Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GANGGUAN MENTRUASI

Oleh :
Abdussalam Fath (010216A001)
Dwi Nurhidayati (010216A022)
Retraning Sumarah (010216A039)

FAKULTAS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2016/2017

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 3
B. TUJUAN .............................................................................. 4
C. MANFAAT .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. MENSTRUASI ............................................................................. 5
B. FISIOLOGI SIKLUS DAN FASE MENSTRUASI ................................. 5
C. GANGGUAN MENSTRUASI ........................................................ 10
D. INTERVENSI YANG DILAKUKAN BERDASARKAN PERUBAHAN PADA
LAMANYA SIKLUS HAID ............................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap
remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa
organ kandungan telah berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi
adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui vagina dari
uterus yang tidak hamil dibawah kendali hormonal dan berulang tanpa adanya
kehamilan selama periode reproduktif. Menstruasi biasanya berlangsung selama
lima sampai tujuh hari dan rata-rata darah yang keluar saat menstruasi adalah
35-50 ml tanpa bekuan darah (Wiknjosastro, 2010).
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita
memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10% yang memiliki siklus 28 hari.
Perhitungan dalam satu siklus adalah pendarahan dimulai dari hari pertama
yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu satu hari sebelum
perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai. Pada beberapa wanita
memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya
masalah kesuburan panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama
periode menstruasi (Saryono, 2009). Gangguan menstruasi yang umum terjadi
adalah amenorrhea, perdarahan uterus abnormal, dismenore, dan sindrom
premenstrual.
Owen, 2005 & Cakir et al 2007 dalam penelitiaannya menemukan
bahwa dismenore merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar
(89,5%), diikuti ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta pemanjangan durasi
menstruasi (5,3%). Bieniasz et al. (2006) mendapatkan prevalensi amenorea
primer sebanyak 5,3%, amenorea skunder 18,4%, oligomenorea 50%,
polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Anamika (2008), terhadap mahasiswa
didapatkan bahwa sindrom pramenstruasi dan dismenorea merupakan keluhan
yang dirasakan paling mengganggu. Efek gangguan menstruasi yang dilaporkan
antara lain waktu istirahat memanjang dan menurunnya kemampuan belajar.
Penyebab gangguan menstruasi dapat karena kelainan biologik (organik atau
disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaaan-keadaan

3
stress dan gangguan emosi atau gabungan biologik dan psikologik. Faktor- faktor
yang berperan yaitu faktor psikologis, seperti tekanan hidup, stres, kecemasan,
kelelahan fisik maupun psikis. Gangguan yang bersifat hormonal yaitu
ketidakseimbangan hormon estrogen maupun hormon progesteron dan
prostaglandin. Hormon prolaktin berlebih, meningkatnya hormon prolaktin
secara otomatis akan menurunkan hormon estrogen dan progesteron. Kenaikan
atau berkurangnya berat badan secara signifikan. Status gizi (underweight jika
IMT <17,0 dan obesitas jika IMT > 27,0) akan mempengaruhi kerja berupa
peningkatan, keseimbangan, ataupun penurunan hormon. (6) Kelainan organik
seperti radang, tumor, trauma dan sebagainya (Sarwono, 2008).
B. TUJUAN
1. Untuk menambah pengetahuan tentang gangguan ang terjadi pada siklus
menstruasi
2. Mengetahui penebab terjadina gangguan menstruasi
C. MANFAAT
1. Membeerkan penjelasan pada masarakat khususna perempuan dalam masa
reproduksi mengenai hal hal ang terjadi pada siklus menstruasi
2. Mendeteksi secara dini yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi
apabila mengalami gangguan menstruasi.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Menstruasi
Menstruasi adalah gejala periodik pelepasan darah dan mukosa
jaringan dari lapisan dalam rahim melalui vagina. Menstruasi diperkirakan
terjadi setiap bulan selama masa reproduksi, dimulai saat pubertas
(menarche) dan berakhir saat menopause, kecuali selama masa kehamilan.
Berdasarkan pengertian klinik, menstruasi dinilai berdasarkan tiga hal,
siklus menstruasi, lama menstruasi, dan jumlah darah yang keluar
(Sarwono, 2011).
1. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan daur menstruasi yang tiap bulannya
dialami wanita dihitung mulai dari hari pertama menstruasi atau datang
bulan, sampai hari pertama menstruasi di bulan berikutnya. Menstruasi
dikatakan normal bila didapati siklus mentruasi tidak kurang dari 24 hari,
tetapi tidak melebihi 35 hari, kira-kira 24 – 35 hari dikatakan siklus
menstruasi yang normal. Lama menstruasi adalah lamanya darah yang
muncul saat menstruasi pada wanita (MedScape), atau jarak dari hari
pertama menstruasi (darah keluar dari vagina) sampai perdarahan
menstruasi berhenti. Biasanya lama menstruasi yang dapat dikatakan
normal berkisar antara 4 – 8 hari. Dengan volume menstruasi merupakan
jumlah darah yang keluar selama masa menstruasi. Dikatakan volume
yang normal jika jumlah darah yang keluar selama menstruasi berlangsung
tidak lebih dari 80 ml, atau dalam satu harinya ganti pembalut sebanyak 2
– 6 kali. (Sarwono, 2011).
2. Fisiologi Siklus dan Fase Menstruasi
Siklus menstruasi dibedakan atas siklus ovarium dan siklus uterus.
Siklus ovarium menjelaskan perubahan yang terjadi pada folikel ovarium
sedangkan siklus uterus menggambarkan perubahan dalam lapisan
endometrium rahim. Kedua siklus tersebut dapat dibagi menjadi tiga
tahap. Siklus ovarium terdiri dari fase folikuler, ovulasi, dan fase luteal,

