Anda di halaman 1dari 5

Nama : Arfi Ahmad Muafi Hassannusi

NPM : 270110177025
Kelas : E

Resume Sedimentologi

 Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses sedimentasi yang materialnya berasal
dari batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan sedimen terbentuk dari proses
weathering/pelapukan dan erosi di daerah asal, dan kemudian mengalami transportasi ke tempat
deposisi atau pengendapan yang medianya berupa air, angin, mass movement, atau gletser.

 Batuan sedimen juga merupakan unsur yang penting untuk natural resources atau sumber daya
alam seperti contohnya batu bara, bahan bakar fosil, air mineral dan bijih.

 Rock Cycle
Siklus batuan merupakan peristiwa perubahan bentuk batuan.bentuk batuan berubah diawali
dengan adanya pembekuan magma yang mengalami pendinginan.pendinginan magma dapat
terjadi di dalam permukaan bumi maupun di luar permukaan bumi.
Siklus batuan dimulai dari:
1. Proses weathering (pelapukan)
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau
dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau biologi. Hasil
dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan tanah (soil). Kiranya
penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau
bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut
dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik.

2. Proses Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material
lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat
liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca,
yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi
maupun fisik, atau gabungan keduanya.

3. Proses Transportasi
Transportasi merupakan suatu proses dimana material-material pembentuk batuan
sedimen terbawa dan terendapkan oleh adanya media air, angin, es, atau gletser.
Transportasi batuan sedimen tergantung pada sifat material, sifat fisik dari agen
transportasi, sifat fisik dari campuran agen transportasi dan material, serta gaya yang
menyebabkan transportasi. Dua sifat yang mempengaruhi media untuk mengangkut
partikel sedimen adalah berat jenis dan kekentalan media.

4. Proses Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air,
angin, es atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai
adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai,
sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah
pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin. sedimentasi dapat
dibedakan:

I. Sedimentasi air, misalnya terjadi di sungai.


II. Sedimentasi angin, biasanya disebut sedimentasi aeolis
III. Sedimentasi gletser, mengahasilkan drumlin, moraine, ketles dan esker.

5. Proses Metamorfisme
Batuan sedimen yang terkena tekanan dan suhu yang tinggi akan menjadi batuan
metamorf.

6. Proses Melting
Batuan metamorf yang terkena suhu tinggi akan mengalami melting atau meleleh
menjadi magma. Magma kemudian membeku dengan 2 cara, yang pertama membeku di
dalam permukaan menjadi batuan beku intrusif yang kemudian mengintrusi batuan. Yang
kedua magma akan membeku di atas permukaan menjadi batuan beku ekstrusif. Dan
kemudian siklus batuan akan berulang.

 Lingkungan Pengendapan (Depositional Environtment)


Lingkungan Pengendapan adalah suatu tempat dimana terjadinya akumulasi material sedimen,
yang mempunyai kondisi fisis, kimia, dan biologis yang mencirikan keadaan yang khas dari tempat
pengendapan tersebut. Penentuan lingkungan pengendapan dari suatu tubuh batuan, dapat
dilakukan dengan melihat sifat-sifat khas dari batuan, yang mana akan mencirikan kondisi pada
saat sedimen itu terbentuk.

 Lingkungan Pengendaran Darat (Terestrial)

1. Kipas Aluvial (Alluvial fans): endapan menyerupai kipas yang terbentuk di kaki gunung. Alluvial
fans umum berada di daerah kering sampai semi-kering dimana curah hujan jarang tetapi deras,
dan laju erosi besar. Endapan alluvial fan khas akan kwarsa, pasir dan gravel bersorting buruk.

2. Lingkungan Fluvial (Fluvial Environments): mencakup braided river, sungai bermeander, dan
jeram. Saluran-saluran sungai, ambang sungai, tanggul, dan dataran-dataran banjir adalah bagian
dari lingkungan fluvial. Endapan di saluran-saluran sungai terdiri dari kwarsa, gravel dengan
kebundaran baik, dan pasir. Ambang sungai terbentuk dari gravel atau pasir, tanggul-tanggul
terbuat dari pasir berbutir halus ataupun lanau. Sementara, dataran-dataran banjir ditutupi oleh
lempung dan lanau.

3. Lacustrine environments (danau): mempunyai karakteristik yang bermacam-macam; besar


atau kecil, dangkal atau dalam; diisi oleh sedimen evaporit, karbonatan, atau terrigeneous.
Sedimen berbutir halus dan bahan organic yang mengendap pada beberapa danau menghasilkan
serpih berlapis yang mengandung minyak.

4. Gurun (Aeolian or aolian environments): biasanya berupa daerah luas dengan bukit-bukit dari
endapan pasir. Endapan pasir mempunyai sorting yang baik, kebundaran yang baik, cross-bedded
tanpa adanya asosiasi dengan gravel atau lempung.

5. Rawa (Paludal environments): air yang diam dengan tumbuhan hidup didalamnya. Terdapat
endapan batu bara.

 Lingkungan Pengendapan Transisi (Transitional)


1. Delta: endapan berbentuk kipas, terbentuk ketika sungai mengaliri badan air yang diam
seperti laut atau danau. Pasir adalah endapan yang paling umum ditemui.

2. Pantai dan barrier islands: didominasi oleh pasir dengan fauna marine. Barrier islands terpisah
dari pulau utama oleh lagoon. Umumnya berasosiasi dengan endapan tidal flat.

3. Lagoons: badan dari air yang menuju darat dari barrier islands. Lagoons dilindungi dari
gelombang laut yang merusak oleh barrier islands dan mengandung sediment berbutir lebih halus
dibandingkan dengan yang ada di pantai (biasanya lanau dan lumpur). Lagoons juga hadir di balik
reef atau berada di pusat atoll.

4. Tidal flats: membatasi lagoons, secara periodik mengalami pasang surut (biasanya 2 kali
sehari), mempunyai relief yang rendah, dipotong oleh saluran yang bermeander. Terdiri dari
lapisan-lapisan lempung, lanau, pasir halus. Stromatolit dapat hadir jika kondisi memungkinkan.

 Lingkungan Pengendapan Laut (Marine)


1. Reefs: tahan terhadap gelombang, strukturnya terbentuk dari kerangka berbahan calcareous
dari organisme seperti koral dan beberapa jenis alga. Kebanyakan reef zaman resen berada pada
laut yang hangat, dangkal, jernih, laut tropis, dengan koordinat antara garis lintang 30oN dan
30oS. Cahaya matahari diperlukan untuk pertumbuhan reef.

2. Continental shelf: terletak pada tepi kontinen, relative datar (slope < 0.1o), dangkal
(kedalaman kurang dari 200 m), lebarnya mampu mencapai beberapa ratus meter. Continental
shelf ditutupi oleh pasir, lumpur, dan lanau.

3. Continental slope dan continental rise: terletak pada dasar laut dari continental shelf.
Continental slope adalah bagian paling curam pada tepi kontinen. Continental slope melewati
dasar laut menuju continental rise, yang punya kemiringan yang lebih landai. Continental rise
adalah pusat pengendapan sedimen yang tebal akibat dari arus turbidity.
4. Abyssal plain: merupakan lantai dasar samudera. Pada dasarnya datar dan dilapisi oleh very
fine-grained sediment, tersusun terutama oleh lempung dan sel-selorganisme mikroskopis seperti
foraminifera, radiolarians, dan diatom.

 Skala Waktu Geologi


Waktu geologi adalah skala waktu yang meliputi seluruh sejarah geologi bumi dari mulai
terbantuknya hingga saat ini. Sebelum perkembangan dari skala waktu geologi pada abad ke-19,
para ahli sejarah mengetahui bahwa bumi memiliki sejarah yang panjang, namun skala waktu
yang digunakan sekarang dikembangkan sejak 200 tahun terakhir dan terus-menerus diperbaiki.
Skala waktu geologi membantu para ilmuwan memahami sejarah bumi dalam bagian-bagian
waktu yang teratur.

Anda mungkin juga menyukai