Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN ISLAM

DI INDONESIA

Oleh :

WIDYA NURUL FATIMAH

09

XII IPA 3

SMA NEGERI 1 MAROS

TAHUN AJARAN 2012/2013


LATAR BELAKANG
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa
wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha.
Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, kerajaan
Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat
diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian,
persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling
penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah
syahadat dan tidak ada paksaan. Begitu strategisnya kepulauan Indonesia sehingga banyak dari
negara-negara lain mengunjungi negeri ini dengan tujuan untuk berdagang. Tapi lama-kelamaan
tidak hanya untuk berdagang. Banyak penduduk asing yang mulai menetap di negara ini.Selain
itu, mereka juga menyebarkan ajaran agama salah satunya adalah agama Islam.
PEMBAHASAN
A. MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Agama Islam berasal dari tanah Arab dan dari tanah Arab berkembanglah agama Islam
kemana-mana, diantaranya ke Gujarat (India) dan Persia. Demikian pula berangsur-angsur
meluas ke arah timur hingga Semenanjung Malaka. Mengenai masuknya Islam ke Indonesia tidak
diketahui secara pasti. Akan tetapi, menurut hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesia” pada
tanggal 17-20 Maret 1963 di Medan yang dihadiri oleh sejumlah budayawan dan sejarawan
Indonesia, disebutkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada abad pertama
Hijriah (kira-kira abad 8 M).

Ada beberapa pendapat yang menyatakan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Pendapat
tersebut antara lain :

Masuknya Islam ke Indonesia antara abad 7 dan 8, buktinya pada abad 7 dan 8 telah
terdapat perkampungan Islam di sekitar Malaka.
Islam masuk ke Indonesia pada abad 11, buktinya Nisan Fatimah binti Maimun di
desa Leran (Gresik) Jawa Timur yang berangka tahun 1082
Islam masuk ke Indonesia pada abad 13, buktinya :
- Batu nisan Sultan Malik Al Saleh berangka tahun 1297
- Catatan Marcopolo tahun 1292 yang menyatakan bahwa penduduk Perlak telah
memeluk agama Islam
- Catatan Ibnu Batutah tahun 1345 -1346 yang menyatakan bahwa penguasa
Samudra Pasai menganut paham Syafi’i
- Catatan Ma Huan yang menyatakan bahwa pada abad 15 sebagian besar
masyarakat di Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk agama Islam
- Summa Oriental karya dari Tome Pires yang memberitahukan tentang
penyebaran Islam meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga kepulauan
Maluku.
Islam masuk ke Indonesia melalui 2 jalur, yaitu :
Jalur utara, dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) – Damaskus – Bagdad –
Gujarat (Pantai Barat India) – Srilangka – Indonesia
Jalur selatan, dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) – Yaman – Gujarat –
Srilangka – Indonesia
Daerah yang pertama kali dimasuki Islam adalah pantai Sumatera bagian utara. Kemudian,
Islam menyebar ke seluruh pelosok Indonesia. Dalam waktu cepat, Islam telah tersebar ke
berbagai pelosok Indonesia. Hal itu disebabkan karena :

Gigihnya para juru dakwah atau mubaligh dalam menyebarluaskan Islam di


Indonesia.
Persyaratan untuk memasuki Islam sangat mudah.
Tidak adanya system kasta dan diskriminasi dalam ajaran Islam.
Banyak raja-raja Islam di berbagai daerah ikut dalam kegiatan dakwah islamiah.

B. PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

1. Penyebaran Islam di Sumatera

Wilayah Sumatera bagian utara letaknya di tepi Selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-
kapal dagang dari India ke Cina. Para pedagang dari India yaitu bangsa Arab, Persia, dan Gujarat,
yang juga para mubalig Islam, banyak menetap di Bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara.
Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya telah diislamkan, sehingga
terbentuklah keluarga-keluarga muslim.

