Anda di halaman 1dari 25

CBD

NEONATUS ATERM, BBLC, ASFIKSIA BERAT DENGAN


OBSERVASI NEONATAL INFEKSI

Pembimbing:
dr Hartono, Sp.A
dr Slamet Widi, Sp.A
dr.Z. Hidayati,Sp.A
dr Opy Dyah Paramita,Sp.A

Disusun Oleh:
Hendri Darmawan Saputro (012085667)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
2012

1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : By. Ny.N.K.
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : kelipang

Nama ayah : Tn. M


Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidikan : SMA

Nama ibu : Ny. N.K.


Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA

Bangsal : Peristi
No. CM : 22.10.35
Masuk RS : 3 Juli 2012

II. DATA DASAR


1. Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang Perinatologi
dilakukan pada tanggal 4 Juni 2012 pukul 15.30 WIB di ruang Dewi Kunthi dan
Perinatologi serta didukung catatan medis.
Keluhan utama : Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang


Sebelum masuk RS:
 Ibu G2P1A0, usia 28 tahun, hamil 39 minggu 4 hari, HPHT 28 September
2011, riwayat haid teratur, siklus 28 hari, lama haid 7 hari per siklus. Ibu

2
rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x.
Riwayat trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat dengan dukun
pijat disangkal, riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal,
riwayat minum jamu – jamuan disangkal oleh ibu.
 10 jam sebelum ke IGD RSUD Semarang, ibu mengeluh perutnya terasa
mulas semakin lama semakin sering dan keluar lendir darah dari jalan lahir.
7 jam sebelum masuk rumah sakit keluar cairan ngepyok dari jalan lahir.
Akhirnya ibu datang ke IGD RSUD Semarang, lalu dirawat di ruang VK,
dengan hasil pemeriksaan VT pembukaan 2 cm, KK (-) his jarang, DJJ 12-
11-12, letak kepala, punggung kanan HI. Kemudian di lakukan pengawasan.
4 jam setelah masuk rumah sakit kemajuan persalinan VT pembukaan 6 cm
KK (-) his jarang DJJ 11-11-12 H II. 10 jam setelah masuk rumah sakit ada
kemajuan persalinan VT pembukaan 10 cm, KK (-), DJJ 8-8-8 HIII terlihat
tali pusat menumbung. Ibu merasa ingin mengejan, kemudian dipimpin
mengejan. Ibu dipimpin mengejan selama satu jam kemudian lahir bayi
Laki-laki di ruang VK RSUD Kota Semarang dengan Berat Badan Lahir
3000 gram, bayi tidak menangis sesaat setelah dilahirkan. Dengan Apgar
Score 1 – 5– 8.

Setelah masuk RS:


 Pukul 20.30, lahir bayi laki-laki di ruang VK RSUD Kota Semarang berat
badan lahir: 3000 gram. Panjang badan: 46cm. Lingkar kepala: 34,5 cm.
Lingkar dada: 31 cm.
 Ketuban berwarna jernih.
 Saat lahir, bayi tidak menangis, tonus otot lemah, tidak ada gerakan, HR<
100, dengan warna biru.
 5 menit setelah diresusitasi bayi merintih, ekstremitas fleksi sedikit,
gerakan sedikit, HR< 100, dengan warna merah jambu ujung2 biru.
 10 menit setelah diresusitasi, bayi menangis kuat, ekstremitas fleksi
sedikit, gerakan bayi kurang akif, HR>100, seluruh tubuh kemerahan.
 Apgar score didapatkan 1-5-8.
 Plasenta lahir secara spontan, kotiledon lengkap, tidak ada infark maupun
hematom.
 Bayi kemudian dirawat dan diobservasi di Perinatologi:

3
 Usia 0 hari (3/7/12)
o Diberikan O2 Head box 6 liter/menit
o Dilakukan pemasangan infus umbilikal kemudian diambil darah
untuk diperiksakan di laboratorium.
o Infus D 10% 180cc/24=8 tpm
o Injeksi vitamin K 1x1 mg im
o Injeksi ampisilin 2x 150 mg iv (1)
o Injeksi Ca glukonas 2x 1,5 cc ad aqua iv pelan
o Gerakan bayi kurang aktif, BAB(+), BAK (+), menangis kuat (-),
merintih (-), ikterik (-) . muntah (-) , napas spontan (+)
o Diet ditunda
 Usia 1 hari (4/7/12),
o Coba O2 nasal kanul 2 liter/menit
o Infuse D 10% 8 tpm
o Injeksi Ampicilin 2x150 mg iv (2)
o Injeksi Ca glukonas 2x 1,5 cc ad aqua iv pelan
o Gerakan bayi kurang aktif, BAB(+), BAK (+). Menangis kuat (+),
napas spontan (+)
o Pasang OGT Diet ASI 8x20-25cc.

