Anda di halaman 1dari 9

ANALISA SINTESA JURNAL KEPERAWATAN

PENGARUH PEMBERIAN POSISI PRONASI DALAM


MENINGKATKAN STATUS HEMODINAMIK PASIEN ANAK
DI RUANG PICU (PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT)
(15-21 OKTOBER 2018)

DISUSUN OLEH :

CLARA TYAS EVININGRUM


070117B017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018
PENGARUH POSISI PRONASI TERHADAP STATUS HEMODINAMIK ANAK
YANG MENGGUNAKAN VENTILASI MEKANIK DI RUANG PEDIATRIC
INTENSIVE CARE UNIT (PICU) RSAB HARAPAN KITA JAKARTA

Kata Kunci
Posisi pronasi, hemodinamik, ventilasi mekanis.
Tujuan
Menentukan pengaruh posisi pronasi pada status hemodinamik anak di Unit Perawatan Intensif
Pediatrik dengan 15 sampel.
Desain
Design quasi eksperimen one-group pretest-posttest
Teknik sampling
Random sampling
ANALISA JURNAL

PROBLEM :
Pengaruh posisi pronasi terhadap status hemodinamik anak yang menggunakan ventilasi
mekanik di ruang pediatric intensive care unit (PICU).

INTERVENSION :
Penelitian dilakukan di RSAB Harapan Kita Jakarta. Peneliti bekerja sama dengan perawat
ruangan PICU yang sebelumnya telah dilatih untuk menyamakan pemahaman terkait
pemberian posisi pronasi sesuai prosedur yang dibuat oleh peneliti. Observasi status
hemodinamik pasien dilakukan oleh peneliti. Peneliti bekerjasama dengan perawat ruangan
dalam pemberian posisi pronasi. Penentuan responden berdasarkan kriteria inklusi, kemudian
peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada orang tua dan bila orang tua setuju untuk
berpartisipasi segera diberikan lembaran informed consent untuk ditandatangani. Setelah itu
intervensi ini dilakukan selama 4 jam pada setiap responden. Waktu pelaksanaan pada setiap
responden berbeda-beda dikarenakan adanya kegiatan rutinitas perawatan di pagi hari seperti
perawatan personal hygiene, mengganti popok, perawatan infus, dan tindakan pemeriksaan
medis lainnya seperti rontgen dada. Pengumpulan data pada anak dilakukan sebelum dan
sesudah pemberian posisi pronasi sesuai prosedur yang dibuat oleh peneliti. Pemantauan status
hemodinamik anak dilakukan empat kali sebelum perlakuan setiap 1 jam dan empat kali
sesudah perlakuan setiap 1 jam.

PATOFISIOLOGI
Fungsi sistem jantung adalah menghantarkan oksigen, nutrisi dan substansi
lainnya ke jaringan tubuh dan membuang produk sisa metabolisme seluler melalui
pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi dan integrasi sistem lainnya seperti sistem
pernapasan, pencernaan dan ginjal. Ventrikel kanan memompa darah melalui sirkulasi
pulmonal, sedangkan ventrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistemik yang
menyediakan oksigen dan nutrien ke jaringan dan membuang sampah dari tubuh. Sistem
sirkulasi mensuplai gas pernapasan, nutrien dan produk sampah antara darah dan jaringan
(Potter & Perry, 2006).
Anak yang dirawat di ruang PICU memerlukan tirah baring yang lama selama
perawatan. Selain berisiko terjadi luka tekan, pasien dengan tirah baring lama dan
menggunakan ventilasi mekanik berisiko mengalami komplikasi antara lain VAP dan
atelektasis paru. Perubahan posisi dapat dilakukan pada pasien minimal setiap dua jam,
tergantung pada kondisi pasien (Relvas, Silver, & Sagy, 2003; Kozier, 2010).
Posisi pronasi adalah posisi terbalik dari supinasi dimana kepala diletakkan pada
posisi lateral menghadap ventilator, tangan di fleksi, lutut dan kaki disanggah dengan
menggunakan perangkat roll yang lunak. Penekanan pada area abdomen menjadi
pertimbangan penting untuk keefektifan dari posisi pronasi. Posisi pronasi dapat
meningkatkan oksigenasi.
Secara konseptual, posisi tengkurap dapat menghasilkan distribusi tekanan dan
regangan paru yang lebih seragam, yang mengarah pada peningkatan ventilasi dan perfusi
regional.

