Case TB
Case TB
TUBERKULOSIS PARU
Oleh:
Preseptor:
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB 3 DISKUSI 10
DAFTAR PUSTAKA 25
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
terinfeksi HIV. Pada beberapa negara, kematian akibat penyakit ini meningkat
diperkirakan terjadi 239 kasus baru TB paru per 100.000 penduduk dengan
estimasi prevalens HIV diantara pasien TB paru sebesar 0,8% secara nasional.3
2007 menunjukkan prevalensi HIV pada pasien dugaan TB paru dengan faktor
risiko antara 3–5% dan prevalensi pada pasien TB paru antara 5–10% dengan
teori mulai dari temuan klinis sampai pemeriksaan fisik serta penunjangnya.
1
1.4 Metode Penulisan
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. N
Umur : 43 tahun
2.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Batuk yang semakin meningkat sejak 2 minggu yang lalu. Batuk sudah
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, dahak tidak ada. Karena batuknya pasien
thoraks dan pemeriksaan darah. Pasien diberi obat OAT FDC 1x3 tab mulai
Padang.
3
Demam sejak 2 hari yang lalu, hilang timbul, tidak tinggi dan tidak
menggigil. Riwayat demam ada sejak 4 bulan yang lalu bersifat hilang
timbul.
bulan ini.
Buang air kecil & buang air besar tidak ada keluhan.
Riwayat diabetes mellitus ada sejak 10 tahun yang lalu kontrol teratur ke
Riwayat Pengobatan
Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat meminum OAT, memiliki
4
Riwayat seks bebas ada sesama jenis sejak 3 tahun yang lalu, terakhir pada
6 bulan yang lalu. Riwayat berhubungan lewat anal saat pasien kelas 6 SD.
Vital sign
Suhu : 36,5 °C
Berat badan : 64 kg
Jantung
5
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : sonor
Perkusi : sonor
Abdomen
Perkusi : timpani
6
2.4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
SGOT/SGPT : 28/22
7
b. Gambaran Rontgen Thorak
Kesan : TB paru
8
2.5. Diagnosis kerja
TB Paru kasus baru BTA (?) Rontgen (+) dalam pengobatan OAT Kat I
2.6. Tatalaksana
- Cefixim 2x200 mg
- Isoniazid 1x300 mg
- Rifampisisn 1x600 mg
- Pirazinamid 1x1500 mg
- Etambutol 1x1000 mg
- Vit B6 1x10 mg
- Metformin 2x500 mg
9
BAB 3
DISKUSI
Pasien laki-laki usia 43 tahun datang pada tanggal 13 Januari 2018 ke RSUP
Dr. M. Djamil Padang rujukan dari RSUD Dharmasraya dengan keluhan batuk
yang semakin meningkat sejak 2 minggu yang lalu. Batuk sudah dirasakan sejak 3
bulan yang lalu, dahak tidak ada. Demam dan keringat malam ada sejak 4 bulan
yang lalu, hilang timbul, tidak tinggi dan tidak menggigil. Nafsu makan menurun
Infeksi pada paru dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur yang
tuberculosis disebut dengan tuberkulosis paru. Keluhan utama yang sering terjadi
pada pasien pneumonia adalah sesak napas, peningkatan suhu tubuh, dan batuk
primer pada pasien ini dapat disingkirkan karena tidak sesuai dengan gambaran
klinis awal.
Pasien dapat didiagnosis sebagai TB Paru karena batuk pada pasien sudah
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
sebagian besar terjadi pada paru yang mencakup 80% dari keseluruhan kejadian
10
sarang pneumonik yang disebut sarang primer atau afek primer. Dari sarang
bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer dengan limfangitis lokal dan
Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut:
integrum)
paru sebelahnya.
akan tetapi bila tidak terdapat imun yang adekuat, penyebaran ini akan
11
menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier,
pada usia 15-40 tahun yang disebut tuberkulosis post primer. Bentuk tuberkulosis
inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi
sumber penularan. Nasib afek primer ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut :2
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran.
sklerotik). Nasib kaviti ini mungkin meluas kembali, dapat pula memadat
Keluhan pasien yang datang dengan batuk > 2 minggu disertai gejala
sistemik berupa demam dan keringat malam hilang timbul sesuai dengan gejala
klinis pada pasien infeksi TB. Pada pasien TB gejala klinis yang terjadi dapat
12
a. Gejala Respiratorik
Gejala ini mencakup batuk ≥ 3 minggu, batuk darah, sesak napas, dan nyeri
tergantung dari luas lesi yang mengenai paru pasien. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam
proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang
b. Gejala Sistemik
tubuh.