3/7 4/7

HR 130 130

RR 60 60

T 36.3 36.5
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat ibu menderita demam tinggi (-)
 Riwayat tekanan darah tinggi selama kehamilan (-)
 Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, asma, penyakit jantung, penyakit
ginjal, alergi, anemia, penyakit kelainan darah sebelum hamil disangkal.
 Riwayat ibu menderita penyakit menular seksual selama kehamilan atau
pada saat proses persalinan seperti misalnya gonorea, klamidia,
trikomoniasis, kandidiasis, vaginalis disangkal.
 Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama
istrinya hamil disangkal.
 Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat
pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat kencing bewarna merah
selama kehamilan disangkal.
 Riwayat ibu merokok disangkal

4
 Riwayat ayah merokok (+)

Riwayat Pemeriksaan prenatal


Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x.
Riwayat trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat
penyakit darah tinggi (-). riwayat kencing manis disangkal, riwayat minum jamu –
jamuan disangkal oleh ibu
Kesan : pemeliharaan prenatal baik

Riwayat Persalinan dan Kehamilan


Bayi jenis kelamin laki-laki dari ibu G2P1A0 hamil 39 minggu , lahir secara
spontan, ditolong oleh Bidan RSUD Semarang.
Saat lahir bayi tidak menangis, tidak aktif, dan tidak peka rangsang. Berat
badan lahir 3000 gram panjang badan 46 cm, lingkar kepala 34,5 cm, lingkar dada 31
cm. APGAR score 1 – 5 – 8.
Kesan : neonatus aterm, lahir spontan dengan BBLC, asfiksia berat, observasi
neonatal infeksi.

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


 Pertumbuhan
- Berat badan lahir : 3000 gram
- Panjang badan : 46 cm
- Lingkar kepala : 34,5 cm
- Lingkar dada : 31 cm

 Perkembangan
- Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi

Riwayat Makan dan Pertumbuhan Anak


 Pada hari pertama tunda diet karena riwayat asfiksia berat, pada hari kedua
mulai diberi ASI melalui OGT.
 Terpasang infus umbilical D 10 %

Riwayat Imunisasi
 Hepatitis B : -
 BCG :-
 Polio :-
Kesan : Anak belum pernah mendapat imunisasi

Riwayat Keluarga Berencana


Ibu pasien menggunakan KB suntik 3 bulan sebelum hamil ini.

Riwayat Sosial Ekonomi

5
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan ± Rp 800.000. Ibu
pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Menanggung 2 orang anak. Biaya
pengobatan ditanggung Jampersal.
Kesan : sosial ekonomi kurang

Data Keluarga

Saudara
Jenis Kelamin Perempuan

Umur 8 tahun
Lahir Dokter Specialis Obsgyn (langsung menangis) SC, 2800
gram
Keadaan sekarang Sehat

Data Perumahan
 Kepemilikan rumah : rumah orang tua
 Keadaan rumah : dinding rumah terbuat dari tembok, 3 kamar tidur,
kamar mandi di dalam rumah.
 Sumber air bersih : sumber air minum dari air sumur, limbah buangan
dialirkan ke saluran atau selokan yang ada di belakang rumah
 Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan, cukup padat.