KRITERIA
Adapun beberapa criteria yang diambil oleh peneliti diantaranya:
1. Kriteria inklusi :
a. Tidak ada peningkatan TIK
b. Tidak ada fraktur
2. Kriteria eksklusif:
a. Peningkatan TIK
b. Hemodinamik tidak stabil
c. Injuri pada spinal cord
d. Pembeahan abdomen dan thorak
e. Fraktur pelvis

Menurut Relvas, Silver dan Sagy (2003) dalam Suek(2012), persiapan yang dilakukan sebelum
tindakan posisi pronasi yaitu:
1. Lakukan radiografi dada dan pastikan ETT tepat berada pada trakea.
2. Pastikan keamanan dari ETT, probe pulse oksimetri, dan semua kateter yang terpasang
pada tubuh pasien.
3. Pindahkan elektroda EKG ke lateral lengan atas dan pinggul.
4. Pertimbangkan untuk menutup kateter pembuluh darah yang tidak penting dan NGT
5. Lakukan suction pada orofaring
6. Berikan bantalan yang lembut pada titik tekanan seperti lutut
7. Kaji akan kebutuhan khusus di tempat tidur
8. Berikan tanggung jawab kepada masing-masing anggota tim perawatan posisi pronasi

Prosedur Pemberian Posisi Pronasi


1. Balikkan kepala dan tubuh secara bersamaan kearah ventilator dan tempatkan pada
posisi pronasi. Pasien yang lebih kecil dapat diangkat dan kemudian dibalikkan ke
posisi pronasi. Posisi kepala harus lateral menghadap ventilator
2. Kaji segera keamanan dan kepatenan dari ETT dan kateter lainnya
3. Kaji kebutuhan akan suction pada ETT
4. Berikan bantalan dibawah bahu dan panggul (gunakan bantal yang lembut, bantal busa),
upayakan perut menonjol atau tidak tertekan
5. Lenturkan dan fleksikan lengan dan posisikan lutut dan kaki di tempat tidur
menggunakan gulungan yang disesuaikan dengan ukuran kaki. Berikan bantalan pada
dahi. Lindungi area yang tertekan seperti lutut dan telinga dengan jelly
6. Berikan sedasi/ analgesik yang memadai untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
7. Posisikan lead EKG untuk mendapatkan gelombang yang dapat dimonitor dengan jelas
8. Lakukan rontgen dada untuk memastikan posisi ETT dalam trakea
9. Ubah posisi pasien setiap 4 jam untuk mengurangi titik-titik tekanan.
10. Hentikan posisi pronasi sekurang-kurangnya setelah 20 jam.

