Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia untuk
hidup. Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki
derajat kesehatan yang optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau kelainan pada
sistem perkemihan diantaranya adalah batu nefrolitiasis atau batu ginjal.

Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan


melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistem
perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam batas
yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan memberikan
dampak yang fatal. (Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2011 : 2)

Penyakit yang terjadi pada sistem perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu
Nefrolitiasis. Nefrolitiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu dalam saluran
kemih baik dalam ginjal,ureter maupun buli-buli. Kondisi ini memberikan
gangguan pada sistem perkemihan dan memberikan masalah keperawatan pada
pasien.

Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di


Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-
laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga
dan keempat. Angka kejadian batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari
rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru,
dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah pasien yang
dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang. (Rully, M. Azharry.
S. 2010. 52)

Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi hidronefrosis,


lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi komplikasi-komplikasi,
diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis, avaskuler ischemia yang
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan mengakibatkan ancaman
kematian bagi penderita.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari system
perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih) tetapi yang paling sering
ditemukan adalah di dalam ginjal.
Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang membatu pada ginjal,
mengandung komponen kristal, dan matriks organik.
Nefrolitiasis merupakan penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal yang
menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa nyeri
karena adanya batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.

Gambar: Batu ginjal pada kaliks mayor dan kaliks minor ginjal

2
2.2. Epidemiologi
Nefrolitiasis adalah kasus yang sering dijumpai dengan prevalensi 10%
pada pria dan5% pada wanita. Dari penelitian didapatkan bahwa prevalensi
penyakit ini semakin meningkat di Amerika Serikat, dimana survei pada tahun
1988-1994 menunjukkan bahwa orang dewasa yang berusia 20-74 tahun
memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan survei pada tahun 1976-
1980 (5,2% vs 3,2%). Peningkatan terjadi pada orang kulit putih tetapi tidak
pada ras Afrika maupun Meksiko di Amerika, lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita, dan meningkat seiring dengan pertambahan usia.

2.3. Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik yaitu:
1). Faktor intrinsik, meliputi:
 Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
 Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
 Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
2). Faktor ekstrinsik, meliputi:
 Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone
belt (sabuk batu).
 Iklim dan temperatur.
 Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
 Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu saluran kemih.
 Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

3
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
1. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
2. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein,
10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks
menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang
melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat
pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan
penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini
maka akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-
sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga
berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium
dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di
atas.

2.4. Jenis- jenis Batu Ginjal


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan
sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam
usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.

4
1). Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak
ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor
tejadinya batu kalsium adalah:
o Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam,
dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus
(hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium
pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan
resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada
hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
o Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam.
Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang
mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam
urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen. Pasien dengan batu kalsium
hiperurikosuria memiliki pH > 5,5.
o Hiperoksaluria: Pasien dengan batu kalsium hiperurikosuria
biasanya karena gangguan utama di usus, pasien memiliki sejarah
dari diare kronik yang sering dikaitkan dengan inflammatory bowel
disease atau steatorrhea. Asam askorbat lebih dari 2 g/hari akan
meningkatkan kadar oksalat urin. Ekskresi oksalat urien melebihi 45
gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus
dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan,
soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama
bayam.
o Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium
dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada
penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.

5
o Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium
bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam
urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium
oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.
2). Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya
batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi
ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp.,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang
dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui
hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-
garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
3). Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak
dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat
sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat).
Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar
untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya
batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari
atau dehidrasi dan hiperurikosuria.

2.5. Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus
darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal
bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin
dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan
juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin
ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan
adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang
berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat.

6
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan
infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah
adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran
kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu
yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses
ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

2.6. Gejala Klinis


Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di
dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu
yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik
renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam.
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung,
demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi
sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat
aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul
diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini
berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal,
menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis)
dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.

2.7. Alur diagnosis


Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu
dan penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan
nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat
hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai
infeksi didapatkan demam/menggigil.