5
sedangkan siklus uterus terdiri dari menstruasi, fase proliferasi, dan fase
sekretori. (Sherwood, 2007).
1. Siklus Ovarium
Pada siklus ovarium, terjadi dua fase yang bergantian secara
menerus antara fase folikular, yang ditandai dengan keberadaan folikel
matang, dan fase luteal yang ditandai dengan keberadaan korpus luteum.
Dalam keadaan Normal siklus ini dapat diinterupsi jika terjadi kehamilan
dan akhirnya berakhir dengan masa menopause. (Sarwono, 2011).
Pada waktu tertentu sepanjang siklus, sebagian dari folikel primer
mulai berkembang. Namun, hanya beberapa yang melakukan
perkembangan selama fase folikular, ketika lingkungan hormonal yang
tepat untuk mempromosikan pematangan mereka, berlanjut setelah tahap
awal pengembangan. Pertama, lapisan sel granulosa dalam folikel primer
berproliferasi untuk membentuk beberapa lapisan yang mengelilingi oosit.
Sel granulosa ini mengeluarkan sesuatu seperti gel "kulit" tebal, yang
mencakup oosit dan memisahkannya dari granulosa di sekitar sel.
Membran intervensi ini dikenal sebagai zona pelusida. (Sherwood, 2007).
Fase folikuler adalah bagian pertama dari siklus ovarium. Selama
fase ini, folikel ovarium matang dan siap untuk melepaskan sel telur.
Bagian akhir dari fase ini tumpang tindih dengan fase proliferasi dari
siklus uterus. Pengaruh kenaikan folikel merangsang Folicle Stimulating
Hormone (FSH) pada hari-hari pertama dari siklus, beberapa folikel
ovarium dirangsang oleh FSH. Folikel ini, yang sudah ada pada saat lahir
dan telah berkembang menjadi yang lebih baik selama bertahun-tahun
dalam proses yang dikenal sebagai folikulogenesis, bersaing satu sama lain
untuk mendominasi. Di bawah pengaruh beberapa hormon, satu dari
folikel ini akan berhenti tumbuh, sementara satu folikel dominan di
ovarium akan terus tumbuh sampai matang. Folikel yang mencapai
kematangan disebut folikel tersier, atau folikel de Graaf dan mengandung
sel telur.
Ovulasi merupakan fase kedua dari siklus ovarium di mana telur
yang matang dilepaskan dari folikel ovarium ke dalam saluran telur.