Jika terjadi TB ekstra paru, maka gejala yang dialami pasien tergantung dari
pembesaran yang lambat dan tidak nyeri pada kelenjar getah bening. Meningitis
tuberkulosa terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang
rongga pleuranya terdapat cairan. Pasien ini tidak memiliki gejala TB ekstra paru.
13
Gambar 3.1 Alur Diagnosis Tuberkulosis
14
Penegakkan diagnosis TB berpedoman pada 6 standar diagnosis pada ISTC
III (International Standards for TB Care). Gejala klinis pasien mengarah kepada
suara nafas bronkovesikuler dan terdengar ronki basah halus. Suara nafas
vesikular. Bunyi tambahan berupa ronki basah halus terjadi karena aliran udara
yang melewati infiltrat dalam paru. Hasil rontgen foto toraks pasien menunjukkan
adanya infiltrat pada kedua apeks paru kanan dan kiri. Artinya, pasien
Tes Cepat Molekuler (TCM) dengan hasil MTB positif dan Rifampisin Resistence
Faktor risiko terjadinya infeksi TB ini tergantung pada faktor dari host
(manusia), konsentrasi kuman dan lamanya waktu kontak, maupun dari faktor
hingga usia lima tahun memiliki kerentanan yang tinggi namun anak dengan usia
antara lima tahun hingga awal pubertas relatif tahan terhadap infeksi TB. Survei
atau faktor gaya hidup seperti merokok. Seseorang dengan daya tahan tubuh yang
rendah, seperti infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan
berkembangnya TB aktif (sakit TB). Beberapa faktor lain yang dapat menurunkan
15
daya tahan tubuh, yaitu ketergantungan alkohol, penggunaan narkoba suntik,
Pasien ini memiliki faktor risiko berupa jenis kelamin maupun daya tahan
tubuh yang rendah sehingga memudahkan terjadinya infeksi paru oleh kuman TB.
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu kontrol teratur
penyakit kronik yang berkaitan dengan gangguan fungsi imunitas tubuh, sehingga
pada penderita DM adalah karena defek fungsi sel-sel imun dan mekanisme
pertahan tubuh termasuk gangguan fungsi dari epitel pernapasan serta motilitas
silia. Pada penderita DM, terjadi ganguan kemotaksis dan fagositosis sehingga
menyulitkan tubuh dalam proses eliminasi infeksi TB. Penderita DM ini berisiko
2 hingga 3 kali lebih tinggi untuk mengidap penyakit TB paru dibandingkan tanpa
DM.5
Selain itu, pasien juga memiliki riwayat seks bebas sesama jenis sejak 3
tahun yang lalu, terakhir pada 6 bulan yang lalu. Pasien juga pernah berhubungan
seks lewat anal saat pasien kelas 6 SD. Hal ini dapat memudahkan terjadinya
infeksi HIV. Orang dengan HIV memiliki risiko 30 kali lebih besar untuk sakit
setiap orang dewasa, remaja, dan anak-anak yang datang ke fasilitas kesehatan
dengan tanda, gejala, atau kondisi medis yang patut diduga telah terjadi infeksi
16
HIV terutama pada pasien dengan riwayat penyakit TB dan IMS ditawarkan untuk
pemeriksaan HIV.8
Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan rapid test dengan hasil reaktif
dan perhitungan CD4 dengan jumlah 241 mm3. Perjalanan infeksi HIV di dalam
tubuh manusia diawali dengan interaksi gp 120 pada selubung HIV yang
berikatan dengan reseptor spesifik CD4. Sel target utama adalah sel yang mampu
limfosit, Langerhan’s dan dendritik. Pada TB paru aktif, makrofag terinfeksi oleh
tuberculosis dapat menyebabkan infeksi lanjut pada CD4 sel T limfosit dan
yang terinfeksi laten. Masuknya monosit kedalam sel dendrit dapat memfasilitasi
Individu yang terinfeksi HIV pada TB paru aktif sangat dipengaruhi oleh
derajat imunodefisiensi. Pada pasien terinfeksi HIV dengan CD4+ > 350 cell/µL
gejala klinik TB sesuai dengan pasien TB tanpa HIV. Gejala mayor terbatas pada
paru dan biasanya gambaran foto toraks lobus atas berupa gambaran infiltrat
fibronodular dengan atau tanpa kavitas. Pada HIV stadium lanjut gambaran foto
toraks pada pasien TB paru berbeda dibandingkan dengan pasien dengan derajat
keparahan imunosupresi lebih rendah. Pada lobus bawah, lobus tengah, gambaran
infiltrate milier lebih biasa dan kavitas lebih jarang. Limfadenopati mediastinum
juga dapat ditemukan. Gejala klinik TB paru pada pasien dengan HIV tergantung
17
dari derajat imunosupresi sebagai hasil dari infeksi HIV. Pasien dengan kadar
dengan ekstraparu.7
sehari selama 22 tahun dan sudah berhenti 1 tahun terakhir. Indeks Brinkman
pasien ini berada dalam kategori berat, dimana nilai 0-199 seseorang dikatakan
perokok ringan, 200-599 perokok sedang, dan > 600 perokok berat. Asap rokok
bronkus dan bronkiolus yang membentuk saluran udara yang memasok udara ke
fungsi fagositosis dan membunuh kuman pada individu yang merokok, seperti
sangat penting untuk respons awal pertahanan lokal untuk infeksi kuman termasuk
TB. Risiko TB dapat dikurangi dengan hampir dua pertiganya jika seseorang
berhenti merokok. Ini menjadi bukti kuat dalam peran penting merokok dalam
penanggulangan TB.6
18
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan diagnosis
pasien ini adalah TB Paru kasus baru BTA (?) Rontgen (+) dalam pengobatan
OAT Kat I Fase Intensif H-4 + SIDA + DM Tipe II terkontrol + Candidiasis oral
Pasien diberikan infuse Nacl 0,9 tetes permenit karena Nacl 0,9%
merupakan cairan infuse yang fisiologis yang diberikan untuk cairan maintenance.
gam positif dan gram negatif. Cefixi memiliki aktivitas yang poten terhadap
sekresi asam lambung. Indikasi ranitidin salah satunya adalah untuk pengobatan
Vit B6 atau pyridoxine adala nutrisi yang sangat penting bagi darah, kulit,
dan sistem saraf pusat. Vitamin ini dapat bermanfaat untuk mengatasi anemia dan
pertama untuk penderita diabetes melitus tipe 2, khususna otang dengan kelebihan
berat badan dan gemuk serta orang dengan fungsi ginjal normal.
Nystatin adalah obat anti jamur yang digunakan untuk mengattasi infeksi
candidiasi oral pada pasien. Nystatin memilii efek fungistatik dan fungisida yang
bekerja dengan cara berikatan dengan ergosterol pada membran sel jamur. Hal ini
19
menyebabkan terbentuknya pori-pori dalam membran sel sehingga kalium dan isi
dalam dosis yang tepat, ditelan dalam dosis yang teratur, diawasi langsung oleh
PMO (pengawas makan obat). Pengobatan TB dibagi dalam tahap awal serta
adalah:1
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/9HRZE)/5(HR)3E3
20
OAT disediakan dalam dua bentuk yaitu KDT (kombinasi dosis tetap) dan
kombipak. Pada OAT KDT, trdapat 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet yang
disesuaikan dengan BB pasien. Pada paket OAT kombipak, terdiri atas obat leas
blister. OAT kombipak digunakan pada asien yang terbukti mengalami efek
Pasien ini didiagnosis TB kasus baru dan diberikan OAT Kategori I dengan
dosis Isoniazid 1x300 mg, Rifampisisn 1x600 mg, Pirazinamid 1x1500 mg, dan
21
Tatalaksana pengobatan TB pada ODHA termasuk wanita hamil prinsipnya
adalah sama seperti pada pasien TB lainnya. Pasien TB dengan HIV positif
segera dalam waktu 2-8 minggu pertama setelah dimulainya pengobatan TB dan
dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis pada akhir bulan ke-2 dan
kali yaitu sewaktu dan pagi. Bila pemeriksaan menunjukkan hasil negatif, maka
pengobatan dapat dilanjutkan ke fase lanjutan dan kembali memeriksa dahak pada
akhir bulan ke-5 dan akhir pengobatan. Bila hasil dahak positif, tetap lanjutkan
kemudian kembali memeriksakan dahak pada 1 bulan setelah fase lanjutan. Bila
hasil tetap masih positif, lakukan uji kepekaan obat. Bila fasilitas tidak
mendukung untuk dilakukannya uji kepekaan obat, maka obat fase lanjutan tetap
22
Tabel 3.5 Hasil pengobatan TB
Batuk darah
Pneumotoraks
Luluh paru
Gagal napas
Gagal jantung
Efusi pleura
23
Prognosis TB paru umumnya baik dengan pengobatan yang tepat,
ketersediaan obat dan pengawasan minum obat yang baik. Namun apabila pasien
dengan tb paru tidak diobati setelah lima tahun akan memiliki prognosis :8
50% meninggal
24
DAFTAR PUSTAKA
25