7
o Pemeriksaan sedimen urine
Menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-kristal
pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya
adanya pertumbuhan kuman pemecah urea. Analisa air kemih mikroskopik
bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal batu yang kecil.
o Pemeriksaan faal ginjal
Bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal
dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu
juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya
batu salran kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah
dan urine). pengumpulan air kemih 24 jam dan pengambilan contoh darah
untuk menilai kadar kalsium, sistin, asam urat dan bahan lainnya yang bisa
menyebabkan terjadinya batu.
o Pembuatan foto polos abdomen
Bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak dan
paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non
opak (radio-lusen).

Gambaran batu ginjal pada foto rontgent x-ray:

8
Gambar: Tanda panah menunjukkan nefrolitiasis
o Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV)
Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV
dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak
tampak pada foto polos abdomen. Batu ginjal yang tampak pada
pemeriksaan intravenous pyelogram (ivp): Courtesy of Intermountain
Medical Imaging, Boise, Idaho.

9
Gambar diatas menunjukan pemeriksaan x-ray dengan
menggunakan pewarnaan contrast (intravenous pyelogram, or IVP) pada
ginjal, ureter dan kandung kemih (panah putih). Gambar 1 menunjukkan
aliran normal dari ginjal melalui ureter dan kandung kemih, gambar 2
menunjukkan batu ginjal yang menghalangi aliran normal dari urin pada
ureter pada kanan gambar.

o Ultrasongrafi
Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV
seperti pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada
pregnansi. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-
buli (tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau
pengkerutan ginjal.

Gambar menunjukkan nefrolitiasis


Ultrasongrafi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan
radiasi, tetapi teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya
bisa memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif
pada 123 pasien menunjukkan bahwa, dibandingkandengan CT Helikal
sebagai gold standard, ultrasonografi memiliki sensitivitas 24%
danspesifisitas 90%. Batu dengan diameter lebih kecil dari 3 mm juga
sering terlewatkan dengan ultrasonografi.
o Non-contrast helical computed tomography of the abdomen (NCHCT)

10
Gambar menunjukkan nefrolitiasis
Teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien yang diduga
menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain: tidak memerlukan
material radiokontras; dapat memperlihatkan bagian distal ureter; dapat
mendeteksi batu radiolusen (seperti batuasam urat), batu radio-opaque,
dan batu kecil sebesar 1-2 mm; dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan
kelainan ginjal dan intra-abdomen selain batu yang dapat
menyebabkantimbulnya gejala pada pasien. Pada penelitian yang
dilakukan terhadap 100 pasien yangdatang ke UGD dengan nyeri
pinggang, CT helikal memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas100%, dan
nilai prediktif negatif 97% untuk diagnosis batu ureter.

2.8. Penatalaksanaan
Kebanyakan batu berukuran lebih kecil dari 5 mm dan dapat lewat tanpa
intervensi sepertilitotripsi, ureteroskopi, atau nefrolitotomi perkutan. Pada
kasus dimana ukurannya mencapai1 cm, batu sebaiknya dibiarkan lewat secara
spontan apabila letaknya di ureter distal. Penatalaksanaan nyeri adalah yang
terpenting pada pasien dengan batu ginjal. Sebuah penelitian menduga bahwa
NSAID parenteral sama efektifnya dengan narkotika untuk mengontrol nyeri
pada kolik ginjal. Diklofenak (Voltaren) telah digunakan dalam
beberapa penelitian.Untuk mempercepat keluarnya batu, beberapa
menyarankan memicu aliran urin yangtinggi dengan pemberian cairan per oral,
paling sedikit 2-3 L per 24 jam untuk memastikan output urin paling sedikit 2
L per hari. Obat-obatn juga dapat membantu pengeluaran batu. Penelitian yang
dilakukan terhadap 210 pasien dengan batu ureter rata-rata berdiameter 6 mm