6
Selama fase folikuler, estradiol menekan produksi Leutinizing Hormone
(LH) dari kelenjar hipofisis anterior. Ketika telur sudah hampir matang,
kadar estradiol mencapai ambang batas, efek ini akan berbalik dan
merangsang produksi sejumlah besar LH. Proses ini, dikenal sebagai
lonjakan LH, dimulai sekitar 12 hari dari siklus rata-rata dan bisa
berlangsung selama 48 jam. Mekanisme yang tepat dari respon yang
berlawanan dari tingkat LH estradiol belum dipahami dengan baik.
Pada hewan, Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
menunjukkan gelombangnya telah mendahului lonjakan LH, menunjukkan
bahwa efek utama estrogen berada pada hipotalamus. Sekresi GnRH ini
dapat diaktifkan oleh kehadiran dua reseptor estrogen di hipotalamus yang
berbeda : alpha reseptor estrogen, yang bertanggung jawab untuk umpan
balik negatif estradiol - LH, dan beta reseptor estrogen, yang bertanggung
jawab untuk hubungan positif estradiol – LH. Namun pada manusia telah
menunjukkan bahwa tingkat tinggi estradiol dapat memicu peningkatan
mendadak dalam LH meskipun tingkat dan frekuensi GnRH tetap konstan,
menunjukkan estrogen yang bekerja langsung pada hipofisis untuk
memprovokasi lonjakan LH. (Rigon F, 2012).
Pelepasan LH membuat matangnya telur dan melemahkan dinding
folikel dalam ovarium, sehingga folikel menonjol dan dinding tempat
menonjol itu melemah untuk melepaskan oosit sekunder. Oosit sekunder
segera matang menjadi ootid dan kemudian menjadi sel telur matang.
Ovum matang memiliki diameter sekitar 0.2 mm. Dua indung telur kiri
dan kanan berovulasi secara acak, tidak ada koordinasi kiri dan kanan.
Kedua ovarium akan melepaskan telur, dan jika kedua telurnya dibuahi,
hasilnya adalah kembar fraternal. Setelah dilepaskan dari ovarium, sel
telur akan dibawa ke tuba falopi dengan fimbria, yang merupakan lapisan
paling pinggir dari jaringan tuba fallopi. Setelah sekitar satu hari, telur
yang tidak dibuahi akan hancur atau larut dalam tuba fallopi. Fase luteal
adalah tahap akhir dari siklus ovarium dan kejadian ini bersamaan dengan
fase sekresi dari siklus uterus. Selama fase luteal, hormon FSH dan LH
menyebabkan bagian-bagian yang tersisa dari folikel dominan untuk

7
berubah menjadi korpus luteum, yang memproduksi progesteron.
Peningkatan progesteron akan menginduksi produksi estrogen. Hormon
yang diproduksi oleh korpus luteum juga menekan produksi FSH dan LH
agar korpus luteum dapat mempertahankan dirinya. Akibatnya, tingkat
FSH dan LH jatuh dengan cepat dari waktu ke waktu, dan korpus luteum
kemudian mengalami atropi. Jatuhnya progesteron memicu menstruasi dan
awal dari siklus berikutnya. Dari waktu ovulasi sampai hilangnya
progesteron menyebabkan mulainya menstruasi, proses ini biasanya
memakan waktu sekitar dua minggu, dengan 14 hari dianggap normal.
Untuk seorang wanita individu, fase folikuler sering bervariasi panjang
dari siklus ke siklus. Sebaliknya, panjang fase luteal nya akan cukup
konsisten dari siklus ke siklus. (Sherwood, 2007 & Rigon F, 2012).
Korpus luteum pada kehamilan adalah jika pembuahan dan
implantasi terjadi, korpus luteum terus tumbuh dan menghasilkan
peningkatan jumlah progesteron dan estrogen bukannya merosot. Hal ini
disebut korpus luteum kehamilan, struktur ovarium ini berlanjut sampai
kehamilan berakhir. Korpus ini menyediakan hormon penting untuk
menjaga kehamilan sampai plasenta berkembang dan dapat mengambil
alih fungsi penting ini. (Sherwood, 2007).
2. Siklus Uterus
Menstruasi adalah tahap pertama dari siklus uterus. Aliran
menstruasi biasanya berfungsi sebagai tanda bahwa seorang wanita tidak
hamil. Namun, ini tidak dapat diambil sebagai kepastian, karena sejumlah
faktor bisa menyebabkan perdarahan selama kehamilan, beberapa faktor
yang khusus untuk awal kehamilan, dan beberapa dapat menyebabkan
aliran deras. (Sarwono, 2011).
Eumenorrhea adalah menstruasi yang normal, menstruasi reguler
yang berlangsung selama beberapa hari (biasanya 3 sampai 5 hari, tetapi
dari 2 sampai 7 hari juga dianggap normal). Hilangnya darah rata-rata
selama menstruasi adalah 35 mililiter dengan 10-80 ml dianggap normal.
Wanita yang mengalami Menorrhagia lebih rentan terhadap kekurangan

