KOTA BANJAR pada tangga 5 Juli 2017 pukul 23.09
WIB
1. Keluhan Utama:
Terdapat benjolan di selangkangan

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien dibawa ke RS dengan keluhan terdapat benjolan di selangkangan, keluhan
dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh perut kembung dan
terasa sakit. Perut kembung mulai dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Sejak perut
terasa kembung, pasien juga sering muntal setelah makan dan minum.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:


- Riwayat Hipertensi disangkal
- Riwayat Diabetes disangkal
- Riwayat Asma disangkal

4. Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien, Hipertensi (-), DM (-) ,
jantung (-).
5. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi

6. Riwayat Pengobatan :
Tidak ada
7. Riwayat psikososial :
pasien bekerja sebagai pedagang dan sering mengangkat beban berat, riwayat
merokok (+) , alkohol (-)

1.1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
GCS : E4V5M6 = 15
Kesadaran : Composmentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 100x/m
RR : 18x/m
Suhu : 36,2 C
STATUS ANTROPOMETRI :
TB : 155 cm
BB : 47kg
Kesan : normal

Status Generalis
• Kepala : normocephal
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Hidung : bentuk normal, deviasi septum nasi (-),
sekret/lendir (-)
• Tenggorokan : tonsil T1 – T1, faring hiperemis (-)
• Mulut : sianosis (-), bibir pecah-pecah (+),
• Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid
• Thorax : Paru Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-) ,
Jantung : BJ I dan II reguler normal, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen : Distensi, bising usus (-)
• Ekstremitas
Atas : Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-), sianosis (-)
Bawah: Akral hangat, RCT< 2 detik, edema (+), sianosis (-)

Status Lokalis
• Inspeksi: Tampak benjolan pada lipat paha dan skrotum kanan berukuran 8 x 7 x 5
cm,
• warna sama dengan kulit sekitarnya
• Palpasi
- Terdapat nyeri tekan
- Suhu sama dengan sekitar
- Benjolan teraba lunak, permukaan licin
- Tes transiluminasi negatif
• Auskultasi : Terdengar bising usus pada benjolan

RESUME
Pasien dibawa ke RS dengan keluhan terdapat benjolan di selangkangan kanan,
keluhan dirasakan sejak 2 bulang yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh perut
kembung dan terasa sakit. Perut kembung mulai dirasakan sejak 2 minggu yang lalu.
Sejak perut terasa kembung, pasien juga sering muntah setelah makan dan minum. Dari
Pemeriksaan fisik di dapatkan tensi: 130/80 mmHg, nadi : 100x/mnt, suhu : 36,2˚C, RR:
18 x/mnt, Abdomen : distended, bising usus (-), Massa di inguinal dextra.

Diagnosa
• HERNIA INGUINALIS LATERAL INKARSERATA

Rencana Pemeriksaan Penunjang


• pemeriksaan Laboratorium ( Hb, Leukosit, Trombosit, masa pendarahan/ BT, masa
pembekuan/CT, GDS, ureum, kreatinin, Elektrolit )
• Pemeriksaan Foto thorax
• Toleransi operasi anestesi, kardiologi, pulmonologi
Rencana Tatalaksana
• Infus RL 20 tpm
• Ceftriaxon 2 X 1 g
• Ranitidin 2 X 1 ampul
• Pasang NGT
• Pasang DC
• Pro Hernioplasti dengan mesh
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hernia adalah penonjolan jaringan atau organ suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah (lokus minoris) yang normalnya tidak dapat dilewati, keluar ke bawah
kulit atau masuk rongga lainnya yang terjadi secara kongenital atau akuisita.