Agama Islam yang secara berangsur-angsur berkembang di pesisir utara Pulau Sumatera
ini kemudian mendapatkan pijakan yang amat kuat dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai
yang merupakan Kerajaan Islam pertama di Indonesia yang terletak di Kampung Samudera di
tepi Sungai Pasai yang berdiri pada pertengahan abad ke-13 M. Letaknya yang strategis di
kawasan perairan Selat Malaka menyebabkan Kerajaan Samudera Pasai mencapai kemajuan
dalam bidang ekonomi. Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemajuan selama kurang lebih
tiga abad. Pada masa itu Samudera Pasai menjadi mercusuar kerajaan Islam yang sangat
gemilang. Akan tetapi, sejak pertengahan abad ke-14 Masehi, Kerajaan Samudera Pasai
mengalami kemunduran karena serangan Kerajaan Majapahit. Posisinya sebagai pusat aktifitas
perdagangan dan dakwah Islamiyah digantikan oleh Kerajaan Islam Malaka.

Pada abad ke-16 Masehi, di Sumatera Utara muncul Kerajaan Aceh yang didirikan oleh
Sultan Ali Mughayat Syah. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh bekas wilayah kekuasaan
Samudera Pasai dari Pidie sampai perbatasan Sungai Rokan. Kerajaan Aceh mengalami kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam (1607 -1636). Ia melakukan
rihlah dakwah ke beberapa daerah di sekitar wilayah kekuasaannya, seperti: Deli, Johor, Bintan,
Pahang, Kedah, Perak, dan Nias.Untuk keperluan syiar Islam, ia mendirikan masjid
“Baiturrahman” yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama Islam. Kerajaan
Aceh menemui keruntuhannya ketika dapat ditaklukkan oleh Belanda pada abad ke-19 M.

2. Penyebaran Islam di Jawa

Kapan tepatnya Islam mulai masuk ke Pulau Jawa tidak dapat diketahui dengan pasti.
Akan tetapi, di Desa Leran, Manyar, Gresik ditemukan makam Fatimah binti Maimun bin
Haibatallah berangka tahun 475/495 H (1082 - 1101 M). Dari bukti ini dapat diketahui bahwa di
daerah tersebut sudah ada orang Islam. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jauh sebelum
kedatangan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, sudah terdapat pemeluk agama Islam di Pulau
Jawa. Namun, dakwah Islamiyah berjalan semakin intensif setelah periode Maulana Malik
Ibrahim dan para Wali Sanga, yaitu sekitar abad ke -14 dan ke-15 M. Adapun gerakan dakwah
Islam di Pulau Jawa yang dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu :

o Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik


Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Magribi merupakan wali tertua di antara Wali Sanga
yang mensyiarkan agama Islam di Jawa Timur, khususnya Gresik. Maulana Malik Ibrahim
menetap di Gresik dengan mendirikan masjid dan pesantren. Beliau wafat pada tahun
1419 M dan dimakamkan di Gapura Wetan, Gresik.

o Sunan Ampel
Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat. Lahir pada tahun 1401 M dan wafat
pada tahun 1481 M dan dimakamkan di desa Ampel. Sunan Ampel telah mendirikan
pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig
kenamaan yang pernah diutus untuk mensyiarkan Islam ke daerah Blambangan. Beliau
juga berperan aktif dalam membangun masjid agung Demak, yang dibangun pada tahun
1479 dan beliau memelopori berdirinya kerajaan Islam Demak serta ikut menobatkan
Raden Fatah sebagai sultan pertamanya.

o Sunan Bonang
Sunan Bonang nama aslinya adalah Makdum Ibrahim, putra Sunan Ampel yang lahir tahun
1465 M dan wafat tahun 1515 M. Semasa hidup beliau mempelajari Islam dari ayahnya
sendiri, kemudian bersama Raden Paku merantau ke Pasai untuk mendalami Islam. Jasa
beliau sangat besar dalam penyiaran Islam.
o Sunan Giri
Beliau adalah salah seorang wali yang sangat besar pengaruhnya di Jawa, terutama di Jawa
Timur. Sekembalinya di Gresik, Sunan Giri mendirikan pesantren Giri, kira-kira 3 km dari
Gresik. Selain itu, beliau mengutus para mubalig untuk berdakwah ke daerah Madura,
Bawean, Kangean, bahkan ke Lombok, Makassar, Ternate, dan Tidore.

o Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifuddin, putra Sunan Ampel. Beliau berjasa dalam mensyiarkan
Islam dan mendidik para santri sebagai calon mubalig.

o Sunan Gunung Jati


Sunan Gunung Jati lebih dikenal dengan sebutan Syarif Hidayatullah atau Syeikh Nurullah.
Beliau berjasa dalam menyebarkan Islam di Jawa Barat dan berhasil mendirikan dua buah
kerajaan Islam, yakni Banten dan Cirebon, serta berhasil menguasai pelabuhan Sunda
Kelapa yang dulunya dikuasai oleh Kerajaan Hindu Pakuan. Beliau wafat pada tahun 1570
M dan dimakamkan di Gunung Jati.

o Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far shadiq, lahir pada petengahan abad ke-15 dan wafat pada
tahun 1550 M. Beliau berjasa dalam menyebarkan Islam di daerah Kudus dam sekitarnya,
Jawa Tengah bagian utara. Sunan Kudus membangun sebuah masjid yang terkenal sebagai
Masjid Menara Kudus, yang dipandang sebagai warisan kebudayaan Islam Nusantara.
Sunan Kudus juga terkenal sebagai sastrawan.

o Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid, salah seorang Wali Sanga yang terkenal karena
berjiwa besar, toleran, dan juga pujangga. Beliau adalah seorang mubalig yang berdakwah
sambil berkelana. Di dalam dakwahnya, Sunan Kalijaga sering menggunakan kesenian
rakyat, seperti gamelan dan wayang. Bweliau wafat pada akhir abad ke-16 dan
dimakamkan di desa Kadilangu sebelah timur laut kota Demak.
o Sunan Muria
Nama aslinya adalah Raden Umar Said, putra dari Sunan Kalijaga. Beliau seorang mubalig
yang berdakwah ke pelosok-pelosok desa dan daerah pegunungan. Di dalam dakwahnya
beliau menggunakan sarana gamelan serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di
Gunung Muria, yang terletak di sebelah utara kota Kudus.

3. Penyebaran Islam di Sulawesi


Saat kompani dagang Portugis pada tahun 1540 datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah
ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah. Upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh
para da’I di Sumatera, Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di Kerajaan Gowa dan Tallo.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan Kerajaan Ternate di bawah pimpinan
Sultan Baabullah yang telah menerima Islam lebih dahulu. Karaeng Tanigallo merupakan raja
Gowa yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alauddin Al Awwal. Setelah
resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa Tallo menyampaikan pesan Islam kepada
kerajaan-kerajaan lain, seperti Luwu, Bone, Wajo, dan Soppeng. Dengan demikian, Gowa
(Makassar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani.

4. Penyebaran Islam di Kalimantan


Islam masuk ke Kalimantan melalui tiga jalur. Pertama, melalui Malaka yang dikenal
sebagai kerjaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan portugis kian
membuat dakwah semakin menyebar sebab para mubalig dan komunitas muslim kebanyakan
mendiami pesisir barat Kalimantan. Kedua, Islam datang disebarkan oleh para mubalig dari
tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak
berdiri. Demak mengirimkan banyak mubalig ke negeri ini. Ketiga, para da’I datang dari Sulawesi
(Makassar) terutama da’I yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang
Parangan.
Perkembangan dakwah Islamiyah selanjutnya dilakukan oleh para muballig yang dikirim
oleh Kerajaan Demak (Jawa Tengah). Mereka berdakwah di bagian selatan Pulau Kalimantan,
yaitu di Banjarmasin dan sekitarnya. Raja Banjar Raden Samudera masuk Islam dan berganti
nama menjadi Sultan Suryanullah. Dengan bantuan Sultan Demak, ia berhasil mengalahkan
pamannya sendiri yaitu Raden Tumenggung. Sejak itu, agama Islam semakin berkembang di
Pulau Kalimantan.
Sementara itu di Kalimantan timur dakwah Islamiyah dilakukan oleh da’i dari Makassar
yaitu Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga Raja Kutai tunduk kepada Islam.
Daerah pertama di Kalimantan Timur yang menerima agama Islam adalah Kutai, ini terjadi abad
ke-16, setelah agama Islam masuk ke Kutai selanjutnya berkembang ke seluruh Kalimantan
Timur. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.