8
zat besi daripada rata-rata orang. Sebuah enzim yang disebut plasmin
menghambat pembekuan dalam cairan menstruasi.
Kram yang menyakitkan di perut, punggung, atau paha atas
merupakan hal yang umum selama beberapa hari pertama menstruasi.
Nyeri rahim yang parah selama menstruasi dikenal sebagai dismenore, dan
itu adalah yang paling umum di kalangan remaja (sekitar 67.2 %
mempengaruhi wanita remaja). Hal ini disebabkan oleh karena
prostaglandin ( PGF2α ), suatu stimulan miometrium yang kuat dan
vasokonstriktor, di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor
prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan
bahwa dismenorea dimediasi oleh prostaglandin. Bukti substansial
prostaglandin mempengaruhi dismenore adalah dengan kontraksi uterus
yang berkepanjangan dan penurunan aliran darah ke miometrium.
(Warner, 2011 & Sarwono, 2011).
Fase proliferasi endometrium dikaitkan dengan fase folikuler,
proses folikulogenesis di ovarium. Pada fase folikuler, folikulogenesis
menghasilkan estrogen. Kemudian estrogen memicu pertumbuhan
endometrium untuk menebal kembali, sembuh dari perlukaan yang
disebabkan menstruasi yang sebelumnya. Ketiga komponen endometrium,
kelenjar, stroma, dan endotel pembuluh darah mengalami poliferasi dan
mencapai puncaknya pada hari ke-8 sampai 10 siklus, sesuai dengan
puncak kadar estrogen (estradiol) serum dan kadar reseptor estrogen di
endometrium. (Sherwood, 2007).
Pada fase proliferasi peran estrogen sangat menonjol. Estrogen memacu
terbentuknya komponen jaringan, ion, air dan asam amino. Stroma
endometrium yang kolaps/kempis pada saat menstruasi, mengembang kembali,
dan merupakan komponen pokok pertumbuhan/penebalan kembali
endometrium. Pada awal fase ini, tebal endometrium hanya sekitar 0.5 mm
kemudian tumbuh menjadi 3.5 – 5 mm. Di dalam stroma endometrium juga
banyak tersebar sel derivat sumsum tulang, termasuk limfosit dan makrofag,
yang dapat dijuampai setiap saat sepanjang siklus menstruasi. Seperti halnya
fase folikuler di ovarium, fase proliferasi endometrium mempunyai lama/durasi
yang cukup lebar. Pada perempuan normal yang subur, fase folikuler ovarium

9
atau fase proliferasi endometrium dapat berlangsung hanya sebentar 5 – 7 hari,
atau cukup lama sekitar 21 – 30 hari. (Sarwono, 2011 & Sherwood, 2007).
3. Gangguan menstruasi
Merupakan masalah yang umum selama masa remaja. Gangguan
ini dapat menyebabkan kecemasan yang signifikan bagi pasien dan
keluarga mereka. Faktor fisik dan psikologis berkontribusi pada masalah
ini. Dalam rangka untuk mengobati gangguan menstruasi, mengetahui apa
itu siklus menstruasi yang normal itu penting. Gangguan menstruasi
merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang wanita datang
berobat ke dokter atau ke tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan
menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak jarang
menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita, keluarganya bahkan dokter
yang merawatnya. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan
menstruasi ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari dan
mengganggu emosional penderita. (Sarwono, 2011).
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada
menstruasi
a. Hipermenorea (menoragia) Perdarahan menstruasi yang berlangsung
lebih dari 8-10 hari dengan kehilangan darah lebih dari 80 ml dianggap
berlebihan. Pada bentuk gangguan seperti ini siklus menstruasi tetap
teratur akan tetap jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak.
Penyebab terjadinya kemungkinan terdapat mioma uteri (pembesaran
rahim), polip endometrium, atau hiperplasia endometrium (perubahan
dinding rahim). Diagnosis kelainan dapat ditetapkan pemeriksaan dalam,
ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan terhadap kerokan. (Sarwono,
2011).
Menurut peneletian Sianipar pada siswi SMA di Kecamatan Pulo Gadung
tahun 2009, dari seluruh responden yang berjumlah 57 siwi, terdapat 9
(15.8%) siswi yang mengalami hipermenorea.
b. Hipomenorea perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih
kurang dari biasanya. Pada kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur
sesuai dengan jadwal menstruasi akan tetapi jumlah darah yang
dikeluarkan relative sedikit. Penyebabnya kemungkinan gangguan