Anatomi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus
transversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, dikanal
dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus
oblikus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan
didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada pria, dan
ligamentum rotundum pada wanita.
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis
dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis.
Kantong hernia berada didalam muskulus kremaster terletak anteromedial terhadap
vas diferens dan struktur lain dalam tali sperma.
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke
depan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale
dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus
dibagian medial. Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang
diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-
kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia
medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum,
umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.
Nervus ilioinguinalis dan nervus iliofermoralis mempersarafi otot di regio inguinalis,
sekitar kanalis inguinalis dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis,
skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.
Klasifikasi
1.Menurut kejadiannyaa. Hernia kongenital Sempurna:
o Hernia terjadi sejak lahir, proses terjadi di dalam intrauterine. Misalnya, hernia
umbilikalis fetalis, hernia epigastrika. Tidak sempurna
o Pada waktu lahir kelainan belum tampak, tapi sudah ada predisposisi terjadinya
hernia.
o Kelainan ini dapat terjadi pada 1-2 minggu setelah lahir, dapat pula setelah berumur
beberapa tahun.
b. Hernia akuisita- Terjadi karena tingginya tekanan intraabdominal yang tinggi:
o Umumnya didapat pada umur >15 tahun.
o Terjadi pada keadaan (faktor pencetus terjadinya hernia), misal: batuk kronis,
prostat hipertrofi, sering partus, ascites, vesicolitiasis, orang tua.- Konstitusi tubuh
o Misalnya: kurus, lemah, kakhesi (keadaan kurus disertai lemah dan anemis serta
berat badan turun drastis, seperti pada penderita tumor ganas) akan memudahkan.-
Banyak preperitoneal fat:
o Dibawah fascia transversa banyak terdapat lemak, sehingga mendesak fascia
transversa. Akibatnya fascia menjadi lemah sehingga lemak akan keluar dan terjadi
hernia adiposa.
o Bila hal ini terjadi terus-menerus, peritoneum akan tertarik keluar juga, misalnya
hernia epigastrika.- Distensi dinding perut, karena macam-macam penyebab,
misalnya: ascites, partus, dan lain-lain.- Cikatrix:
o Menyebabkan kelemahan otot dan fascia
o Misal: jahitan tidak sempurna  organ keluar di bawah kulit.
- Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut, misalnya: poliomyelitis anterior
acuta (memudahkan terjadinya Locus minoris resistensia)
2. Menurut letaknya :
a. Hernia abdominalis eksterna:
- Isi hernia berasal dari cavitas abdominalis dan atau cavitas pelvicum melalui LMR
keluar sampai subkutis.
- Berdasarkan topografinya, hernia eksterna dibagi atas:
o Hernia inguinalis lateralis
 Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
abdominalis (lateralis / internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis
inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai di
scrotum.
 Locus Minnoris Resistentiae :
a. Kongenital. Pada annulus inguinalis lateralis / internus. Hal ini sesuai dengan em
riologik turunnya testis dari cavum abdominalis ke scrotum melalui canalis inguinalis.
Pada keadaan ini terjadi kegagalan obliterasi proc.Vaginalis peritonii.
b. Akuisital. Bagian lateral dari fovea inguinalis tateralis dimana ductus deferens dan
vasa spermatica berlalu di tempat itu. Hernia inguinalis lateralis disebut hernia
scrotalis, bila isi hernia berlanjut ke scrotum.
c. Pada wanita, Locus Minoris Resistent terletak di canalis inguinalis. Canalis
inguinalis tersebut berisi ligamentum yang menyangga uterus (ligamentum rotundum)
dan hernia muncul sebagai jaringan penghubung uterus yang bersinggungan dengan
jaringan yang mengelilingi tulang pubis. Canalis ini lebih dikenal dengan nama
canalis Nuck.
Pada kasus hernia labialis harus dicari kemungkinan pseudohermafroditisme female,
yaitu fenotip wanita dan genotip laki-laki. Timbulnya fenotif wanita tersebut terdapat
testis yang membentuk estrogen untuk beberapa lamanya. Kurang lebih 70-80%
female hermafroditisme ini mempunyai H.Inguinalis yang isinya testis. Pada bayi atau
anak-anak dengan hernia inguinalis lateralis, kurang dari 1/1000 merupakan
pseudohermafrodite.
o Hernia inguinalis medialis
 Hernia inguinalis medialis merupakan hernia yang berjalan melalui dinding
inguinal belakang, medial dari vasa epigastrica inferior ke daerah yang dibatasi oleh
trigonum Hasselbachii.
 Locus Minoris Resistentiae. Trigonum Hasselbachii (pada fovea inguinalis
medialis), sebelah dorsal dari annulus inguinalis medialis.
 Hernia ini biasanya hanya mendesak trigonum Hasselbachii dan sampai pada
annulus inguinalis externus di bawah kulit dan tidak sampai pada scrotum. Jadi
trigonum masih utuh.
o Hernia Pantalon
 Hernia inguinalis lateralis dan medialis terjadi di kedua sisi/pihak (bilateral).
 Harus diingat : tidak ada hernia pantalon yang duplex.
o Hernia femoralis
 Merupakan hernia yang berjalan melalui annulus femoralis dan canalis femoralis
menuju fascia iliopectinea, dan tiba di bawah kulit pada fosca ovalis, melewati lamina
criosa.
 Locus Minorus Resistentiae berada di Fascia tranversa yang menutupi annulus
femoralis yang disebut : Septum Cloquetti. Bangunan antara annulus femoralis dan
lamina cribosa (pada fosca ovalis) berbentuk canal dan disebut canalis femoralis.
 LMR bisa berupa fascia, aponeurosis, muskulus, tapi tidak berupa lobang, kecuali
pada hernia inguinalis lateralis (karena sebagian besar bersifat kongenital.
 Wanita lebih sering mengalami hernia femoralis karena:
 pada canalis femoralis, pembukaan dari canalis inguinalis dimana arteri femoralis,
vena dan syaraf melewati canalis tersebut.
 Selain itu wanita sering partus sehingga tekanan intraabdominal meningkat dan
anulus femoralis menjadi lemah.
 Bentuk pelvis wanita yang lebih horisontal sehingga tekanan pada ligamentum
inguinalenya menjadi lebih besar sehingga mudah kendor yang akan menyebabkan
anulus femoralisnya menjadi lebih lemah.
 Cara mengenali hernia femoralis :
 Letak dibawah lipat paha (lipat DD nya)
 Bila melanjut, bisa sampai diatas lipat paha bila isinya bukan usus (misal :