COMPARATION :
1. Prone positioning in acute respiratory distress syndrome: why aren’t we using it
more: review of the literature diteliti oleh Mark L. Hepokoski, Mazen Odish, dan
Atul Malhotra di USA tahun 2018
Pada penelitian in,peneliti melakukan uji coba baru aplikasi posisi pada pasien
dengan Dasar Acute Respiratory distress Syndrome (ARDS) yang lebih parah atau
berada pada tingkat akhir.
Peeliti mengevaluasi efek dari posisi tengkurap pada pasien yang terpasang
ventilasi mekanis konvensional untuk orang dewasa dengan ARDS. Penelitian ini
dilakukan dengan membandingan pada subjek pembanding yaitu pasien yang
diposisikan telentang dengan ARDS yang terpasang ventilasi mekanik dengan
mengeksplorasi efek durasi ventilasi rawan, ventilasi paru-paru yang bersamaan, dan
keparahan ARDS. Hasil sekunder termasuk rasio PaO2 / FIO2 pada Hari ke-4 dan
evaluasi efek samping.
Meta-analisis pada penelitian ini menggunakan model random effect. peneliti
mengidentifikasi tinjauan sistematis terbaru dari posisi rawan pada pasien dengan
ARDS dan melakukan tinjauan sistematis terbaru untuk mengidentifikasi selanjutnya.
Peneliti menjalankan pencarian di platform pencarian OvidSP di basisdata MEDLINE
dan EMBASE dan platform pencarian Wiley dalam Daftar Centraks Uji Terkontrol
Cochrane. Peneliti menggunakan judul subjek dan istilah teks-kata untuk mencari
artikel tentang ARDS, posisi tengkurap, dan orang dewasa.
Adapunkriteria yang digunakan pada penelitian ini diantaranya pasien yang
dinyatakan layak atau pasien dengan ARDS parah dan sudah kritis,
Hasil dari penelitian ini adalah Rasio PaO2 / FIO2 pada Hari ke 4 untuk semua
pasien adalah secara signifikan lebih tinggi dalam kelompok posisi rawan (perbedaan
rata-rata, 23,5; 95% CI, 12,4-34,5). Posisi rawan dikaitkan dengan tingkat yang lebih
tinggi dari obstruksi tabung endotrakeal dan luka tekanan. Risiko bias rendah di semua
uji coba.
Penelitian ini mempunyai keimpulan bahwa Posisi tengkurap cenderung
mengurangi angka kematian di antara pasien dengan ARDS berat bila diterapkan
setidaknya 12 jam setiap hari.
2. Efficacy Of Prone Position In Acute Respiratory Distress Syndrome Patients: A
Pathophysiology-Based Review
Diteliti oleh Vasilios Koulouras, Georgios Papathanakos, Athanasios
Papathanasiou, Georgios Nakos, tahun 2016 di Intensive Care Unit, University Hospital
of Ioannina.
Pada penelitian ini ditemukan bukti saat ini sangat mendukung bahwa posisi
tengkurap memiliki efek menguntungkan pada pertukaran gas, mekanika pernapasan,
perlindungan paru-paru dan hemodinamik karena meredistribusi tekanan
transpulmonary, stres dan tekanan seluruh paru-paru dan membongkar ventrikel kanan.
Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari banyak studi literature. Hasil
penelitian setiap literature sangat mendukung penggunaan posisi tengkurap dalam
manajemen awal ARDS secara sistematis dan bukan sebagai manuver penyelamatan
atau upaya terakhir.
Percobaan acak besar dan meta-analisis terbaru menunjukkan bahwa posisi
tengkurap, ketika dilakukan awal dan dalam durasi yang cukup, dapat meningkatkan
kelangsungan hidup pada pasien dengan ARDS berat dan pada pasien diventilasi
dengan protokol ventilasi pelindung paru-paru terbatas yang ditandai dengan volume
tidal kecil. Dasar fisiologis dari rawan positioning tampaknya bertindak
menguntungkan dalam sebagian besar gangguan patofisiologis ARDS meningkatkan
hemodinamik, pertukaran gas dan mekanik pernapasan. Bahkan posisi rawan
tampaknya memberi efek menguntungkan tambahan terhadap cedera paru yang
diinduksi oleh ventilator. Mekanisme dengan mana posisi rawan meningkat dengan
kelangsungan hidup, kemungkinan terkait dengan efek fisiologisnya.