5. Penyebaran Islam di Maluku


Islam masuk di Maluku sekitar pertengahan abad ke-15 atau sekitar tahun 1440 dibawa
oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka, dan Jawa (terutama para da’I yang dididik oleh
para wali sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, Raja Ternate masuk Islam.

C. HIKMAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


Hikmah perkembangan islam di Indonesia dapat dipahami dari peranan umat Islam di
Indonesia pada masa penjajahan, masa perang kemerdekaan, dan masa pembangunan.
1. Masa Penjajahan
a. Peranan Umat Islam Pada Masa Penjajahan
Dengan dianutnya agama Islam oleh masyarakat Indonesia ajaran Islam telah banyak
mendatangkan perubahan. Antara lain :
- Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-
raja serta dibimbing agar menghambakan diri hanya kepada Allah swt.
- Rasa persamaan dan keadilan yang diajarkan Islam mampu mengubah
masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi.
- Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan
semboyan “Hubbul Wathan Minal Iman”.
- Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi Islam adalah agama yang cinta
damai tetapi lebih cinta kemerdekaan telah mampu mendorong masyarakat
Indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya
dengan berbagai cara. Mula-mula dengan cara damai tetapi karena tidak bisa
lalu dengan menempuh cara peperangan.

Menurut Islam, berperang dalam rangka mewujudkan dan mempertahankan


kemerdekaan bangsa, negara dan negara merupakan jihad fisabilillah yang hukumnya
wajib. Umat Islam yang mati dianggap mati syahid yang imbalannya Surga. Perjuangan
mengusir penjajah terus berlanjut sampai kaum penjajah betul-betul angkat kaki dari
bumi Indonesia.
b. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan
1) Perlawanan terhadap penjajah Portugis
Kaum penjajah yang mula-mula datang ke Nusantara ialah Portugis dengan
semboyan Gold (tambang emas), Glory (kemulyaan, keagungan), dan Gospel
(penyebaran agama Nasrani).
Untuk menjalankan misinya itu Portugis berusaha dengan menghalalkan
semua cara. Apalagi saat itu mereka masih menyimpan dendamnya terhadap bangsa
Timur (Islam) setelah usai Perang Salib . Dengan modal restu sakti dari Paus
Alexander VI dalam suatu dokumen bersejarah yang terkenal dengan nama
“Perjanjian Tordesillas” yang berisi, bahwa kekuasaan di dunia diserahkan kepada
dua rumpun bangsa: Spanyol dan Portugis. Dunia sebelah barat menjadi milik
Spanyol dan sebelah timur termasuk Indonesia menjadi milik Portugis.
Karena itu Portugis sangat bernafsu untuk menguasai negeri Zamrud Katulistiwa
yang penuh dengan rempah-rempah yang menggiurkan. Pertama mereka
menyerang Malaka dan menguasainya (1511 M), kemudian Samudra Pasai tahun
1521 M. Mulailah mereka mengusik ketenangan berniaga di perairan nusantra yang
saat itu banyak para pedagang muslim dari Arab. Demikian pula para pedagang dari
Demak dan Malaka yang saat itu sudah terjalin sangat erat. Portugis nampaknya
sengaja ingin mematahkan hubungan Demak dan Malaka, dan sekaligus tujuannya
ingin merebut rempah-rempah yang merupakan komoditi penting saat itu. Banyak
kapal-kapal mereka dirampas oleh Portugis termasuk kapal pedagang muslim Arab.
Dengan sikapnya yang tak bersahabat dan arogan dari penjajah Portugis, seluruh
kerajaan yang ada di Nusantara kemudian melakukan perlawanan kepada Portugis
meskipun dalam waktu dan tempat yang berlainan. Kerajaan Aceh misalnya sempat
minta bantuan kerajaan Usmani di Turki dan negara-negara Islam lain di Nusantara,
sehingga dapat membangun kekuatan angkatan perangnya dan dapat menahan
serangan Portugis. Demikian pula, mendengar perlakuan Portugis yang zalim
terhadap para pedagang warga Demak muslim, Sultan Demak dan para wali merasa