10
hormonal, kondisi wanita kekurangan gizi, atau wanita dengan penyakit
tertentu. Pada peneletian sebelumnya sangat jarang terjadi
hipomenorea, bahkan tidak ada sama sekali siswi yang mengalami hal
ini. (Sianipar, 2009).
Pada penelitian yang dilakukan di Gujarat hanya 2.8% yang mengalami
hipomenore. (Verma, Pandya, Ramanuj, Singh, 2011)
2. Kelainan siklus
a. Polimenorea siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasa (kurang dari
21 hari). Disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan
gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain
adalah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan
sebagainya. Pada penelitian sebelumnya didapati nol persen kasus
polimenore. (Sianipar, 2009).
b. Oligomenorea Siklus menstruasi lebih panjang (lebih dari 35 hari).
Perdarahannya biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus
oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup
baik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi
lebih panjang dari biasa. Terdapat 3.5 persen siswi pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya. (Sianipar, 2009). Pada penelitian di Gujarat,
terdapat 8.8 persen siswi yang mengalami oligomenore. (Verma,
Pandya, Ramanuj, Singh, 2011)
c. Amenorea bersifat primer (yaitu, tidak pernah menstruasi) atau
sekunder (yaitu, menarche, tetapi tidak ada periode selama 3 bulan
berturut-turut). Amenore primer adalah tidak adanya menstruasi pada
umur 16 tahun dengan adanya perkembangan pubertas normal atau
pada umur 14 tahun dengan tidak adanya perkembangan pubertas
normal. Mengevaluasi payudara dan perkembangan rahim pada pasien
dengan gangguan menstruasi adalah hal yang penting. Amenorea
sekunder lebih sering daripada amenorea primer. Etiologi yang paling
umum adalah disfungsi dari aksis hipotalamus – hipofisis – ovarium
(HPO).

11
3. Perdarahan di luar menstruasi (Metroragia)
Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 menstruasi (metroragia).
Pendarahan ini disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan
kelainan anatomis. Pada kelainan hormonal terjadi gangguan poros
hipotalamus hipofisis, ovarium (indung telur) dan rangsangan estrogen dan
progesteron dengan bentuk pendarahan yang terjadi di luar menstruasi,
bentuknya bercak dan terus menerus, dan pendarahan menstruasi
berkepanjangan. Keadaan ini dipengaruhi oleh ketidak-seimbangan hormon
tubuh, yaitu kadar hormon progesteron yang rendah atau hormon estrogen
yang tinggi. Penderita hiposteroid (kadar hormon steroid yang rendah) atau
hipersteroid (kadar hormon steroid yang tinggi) dan fungsi adrenal yang
rendah juga bisa menyebabkan gangguan ini. Beberapa gangguan organ
reproduksi juga dapat menyebabkan metroragia seperti infeksi vagina atau
Rahim endometriosis, kista ovarium, fibroid, kanker endometrium atau
indung telur, hiperplasia endometriosis, penggunaan kontrasepsi spiral yang
mengalami infeksi juga dapat menyebabkannya. Terdapat 36.4% siswi yang
mengalami hal ini pada penelitian yg dilakukan sebelumnya. (Sianipar, 2009)
4. Dismenorea
Keluhan yang sangat umum dan ada yang primer atau sekunder,
meskipun dismenore primer yang lebih menonjol. Gejala termasuk kram
perut bagian bawah dan nyeri panggul yang menjalar ke paha dan kembali
tanpa terkait patologi pelvis. Dismenore disebabkan oleh prostaglandin dan
leukotrien selama siklus ovulasi. Kadar prostaglandin endometrium
meningkat selama fase luteal dan siklus menstruasi, menyebabkan uterus
berkontraksi. Dismenorea sekunder jarang terjadi, dan rasa sakit yang
berhubungan dengan patologi pelvis (misalnya, bikornuata rahim,
endometriosis, penyakit radang panggul, fibroid rahim). Sebuah patologi
pelvis yang mendasari (misalnya, endometriosis) atau anomali uterus
(misalnya fibroid) mungkin ada dalam sekitar 10 % kasus dismenore parah.
(MedScape). Derajat nyeri menstruasi (dismenorea) :
a. Derajat 0 : Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tak terpengaruhi.
b. Derajat 1 : Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun
aktivitas jarang terpengaruhi.