2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 4 Juli 2012, pukul 15.30 WIB di ruang
perinatologi. Bayi laki-laki usia 2 hari, berat badan lahir 3000 gram, panjang
badan 46 cm, lingkar kepala 34,5 cm, lingkar dada 31 cm.
Kesan umum :
Compos mentis, nafas spontan, gerakan kurang aktif.
Tanda vital
 Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
 Nadi : 130x/menit, isi dan tegangan cukup
 Pernapasan : 60x/menit
 Suhu : 36,5°C (Axilla)

Status Internus
 Kepala
Mesocephale, ukuran lingkar kepala 34,5 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, ukuranya 2 cm, tidak tegang dan tidak menonjol, caput
succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata,
tidak mudah dicabut, kulit kepala kebiruan.
 Mata
pupil bulat, isokor, Ø 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih,
sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)

6
 Hidung
bentuk normal, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
 Telinga
bentuk normal, bila dilipat cepat membalik, discharge (-/-)

 Mulut
sianosis (-), trismus (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Thorax
Paru
Inspeksi :simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi
suprasternal dan epigastrial (-), intercostalis (-).
Palpasi : aerola mammae tampak seperti titik tonjolan 2 mm, teraba
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara nafas tambahan (-/-), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak melebar
Perkusi : batas jantung sulit dinilai
Auskultasi :bunyi jantung I-II regular, bising (-), murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Perkusi : timpani
Tulang Belakang
Tidak ada spina bifida
Genitalia
Laki-laki, undecendent testis (-)
Anorektal
Anus (+)
Anggota gerak
Rajah tangan dan kaki sempurna

Ekstremitas

7
GDS Bilirubin Bilirubin Bilirubin Natrium Kalium Calcium
Superior Inferior
total direct indirect
Deformitas
3/7/12 84 - /- - /- 136 3,1 1,21

Akral dingin - /- - /-

- /- - /-
Akral sianosis
Ikterik +/+ + /+

Capillary refill < 2 detik < 2 detik

Hipotonus Hipotonus
Tonus Kulit
Lanugo berkurang, sianotik (-), ikterik.
Refleks Primitif :
 Refleks Oral :
- Refleks Hisap :(+)
- Refleks Rooting :(+)
 Refleks Moro :(+)
 Refleks Tonic Neck :(+)
 Refleks Palmar Grasp :(+)
 Refleks Plantar Grasp :(+)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin

Tanggal Hb (gr/dl) Ht (%) Leukosit Trombosit


(mm3) (mm3)
03/7/12 14,1 45,10 7.400 254.000

Pemeriksaan Kimia Darah dan elektrolit

Pemeriksaan Khusus :

8
Ballard Score

Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik Poin


Sikap tubuh 4 Kulit 3
Jendela siku-siku 4 Lanugo 3
Rekoil lengan 4 Lipatan telapak kaki 3
Sudut popliteal 3 Payudara 2
Tanda Selempang 3 Bentuk telinga 3
Tumit ke kuping 3 Genitalia (laki-laki) 4
Total 21 Total 19

New Ballard Score = maturitas neuromuskular + maturitas fisik


= 21 + 18 = 39 ( 39 minggu)
Kesan : kelahiran aterm 39 minggu

9
BELL SQUASH SCORE
1. Partus tindakan
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil : 1  observasi neonatal infeksi

III. RESUME
Telah lahir bayi perempuan dari ibu G 2P1A0 usia 28 tahun, hamil 39 minggu 4
hari, lahir secara spontan, ditolong oleh bidan RSUD Semarang. Saat lahir, bayi
tidak menangis, tonus otot lemah, gerakan sedikit, HR< 100, dengan warna
biru. Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala 34,5 cm, dan
lingkar dada 31 cm. Apgar score 1 – 5 – 8
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 4 juli 2012 didapatkan :
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 130x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 60x/menit
Suhu : 36,5°C (Axilla)
KU/KS : Compos mentis, nafas spontan, gerakan kurang aktif.
Hidung : napas cuping hidung (-/-)
Mata : sclera ikterik (-/-)
Thorak : cor/ paru dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : ikterik ekstremitas superior (-/-) dan inferior (-/-)
Kulit : Lanugo berkurang, sianotik (-), ikterik (-).

