Anda di halaman 1dari 8

SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS

PANDANGAN ISLAM MENGENAI GENDER EQUALITY

DISUSUN OLEH :

Arfi Ahmad Muafi Hassannusi

(270110177025)

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJAJARAN

SUMEDANG

2017
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .. ................................................................................................................... ....
Daftar Isi ............. ................................................................................................................... ....
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... ....
A. Latar Belakang ................................................................................................................... ....
B. Tujuan ............. ................................................................................................................... ....
C. Rumusan Masalah................................................................................................................ ....
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ ....
A. Pengertian Kesetaraan Gender ............................................................................................ ....
B. Kesetaraan Gender di Indonesia dalam Bermasayarakat .................................................... ....
C. Kesetaraan Gender di Dunia Pendidikan di Indonesia ........................................................ ....
D. Pandangan Agama terhadap Kesetaraan Gender ................................................................ ....
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ ....
A. KESIMPULAN ................................................................................................................... ....
B. SARAN ........... ................................................................................................................... ....
DAFTAR ISI....... ................................................................................................................... ....
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
haturkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “pandangan
islam mengenai gender equality”.

Makalah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Demikian kata pengantar ini, saya berharap semoga makalah ilmiah tentang pandangan
islam mengenai gender equality ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap para
pembaca.

Sumedang, 15 Desember 2017

Penulis,

Arfi Ahmad M. Hassannusi


(270110177025)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu sendi utama dalam demokrasi yaitu Kesetaraan Gender karena menjamin
bebasnya untuk berpeluang dan mengakses bagi seluruh elemen masyarakat. Gagalnya dalam
mencapai cita – cita demokrasi, seringkali dipicu oleh ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender.
Ketidaksetaraan ini dapat berupa diskriminatif yang dilakukan oleh merekayang dominan baik
secara structural maupun cultural. Perlakuan diskriminatif dan ketidaksetaraan dapat menimbulkan
kerugian dan menurunkan kesejahteraan hidup bagi pihak-pihak yang termarginalisasi dan
tersubordinasi. Sampai saat ini diskriminasi berbasis pada gender masih terasakan hampir di
seluruh dunia, termasuk di negara di mana demokrasi telah dianggap tercapai. Dalam konteks ini,
kaum perempuan yang paling berpotensi mendapatkan perlakuan yang diskriminatif, meski tidak
menutup kemungkinan laki-laki juga dapat mengalaminya. Pembakuan peran dalam suatu
masyarakat merupakan kendala yang paling utama dalam proses perubahan sosial. Sejauh
menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi
merasakan dampak negatifnya.

Berbagai cara tengah dilakukan diupayakan untuk mengurangi ketidaksetaraan gender yang
menyebabkan ketidakadilan sosial. Upaya tersebut dilakukan baik secara individu, kelompok
bahkan oleh negara dan dalam lingkup lokal, nasioanal dan internasional. Upaya upaya tersebut
diarahkan untuk, Menjamin Kesetaraan Hak-Hak Azasi, Penyusun Kebijakan Yang Pro Aktif
Mengatasi Kesenjangan Gender, dan Peningkatan Partisipasi Politik.

B. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menyusun makalah ini tiada lain adalah sebagai
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dan Pendidikan Agama yang di berikan oleh Dosen pengajar
sebagai tugas perkuliahan Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran. Selain itu untuk lebih
menambah wawasan tentang Kesetaraan Gender

C. Rumusan Masalah
- Apa yang perbedaan antara Gender dan Seks (Jenis Kelamin)?
- Apa pengertian dari kesetaraan Gender?
- Bagaimana wujud kesetaraan gender di Indonesia?
- Bagaimana wujud kesetaraan gender di dunia pendidikan?
- Bagaimana pandangan etis Agama terhadap kesetaraan Laki-laki dan Perempuan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gender
Gender adalah kosakata yang berasal dari bahasa Inggris yang bermakan “jenis kelamin”,
dalam glosarium disebut sebagai seks dan gender. Gender sendiri diartikan sebagai “suatu sifat
yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara social, kultural atau
hubungan sosial yang terkontruksi antara perempuan dan laki-laki yang bervariasi dan sangat
bergantung pada faktor-faktor budaya, agama, sejarah dan ekonomi”.
Kosakata gender bagi masyarakat Barat, khususnya Amerika sudah digunakan sejak era
tahun 1960-an sebagai bentuk perjuangan secara radikal, konservatif, sekuler maupun agama.
Dengan tujuan untuk menyuarakan eksistensi perempuan yang kemudian melahirkan kesadaran
gender. Pada era tersebut, diwarnai dan ditandai dengan tuntutan kebebasan dan persamaan hak
agar perempuan dapat menyamai laki-laki dalam ranah sosial, ekonomi, politik dan bidang publik
yang lainnya.
Di Indonesia, kata gender bagi sebagian masyarakat masih diasumsikan sebagai segala
yang identik dengan perempuan. Bahkan seringkali tidak adanya pembatasan istilah kata gender
dengan seks. Kesalahan di dalam memahami kedua istilah tersebut dapat menimbulkan multi
tafsir, sehingga pemahaman konsep gender menjadi bias.
Gender secara umum yang lazim dikenal masyarakat digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi (perbedaan komposisi kimia, hormon
dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik lainnya). Atas dasar itulah maka studi
gender lebih menekankan kepada perkembangan aspek maskulinitas atau feminimitas seseorang.
Dengan kata lain, mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non biologis.
Sedangkan konsep lainnya, terkait dengan gender adalah suatu sifat yang melekat pada
laki-laki atau perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya perempuan
dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat,
rasional, jantan, dan perkasa. Ciri dari itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan.
Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara itu juga ada perempuan
yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dari sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan
dari tempat ke tempat yang lainnya. Segala sesuatu yang dapat dipertukarkan
antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda
dari tempat ke tempat lainnya adalah merupakan konsep gender.
Menurut pandangan kaum feminis bahwa gender adalah suatu gerakan yang
memperjuangkan persamaan antara dua jenis manusia, laki-laki dan perempuan. Tujuan mereka
adalah menuntut keadilan dan pembebasan perempuan dari kungkungan agama, budaya, dan
struktur kehidupan lainnya.