12
c. Derajat 2 : Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri,
tetapi mengganggu aktivitas sehari-hari.
d. Derajat 3 : Nyeri sangat hebat dan tak berkurang walaupun telah
menggunakan obat dan tak mampu bekerja. Kasus ini harus segera
ditangani oleh dokter.
5. Syndroma Pramenstruasi
Kadar sindroma pramenstruasi (PMS) dan waktunya pada setiap wanita
tidak selalu sama. Ada wanita yang merasa sangat sakit sampai menderita
kram dan tidak dapat beraktifitas. Beberapa ahli mengatakan bahwa gejala
tersebut berhubungan kadar hormon estrogen dan progesteron pada siklus
menstruasi. Menurut ahli lain memperkirakan gangguan menjelang
menstruasi berhubugan dengan masalah psikis, misalnya wanita
menganggap masa menstruasi sebagai beban sehingga tanpa sadar ia
menolaknya. Gangguan ini bisa juga merupakan tanda dari penyakit yang
serius seperti endometriosis, kista atau angioma uteri dan adanya infeksi
Rahim. Gejala yang muncul akan terjadi pada separuh ahkir dari siklus
menstruasi, yang menghilang saat mulainya menstruasi.
Manifestasi klinis dapat berupa penuhnya payudara dan terasa nyeri,
bengkak, kelelahan, sakit kepala, peningkatan nafsu makan, iritabilitas dan
ketidakstabilan perasaan dan depresi, kesulitan dalam kosentrasi, keluar air
mata dan kecenderungan untuk melakukan kejahatan. Hampir sepertiga
wanita produktif menghidap PMS. Gejala yang muncul selain diatas juga ada.
(MedScape). Gangguan menstruasi yang terbanyak dialami oleh responden
dalam penelitian sebelumnya adalah gangguan lain yang berhubungan
dengan menstruasi yang meliputi sindrom pramenstruasi (75.8%),
dismenorea (54.5%), dan perdarahan di luar menstruasi (36.4%). Hasil ini
lebih rendah dari yang ditemukan Vegas et al. Namun hampir sama dengan
literatur, bahwa prevalensi dismenorea bervariasi antara 15.8 – 89.5%.
Penelitian Cakir et al. Pada mahasiswi di Turki memperlihatkan dismenorea
merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar yaitu 89.5%.
(Sianipar, 2009).

13
B. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Keluhan Utama
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Riwayat Penyakit Dahulu
4. Riwayat Penyakit Keluarga
5. Riwayat Menstruasi ( menarcea)
6. Pemeriksaan Fisik, Head To Toe
a) Pemeriksaan Abdomen
Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu keadaan
patologik yang terlokalisir. Bising usus normal
b) Pemeriksaan Pelvis Pada kasus dismenore primer, pemeriksaan pelvis
adalah normal.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus
Tujuan :dalam waktu 1x24 jam nyeri dapat berkurang
Kriteria hasil : Skala nyeri 0-1, pasien tampak rileks
Intervensi :
a) Pantau/catat karakteristik nyeri, kaji lokasi dan intensitas nyeri
b) Hangatkan bagian perut
c) Massage daerah perut yang terasa nyeri
d) Berikan diuresis natural (vitamin) tidur dan istirahat
e) Lakukan teknik relaksasi
f) Lakukan latihan ringan
g) Pemberian analgetik (aspirin, fenasetin, kafein)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri
abdomen.
Tujuan :Dalam waktu 1x24 jam pasien dapat beraktivitas
seperti semula
Kriteria hasil :Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
memperberat dan memperringan intoleransi aktivitas Pasien mampu
beraktivitas
Intervensi :
a) Beri lingkungan yang tenang dan periode istirahat tanpa
gangguan, dorong istirahat sebelum makan
b) Tingkatkan aktivitas secara bertahap
c) Berikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Ansietas berhubungan dengan krisis maturasi
NIC :
a) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tenpat distraksi denan
lampu yang redup dan suhu lingkunan yang nyaman
b) Spesifikasikan isi intervensi relaksasi
c) Tunjukkan dan praktekan tehnik relaksasi pada klien