11
menunjukkan bahwa tamsulosin (Flomax) meningkatkan kecenderungan batu
dapat lewat secara spontan. Padameta-analisis terhadap 693 pasien didapatkan
bahwa alpha-blocker dan calcium channel blocker juga efektif dalam
pengeluaran batu dibandingkan dengan tidak diberikan obat. Penelitian yang
dilakukan oleh Borghi dkk terhadap 86 pasien dengan batu ureter unilateral
malaporkan bahwa pemberian metilprednisolon (Medrol) 16 mg/ hari ditambah
nifedipin (Procardia) meningkatkan kecenderungan lewatnya batu
dibandingkan dengan mereka yangdiberikan metilprednisolon saja.
Penatalaksanaan nefrolitiasis adalah :
1. Terapi Medis dan Simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan
batu. Tetapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu
dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.
2. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi
perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde ke batu yang ada di
ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang
paling sering dilakukan adaah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari
luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan
bedah lain adalah niprolithomy adalah pengangkatan batu ginjal dengan
adanya sayatan di abdomen dan pemasangan alat, alat gelombang kejut,
atau bila cara non bedah tidak berhasil.

2.9. Komplikasi
1. Gagal ginjal : Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan
pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh
karena suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan
jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal

12
2. Infeksi : Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
3. Hidronefrosis : Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin
tertahan dan menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar
karena penumpukan urin.
4. Avaskuler ischemia : Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan
berkurang sehingga terjadi kematian jaringan.

13
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : IKT
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Blahbatuh, gianyar
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan terakhir : SMP
Suku : Bali
Agama : Hindu
Tanggal pemeriksaan : 12 Desember 2017

3.2 Anamnesis
Nyeri pada pinggang kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien perempuan berumur 55 tahun, datang dengan keluhan
nyeri pada pinggang kiri. Pasien mengeluh nyeri pinggang sejak 10 hari
yang lalu. Nyeri pinggang dirasakan terus menerus, terutama dirasakan pada
daerah pinggang bagian kiri dan terkadang menjalar ke daerah perut. Nyeri
dikatakan tidak berpengaruh dengan perubahan posisi. Nyeri dapat membaik
setelah pemberian obat anti nyeri, namun beberapa jam setelahnya kembali
nyeri.
Buang air kecil dikatakan berkurang, 1-2x/hari, warna kuning, dan
disertai nyeri saat berkemih. Riwayat kencing keluar darah dan kencing batu
disangkal pasien. Buang air besar dikatakan biasa, dengan frekuensi 1x/ hari,
konsisensi padat, berwarna kuning kecoklatan. Makan dikatakan biasa, 3x/hari.
Minum air dikatakan jarang, kurang lebih 2-3 gelas air mineral sehari.
Keluhan lain seperti demam, mual dan muntah disangkal oleh pasien.

14
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat penyakit
kronis terdahulu seperti kencing manis, asma, darah tinggi dan kanker
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat anggota keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
Riwayat Sosial :
Pasien merupakan ibu dari dua orang anak. Pasien tinggal
bersama suami dan kedua anaknya, lingkungan rumah pasien
dikatakan berada di pemukiman cukup padat penduduk. Pasien sehari -
harinya tidak bekerja, hanya membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Pasien menyangkal riwayat merokok dan minum alkohol.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present (12 Desember 2017)
Keadaan sakit umum : Baik
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Respiration Rate : 18 kali/menit
Temp aksila : 36,8oC
Berat Badan : 60 kg
Status General :
Mata : Kelainan anatomis (-), konjungtiva pucat -/-,
sklera ikterik -/-, Rp +/+, 3/3 mm, isokor
THT : kesan tenang, nafas cuping hidung (-/-)
Thoraks : Cor: S1S2 tunggal reguler murmur (-)
Pulmo: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
hepar/lien tidak teraba
Ekstremitas : hangat +/+ edema −/−
+/+ −/−