3. Prone Position For Acute Respiratory Distress Syndrome.


Diteliti oleh Laveena Munshi, Lorenzo Del Sorbo, Neill K. J. Adhikari, Carol
L. Hodgson, Hannah Wunsch, Maureen O. Meade, Elizabeth Uleryk, Jordi Mancebo,
Antonio Pesenti, V. Marco Ranieri, dan Eddy Fan pada tahun 2015 di Canada.
Penelitian ini dilakukan pada pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut
(ARDS) berfokus pada pasien dengan ARDS yang lebih parah, dan menerapkan
ventilasi rawan untuk periode yang lebih lama.
Penelitian ini mengevaluasi efek dari posisi tengkurap pada kematian 28-hari
(hasil utama) dibandingkan dengan ventilasi mekanis konvensional dalam posisi
terlentang untuk orang dewasa dengan ARDS.
Peneliti melakukan pencarian literatur dari tinjauan sistematis yang diterbitkan
pada tahun 2010, mencari MEDLINE, EMBASE, (hingga bulan Agustus 2016). Teknik
sampling yang digunakan adalah randomized dengan controlled trials (RCT) yang
membandingkan rawan terhadap posisi terlentang pada orang dewasa dengan ventilasi
mekanik dengan ARDS, dan melakukan analisis sensitivitas untuk mengeksplorasi efek
durasi ventilasi rawan, ventilasi paru-paru yang bersamaan, dan keparahan ARDS.
Hasil sekunder termasuk rasio PaO2 / FIO2 pada Hari ke-4 dan evaluasi efek samping.
Meta-analisis menggunakan model efek acak. Kualitas metodologis dari RCT
dievaluasi menggunakan risiko Cochrane instrumen bias, dan kualitas metodologis dari
keseluruhan tubuh bukti dievaluasi menggunakan pedoman GRADE (Grading of
Recommendations Assessment, Development, and Evaluation).
Hasil dari penelitian yang dilakukan delapan RCT memenuhi kriteria masuk,
dan termasuk 2.129 pasien (1.093 [51%] terlarang). Meta-analisis mengungkapkan
tidak ada perbedaan dalam mortalitas (rasio risiko [RR], 0,84, 95% interval
kepercayaan [CI], 0,68-1,04), tetapi analisis subkelompok menemukan kematian yang
lebih rendah dengan durasi 12 jam atau lebih besar (lima percobaan; RR, 0,74 ; 95%
CI, 0,56-0,99) dan untuk pasien dengan ARDS sedang sampai berat (lima percobaan;
RR, 0,74; 95% CI, 0,56-0,99). Rasio PaO2 / FIO2 pada Hari 4 untuk semua pasien
secara signifikan lebih tinggi pada kelompok posisi rentan (perbedaan rata-rata, 23,5;
95% CI, 12,4-34,5). Posisi rawan dikaitkan dengan tingkat yang lebih tinggi dari
obstruksi tabung endotrakeal dan luka tekanan. Risiko bias rendah di semua uji coba.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu posisi tengkurap
cenderung mengurangi angka kematian di antara pasien dengan ARDS berat bila
diterapkan setidaknya 12 jam setiap hari.
4. Effect of Prone Positioning on Clinical Outcomes in Children with Acute Lung
Injury: A Randomized Controlled Trial
Penelitian dilakukan oleh Martha A.Q. Curley, dkk, di Boston pada tahun 2006.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa, pada akhir 28 hari, bayi dan
anak-anak dengan paru-paru akut yang diobati dengan posisi tengkurap akan memiliki
lebih banyak hari bebas ventilator daripada yang diobati dengan posisi supine. Penelitan
dilakukan pada tujuh unit PICU dengan jumlah 102 anak dengan gangguan pernafasan.
Intervensi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pasien yang diacak untuk
posisi telentang tetap terlentang. Pasien yang diacak ke kelompok rawan diposisikan
dalam 4 jam pengacakan dan tetap rentan selama 20 jam setiap hari selama fase akut
penyakit mereka untuk maksimal 7 hari kemudian tetap terlentang. Kedua kelompok
dikelola menggunakan ventilator pelindung paru-paru dan protokol sedasi, tes
persiapan ekstubasi dan pedoman hemodinamik, nutrisi dan perawatan kulit.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang
signifikan antara anak yang dilakukan posisi tengkurap dengan telentang.
5. The Effects Of Prone And Supine Positions On The Regional Distribution Of
Ventilation In Infants And Children Using Electrical Impedance Tomography
Penelitian ini dilakukan oleh Alison Lupton-Smith, Andrew Argent, Peter
Rimensberger, dan Brenda Morrow, di Red Cross War Memorial Children’s Hospital
in Cape Town, South Africa pada tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari posisi anak-anak yang sakit
untuk mengoptimalkan ventilasi-perfusi, untuk mengingkatkan status oksigenasi yang
dilakukan pada anak-anak antara usia 6 bulan dan 9 tahun.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pengukuran
tomografi impedansi listrik dicatat dari peserta dalam posisi telentang dan tengkurap.
Posisi kepala termasuk kepala membelok ke kiri dan kanan di posisi telentang dan
tengkurap, dan di garis tengah dalam posisi terlentang. Distribusi ventilasi digambarkan
menggunakan perubahan impedansi relatif inspiratif akhir-ekspirasi-akhir.
Hasil yang diperoleh sebanyak 56 peserta (laki-laki = 31 [55%]; perempuan =
25 [45%]) dipelajari. Paru dorsal secara signifikan lebih baik berventilasi daripada paru
ventral (P <0,001) di kedua posisi tubuh. Mayoritas peserta (83%) memiliki ventilasi
yang lebih besar pada paru dorsal di kedua posisi, sementara lima peserta (10%)
menunjukkan ventilasi yang lebih baik secara konsisten pada paru yang tidak
bergantung pada kedua posisi. Posisi kepala tidak berpengaruh pada distribusi ventilasi.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi ventilasi dalam
sehat, spontan pernapasan bayi dan anak-anak dalam posisi terlentang dan tengkurap
tidak lugas seperti yang dipikirkan sebelumnya.