omentum atau pre pritoneal fat) karena bila isinya usus biasanya mudah mengalami
incarserata meskipun kecil, karena pintu annulus femoralis adalah kecil.
o Hernia umbilikalis
 Hernia umbilikalis intra uterine (fetalis)
 Hernia umbilikalis infantilis
 Hernia umbilikalis dewasa
o Hernia epigastrika
 Locus minoris resistantnya adalah linea alba antara procesus xypoideus dan
umbilicus. Biasanya terdapat pada orang gemuk.
 Hernia ini mula-mula hanya sebagai tonjolan lemak sehingga lebih merupakan
hernia adiposa yang terletak di epigastrika. Keadaan ini disebut juga hernia
epigastrika spuria (tidak berkantong).
 Lemak tersebut keluar melalui foramen kecil pada linea kecil pada linea alba yang
dilalui oleh vasa darah. Bila keadaan berlanjut, maka lemak preperitoneal akan ikut
tertarik dan akan menarik peritoneum pula sehingga terbentuk kantong hernia. Inilah
hernia yang murni, disebut hernia epigastrica vera.
 Kebanyakan membutuhkan operasi dini saat hernia masih kecil karena nyeri.
o Henia lumbalis
 Locus minoris resistent terletak pada trigonum Grynvelt.
 Hernia ini mempunyai insidensi rendah dan biasanya tidak pernah menjadi hernia
ireponibilis, banyak ditemukan pada orang tua post nefraktomi.
o Hernia obturatoria
 Foramen obturatoria ditutup oleh membrane obturatoria dan sulcus obtorius dapat
terbentuk canalis obturius (locus minoris resistant)
 Pintu hernia mulai dari foramen obturatorium masuk canalis obturatoria dan keluar
dari rongga pelvis menuju dorsal dari m.gracillis setinggi percabangan a.femoralis
yang memberi cabang rr.perinealis a.femoralis
 Kelainan ini sulit dikenali karena keluhan sangat umum, yaitu nyeri di bagian
medial kanan atas sehingga orang tidak mengira merupakan gejala hernia.
 Setelah beberapa hari sudah mulai ada gejala ileus sampai disini masih sulit
ditentukan diagnosisnya, karena ileus dan nyeri median atas paha tidaklah hanya
merupakan gejala hernia obturatoria karena itu adanya ileus sebagai prediagnosis dan
preoperatif mendorong dilakukannya laparatomi eksploratif. Barulah kelainan tersebut
ditemukan dalam eksplorasi karena ada bagian usus yang terjepit di foramen
obturatorium.
 Dengan demikian diagnosis hernia incarserata selalu ditegakkan durante operatif
 Sedangkan yang non inkarserata umumnya justru tidak terdiagnosis.
o Hernia semilunaris
 Locus minoris resistant terletak pada sudut dimana linea semicircularis dengan
linea semilunaris bertemu.
 Pada titik tersebut serabut aponeurosis transverses abdominis dari sarung rectus
posterior membeluok menjadi sarang rectus anterior.
 Dengan demikian defek terletak pada serabut aponeurosis m.transversus abdominis.
o Hernia perinealis
 Hernia keluar dari rongga pelvis dengan LMR nya pada diafragma pelvis dan
diafragma perinealis yang dibentuk oleh serabut m.levator ani.
 Dikenal dua macam:
 Hernia perinealis anterior :
Terletak di depan, diantara serabut m.levator ani sebagai pintu hernia ke subcutan
pada perineum.
 Hernia perinealis posterior
Terletak di belakang, diantara serabut m.levator ani. Tidak keluar ke subcutan tetapi
masuk fossa ischiorectalis.
o Hernia ischiadica
 Pintu hernia terletak setinggi percabangan plexus nn.sacralis yang waktu keluar
melalui foramen ischiadicum yang terpisah oleh m. piriformis menjadi foramen supra
dan infra piriformis. Jadi hernia keluar melalui foramen suprapiriformis (disebut
hernia glutealis inferior).
 Jadi pada hernia ischiadica buka berarti hernianya bercabang jadi dua, tetapi pintu
pada foramen ischiadicum setinggi percabangan plexus sacralis.
b. Hernia abdominalis interna
- Isi hernia dari cavum abdominalis masuk rongga lain, misalnya ke rongga thorax,
atau tetap di rongga abdomen yaitu tersembunyi di dalam recessus ileocecalis, resesus
rectosigmoideus, recessus rectoduodenojejunalis dan mesentrium.
- Jadi hernia terjadi antara organ perut yang retro dan intra peritoneal.
- Diagnosis ditegakkan dengan roentgen foto.
- Menurut topografinya hernia interna terdiri dari:
o Hernia epiploicum winslowi
o Hernia bursa omentalis
o Hernia mesentrica
o Hernia retroperitonealis
 Hernia paraduodenalis
 Hernia resessus ileocecalis
 Hernia resessus sigmoideus
o Hernia diafragmatica
Hernia akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu
pintu pada diafragma. Menurut sebabnya dibagi menjadi:
- hernia diafragmatica traumatica
- hernia difragmatica non traumatica
3. Menurut ada tidaknya kantong:
a. hernia berkantong. Kantong adalah peritoneum
b. hernia tidak berkantong
- hernia adipose
- hernia incisionalis
- hernia cicatricalis
4. Menurut berlangsungnya hernia:
a. Hernia insipidus/iminen:
Hernia yang terjadi pada tahap awal, locus minoris resistensia belum
berlubang/menonjol tetapi isi hernia sudah mendesak.
b. Hernia manifest
Hernia yang telah nyata terbentuk, dimana isi hernia sudah keluar di dalam kantong
hernia.
5. Hernia dengan bentuk khusus:
a. Hernia Richter
- Sebagian dinding usus menonjol, sedangkan sebagian besar usus di luar kantong
hernia dan lumen tetap terbuka, sehingga pasase makanan belum mengalami
gangguan.
- Biasanya terjadi pada hernia femoralis dimana isi hernia sudah keluar sedikit melalui
annulus femoralis.
b. Hernia littre
- Sedikit berbeda dengan hernia richter dimana terjadinya hernia berkaitan dengan
adanya kelainan embriologik, yaitu diverticulum Mackell yang tetap ada dan
jumlahnya banyak
c. Hernia slidding
- merupakan jenis herinia dimana seakan hernia meluncur ke bawah dan pada stadium
akhir organ tersebut akan membentuk dinding posterior kantong hernia
- Organ yang masuk: colon sigmoid, vesica urinaria.
d. Hernia interstitialis
- Hernia yang terjadi karena kesalahan reposisi hernia reponibel, dimana reposisi
kurang hati-hati sehingga waktu memasukkan usus/isi hernia tidak masuk ke rongga
abdomen tetapi masuk ke celah antara jaringan atau jaringan interstitial.
- Apabila pembuluh darah dinding usus pecah maka terjadi perdarahan sehingga
terjadi rupture isi hernia.
e. Hernia pantalon
- Keadaan dimana terdapat hernia inguinalis lateralis bersama-sama dengan hernia
medialis pada satu sisi.
f. Hernia Spiegel
- Hernia yang terjadi di linea semilunaris pada atau di bawah linea semilunaris, namun
dari atas tempat vasa epigastrium inferior menyilangi tepi lateral m.Rectus
Abdominis.
g. Hernia permagna
- Separuh isi rongga perut keluar ke dalam kantong hernia.
6. letak penonjolan
a. Hernia inguinalis lateralis/indirek
b. Hernia inguinalis medialis/direk

Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar. Faktor yang berperan kausal adalah
adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan didalam rongga perut,
kelemahan otot dinding perut karena usia, aktivitas, obesitas, keadaan-keadaan
penyakit tertentu (asites, batuk menahun), kehamilan dan adanya massa abdomen
yang besar

Patofisiologi
a. Hernia inguialis
b. Hernia inguinalis dapat terjadi karena ano¬mali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria
ketimbang pada wanita. Berbagai faktor penyebab ber¬peran pada pempentukan
pintu masuk her¬nia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula fak¬tor yang dapat
mendorong isi hernia mele¬wati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Pada orang yang sehat ada tiga meka¬nisme yang dapat mencegah terjadinya
her¬nia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m.oblikus internus adominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang me¬nutupi trigonum
Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada meka¬nisme ini
dapat menyebabkan terjadinya hernia.
c. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
ter¬buka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.Proses turunnya testis mengikuti prose¬sus vaginalis. Pada
neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka se¬dangkan pada bayi
umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Te¬tapi kejadian
hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan
prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral
dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih dari separo, sedangkan
insidens hernia tidak melebihi 20%. Umum¬nya disimpulkan bahwa adanya
prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya
hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus ingui¬nalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertro¬fi prostat, konstipasi, dan asites sering diser¬tai hernia inguinalis.
Insidens hernia meningkat dengan ber¬tambahnya umur mungkin karena
mening¬katnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan jaringan
penunjang ber¬kurang kekuatannya.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
inter¬nus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan
kanalis ingui¬nalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilio¬inguinalis
dan n.iliofemoralis setelah apen¬dektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
abdominalis (lateralis / internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis
inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai di
scrotum.
Locus Minnoris Resistentiae hernia inguinalis lateralis congenital adalah pada
annulus inguinalis lateralis / internus. Hal ini sesuai dengan embriologik turunnya
testis dari cavum abdominalis ke scrotum melalui canalis inguinalis. Pada keadaan
ini terjadi kegagalan obliterasi proc.Vaginalis peritonii. Sedangkan pada yang
akuisital adalah bagian lateral dari fovea inguinalis lateralis dimana ductus
deferens dan vasa spermatica berlalu di tempat itu. Pada wanita, Locus Minoris
Resistent terletak di canalis inguinalis. Canalis inguinalis tersebut berisi
ligamentum yang menyangga uterus (ligamentum rotundum) dan hernia muncul
sebagai jaringan penghubung uterus yang bersinggungan dengan jaringan yang
mengelilingi tulang pubis. Canalis ini lebih dikenal dengan nama canalis Nuck.
Pada kasus hernia labialis harus dicari kemungkinan pseudohermafroditisme
female, yaitu fenotip wanita dan genotip laki-laki. Timbulnya fenotif wanita
tersebut terdapat testis yang membentuk estrogen untuk beberapa lamanya.
Kurang lebih 70-80% female hermafroditisme ini mempunyai H.Inguinalis yang
isinya testis. Pada bayi atau anak-anak dengan hernia inguinalis lateralis, kurang
dari 1/1000 merupakan pseudohermafrodite.
Hernia inguinalis medialis merupakan hernia yang berjalan melalui dinding
inguinal belakang, medial dari vasa epigastrica inferior ke daerah yang dibatasi
oleh trigonum Hasselbachii. Locus Minoris Resistentiaenya Trigonum
Hasselbachii (pada fovea inguinalis medialis), sebelah dorsal dari annulus
inguinalis medialis. Hernia ini biasanya hanya mendesak trigonum Hasselbachii
dan sampai pada annulus inguinalis externus di bawah kulit dan tidak sampai pada
scrotum. Jadi trigonum masih utuh.
b. Hernia femoralis
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada wanita tua, kejadian pada perempuan
kira¬-kira 4 kali laki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan
intraabdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada
waktu berbaring. Sering penderita datang ke dokter atau rumah sakit dengan
hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik dite¬mukan benjolan lunak di lipat
paha di ba¬wah ligamentum inguinale di medial v.fe¬moralis dan lateral
tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus,
sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau karena
penderita gemuk.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis yang ber¬bentuk corong sejajar dengan
v.femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada vosa ovalis di lipat paha.
Secara patofisiologi peninggian tekanan in¬traabdomen akan mendorong lemak
pre¬peritoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan
terjadinya her¬nia. Faktor penyebab lain¬nya adalah kehamilan multipara,
obesitas, dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis
sekunder dapat ter¬jadi sebagai komplikasi herniorafi pada her¬nia inguinalis
terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang menye¬babkan fasia
transversa dan ligamentum inguinale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga
kanalis femoralis lebih luas.
Hernia femoralis merupakan hernia yang berjalan melalui annulus femoralis dan
canalis femoralis menuju fascia iliopectinea, dan tiba di bawah kulit pada fosca
ovalis, melewati lamina criosa. Locus Minorus Resistentiae berada di Fascia
tranversa yang menutupi annulus femoralis yang disebut Septum Cloquetti.
Bangunan antara annulus femoralis dan lamina cribosa (pada fosca ovalis)
berbentuk canal dan disebut canalis femoralis. LMR bisa berupa fascia,
aponeurosis, muskulus, tapi tidak berupa lobang, kecuali pada hernia inguinalis
lateralis (karena sebagian besar bersifat kongenital.
Wanita lebih sering mengalami hernia femoralis karena:
 pada canalis femoralis, pembukaan dari canalis inguinalis dimana arteri
femoralis, vena dan syaraf melewati canalis tersebut.
 Selain itu wamota sering partus sehingga tekanan intraabdominal meningkat
dan anulus femoralis menjadi lemah.
 Bentuk pelvis wanita yang lebih horisontal sehingga tekanan pada ligamentum
inguinalenya menjadi lebih besar sehingga mudah kendor yang akan
menyebabkan anulus femoralisnya menjadi lebih lemah.
Hernia umbilikalis
 Hernia umbilikalis intra uterine (fetalis)
Dalam keadaan normal pertumbuhan janin intra uterina, terjadi perputaran usus
menuju posisi viscera seperti orang dewasa. Dalam proses tersebut usus sempat
menonjol ke umbilicus mulai minggu ke 6 dan berbalik lagi pada minggu ke 10 -
12, tumbuh dan menyelesaikan rotasinya. Kegagalan viscera untuk kembali secara
lengkap ke rongga abdomen menyebabkan dinding ventral perut fetus tak
terbentuk. Hal ini disebabkan rongga abdomen tak cukup besar untuk menampung
viscera-viscera yang menonjol ke umbilicus (ketidak sesuaian volume usus dan
volume abdomen). Pada bayi dengan omphalocele, viscera yang terletak pada
umbilicus tak dilapisi kulit namun hanya dilapisi membran tralusen yang terdiri
atas membran amnion tak dilapisi peritoneum. Yang dikawatirkan adalah karena
udara (terkena udara) maka membran tersebut cepat kering, terjadi nekrosis
sehingga membahayakan penderita. Karenanya perlu segera dilakukan tindakan
operatif dengan cara sebagian usus dipotong dan dinding usus dirapatkan.
 Hernia umbilikalis infantilis
Terjadinya hernia dapat disebabkan oleh :
a. Kongenital tak sempurna :Sejak lahir anak telah mempunyai umbilicus yang
menonjol (LMR telah ada sejak lahir).
b. Akuisital. Perawatan tali pusat yang kurang baik. Kesalahan pemotongan tali
pusat, sehingga timbul infeksi dan akibatnya apponcurosis or linea alba yang
melalui umbilicus berlubang.
Dengan defek di atas dan dicetuskan oleh tekanan intra abdominal yang meninggi
(menangis, batuk, mengejan) maka terjadi hernia. Biasanya terjadi beberapa hari
setelah lahir, sampai usia 1 - 2 tahun.
 Hernia umbilikalis dewasa
 Paling banyak dijumpai pada usia pertengahan,wanita yang sering portus atau
wanita gemuk ( apponeurosis sekitar umbilicus menjadi kendor / renggang ).
 Meskipun tekanan intra abdominal yang meninggi merupakan faktor terjadinya
hernia ini, namun keadaan biologik yang patut ini (untuk di tekankan ) adalah
adanya defek kecil persistent sejak lahir. Umbilicus yang normal tidak akan
,mengalami hernia. Biasanya defek kecil ini hanya berisis omentum yang tidak
tampak. Faktor presipitasi yang ada akan mendorong omentum kedalam defek dan
selanjutnya diikuti oleh colon transversum sebagai viscera pertama.
 Tindakan :
 Operatif dan dilakukan reposisi untuk menutup defek yang ada. yang digunakan
adalah MAYO. LMR pada Annulus umbilicalis, tu,pada perpotongan dengan linea
alba.
d. Hernia epigastrika
Locus minoris resistantnya adalah linea alba antara procesus xypoideus dan
umbilicus. Biasanya terdapat pada orang gemuk. Hernia ini mula-mula hanya
sebagai tonjolan lemak sehingga lebih merupakan hernia adiposa yang terletak di
epigastrika. Keadaan ini disebut juga hernia epigastrika spuria (tidak berkantong).
Lemak tersebut keluar melalui foramen kecil pada linea kecil pada linea alba yang
dilalui oleh vasa darah. Bila keadaan berlanjut, maka lemak preperitoneal akan
ikut tertarik dan akan menarik peritoneum pula sehingga terbentuk kantong
hernia. Inilah hernia yang murni, disebut hernia epigastrica vera. Kebanyakan
membutuhkan operasi dini saat hernia masih kecil karena nyeri.

e. Hernia obturatoria
Foramen obturatoria ditutup oleh membrane obturatoria dan sulcus obtorius dapat
terbentuk canalis obturius (locus minoris resistant). Pintu hernia mulai dari
foramen obturatorium masuk canalis obturatoria dan keluar dari rongga pelvis
menuju dorsal dari m.gracillis setinggi percabangan a.femoralis yang memberi
cabang rr.perinealis a.femoralis.
f. Hernia diafragmatica
Hernia akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu
pintu pada diafragma. Menurut sebabnya dibagi menjadi:
- hernia diafragmatica traumatica
- hernia difragmatica non traumatica
1. Hernia Diafragmatica traumatica
Merupakan hernia akuisital, karena pukulan, tembakan, tusukan yang dapat
menyebabkan diafragma menjadi lemah atau berlubang. Sehingga isi rongga
abdomen menuju rongga thorax. Bisa juga karena abses hepar yang meluas
kebawah diafragma (abses Subphrenicus ) sehingga bagian diafragma disitu
menjadi lemah dan menjadi LMR. Sebagian besar hernia ( 70 % ini terjadi di
bagian kiri,karena di bagian kanan terdapat hepar ). Pada hernia diafragmatica
yang disebabkan adanya abses hepar pada umumnya terdapat fistula dengan
bronchus lobus bawah. Hal ini disebabkan oleh permukaan diafragma dari lobus
bagian bawah menjadi lengket jauh sebelum terjadi perforasi.
2. Hernia diafragmatica non – traumatica
a. Kongenital
Yang sering terjadi adalah tidak menutupnya diafragma secara sempurna selama
pertumbuhan janin, sehingga usus bisa masuk kerongga thorax.
Dikenal antara lain :
1. Hernia pleuroperitoneal ( hernia bochdalek )
2. Enam kali lebih sering terjadi pada bagian sebelah kiri. Locus Minoris
Resistent di foramen bochdalek. Foramen bochdalek merupakan celah yang
terbentuk oleh serabut -serabut diafragma yang saling bersimpangan, yaitu
pars lumbalis dan pars cotalis diafragma. Akibatnya menjadi hubungan bebas
kedua organ tanpa kantong hernia (baik peritoneum maupun leural). Dengan
demikian thorax dipenuhi oleh viscera abdomen dan tidak hanya terjadi colaps
pilmo homolateral tetapi juga terjadi pergeseran jantung dan struktur
mediastinal kesisi yang berlawanan. Dan dengan demikian menekan pulmo
yang berlawanan pula. Keadaan ini cukup gawat dan perlu koreksi segera.
3. Hernia parasternalis ( hernia morgagni )
Locus Minoris Resistent di foramen morgagni. Foramen Morgagni merupakan
celah antara perlekatan diafragma pada costa dan sternum dimana bisa dilalui
oleh vasa epigastrica superior. Disebabkan pertumbuhan otot yang kurang di
sekitar foramen morgagni. Pada infant terbentuk kantong peritoneum yang
berisi hepar atau usus. Bila terjadi pada orang dewasa, selain disebabkan
karena foramen morgagni yang cukup besar juga dikarenakan faktor-faktor
predisposisi lainnya. Isi hernia umumnya lemak pre peritoneal.
Tak terbentuknya segmen pleuroperitoneal
Terletak disebelah lateral arcus lumbocostalis. Bisa hanya merupakan celah
kecil dimana pleura langsung berhubungan dengan lemak pre peritoneal dari
dekat kutub superior ginjal. Bila segmen tak terbentuk sama sekali (congenital
absent) terdapat kantong yang merupakan kombinasi pleura dan peritoneum.
Yang lebih sering terjadi: celah terletak jauh ke belakang sehingga organ
peritoneal mendesak masuk rongga thorax dengan kantong hanya terdiri dari
pleura.
b. Akuisital
1. Hernia hiatus oesophagus
Sebetulnya kurang tepat menggolongkan hernia ini pada jenis akuisital,
karena untuk terbentuknya kadang ada faktor kongenital, yaitu : hiatus
terlalu besar (lebar ) dan oesophagus terlalu pendek bila oesophagus terlalu
pendek ( kongenital ) maka ketika lahir telah dijumpai bagian atas
ventriculus yang berada di mediastinum posterior. Namun oesophagus
pendek dapat juga terjadi secara akuisital, misal akibat kontraktur (
jaringan parut akibat oesophagus peptic ).
Locus Minoris Resistent didekat hiatus oesophagus. Dalam keadaan
demikian maka isi hernia adalah oesophagustratic junction yang tertarik
keatas. Sedang bila hernia terjadi karena hiatus terlalu besar (lebar) hernia
timbul secara perlahan, tergantung ukuran hiatus dan kekuatan otot yang
membatasi hiatus. Dalam hal ini maka kantong peritoneum beserta fundus
lambung akan mendesak ke hiatus oleh tekanan abdomen dan thorax yang
berbeda. Biasanya oesophagastrik juntion pada keadaan ini terletak normal
di bawah diafragma.
Dalam keadaan normal oesophagus dan ventriculus membentuk sudut
yang runcing sehingga tidak memungkinkan terjadinya reflux. Namun
kadang – kadang terdapat kelainan dimana sudut tersebut tidak runcing
sehingga ada kemungkinan terjadi reflux.Sehingga cardia bisa masuk ke
rongga thorax melalui hiatus.Hernia yang demikian disebut hernia
oesophagus tipe sliding ( sudut oesophagus dan ventriculus tumpul ). Ini
lain dengan sliding hernia.
Jadi pada hernia histus oesophagus :
- Sudut menjadi tumpul ( normal runcing )
- Cardia dapat masuk ke rongga thorax
- Terjadi reflux
- Rasa seperti gejala – gejala radang oesophagus
- Hernia oesophagus kadang dapat terjadi melalui tempat yang lemah.
Pada keadaan ini sudut yang terbentuk normal, namun karena suatu sebab
terdapat defek disamping hiatus. Akibat cardia masuk melalui defek tadi.