14
d) Dorong kontrol sendiri saat relaksasi dilakukan
e) Kolaborasi dengan individu untuk memprioritaskan gejala yang
paling bermasalah
f) Berikan informasi mengeni langkah-lankah perawatan diri yang
spesifik pada gejala (olahraga, suplemen kalsium)
g) Monitor perubahan dengan gejala
4. Resiko syok berhubungan denan hipovolemia

NIC :
a) Monitor terhadap adanya respon kompensasi awal syok (
tekanan darah, nadi lemah, pucat/dingin, mual, muntah,
peningkatan rasa haus dan kelemahan).
b) Monitor adanya gejala awal hipokelemia untuk mencegah
kondisi yang mengancam jiwa pasien yang beresiko tinggi
misalnya kelelahan, kelemahan otot.
c) Berikan suplemen kalium, sesuai yang diresepkan
D. Intervensi yang dilakukan berdasarkan perubahan pada lamanya siklus haid
1. Polimenorea
Pemberian kontrasepsi oral yang dapat mengatur periode menstruasi.
2. Oligomenorea
Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan
kesehatan, termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat
dan tenang, pengurangan berat badan pada wanita yang obesitas serta
pemberian hormon gonadotropin.
3. Amenorea
a) Menetapkan gangguan penyebab amenorea karena kelainan hormonal,
b) Memberikan progestin
c) Kemungkinan gangguan ovarium
d) Dilakukan induksi ovulasi dangan pemeriksaan hormonal
e) Pada disfungsi karena hiperprolaktikemia menstrual dapat diobati
dengan bromokprit (pardoled).
f) Bila gagal menentukan sebab amenorea, dilakukan :
 Laparoskopi
 Foto kepala untuk mencari penyebab sentral.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.
Rigon, F., Sanctis, V. D., Bernasconi, S., Bianchin, L., Bona, G., Bozzola, M., et
al. 2012. Menstrualpatternandmenstrualdisordersamongadolescents: an
updateoftheItalian data. ItalianJournalofPediatrics , 38:38. Retrieved
from http://www.ijponline.net/content/38/1/38
Sianipar, O. (2009). Pravalensi Ganggauan Menstruasi Dan Factor-Factor Yang
Berhubungan Pada Siswi SMU Di Kecamatan Pilo Gedung Jakarta Timur Maj Kedokteran
Indonesia. 59:7
Sarwono. P. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta. Pt. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.
Sherwood L.2007. Human PhysiologyFromCellsto Systems. 7th edition.
Canada:BROOKS/ COLE CENGAGE learning. p. 229, 231.

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Cla Analisa Sintesa Jurnal Keperawatan
    Cla Analisa Sintesa Jurnal Keperawatan
    Dokumen9 halaman
    Cla Analisa Sintesa Jurnal Keperawatan
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Nutrisi Luka
    Nutrisi Luka
    Dokumen3 halaman
    Nutrisi Luka
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Nutrisi Luka
    Nutrisi Luka
    Dokumen3 halaman
    Nutrisi Luka
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Nutrisi Luka
    Nutrisi Luka
    Dokumen3 halaman
    Nutrisi Luka
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Nutrisi Luka
    Nutrisi Luka
    Dokumen3 halaman
    Nutrisi Luka
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Gizi Ibu Menyusui SAP
    Gizi Ibu Menyusui SAP
    Dokumen11 halaman
    Gizi Ibu Menyusui SAP
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen7 halaman
    Makala H
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Pathway
    Pathway
    Dokumen2 halaman
    Pathway
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Kesehatan (OK)
    Kesehatan (OK)
    Dokumen2 halaman
    Kesehatan (OK)
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat