Anda di halaman 1dari 2

PENGANTAR ILMU HUKUM

TUJUAN HUKUM
RELEVANSI PERBINCANGAN TUJUAN HUKUM DALAM ILMU HUKUM

Tidak semua aliran dalam ilmu hukum membahas tujuan hukum. Perbincangan mengenai tujuan
hukum merupakan karakterisktik aliran hukum alam. Yang demikian ini disebabkan hukum alam
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat transenden dan metafisis di samping dengan hal-hal yang
membumi. Dengan berkembang pesatnya positivisme, perbincangan mengenai hal-hal yang bersifat
transenden makin ditinggalkan. Hukum juga di pandang sebagai gejala sosial, yaitu sesuatu yang
selalu ada dalam kehidupan sosial dan keberadaannya karena dibuat oleh penguasa.

Oleh karena dibuat oleh penguasa, keberadan hukum tidak dapat dilepaskan dari pertimbangan
politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Memang, faktor-faktor itu tidak dapat dinafikan begitu saja.
Akan tetapi, pertimbangan itu tidak boleh menyisihkan esensi hukum. Pertimbangan itu merupakan
sisi eksternal hukum yang memang mendukung keberadaan hukum, namun bukan merupakan
sesuatu yang intrinsik dalam hukum .

Pertimbangan itu sebenarnya lebih berkaitan dengan pembuatan undang-undang dan proses
peradilan. Akan tetapi esensi hukum, yaitu hakikat hukum yang justru menjadi dasar pijakan dalam
pembuatan undang-undang maupun pengambilan putusan dalam proses peradilan dan tindakan
eksekutif. Hal yang terakhir ini perlu dikemukakan karena tidak semua tindakan eksekutif harus
berdasar undang-undang.

Tujuan hukum mengarah kepada sesuatu yang hendak dicapai. Oleh karena itulah, tidak dapat di
sangkal kalau tujuan merujuk kepada sesuatu yang ideal sehingga dirasakan abstrak dan tidak
operasional. Akibatnya, sejak dikemukakannya ajaran positivisme, masalah tujuan hukum tidak lagi
menjadai pokok perbincangan dalam studi hukum karena tujuan hukum tidak dapat diamati. Dengan
menggunakan metode yang biasa diterapkan untuk ilmu-ilmu alamiah, pandangan positivisme dalam
studi hukum berkembang dengan pesat. Bahkan ada usaha untuk menjadikan ilmu hukum sebagai
kajian yang bersifat empiris dengan menggunakan analisis statistik dalam pemecahan masalah,
misalnya jurimetric. Tujuan hukum dipandang sebagai sesuatu yang bersifat metafisis dan melekat
pada pandangan hukum alam yang eksistensinya telah tergantikan oleh ilmu pengetahuan modern
yang mengandalkan observasi empiris.

Memang, menurut Hart, perbincangan mengenai tujuan merupakan bagian dari pandangan hukum
alam kuno yang menetapkan bahwa dunia yang dapat diamati bukan semata-mata panggung
tempat terjadinya keajekan. Oleh karena itulah, pengetahuan mengenai aalam bukan semata-mata
pengetahuan mengenai keajekan. Menurut hukum alam kuno ini, keberadaan segala sesuatu bukan
sekadar untuk mempertahankan dirinya sendiri, melainkan merupakan suatu perjalanan menuju
tujuan tertentu yang dalam bahasa Yunani disebut telos.
Pandangan teleologis yang merupakan bagian dari hukum alam kuno ternyata masih dapat
bertahan apabila diterapkan kepada manusia tetapi tidak dapat diterapkan kepada binatang dan
benda-benda tidak bernyawa. Secara kodrati manusia “harus” makan (termasuk minum) dan tidur.
Kata “harus” disini merujuk kepada kebutuhan. Hal itu berbeda dengan kata “harus” dalam;
“Perusahaan harus memiliki angka pengenal impoor (API) apabila ingin menjadi importir.”

Namun demikian perlu dikemukakan di sinni, apabila keharusan makan dan tidur bagi manusia
hanya untuk mencapai tujuan agar bertahan hidup, hal itu tidak ubahnya dengan binatang.

Anda mungkin juga menyukai