Pembimbing:
dr Hartono, Sp.A
dr Slamet Widi, Sp.A
dr.Z. Hidayati,Sp.A
dr Opy Dyah Paramita,Sp.A
Disusun Oleh:
Hendri Darmawan Saputro (012085667)
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : By. Ny.N.K.
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : kelipang
Bangsal : Peristi
No. CM : 22.10.35
Masuk RS : 3 Juli 2012
2
rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x.
Riwayat trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat dengan dukun
pijat disangkal, riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal,
riwayat minum jamu – jamuan disangkal oleh ibu.
10 jam sebelum ke IGD RSUD Semarang, ibu mengeluh perutnya terasa
mulas semakin lama semakin sering dan keluar lendir darah dari jalan lahir.
7 jam sebelum masuk rumah sakit keluar cairan ngepyok dari jalan lahir.
Akhirnya ibu datang ke IGD RSUD Semarang, lalu dirawat di ruang VK,
dengan hasil pemeriksaan VT pembukaan 2 cm, KK (-) his jarang, DJJ 12-
11-12, letak kepala, punggung kanan HI. Kemudian di lakukan pengawasan.
4 jam setelah masuk rumah sakit kemajuan persalinan VT pembukaan 6 cm
KK (-) his jarang DJJ 11-11-12 H II. 10 jam setelah masuk rumah sakit ada
kemajuan persalinan VT pembukaan 10 cm, KK (-), DJJ 8-8-8 HIII terlihat
tali pusat menumbung. Ibu merasa ingin mengejan, kemudian dipimpin
mengejan. Ibu dipimpin mengejan selama satu jam kemudian lahir bayi
Laki-laki di ruang VK RSUD Kota Semarang dengan Berat Badan Lahir
3000 gram, bayi tidak menangis sesaat setelah dilahirkan. Dengan Apgar
Score 1 – 5– 8.
3
Usia 0 hari (3/7/12)
o Diberikan O2 Head box 6 liter/menit
o Dilakukan pemasangan infus umbilikal kemudian diambil darah
untuk diperiksakan di laboratorium.
o Infus D 10% 180cc/24=8 tpm
o Injeksi vitamin K 1x1 mg im
o Injeksi ampisilin 2x 150 mg iv (1)
o Injeksi Ca glukonas 2x 1,5 cc ad aqua iv pelan
o Gerakan bayi kurang aktif, BAB(+), BAK (+), menangis kuat (-),
merintih (-), ikterik (-) . muntah (-) , napas spontan (+)
o Diet ditunda
Usia 1 hari (4/7/12),
o Coba O2 nasal kanul 2 liter/menit
o Infuse D 10% 8 tpm
o Injeksi Ampicilin 2x150 mg iv (2)
o Injeksi Ca glukonas 2x 1,5 cc ad aqua iv pelan
o Gerakan bayi kurang aktif, BAB(+), BAK (+). Menangis kuat (+),
napas spontan (+)
o Pasang OGT Diet ASI 8x20-25cc.
3/7 4/7
HR 130 130
RR 60 60
T 36.3 36.5
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat ibu menderita demam tinggi (-)
Riwayat tekanan darah tinggi selama kehamilan (-)
Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, asma, penyakit jantung, penyakit
ginjal, alergi, anemia, penyakit kelainan darah sebelum hamil disangkal.
Riwayat ibu menderita penyakit menular seksual selama kehamilan atau
pada saat proses persalinan seperti misalnya gonorea, klamidia,
trikomoniasis, kandidiasis, vaginalis disangkal.
Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama
istrinya hamil disangkal.
Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat
pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat kencing bewarna merah
selama kehamilan disangkal.
Riwayat ibu merokok disangkal
4
Riwayat ayah merokok (+)
Perkembangan
- Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : -
BCG :-
Polio :-
Kesan : Anak belum pernah mendapat imunisasi
5
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan ± Rp 800.000. Ibu
pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Menanggung 2 orang anak. Biaya
pengobatan ditanggung Jampersal.
Kesan : sosial ekonomi kurang
Data Keluarga
Saudara
Jenis Kelamin Perempuan
Umur 8 tahun
Lahir Dokter Specialis Obsgyn (langsung menangis) SC, 2800
gram
Keadaan sekarang Sehat
Data Perumahan
Kepemilikan rumah : rumah orang tua
Keadaan rumah : dinding rumah terbuat dari tembok, 3 kamar tidur,
kamar mandi di dalam rumah.
Sumber air bersih : sumber air minum dari air sumur, limbah buangan
dialirkan ke saluran atau selokan yang ada di belakang rumah
Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan, cukup padat.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 4 Juli 2012, pukul 15.30 WIB di ruang
perinatologi. Bayi laki-laki usia 2 hari, berat badan lahir 3000 gram, panjang
badan 46 cm, lingkar kepala 34,5 cm, lingkar dada 31 cm.
Kesan umum :
Compos mentis, nafas spontan, gerakan kurang aktif.
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 130x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 60x/menit
Suhu : 36,5°C (Axilla)
Status Internus
Kepala
Mesocephale, ukuran lingkar kepala 34,5 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, ukuranya 2 cm, tidak tegang dan tidak menonjol, caput
succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata,
tidak mudah dicabut, kulit kepala kebiruan.
Mata
pupil bulat, isokor, Ø 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih,
sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
6
Hidung
bentuk normal, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga
bentuk normal, bila dilipat cepat membalik, discharge (-/-)
Mulut
sianosis (-), trismus (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Thorax
Paru
Inspeksi :simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi
suprasternal dan epigastrial (-), intercostalis (-).
Palpasi : aerola mammae tampak seperti titik tonjolan 2 mm, teraba
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara nafas tambahan (-/-), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak melebar
Perkusi : batas jantung sulit dinilai
Auskultasi :bunyi jantung I-II regular, bising (-), murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Perkusi : timpani
Tulang Belakang
Tidak ada spina bifida
Genitalia
Laki-laki, undecendent testis (-)
Anorektal
Anus (+)
Anggota gerak
Rajah tangan dan kaki sempurna
Ekstremitas
7
GDS Bilirubin Bilirubin Bilirubin Natrium Kalium Calcium
Superior Inferior
total direct indirect
Deformitas
3/7/12 84 - /- - /- 136 3,1 1,21
Akral dingin - /- - /-
- /- - /-
Akral sianosis
Ikterik +/+ + /+
Hipotonus Hipotonus
Tonus Kulit
Lanugo berkurang, sianotik (-), ikterik.
Refleks Primitif :
Refleks Oral :
- Refleks Hisap :(+)
- Refleks Rooting :(+)
Refleks Moro :(+)
Refleks Tonic Neck :(+)
Refleks Palmar Grasp :(+)
Refleks Plantar Grasp :(+)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan Khusus :
8
Ballard Score
9
BELL SQUASH SCORE
1. Partus tindakan
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil : 1 observasi neonatal infeksi
III. RESUME
Telah lahir bayi perempuan dari ibu G 2P1A0 usia 28 tahun, hamil 39 minggu 4
hari, lahir secara spontan, ditolong oleh bidan RSUD Semarang. Saat lahir, bayi
tidak menangis, tonus otot lemah, gerakan sedikit, HR< 100, dengan warna
biru. Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala 34,5 cm, dan
lingkar dada 31 cm. Apgar score 1 – 5 – 8
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 4 juli 2012 didapatkan :
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 130x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 60x/menit
Suhu : 36,5°C (Axilla)
KU/KS : Compos mentis, nafas spontan, gerakan kurang aktif.
Hidung : napas cuping hidung (-/-)
Mata : sclera ikterik (-/-)
Thorak : cor/ paru dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : ikterik ekstremitas superior (-/-) dan inferior (-/-)
Kulit : Lanugo berkurang, sianotik (-), ikterik (-).
Pemeriksaan Khusus :
o Ballard score = usia kehamilan 39 minggu
o Bell squash score = 1 observasi neonatal infeksi
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Darah Rutin
10
Kesan : neonatus aterm, lahir secara spontan, asfiksia berat, observasi neonatal
infeksi.
3. Asfiksia berat
a. Faktor Janin (talipusat menumbung, fetal distress, lilitan tali pusat,
bayi besar, letak sungsang, gemeli, BBLR)
b. Faktor Placenta (solusio placenta, placenta previa)
c. Faktor ibu (hipertensi, perdarahan, CPD, SC berulang, partus lama,
kelahiran dengan ekstraksi forceps atau vakum)
4. Observasi infeksi neonatal
a. Early onset (< 72 jam)
- Ketuban pecah dini
- Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, infeksi virus, trikomoniasis,
kandidiasis vaginalis, gonorrhoea, non gonococcal servitis,
sifilis, kondiloma akuminata, ulkus molle, limfogranuloma
inguinal)
b. Late onset (>72 jam)
- Infeksi nosokomial
V. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Neonatus aterm
2. BBLC
3. Asfiksia Berat
4. Observasi Neonatal Infeksi
VI. TERAPI
A. TERAPI AWAL
11
Medikamentos
- O2 headbox 4-6 liter/menit
- Infus D 10 % 180/8/8 tpm
- ijeksi Ampisilin 2x150mg (iv)
- Inj. Vit K 1x1 mg
Diet
Tunda diet 1x 24 jam
B. TERAPI HARI PERAWATAN 1
Medikamentosa
- Coba O2 nasal kanul 2 liter/menit
- Inf. D10% 192/24/8 jam
- Inj. Ampicilin 2x100 mg
- Inj.gentamisin 2x 7,5 mg
Diet
- Kebutuhan cairan hari ke 1
= 70 x 3,0 = 210 cc
- Asi ad libitum
VII. PROGRAM
Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
Jaga kehangatan
Rawat tali pusat
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
IX. USUL
Pemeriksaan darah rutin ulang (3x24 jam)
Tes residu
Konsul spesialis mata
Konsul spesialis THT
Baby gram (atas indikasi)
USG kepala (atas indikasi)
12
X. NASEHAT
Jaga kehangatan bayi
Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan
Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah
menyusui. Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam
keadaan bersih dan harus selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.
Setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak lurus
di pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai mengeluarkan
suara.
Menjelaskan kepada ibu pasien untuk selalu mencuci tangan sehabis
membersihkan tinja anak.
Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara kontrol untuk tahu
gejala sisa
Ibu harus memeriksakan ke dokter secepat mungkin jika bayinya :
Mempunyai masalah bernafas
Menangis (lebih sering atau berbeda dari biasanya), merintih, atau
mengerang kesakitan
Tampak berwarna kebiruan (sianotik)
Suhu tubuh ≥38°C
Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari)
Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun
beraknya
Mengalami gemetar pada kaki dan tangan
Kejang
Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat untuk memeriksa perkembangan dan pertumbuhan badan
serta pemberian imunisasi dasar pada bayi
Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat rentan
terhadap infeksi pernapasan
Imunisasi
ASFIKSIA NEONATORUM
13
Batasan
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam
darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.
Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia
dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin.
Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Gejala Klinik
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan.
Diagnosis
Pemeriksaan fisik :
Nilai Apgar
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat gerak
(lemah) aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh
ekstrimitas biru tubuh
14
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7.
Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar)
Pemeriksaan penunjang :
- USG kepala
Penyulit
- Hematologi : DIC
Penatalaksanaan
Resusitasi
15
· Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)
· Terapi medikamentosa :
Epinefrin :
Indikasi :
- Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
- Asistolik.
Dosis :
- 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara
: i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander :
Indikasi :
Jenis cairan :
Dosis :
- Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat :
Indikasi :
16
- Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
Cara :
Efek samping :
Nalokson :
Indikasi :
- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai
pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba
pada sebagian bayi.
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c
Suportif
· Jaga kehangatan.
17
Uji kembali efektifitas :
- Ventilasi
- Kompresi dada
-Resusitasi
Intubasi Endotrakeal
dinilai tidak berhasil jika :
- Pemberian epinefrin
apnea dan denyut jantung 0 setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 15
Pertimbangkan kemungkinan :
menit.
- Hipovolemia
- Asidosis metabolik berat
18
INFEKSI NEONATAL
Patogenesis
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi kuman
karena terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion,
dan beberapa faktor anti infeksi dari cairan amnion.
Infeksi pada neonatus dapat terjadi antenatal, intranatal dan pascanatal. Lintas infeksi
perinatal dapat digolongkan sebagai berikut:
Infeksi Antenatal.
19
kuman dari serviks dan vagina menjalar ke atas menyebabkan korionitis dan
amnionitis. Akibat korionitis, maka infeksi menjalar terus melalui umbilikus
dan akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis menyebabkan amnionitis dan liquor
amnion yang terinfeksi ini masuk ke traktus respiratorius dan traktus
digestivus janin sehingga menyebabkan infeksi disana (Monintja, 1997).
Infeksi lintas jalan lahir ialah infeksi yang terjadi pada janin pada saat
melewati jalan lahir melalui kulit bayi atau tempat masuk lain. Pada umumnya
infeksi ini adalah akibat kuman Gram negatif yaitu bakteri yang menghasilkan
warna merah pada pewarnaan Gram dan kandida. Menurut Centers for
Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat
bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang
dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan (Diyah, 2009).
Infeksi Pascanatal
20
oleh karena kuman Gram negatif umumnya terjadi pada saat perinatal yaitu
intranatal dan pascanatal (Monintja, 1997).
Lintas infeksi perinatal dapat dilihat pada gambar berikut:
21
Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain (Dep. Kes RI, 2008):
Meningitis
Neonatus dengan meningitis dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus
dan/atau leukomalasia periventrikular
Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi acut
respiratory distress syndrome (ARDS).
Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida, seperti
ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal.
Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari
gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental
Kematian
Diagnosis
Saat ini, upaya penegakan diagnosis sepsis mengalami beberapa perkembangan. Pada
tahun 2004, The International Sepsis Forum mengajukan usulan kriteria diagnosis
sepsis pada neonatus berdasarkan perubahan klinis sesuai dengan perjalanan infeksi.
Gambaran klinis sepsis neonatorum dikelompokkan menjadi 4 variabel, yaitu variabel
klinik, variabel hemodinamik, variabel perfusi jaringan, dan variabel inflamasi.
Kriteria diagnosis sepsis pada neonatus (Dep. Kes RI, 2008).
1. Variabel Klinis
Suhu tubuh tidak stabil
Denyut nadi > 180 kali/menit atau < 100 kali/menit
Laju nafas > 60 kali/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen
Letargi
Intoleransi glukosa ( plasma glukosa > 10 mmol/L )
Intoleransi minum
2. Variabel Hemodinamik
TD < 2 SD menurut usia bayi
TD sistolik < 50 mmHg ( bayi usia 1 hari )
TD sistolik < 65 mmHg ( bayi usia < 1 bulan )
3. Variabel Perfusi Jaringan
Pengisian kembali kapiler > 3 detik
Asam laktat plasma > 3 mmol/L
4. Variabel Inflamasi
Leukositosis ( > 34000x109/L )
Leukopenia ( < 5000 x 109/L )
Neutrofil muda > 10%
Neutrofil muda/total neutrofil ( I/T ratio ) > 0,2
Trombositopenia <100000 x 109/L
C Reactive Protein > 10 mg/dL atau > 2 SD dari nilai normal
22
Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama dalam tata laksana sepsis
neonatorum, sedangkan di pihak lain penentuan kuman penyebab membutuhkan
waktu dan mempunyai kendala tersendiri. Hal ini merupakan masalah dalam
melaksanakan pengobatan optimal karena keterlambatan pengobatan akan berakibat
peningkatan komplikasi yang tidak diinginkan.
- Pemberian Antibiotik
23
imun. Pada keadaan tersebut dibutuhkan terapi suportif seperti pemberian
oksigen, pemberian inotropik, dan pemberian komponen darah. Terapi suportif
ini dalam kepustakaan disebut terapi adjuvant dan beberapa terapi yang
dilaporkan dikepustakaan antara lain pemberian intravenous immunoglobulin
(IVIG), pemberian tranfusi dan komponen darah, granulocyte-macrophage
colony stimulating factor (G-CSF dan GM-CSF), inhibitor reseptor IL-1,
transfusi tukar (TT) dan lain-lain.
- Pencegahan Tertier
DAFTAR PUSTAKA
Aurora S, Snyder EY. Perinatal asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual
of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-54.
Djaja, S. 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem Pelayanan
Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia.http://www.litbang.depkes.go.id
Djaja, Sarimawar dan Soeharsono Soemantri, 2003. Penyebab Kematian Bayi Baru
Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 31 No. 3,
Jakarta.
Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management,
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange
Books/Mc Graw-Hill, 2004; 12-20.
24
Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management,
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange
Books/Mc Graw-Hill, 2004; 512-21.
Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management,
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange
Books/Mc Graw-Hill, 2004; 247-50.
HTA (Health Technology Assessment) Dep. Kes. RI Tahun 2008. Sepsis Neonatorum.
http://www.scribd.com/doc/12912905/Final-Koreksi-Draft-Akhir
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/
Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen masalah bayi
baru lahir untuk dokter, bidan dan perawat di rumah sakit. Jakarta : IDAI, MNH-
JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 42-8.
Martin CR, Cloherty JP. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP, Stark AR,
eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams &Wilkins,
2004; 185-222.
Monintja, HE. 1997. Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4. London :
Arnold, 2002; 62-88
Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4. London :
Arnold, 2002; 414-31.
Ringer SA. Resuscitation in the delivery room. Dalam: Cloherty JP, Stark AR, eds.
Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004;
53-71.
25