OUTCOME
Intervensi ini dapat direkomendasikan namun harus melihat kondisi hemodinamik anak
maupun bayi yang aan dilakukan posisi tegkurap. Perawat harus memperhatikan indikasi dan
kontraindikasi sebelum melakukan intervensi ini. Selain itu, perawat dan tenaga kesehatan
lainnya harus mengobservasi secara penuh selama diakukan perubahan posisi pada pasien.
Dari perbandingan beberapa jurnal, ditemukan bahwa posisi tengkurap memiliki
manfaat dalam meningkatkan status hemodinamik pasien anak dan bayi.posisi tengkurap dapat
mengurangi resiko kematian pada pasien dengan ARDS parah di Ruang Perawatan Intensif.

DAFTAR PUSTAKA
Alison Lupton-Smith, Andrew Argent, Peter Rimensberger, dan Brenda Morrow.2015. The
Effects Of Prone And Supine Positions On The Regional Distribution Of Ventilation
In Infants And Children Using Electrical Impedance Tomography.Journal. diunduh dari
http://www.sajp.co.za

Curley, R.N., Ph.D., Patricia L. Hibberd, M.D., Ph.D., Lori D. Fineman, R.N., M.S., David
Wypij, Ph.D., Mei-Chiung Shih, Ph.D., John E. Thompson, R.R.T., Mary Jo C. Grant,
R.N., Ph.D., Frederick E. Barr, M.D., M.S., Natalie Z. Cvijanovich, M.D., Lauren
Sorce, R.N., M.S., Peter M. Luckett, M.D., Michael A. Matthay, M.D., and John H.
Arnold, M.D.2005. Effect of Prone Positioning on Clinical Outcomes in Children with
Acute Lung Injury: A Randomized Controlled Trial. Journal. Published in final edited
form as:JAMA

Hepokoski, Mazen Odish, dan Atul Malhotra. 2018. Prone Positioning In Acute Respiratory
Distress Syndrome: Why Aren’t We Using It More. Journal. Thoracic Disease
jtd.amegroups.com

Koulouras, Georgios Papathanakos, Athanasios Papathanasiou, Georgios Nakos.2016.


Efficacy Of Prone Position In Acute Respiratory Distress Syndrome Patients: A
Pathophysiology-Based Review.Journal. diunduh dari
http://www.wjgnet.com/esps/helpdesk.aspx

Laveena Munshi, Lorenzo Del Sorbo, Neill K. J. Adhikari, Carol L. Hodgson, Hannah Wunsch,
Maureen O. Meade, Elizabeth Uleryk, Jordi Mancebo, Antonio Pesenti, V. Marco
Ranieri, dan Eddy.2015. Prone Position For Acute Respiratory Distress Syndrome.
Journal. Diunduh dari www.atsjournals.org

Suek.2013. Pengaruh Posisi Pronasi Terhadap Status Hemodinamik Anak Yang Menggunakan
Ventilasi Mekanik Di Ruang Pediatric Intensive Care Unit (Picu) Rsab Harapan Kita
Jakarta. Jurnal. Vol 11 No 1. Poltekkes Kupang

Anda mungkin juga menyukai

  • Nutrisi Luka
    Nutrisi Luka
    Dokumen3 halaman
    Nutrisi Luka
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Nutrisi Luka
    Nutrisi Luka
    Dokumen3 halaman
    Nutrisi Luka
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Nutrisi Luka
    Nutrisi Luka
    Dokumen3 halaman
    Nutrisi Luka
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Nutrisi Luka
    Nutrisi Luka
    Dokumen3 halaman
    Nutrisi Luka
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Gizi Ibu Menyusui SAP
    Gizi Ibu Menyusui SAP
    Dokumen11 halaman
    Gizi Ibu Menyusui SAP
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Tgs Maternitas II
    Tgs Maternitas II
    Dokumen16 halaman
    Tgs Maternitas II
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen7 halaman
    Makala H
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Pathway
    Pathway
    Dokumen2 halaman
    Pathway
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat
  • Kesehatan (OK)
    Kesehatan (OK)
    Dokumen2 halaman
    Kesehatan (OK)
    Clara Tyas Eviningrum
    Belum ada peringkat