terpanggil untuk berjihad. Halus dihadapi dengan halus, keras dilawan dengan keras.
Kalau orang-orang Portugis mengobarkan semangat Perang Salib, maka Sultan
Demak dan para wali mengobarkan semangat jihad Perang Sabil.
Pada tahun 1512 Demak dibawah pimpinan Adipati Yunus memimpin sendiri
armada lautnya menyerang Portugis yang saat itu sudah menguasai Malaka, tapi kali
ini mengalami kegagalan karena persenjataan lawan begitu tangguh penyerangan
kedua kalinya dilakukan tahun 1521 dengan mengerahkan armada yang berkekuatan
100 buah kapal dan dibantu oleh balatentara Aceh dan Sultan Malaka yang telah
terusir, yang sasarannya sama yaitu mengusir pasukan asing Portugis dari wilayah
Nusantara demi mengamankan jalur niaga dan dakwah yang memanjang dari
Malaka-Demak dan Maluku. Namun perjuangannya tidak berhasil pula, bahkan ia
gugur mati syahid dalam pertempuran tersebut. Sebab itulah ia mendapat gelar
”Pangeran sabrang lor” artinya pangeran yang menyebrangi lautan di sebelah utara.
Sepeninggal Adipati Yunus, perlawanan terhadap Portugis diteruskan oleh Sultan
Trenggana (1521-1546) dan juga oleh putranya Sultan Prawoto. Meskipun pada
masa Sultan Prawoto negara dalam keadaan goncang karena perseteruan dalam
negeri tapi kekuatan perang untuk melawan dan mempertahankan diri dari
serangan Portugis masih terus digalang. Diberitakan, bahwa saat itu Demak masih
sanggup membangun kekuatan militernya terutama angkatan lautnya yang terdiri
dari 1000 kapal-kapal layar yang dipersenjatai. Setiap kapal itu mampu memuat 400
prajurit masing-masing mempunyai tugas pengamanan wilayah Nusantara dari
serangan Portugis.
Kalau perlawanan umat Islam terhadap penjajah Portugis di Malaka
mengalami kegagalan, namun terhadap penjajah Portugis di Sunda Kelapa (Jakarta)
dan Maluku memperoleh hasil yang gemilang. Adalah panglima Fatahillah (menantu
Sultan Syarif Hidayatullah) pada tahun 1526 M. memimpin pasukan Demak
menyerang Portugis di Sunda Kelapa lewat jalur laut. Mereka berhasil mengepung
dan merebutnya dari tangan penjajah Portugis, kemudian diganti namanya menjadi
Fathan Mubina diambil dari Quran Surat al-Fath ayat satu. Fathan Mubina
diterjemahkan menjadi Jayakarta (Jakarta). Peristiwa ini terjadi pada tanggal 22 Juni
1527 M, yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya kota Jakarta.
Di Maluku, Portugis menghasut dan mengadu domba kerajaan Islam Ternate
dan Tidore. Namun kemudian rakyat Ternate sadar, sehingga mereka dibawah
pimpinan Sultan Haerun berbalik melawan Portugis. Nampaknya yang menjadi
persoalan bukan hanya faktor perdagangan atau ekonomi, tapi juga persoalan
penyebaran agama oleh Portugis. Kristenisasi secara besar-besaran terutama pada
tahun 1546 dilakukan oleh seorang utusan Gereja Katolik Roma Fransiscus Xaverius
dengan sangat ekstrimnya ditengah-tengah penduduk muslim dan di depan mata
seorang Sultan Ternate yang sangat saleh, tentu saja membuat rakyat marah dan
bangkit melawan Portugis. Lebih marah lagi ketika Sultan Haerun dibunuh secara
licik oleh Portugis pada tahun 1570. Rakyat Ternate terus melanjutkan
perjuangannya melawan Portugis dibawah pimpinan Babullah, putra Sultan Haerun
selama empat tahun mereka berperang melawan Portugis, dan Alhamdulillah
berhasil mengusir penjajah Portugis dari Maluku
2) Perlawanan terhadap penjajah Belanda
Belanda pertama kali datang ke Indonesia tahun 1596 berlabuh di Banten
dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, dilanjutkan oleh Jan Pieterszoon Coen
menduduki Jakarta pada tanggal 30 Mei 1619 serta mengganti nama Jakarta menjadi
Batavia. Tujuannya sama dengan penjajah Portugis, yaitu untuk memonopoli