Pemeriksaan Khusus :
o Ballard score = usia kehamilan 39 minggu
o Bell squash score = 1  observasi neonatal infeksi
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Darah Rutin

Tanggal Hb Ht Leukosi Trombosi


(gr/dl) (%) t t
(mm3) (mm3)
03/7/12 14,1 45,10 7.400 254.000

10
Kesan : neonatus aterm, lahir secara spontan, asfiksia berat, observasi neonatal
infeksi.

IV. DIAGNOSIS BANDING


1. Neonatus aterem
A. Aterm
B. Preterm
C. postterm
2. BBLC
a. SMK (Sesuai Masa Kehamilan)
b. BMK (Besar Masa Kehamilan)
c. KMK (Kecil Masa Kehamilan)

3. Asfiksia berat
a. Faktor Janin (talipusat menumbung, fetal distress, lilitan tali pusat,
bayi besar, letak sungsang, gemeli, BBLR)
b. Faktor Placenta (solusio placenta, placenta previa)
c. Faktor ibu (hipertensi, perdarahan, CPD, SC berulang, partus lama,
kelahiran dengan ekstraksi forceps atau vakum)
4. Observasi infeksi neonatal
a. Early onset (< 72 jam)
- Ketuban pecah dini
- Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, infeksi virus, trikomoniasis,
kandidiasis vaginalis, gonorrhoea, non gonococcal servitis,
sifilis, kondiloma akuminata, ulkus molle, limfogranuloma
inguinal)
b. Late onset (>72 jam)
- Infeksi nosokomial

V. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Neonatus aterm
2. BBLC
3. Asfiksia Berat
4. Observasi Neonatal Infeksi
VI. TERAPI
A. TERAPI AWAL

11
 Medikamentos
- O2 headbox 4-6 liter/menit
- Infus D 10 % 180/8/8 tpm
- ijeksi Ampisilin 2x150mg (iv)
- Inj. Vit K 1x1 mg
 Diet
Tunda diet 1x 24 jam
B. TERAPI HARI PERAWATAN 1
 Medikamentosa
- Coba O2 nasal kanul 2 liter/menit
- Inf. D10% 192/24/8 jam
- Inj. Ampicilin 2x100 mg
- Inj.gentamisin 2x 7,5 mg

 Diet
- Kebutuhan cairan hari ke 1
= 70 x 3,0 = 210 cc
- Asi ad libitum

VII. PROGRAM
 Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
 Jaga kehangatan
 Rawat tali pusat

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

IX. USUL
 Pemeriksaan darah rutin ulang (3x24 jam)
 Tes residu
 Konsul spesialis mata
 Konsul spesialis THT
 Baby gram (atas indikasi)
 USG kepala (atas indikasi)

12
X. NASEHAT
 Jaga kehangatan bayi
 Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan
 Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah
menyusui. Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam
keadaan bersih dan harus selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.
 Setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak lurus
di pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai mengeluarkan
suara.
 Menjelaskan kepada ibu pasien untuk selalu mencuci tangan sehabis
membersihkan tinja anak.
 Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara kontrol untuk tahu
gejala sisa
 Ibu harus memeriksakan ke dokter secepat mungkin jika bayinya :
 Mempunyai masalah bernafas
 Menangis (lebih sering atau berbeda dari biasanya), merintih, atau
mengerang kesakitan
 Tampak berwarna kebiruan (sianotik)
 Suhu tubuh ≥38°C
 Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari)
 Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun
beraknya
 Mengalami gemetar pada kaki dan tangan
 Kejang
 Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat untuk memeriksa perkembangan dan pertumbuhan badan
serta pemberian imunisasi dasar pada bayi
 Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat rentan
terhadap infeksi pernapasan
 Imunisasi

ASFIKSIA NEONATORUM

13
Batasan

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam
darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.

Patofisiologi

Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia
dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin.
Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.

Gejala Klinik

Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan.

Diagnosis

Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.

Pemeriksaan fisik :

Nilai Apgar

Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat gerak
(lemah) aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh
ekstrimitas biru tubuh

Nilai 0-3 : Asfiksia berat

14
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang

Nilai 7-10 : Normal

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7.
Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar)

Pemeriksaan penunjang :

- Foto polos dada

- USG kepala

- Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

Penyulit

Meliputi berbagai organ yaitu :

- Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis

- Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan


paru, edema paru

- Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans

- Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH

- Hematologi : DIC

Penatalaksanaan

Resusitasi

15
· Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)

· Terapi medikamentosa :

Epinefrin :

Indikasi :

- Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan pemijatan dada.

- Asistolik.

Dosis :

- 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara
: i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

Volume ekspander :

Indikasi :

- Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan


tidak ada respon dengan resusitasi.

- Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis


ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi
tidak memberikan respon yang adekuat.

Jenis cairan :

- Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)

- Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.

Dosis :

- Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klinis.

Bikarbonat :

Indikasi :

16
- Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.

- Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia


harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.

Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)

Cara :

- Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan


secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.

Efek samping :

- Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat


merusak fungsi miokardium dan otak.

Nalokson :

- Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan


depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan
stabil.

Indikasi :

- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan


narkotik 4 jam sebelum persalinan.

- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai
pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba
pada sebagian bayi.

Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)

Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c

Suportif

· Jaga kehangatan.

· Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.

· Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)

Bagan Resusistasi Neonatus

17
Uji kembali efektifitas :
- Ventilasi
- Kompresi dada
-Resusitasi
Intubasi Endotrakeal
dinilai tidak berhasil jika :
- Pemberian epinefrin
apnea dan denyut jantung 0 setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 15
Pertimbangkan kemungkinan :
menit.
- Hipovolemia
- Asidosis metabolik berat

18
INFEKSI NEONATAL

DefInisi Sepsis Neonatorum


Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi
sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan (Gomella,
2004). Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru mengenai
definisi sepsis. Salah satunya menurut The International Sepsis Definition
Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses
berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik,
disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian (Dep. Kes RI, 2008).
Klasifikasi Sepsis Neonatorum (Dep. Kes RI, 2008)
Dini Lambat
Awitan <72 jam >72 jam
Sumber Infeksi Jalan lahir Lingkungan (nosokomial)

Patogenesis
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi kuman
karena terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion,
dan beberapa faktor anti infeksi dari cairan amnion.
Infeksi pada neonatus dapat terjadi antenatal, intranatal dan pascanatal. Lintas infeksi
perinatal dapat digolongkan sebagai berikut:
 Infeksi Antenatal.

Infeksi antenatal pada umumnya infeksi transplasenta, kuman berasal


dari ibu, kemudian melewati plasenta dan umbilikus dan masuk ke dalam
tubuh bayi melalui sirkulasi bayi. Infeksi bakteri antenatal antara lain oleh
Streptococcus Group B. Penyakit lain yang dapat melalui lintas ini adalah
toksoplasmosis, malaria dan sifilis. Pada dugaan infeksi tranplasenta biasanya
selain skrining untuk sifilis, juga dilakukan skrining terhadap TORCH
(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes).
 Infeksi Intranatal

Infeksi intranatal pada umumnya merupakan infeksi asendens yaitu


infeksi yang berasal dari vagina dan serviks. Karena ketuban pecah dini maka

19
kuman dari serviks dan vagina menjalar ke atas menyebabkan korionitis dan
amnionitis. Akibat korionitis, maka infeksi menjalar terus melalui umbilikus
dan akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis menyebabkan amnionitis dan liquor
amnion yang terinfeksi ini masuk ke traktus respiratorius dan traktus
digestivus janin sehingga menyebabkan infeksi disana (Monintja, 1997).

Infeksi lintas jalan lahir ialah infeksi yang terjadi pada janin pada saat
melewati jalan lahir melalui kulit bayi atau tempat masuk lain. Pada umumnya
infeksi ini adalah akibat kuman Gram negatif yaitu bakteri yang menghasilkan
warna merah pada pewarnaan Gram dan kandida. Menurut Centers for
Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat
bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang
dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan (Diyah, 2009).
 Infeksi Pascanatal

Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi nosokomial yang


diperoleh bayi dari lingkungannya di luar rahim ibu, seperti kontaminasi oleh
alat-alat, sarana perawatan dan oleh yang merawatnya. Kuman penyebabnya
terutama bakteri, yang sebagian besar adalah bakteri Gram negatif. Infeksi

20
oleh karena kuman Gram negatif umumnya terjadi pada saat perinatal yaitu
intranatal dan pascanatal (Monintja, 1997).
Lintas infeksi perinatal dapat dilihat pada gambar berikut:

Gejala Klinik (Monintja, 1997)


Gejala klinik infeksi sistemik pada neonatus tidak spesifik dan seringkali sama
dengan gejala klinik gangguan metabolik, hematologik dan susunan saraf pusat.
Peningkatan suhu tubuh jarang terjadi dan bila ada umumnya terdapat pada
bayi cukup bulan. Hipotermia lebih sering ditemukan daripada hipertermia. Leukosit
pada neonatus mempunyai rentang yang luas yaitu antara 4.000 s/d 30.000 per mm3.
Gejala klinik sepsis neonatorum pada stadium dini sangat sulit ditemukan karena
tidak spesifik, tidak jelas dan seringkali tidak terobservasi. Karena itu, dibutuhkan
suatu dugaan keras terhadap kemungkinan ini agar diagnosa dapat ditegakkan. Gejala
klinik sepsis pada neonatus dapat digolongkan sebagai:
 Gejala umum: bayi tidak kelihatan sehat (not doing well), tidak mau minum,
kenaikan suhu tubuh, penurunan suhu tubuh dan sclerema.
 Gejala gastrointestinal: muntah, diare, hepatomegali dan perut kembung
 Gejala saluran pernafasan: dispnea, takipne dan sianosis.
 Gejala sistem kardiovaskuler: takikardia, edema, dan dehidrasi.
 Gejala susunan saraf pusat: letargi, irritable, dan kejang.
 Gejala hematologik: ikterus, splenomegali, petekie, dan perdarahan lain.

21
Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain (Dep. Kes RI, 2008):
 Meningitis
 Neonatus dengan meningitis dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus
dan/atau leukomalasia periventrikular
 Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi acut
respiratory distress syndrome (ARDS).
 Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida, seperti
ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal.
 Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari
gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental
 Kematian

Diagnosis
Saat ini, upaya penegakan diagnosis sepsis mengalami beberapa perkembangan. Pada
tahun 2004, The International Sepsis Forum mengajukan usulan kriteria diagnosis
sepsis pada neonatus berdasarkan perubahan klinis sesuai dengan perjalanan infeksi.
Gambaran klinis sepsis neonatorum dikelompokkan menjadi 4 variabel, yaitu variabel
klinik, variabel hemodinamik, variabel perfusi jaringan, dan variabel inflamasi.
Kriteria diagnosis sepsis pada neonatus (Dep. Kes RI, 2008).
1. Variabel Klinis
 Suhu tubuh tidak stabil
 Denyut nadi > 180 kali/menit atau < 100 kali/menit
 Laju nafas > 60 kali/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen
 Letargi
 Intoleransi glukosa ( plasma glukosa > 10 mmol/L )
 Intoleransi minum
2. Variabel Hemodinamik
 TD < 2 SD menurut usia bayi
 TD sistolik < 50 mmHg ( bayi usia 1 hari )
 TD sistolik < 65 mmHg ( bayi usia < 1 bulan )
3. Variabel Perfusi Jaringan
 Pengisian kembali kapiler > 3 detik
 Asam laktat plasma > 3 mmol/L
4. Variabel Inflamasi
 Leukositosis ( > 34000x109/L )
 Leukopenia ( < 5000 x 109/L )
 Neutrofil muda > 10%
 Neutrofil muda/total neutrofil ( I/T ratio ) > 0,2
 Trombositopenia <100000 x 109/L
 C Reactive Protein > 10 mg/dL atau > 2 SD dari nilai normal

Penatalaksanaan (Djaja, 2003)

22
Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama dalam tata laksana sepsis
neonatorum, sedangkan di pihak lain penentuan kuman penyebab membutuhkan
waktu dan mempunyai kendala tersendiri. Hal ini merupakan masalah dalam
melaksanakan pengobatan optimal karena keterlambatan pengobatan akan berakibat
peningkatan komplikasi yang tidak diinginkan.
- Pemberian Antibiotik

Pada kasus tersangka sepsis, terapi antibiotik empirik harus segera


dimulai tanpa menunggu hasil kultur darah. Setelah diberikan terapi empirik,
pilihan antibiotik harus dievaluasi ulang dan disesuaikan dengan hasil kultur
dan uji resistensi. Bila hasil kultur tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri
dalam 2-3 hari dan bayi secara klinis baik, pemberian antibiotik harus
dihentikan.
o Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan dini

Pada bayi dengan sepsis awitan dini, terapi empirik harus


meliputi Streptococcus Group B, E. coli, dan Lysteria monocytogenes.
Kombinasi penisilin dan ampisilin ditambah aminoglikosida
mempunyai aktivitas antimokroba lebih luas dan umumnya efektif
terhadap semua organisme penyebab sepsis awitan dini. Kombinasi ini
sangat dianjurkan karena akan meningkatkan aktivitas antibakteri.
o Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan lambat

Kombinasi pensilin dan ampisilin ditambah aminoglikosida


juga dapat digunakan untuk terapi awal sepsis awitan lambat. Pada
kasus infeksi Staphylococcus (pemasangan kateter vaskular), obat anti
staphylococcus yaitu vankomisin ditambah aminoglikosida dapat
digunakan sebagai terapi awal.
Pemberian antibiotik harusnya disesuaikan dengan pola kuman
yang ada pada masing-masing unit perawatan neonatus.
- Terapi Suportif (adjuvant)

Pada sepsis neonatorum berat mungkin terlihat disfungsi dua sistem


organ atau lebih yang disebut Disfungsi Multi Organ, seperti gangguan fungsi
respirasi, gangguan kardiovaskular diseminata (KID), dan/atau supresi sistem

23
imun. Pada keadaan tersebut dibutuhkan terapi suportif seperti pemberian
oksigen, pemberian inotropik, dan pemberian komponen darah. Terapi suportif
ini dalam kepustakaan disebut terapi adjuvant dan beberapa terapi yang
dilaporkan dikepustakaan antara lain pemberian intravenous immunoglobulin
(IVIG), pemberian tranfusi dan komponen darah, granulocyte-macrophage
colony stimulating factor (G-CSF dan GM-CSF), inhibitor reseptor IL-1,
transfusi tukar (TT) dan lain-lain.
- Pencegahan Tertier

Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah cacat,


kematian, serta usaha rehabilitasi. Penderita sepsis neonatorum mempunyai
risiko untuk mengalami kematian jika tidak dilakukan diagnosis dini dan
terapi yang tepat. Untuk itu bayi-bayi yang menderita sepsis perlu mendapat
penanganan khusus dari petugas kesehatan dalam rangka mencegah kematian
dan membatasi gangguan lain yang dapat timbul di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Aurora S, Snyder EY. Perinatal asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual
of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-54.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menurut Survei Demografi dan


Kesehatan Indonesia 2003. Angka Kematian Bayi Menurun (artikel) 31 Desember
2003. http://www. Depkes.org.id.

Diyah, Indri. 2009. Askep Sepsis http://www.wordpress.com Neonatorum. FKP


UNAIR.

Djaja, S. 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem Pelayanan
Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia.http://www.litbang.depkes.go.id

Djaja, Sarimawar dan Soeharsono Soemantri, 2003. Penyebab Kematian Bayi Baru
Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 31 No. 3,
Jakarta.

Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management,
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange
Books/Mc Graw-Hill, 2004; 12-20.

24
Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management,
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange
Books/Mc Graw-Hill, 2004; 512-21.

Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management,
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange
Books/Mc Graw-Hill, 2004; 247-50.

Gomella. TL, 2004. Neonatology Management, procedures, On-Call Problems,


Diseases, and Drugs. Edisi ke-5. Lange Medical Books/McGrawHill, New York.

HTA (Health Technology Assessment) Dep. Kes. RI Tahun 2008. Sepsis Neonatorum.
http://www.scribd.com/doc/12912905/Final-Koreksi-Draft-Akhir

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/

Kattwinkel J, Short J, Niermeyer S, Denson SE, Zaichkin J, Simon W. Neonatal


resuscitation textbook; edisi ke-4. AAP & AHA, 2000; 1-1 – 2-25.

Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen masalah bayi
baru lahir untuk dokter, bidan dan perawat di rumah sakit. Jakarta : IDAI, MNH-
JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 42-8.

Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan


obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI, 2006; 69-79.

Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan


obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI, 2006; 58-63.

Martin CR, Cloherty JP. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP, Stark AR,
eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams &Wilkins,
2004; 185-222.

Monintja, HE. 1997. Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4. London :
Arnold, 2002; 62-88

Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4. London :
Arnold, 2002; 414-31.