Gejala Klinis
Dari anamnesis dapat ditanyakan gejala dan keluhan hernia. Umumnya
pasien mengatakan turun berok, burut, atau kelingsir, atau mengatakan
adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan. Pada hernia reponibel
keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan dilipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan menghilang waktu
berbaring sedangkan pada hernia strangulasi dan inkarserata maka
benjolan bersifat irreponible. Hernia yang kecil menyebabkan penderita
merasa tidak nyaman (discomfort) sering terjadi pada saat bekerja dan
berdiri. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan
didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral karena
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk
kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah, aflatus dan
tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren dan bisa menyebabkan gejala
ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pasien dengan hernia
indirect mengeluh sensasi “terbakar” akibat tarikan kantung peritoneal.
Pada hernia inkarserata yang sudah kronis, biasanya isi hernia adalah
omentum, tidak akan menimbulkan perasaan tidak nyaman (discomfort).
Gejala dan tanda hernia berkaitan erat dengan letak dan isi hernia,
sedangkan keluhan yang timbul tergantung macam hernia, misalnya:
- Hernia pada anak kecil
Ditanyakan yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal
yaitu, anak sering menangis, mengejan, dan batuk, sedangkan yang
berkaitan dengan phimosis ditanyakan kencing lancar atau tidak.
- Hernia pada orang dewasa
Ditanyakan yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal
yaitu pekerjaan, aktivitas, penyakit kronis yang diderita (misalnya: batuk
kronis, prostat hipertrofi, vasikulolitiasis, multiparitas).
- Hernia Femoralis
Ditanyakan benjolan pada paha dan biasaya diderita oleh wanita, jika
isinya kandung kemih akan menimbulkan frekuensi, urgensi, disuria
terminal dan hematuria.
Gejala dan tanda Hernia Inkarserata Hernia Strangulata
Nyeri Kolik Menetap
Suhu Badan Normal Normal/meninggi
Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas

Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik.
Inspeksi
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Pasien
diperiksa dalam keadaan berdiri dan diminta untuk mengejan, Pada saat
pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Ini juga dilakukan untuk membedakan dengan limfadenopati.
Benjolan yang terlihat di atas lipat paha menunjukkan hernia inguinalis,
sedang di bawah lipat paha menunjukkan hernia femoralis. Pada hernia
yang telah terjadi incarserata atau strangulasi maka disekitar hernia akan
terlihat eritema dan udema.
b. Auskultasi
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia
adalah usus maka akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi hernia
omentum tidak akan terdengar apa-apa
C. Palpasi
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau
kenyal tergantung dari isi hernia tersebut. Untuk membedakan hernia
inguinalis lateralis dan medialis dapat digunakan 3 cara:
- Finger test
Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada
anak dapat teraba isi dari kantong hernia, misalnya usus atau omentum
(seperti karet). Dari skrotum maka jari telunjuk ke arah lateral dari
tuberkulum pubicum, mengikuti fasikulus spermatikus sampai ke
anulus inguinalis internus. Dapat dicoba mendorong isi hernia dengan
menonjolkan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Pada keadaan
normal jari tidak bisa masuk. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Bila hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis
lateralis, dan bila hernia menyentuh samping ujung jari berarti hernia
inguinalis medialis.
- Siemen test
Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS dengan
tuberculum pubicum dan palpasi dilakukan di garis tengah, sedang
untuk bagian medialis dilakukan dengan jari telunjuk melalui skrotum.
Kemudian pasien diminta mengejan dan dilihat benjolan timbal di
annulus inguinalis lateralis atau annulus inguinalis medialis dan
annulus inguinalis femoralis.
- Tumb test
Sama seperti siemen test, hanya saja yang diletakkan di annulus
inguinalis lateralis, annulus inguinalis medialis, dan annulus inguinalis
femoralis adalah ibu jari.
- Pada anak kecil pada saat palpasi dari corda maka akan teraba corda
yang menebal, saat mengejan, yang mudah dilakukan dengan
menggelitik anak. Maka akan teraba seperti benang sutra yang
dikumpulkan (silk sign).
- Diapanoskopi
Untuk melihat apakah ada cairan atau tidak, dilakukan untuk
membedakan dengan hidrocele testis. Caranya dengan menyinari
scrotum dengan senter yang diletakkan di belakang scrotum. Pada
pemeriksaan transluminasi didapatkan hasil negatif karena hernia
berisi usus, omentum atau organ lainnya, bukan cairan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang foto roentgen biasanya tidak diperlukan untuk
mendiagnosis hernia. Rontgen hanya diperlukan untuk hernia interna,
misalnya hernia diafragmatica. Sedangkan USG bisa digunakan untuk
menyingkirkan diagnosis massa yang berada di dalam dinding abdomen
atau untuk menyingkirkan diagnosis bengkaknya testis.