perdagangan dan menanamkan kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan di wilayah
Nusantara. Jika Portugis menyebarkan agama Katolik maka Belanda menyebarkan
agama Protestan. Betapa berat penderitaan kaum muslimin semasa penjajahan
Belanda selama kurang lebih 3,5 abad. Penindasan, adu domba (Devide et Impera),
pengerukan kekayaan alam sebanyak-banyaknya dan membiarkan rakyat Indonesia
dalam keadaan miskin dan terbelakang adalah kondisi yang dialami saat itu. Maka
wajarlah jika seluruh umat Islam Indonesia bangkit dibawah pimpinan para ulama
dan santri di berbagai pelosok tanah air, dengan persenjataan yang sederhana:
bambu runjing, tombak dan golok. Namun mereka bertempur habis-habisan
melawan orang-orang kafir Belanda dengan niat yang sama, yaitu berjihad fi sabi
lillah. Hanya satu pilihan mereka : Hidup mulia atau mati Syahid. Maka pantaslah
almarhum Dr. Setia Budi (1879-1952) mengungkapkan dalam salah satu ceramahnya
di Jogya menjelang akhir hayatnya antara lain mengatakan : “Jika tidak karena
pengaruh dan didikan agama Islam, maka patriotisme bangsa Indonesia tidak akan
sehebat seperti apa yang diperlihatkan oleh sejarahnya sampai kemerdekaannya”.
Sejarah telah mencatat sederetan pahlawan Islam Indonesia dalam melawan
Belanda yang sebagian besar adalah para Ulama atau para kyai antara lain : Di Pulau
Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus Buang dari kesultanan
Banten, Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran Diponegoro dari Jogjakarta
memimpin perang Diponegoro dari tahun 1825-1830 bersama panglima lainnya
seperti Basah Marto Negoro, Kyai Imam Misbah, Kyai Badaruddin, Raden Mas Juned,
dan Raden Mas Rajab. Konon dalam perang Diponegoro ini sekitar 200 ribu rakyat
dan prajurit Diponegoro yang syahid, dari pihak musuh tewas sekitar 8000 orang
serdadu bangsa Eropa dan 7000 orang serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa Barat
misalnya Apan Ba Sa’amah dan Muhammad Idris (memimpin perlawanan terhadap
Belanda sekitar tahun 1886 di daerah Ciomas Di pulau Sumatra tercatat nama-nama
: Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusi (Memimpin perang Padri tahun 1833-
1837), Dari kesultanan Aceh misalnya : Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang
dikenal Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar dan istrinya
Cut Nyak Dien, Habib Abdul Rahman, Imam Leungbatan, Sultan Alaudin Muhammad
Daud Syah, dan lain-lain.
Di Kalimantan Selatan, rakyat muslim bergerak melawan penjajah kafir
Belanda yang terkenal dengan perang Banjar, dibawah pimpinan Pangeran Antasari
yang didukung dan dilanjutkan oleh para mujahid lainnya seperti pangeran Hidayat,
Sultan Muhammad Seman (Putra pangeran Antasari), Demang Leman dari
Martapura, Temanggung Surapati dari Muara Teweh, Temanggung Antaludin dari
Kandangan, Temanggung Abdul jalil dari Amuntai, Temanggung Naro dari buruh
Bahino, Panglima Batur dari Muara Bahan, Penghulu Rasyid, Panglima Bukhari, Haji
Bayasin, Temanggung Macan Negara, dan lain-lain. Dalam perang Banjar ini sekitar
3000 serdadu Belanda tewas.
Di Maluku Umat Islam bergerak juga dibawah pimpinan Sultan Jamaluddin,
Pangeran Neuku dan Said dari kesultanan Ternate dan Tidore.
Di Sulawesi Selatan terkenal pahlawan Islam Indonesia seperti Sultan
Hasanuddin dan Lamadu Kelleng yang bergelar Arung Palaka.
Sederetan Mujahid-mujahid lain disetiap pelosok tanah air yang belum
diangkat namanya atau dicatat dalam buku sejarah adalah lebih banyak dari pada
yang telah dikenal atau sudah tercatat dalam buku-buku sejarah. Mereka sengaja
tidak mau dikenal, khawatir akan mengurangi keikhlasannya di hadapan Allah. Sebab
mereka telah betul-betul berjihad dengan tulus demi menegakkan dan membela
Islam di tanah air.