Ringer SA. Resuscitation in the delivery room. Dalam: Cloherty JP, Stark AR, eds.
Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004;
53-71.

25

Anda mungkin juga menyukai

  • Hepatoma
    Hepatoma
    Dokumen14 halaman
    Hepatoma
    issabella
    Belum ada peringkat
  • CBD HNP Dina
    CBD HNP Dina
    Dokumen29 halaman
    CBD HNP Dina
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Referat Vertigo
    Referat Vertigo
    Dokumen38 halaman
    Referat Vertigo
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Lapjag
    Lapjag
    Dokumen4 halaman
    Lapjag
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Penanganan Fraktur
    Penanganan Fraktur
    Dokumen88 halaman
    Penanganan Fraktur
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Kolelitiasis
    Kolelitiasis
    Dokumen20 halaman
    Kolelitiasis
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Hati
    Manajemen Hati
    Dokumen17 halaman
    Manajemen Hati
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Kuliah Tulang DR Joko
    Kuliah Tulang DR Joko
    Dokumen64 halaman
    Kuliah Tulang DR Joko
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Fraktur
    Fraktur
    Dokumen48 halaman
    Fraktur
    Christopher Murphy
    Belum ada peringkat
  • Enterohepatik
    Enterohepatik
    Dokumen19 halaman
    Enterohepatik
    issabella
    Belum ada peringkat
  • KOLELITASIS DI RUMAH SAKIT
    KOLELITASIS DI RUMAH SAKIT
    Dokumen25 halaman
    KOLELITASIS DI RUMAH SAKIT
    Ridha Anshari
    Belum ada peringkat
  • KOLELITASIS DI RUMAH SAKIT
    KOLELITASIS DI RUMAH SAKIT
    Dokumen25 halaman
    KOLELITASIS DI RUMAH SAKIT
    Ridha Anshari
    Belum ada peringkat
  • Neily LBM 5
    Neily LBM 5
    Dokumen35 halaman
    Neily LBM 5
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Neily LBM 5
    Neily LBM 5
    Dokumen26 halaman
    Neily LBM 5
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Neily LBM 4
    Neily LBM 4
    Dokumen26 halaman
    Neily LBM 4
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Neily LBM 5
    Neily LBM 5
    Dokumen35 halaman
    Neily LBM 5
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Melinda LBM 4 Eh
    Melinda LBM 4 Eh
    Dokumen19 halaman
    Melinda LBM 4 Eh
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Ikay CBD CPC
    Ikay CBD CPC
    Dokumen25 halaman
    Ikay CBD CPC
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Modul 3 LBM 3
    Modul 3 LBM 3
    Dokumen7 halaman
    Modul 3 LBM 3
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Master
    Master
    Dokumen4 halaman
    Master
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Modul 3 LBM 3
    Modul 3 LBM 3
    Dokumen3 halaman
    Modul 3 LBM 3
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Modul 4 LBM 2
    Modul 4 LBM 2
    Dokumen9 halaman
    Modul 4 LBM 2
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Nakrnkna
    Nakrnkna
    Dokumen18 halaman
    Nakrnkna
    Lana Adila
    Belum ada peringkat
  • Master
    Master
    Dokumen12 halaman
    Master
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Ikay CBD Ves Kuplet
    Ikay CBD Ves Kuplet
    Dokumen15 halaman
    Ikay CBD Ves Kuplet
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Ikay CBD CPC
    Ikay CBD CPC
    Dokumen25 halaman
    Ikay CBD CPC
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Makalahmacam2pemberianoksigen 120311072459 Phpapp01
    Makalahmacam2pemberianoksigen 120311072459 Phpapp01
    Dokumen15 halaman
    Makalahmacam2pemberianoksigen 120311072459 Phpapp01
    AQbar CendekIa MarpaUng
    Belum ada peringkat
  • Belinda (TBC)
    Belinda (TBC)
    Dokumen53 halaman
    Belinda (TBC)
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Belinda (TBC) 1
    Belinda (TBC) 1
    Dokumen56 halaman
    Belinda (TBC) 1
    issabella
    Belum ada peringkat
  • Cover DLL
    Cover DLL
    Dokumen5 halaman
    Cover DLL
    Chairunisa Anggraini
    Belum ada peringkat