Jika dicurigai adanya hernia strangulata, maka bisa dilakukan pemeriksaan


radiologik berupa:
 Foto rontgen dada untuk menyingkirkan adanya gambaran udara bebas
(sangat jarang terjadi).
 Foto abdomen PA dan posisi supine untuk mendiagnosis obstruksi VU
untuk mengidentifikasi daerah diluar rongga abdomen.
CT Scan atau USG bisa juga digunakan untuk penegakan dignosis:
 Spigelian atau hernia obturator
 Pada pasien dengan bentuk tubuh yang kurang baik.
Diagnosis
Diagnosa hernia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, gejala klinis maupun pemeriksaan khusus.
a. Anamnesis
 Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan
lanjut dapat menetap (irreponible), kecuali pada hernia inguinalis
medialis tidak terjadi irreponibilis.
 Penonjolan timbul jika tekanan intraabdomen naik.
 Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan
tangan (manual).
 Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada
herinia inkarserata.
 Nyeri pada keadaan strangulasi.
 Terdapat faktor-faktor predisposisi.
b. Pemeriksaan Fisik
 Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas,
bising usus (+), transiluminasi (-).
 HIL :
o Terletak diatas ligamentum inguinalis
o Lateral terhadap vasa epigastrika inferior
o Jika dapat dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan
tangan di cincin eksternus teraba tekanan pada ujung jari, jalan keluar
hernia tertutup (finger test)
o Bentuk hernia biasanya lonjong
 HIM :
o Terletak diatas ligamentum inguinalis
o Medial terhadap vasa epigastrika inferior
o Jika dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di
cincin eksternus teraba tekanan pada sisi medial dan hernia timbul lagi
(finger test)
o Bentuk hernia biasanya bulat
 Hernia femoralis :
o Terletak dibawah ligamentum inguinalis.
Bila benjolan tidak tampak, pasien dapat disuruh mengejan dengan
menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila hernia maka akan tampak
benjolan, atau pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk
mengurangi tekanan abdominal.
Untuk menilai keadaan cincin hernia melalui skrotum jari telunjuk
dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum. Ikuti funikulus
spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus. Pada keadaan
normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan
merasakan apakah ada masa yang menyentuh jari tangan. Bila masa
tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis
lateralis/indirek. Sedangkan bila menyentuh sisi jari maka
diagnosisnya hernia inguinalis medialis.
Diagnosis banding
- Hidrokel
Mempunyai batas atas tegas, iluminensi positif dan tidak dapat
dimasukkan kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba.
Pada hidrokel pemeriksaan transluminasi/diapanoskopi akan memberi
hasil positif.
- Limpadenopali anguinal
Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi.
- Testis ektopik
Yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis.
- Lipoma/herniasi
Lemak praperitoneal melalui cincin inguinal.
- Granuloma inguinalis
- Orkitis
Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan
isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan
definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke
dalam cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-
anak. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi
hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini
disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak.
Jika dalam 6 jam tidak ada perbaikan atau reposisi gagal segera
operasi.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin
di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia
mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isis hernia keluar
dari cavum peritonii.
Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan menolak
dilakukan operasi. Bentuk kepala sabuk seperti kepala ular. Kepala
sabuk ditempatkan tepat di pintu hernia supaya menghalangi keluarnya
organ intra abdomen.
Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada:
- Hernia reponibilis
- Hernia irreponibilis
- Hernia strangulasi
- Hernia incarserata
Tujuan operasi hernia:
- Reposisi isi hernia
- Menutup pintu hernia
- Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut
Dasar indikasi operasi untuk hernia adalah:
- Timing Operasi
o Elektif dilakukan pada hernia reponibilis
o 2 x 24 jam dilakukan pada hernia irreponibilis
o Speed operasi dilakukan untuk hernia incarserata dengan
penderitayang mengalami tanda-tanda ileus, tetapi belum terjadi iskemi
danMganggren pada isi hernia.- Bila keadaan yang mengancam jiwa
maka dilakukan Tindakan konservatif dilakukan bila hernia masih
reponibilis. Tindakan paliatif dilakukan pada pasien dengan keadaan
umum yang jelek dan hernia incarserata untuk mengatasi ileus, baru
kemudian dilakukan penutupan hernia.Operasi hernia dilakukan dalam
3 tahap:
1. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis.
2. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus
intraabdominalis dan m.transversus abdominis yang berinsersio di
tuberculum pubicum).
3. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup
otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-
macam menurut kebutuhannya:
a. Ferguson
Yaitu fuuniculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari
m.obliquus eksternus dan internus abdominis dan m.obliquus
internus dan m.transversus abdominis dijahitkan pada
ligamentum inguinale dan meletakkan funiculuc spermaticus di
dorsal, kemudian apponeurosis m.obliquus eksternus dijahit
kembali sehingga tidak ada lagi analis inguinalis.
b. Bassini
M.Obliquus internus dan m.transversus abdominis dijahitkan
pada ligamentum inguinale. Funiculus spermaticus diletakkan
ventral dari m. tadi tetapi dorsal dari apponeurosis m.obliquss
eksternus sehingga canalis inguinalis tetap ada. Dengan cara ini
kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari canalis
inguinalis, sehingga locus minoris resistens hilang.
c. Halstedt
Dilakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus
minoris resistens. M.Obliquus eksternus abdominalis,
m.obliquus internus abdominis dan m.obliquus transversus
dijahitkan pada ligamentum inguinal dan meletakkan funiculus
spermaticus pada subcutis.
Hernioplasty pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis
dikerjakan dengan cara Mc.Vay, yaitu dengan menarik
m.Obliquus abdominis internal dan m.transversa abdominis
serta conjoint tendon lalu dijahitkan pada ligamentum Cowperi
lewat sebelah dorsal dari ligamentum inguinale. Sehingga
dengan demikian annulus femoralis tertutup oleh m.obliquus
abdominis internus dan contjoint tendon, dan juga
m.transversus abdominis.
Operasi hernia pada anak:
Operasi hernia dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2
yaitu:
 Anak berumur kurang dari 1 tahun
 Menggunakan teknik Michele Benc. Dilakukan tanpa
membuka aaponeurosis m.Abdominis eksternus (tanpa
membuka canalis inguinalis medialis) , yaitu mengambil
kantong hernia lewat anulus inguinalis medialis, kemudian
dilakukan herniotomy dilanjutkan herniorapy (tanpa digantung)
dan tanpa hernioplasty.

Anda mungkin juga menyukai