2. Masa Perang Kemerdekaan


a. Peranan Ulama Islam pada masa perang kemerdekaan
Peranan Ulama Islam Indonesia pada masa perang kemerdekaan ada dua macam yaitu:
- Membina kader umat Islam, melalui pesantren dan aktif dalam pembinaan
masyarakat
- Turut berjuang secara fisik sebagai pemimpin perang
b. Peranan Organisasi dan Pondok Pesantren pada masa Kemerdekaan
1) Serikat dagang Islam / Serikat Islam
Sarekat Islam (SI) pada awalnya adalah perkumpulan bagi para pedagang muslim
yang didirikan pada akhir tahun 1911 di Solo oleh H. Samanhudi. Latar belakang
didirikannya organisasi ini pada awalnya untuk menghimpun dan memajukan para
pedagang Islam dalam rangka bersaing dengan para pedagang asing, dan juga
membentengi kaum muslimin dari gerakan penyebaran agama Kristen yang semakin
merajalela. Dengan nama Sarekat Islam dibawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto
organisasi ini semakin berkembang karena mendapat sambutan yang luar biasa dari
masyarakat.
Pada bulan Juni 1916 Sarekat Islam mengadakan kongresnya yang pertama yang
dinamai Konngres Nasional Serikat Islam. Di dalam kongres itu dijelaskan bahwa
istilah “Nasional” digunakan untuk mempertegas bahwa Serikat Islam mencita-
citakan adanya suatu “Nation” bagi rakyat Indonesia. Dengan demikian, Serikat Islam
merupakan organisasi yang secara tegas melakukan upaya-upaya nyata untuk
mempersatukan rakyat Indonesia menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
2) Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November
1912. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang baru, telah disesuaikan dengan
UU no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada
tanggal 7-11 Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah
adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah Islam
dan bersumber pada al-Quran dan Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-politik, tapi
tidak melarang anggotanya memasuki partai politik. Hal ini dicontohkan oleh
pendirinya sendiri, KH Ahmad Dahlan, dimana beliau juga adalah termasuk anggota
Sarekat Islam.
Banyak anggota Muhammadiyah yang berjuang baik pada masa penjajahan
Belanda, Jepang, masa mempertahankan kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde Baru
dan Masa Reformasi. Mereka tersebar di berbagai organisasi pergerakan, organisasi
partai politik dan lembaga-lembaga negara. Tokoh-tokoh Muhammadiyah yang kita
kenal seperti KH. Mas Mansur, Prof. Kahar Muzakir, Dr. Sukirman Wirjosanjoyo
adalah para pejuang yang tidak asing lagi. Demikian pula seperti Buya Hamka, KH AR.
Fakhruddin, Dr. Amin Rais, Dr. Syafi’i Ma’arif dan Dr. Din Syamsudin adalah tokoh–
tokoh Muhammadiyah yang sangat berperan dalam pentas nasional Indonesia.
3) Nahdlatul Ulama
Pada masa penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang penjajah
dan pernah mengeluarkan pernyataan politik yang isinya :
- Menolak kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada rakyat
- Menolak rencana ordonansi tentang perkawinan tercatat
- Menolak diadakannya Milisi
- Menyokong GAPI dalam menuntut indonesia yang memiliki parlemen
kepada pemerintah kolonial Belanda
4) Pondok Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia., yang
penyelenggaraan pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Para pendidik
dan pengajarnya disebut kiai, sedangkan murid-muridnya disebut para santri.
Mereka bertempat tinggal dilokasi yang sama, yaitu pondok pesantren. Sebagai
kaser umat dan pemimpin masyarakat, Islam mengajarkan agar mereka bersatu
untuk berjuang meraih kemerdekaan yang telah dirampas penjajah. Itulah sebabnya
kemudian para kiai dan santri mendirikan organisasi bersenjata untuk melawan
penjajah, yaitu Hizbullah dan Gerakan Kepanduan Islam.

3. Masa Pembangunan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan RI, umat Islam yang merupakan
mayoritas penduduk, tampil di barisan terdepan dalam perjuangan, baik perjuangan
politik maupun perjuangan diplomasi.
b. Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
Peranan Muhammadiah dalam pembangunan antara lain:
- Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuantinggi,
berbudi luhur dan bertaqwa kepada tuhan YME
- Melakukan usaha-usaha dibidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Nahdlatul Ulama, yang pernah berkiprah di bidang politik dalam perkembangan


selanjutnya NU bergerak di bidang agama, sosial dan kemasyarakatan. Usaha-usaha NU
antara lain:

- Mendirikan madrasah-madrasah
- Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren
- Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin

Majelis Ulama Indonesia adalah organisasi keilmuan yang bersifat independen tidak
berafiliasi kepada salah satu aliran politik, mazhab atau aliran keagamaan Islam yang ada
di Indonesia. Adapun peranan MUI pada masa pembangunan adalah :

- Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosial


kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam di Indonesia pada
umumnya, sebagai amar ma’ruf nahyi munkar dalam usaha meningkatkan
ketahanan sosial.
- Memperkuat ukhuwah Islamiyah dan melaksanakan kerukunan antar
umat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.
- MUI adalah penghubung antara ulama dan umat serta menjadi penerjemah
timbal balik antara pemerintah dan umat Islam Indonesia guna
menyukseskan pembangunan nasional.

Pada masa pembangunan ini terdapat pula organisasi Islam yang menampung pada
cendekiawan muslim yang disebut ICMI. ICMI lahir pada Desember 1990 dan berkiprah
pada hampir semua aspek kehidupan bangsa.

c. Peranan Lembaga Pendidikan dalam Pembangunan


Lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia ada yang didirikan dan dikelola langsung
oleh pemerintah Departemen Agama seperti: MIN, MTsN, MAN, IAIN. Selain itu, ada
pula lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dikelola oleh swasta, tapi di bawah
pengawasan serta pembinaan Departemen Agama, seperti: Bustanul Athfal, MI, MTs,
MA dan perguruan tinggi lainnya. Peranan kelembagaan Islam dalam pembangunan
antara lain:
- Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia bertaqwa kepada Tuhan
YME
- Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara
- Memupuk persataun dan kesatuan umat
- Mencerdaskan bangsa Indonesia
- Mengadakan pembinaan mental spiritual
KESIMPULAN

Setelah Islam datang ke Indonesia banyak perubahan-perubahan yang terjadi terutama bagi
rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas lagi karena Islam
tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat memiliki derajat yang sama. Islam juga
membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan agama. Islam juga bisa
mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan dan memgusir para penjajah.

Anda mungkin juga menyukai