2.2 Sudut Pandang Gender Dalam Islam


Konsep kesetaraan dan keadilan gender dalam Islam sesungguhnya telah menjadi bagian
substantif nilai-nilai universal Islam melalui pewahyuan (Al-Qur’an dan Al-Hadits) dari Allah
Yang Maha Adil dan Maha Pengasih. Laki-laki dan perempuan ditempatkan pada posisi yang
setara untuk kepentingan dan kebahagiaan mereka di dunia maupun di akhirat. Karena itu, laki-
laki dan permpuan mempunyai hak-hak dasar dan kewajiban yang sama sebagai hamba Allah,
yang membedakannya hanyalah ketaqwaan di hadapan-Nya.

Berbicara mengenai perempuan, mengantarkan kita agar terlebih dahulu mendudukkan


pandangan Al-Qur’an. Dalam hal ini, salah satu ayat yang dapat diangkat, yaitu firman Allah SWT
Surah Al-Hujurat:13 yang berbunyi, “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya kami telah
menciptakan kamu (terdiri) dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah
yang paling bertaqwa”.

Ayat tersebut menjelaskan tentang asal kejadian manusia dari seorang laki-laki dan
perempuan sekaligus berbicara tentang kemuliaan manusia, baik sebagai laki-laki ataupun
perempuan. Yang didasarkan kemuliaannya bukan keturunan, suku atau jenis kelamin, akan tetapi,
ketaqwaannya kepada Allah SWT. Hal ini sependapat dengan pernyataan mantan Syekh al-Azhar,
Syekh Mahmud Syaltut di dalam bukunya “Min Tajwihad Al-Islam” tabiat kemanusiaan antara
laki-laki dan perempuan hampir dapat dikatakan sama, Allah SWT telah menganugerahkannya
kepada perempuan sebagaimana menganugerahkannya kepada laki-laki, potensi dan kemampuan
yang cukup untuk memikul tanggung jawab dan menjadikan keduanya dapat melakukan kegiatan
maupun aktivitas yang bersifat umum maupun khusus”.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa kini, seorang wanita dapat menjadi
seorang pemimpin seperti para laki-laki. Namun demikian, peraturan-peraturan yang syar’i harus
tetap dijalankan demi terciptanya kesetaraan yang menuju hal positif. Kebebasan bagi seorang
wanita bukanlah sebuah kebebasan yang bersifat absolut atau kebebasan yang melampaui tatanan
dalam Al-quran dan Hadits. Seorang wanita yang berkecimpung di dunia laki-laki harus tetap
menjaga kehormatan dan tidak melanggar syari’at Islam.
Tujuan Al-Quran adalah terwujudnya keadilan bagi masyarakat. Keadilan dalam
masyarakat mencakup segala segi kehidupan umat manusia baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat. Al-Quran tidak mentolerir segala bentuk penindasan
baik berdasarkan kelompok etnis, warna kulit, suku bangsa, kepercayaan maupun jenis kelamin.

3.2 Saran
Saran penulis dalam pembuatan makalah ini, makalah ini masih perlu tambahan pendapat
dari peniti selanjutnya, juga jangan dijadikan acuan dalam kehidupan karena acuan terbaik
hanyalah kitab yang diturunkan dalam agama yang kita anut masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Fakih, Mansour dkk. Membincang Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam. 1996. Risalah
Gusti: Surabaya.
Fauzi, Ikhwan. Perempuan dan Kekuasaan. 2002. Amzah: Jakarta.

Istibsyaroh, 2004, Hak-Hak Perempuan, Relasi Jender menurut Tafsir Al-Sya’rawi,


Jakarta:Teraju

Sukri, Sri Suhandjati, 2002, Bias Jender dalam Pemahaman Islam, Yogyakarta:Gama Media

Umar, Nasaruddin. 1999. Argumen Kesetaraan Gender. Jakarta : Paramadina.

Anda mungkin juga menyukai