15
Status Urologi :
Regio Flank : Nyeri Tekan -/+, Nyeri Ketok CVA -/+
Regio Suprapubik : Vesika urinaria tidak teraba
Regio Genitalia Eksterna : Sesuai dengan Genitalia Perempuan
Rectal Touche : tidak dievaluasi

3.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang


Urinalisis (12 Desember 2017)
Jenis Hasil Rujukan Sedimen Hasil Rujukan
Pemeriksaan Urine
Warna Kuning Kuning Eritrosit BANYAK 0-2
Keruh
Berat Jenis 1.015 1,003 – Lekosit BANYAK 0-5
1,030
Ph 6 4,8 – 7,5 Epithel Negatif +(sedikit)
Protein Negatif Negatif Torak Hialin Negatif 0-2
Glukosa Negatif Negatif Torak Negatif Negatif
Granula
Bilirubin Negatif Negatif Torak Negatif Negatif
Lekosit
Urobilinogen Normal Negatif Torak Negatif Negatif
Eritrosit
Keton Negatif Negatif Kristal CaOx Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif Bakteri Negatif Negatif
Eritrosit 2+ Negatif Jamur Negatif Negatif
Lekosit 2+ Negatif Trichomonas Negatif Negatif

16
a. Rontgen BOF (12 Desember 2017)

Distribusi gas dalam usus normal bercampur fecal material


Bayangan hepar dan lien tak tampak membesar
Contour ginjal kanan kiri tak tampak jelas
Psoas shadow kanan kiri tampak simetris
Liping VL 1-5, pedicel dan spatium intervertebralis tampak baik
Tampak bayangan radioopak ukuran 3 cm setinggi VL 14 sisi kiri
Kesan : Neprolitiasis kiri
Spondilosis Lumbalis

USG Urologi (12 Desember 2017)

17
Hasil Pembacaan USG Abdomen :
Hepar : Ukuran normal, tepi reguler, sudut tajam, intensitas echoparenkim normal,
tak tampak pelebaran IHBD/EHBD, vena hepatika, vena porta tampak normal, tak
tampak massa/kista/nodul/GB. Ukuran normal, tak tampak penebalan dinding, tak
tampak batu/sludge/massa.
Lien : Ukuran normal, intensitas echoparenkim tampak homogen, tak tampak
nodul/kista.

18
Pankreas : Ukuran normal, intensitas echoparenkim tampak normal homogen, tak
tampak nodul/kista/kalsifikasi
Ginjal kanan : ukuran normal, intensitas echoparenkim tampak normal, batas sinus
korteks tampak jelas, tampak ektasis ringan pelviocalyceal system, tak tampak
massa/batu/kista
Ginjal Kiri : Ukuran membesar, tampak batu multiple 2,2 cm dan 2,7 cm di pole
atas dan tengah, tampak ektasis berat pelviocalyceal system, tampak penipisan
korteks.
Buli : tampak terisi penuh, tak tampak penebalan dinding, tak tampak massa/batu.
Uterus : ukuran normal, tak tampak massa.
Adneksa kanan kiri : tak tampak kista/massa.
Kesan : Hydronefrosis ringan kanan dan hidronefrosis berat kiri
Neprolithiasis kiri

3.5 Resume
NWT, perempuan, 55 tahun, Hindu, Bali, dengan datang ke
Poliklinik Bedah RSUD Sanjiwani Gianyar dengan keluhan nyeri
pinggang sejak 10 hari yang lalu. Nyeri pinggang dirasakan terus menerus,
terutama dirasakan pada daerah pinggang bagian kiri. BAK dikatakan jarang
dan terasa nyeri saat berkemih. Dari pemeriksaan fisik didapatkan, nyeri tekan
(+) regio flank kiri dan nyeri ketok CVA (+) pada regio flank kiri. Dari hasil
pemeriksaan radiologi BOF, didapatkan kesan neprolitiasis kiri dan spondilosis
lumbalis. Dari pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesan hidronefrosis
ringan kanan, hidronefrosis ringan berat kiri, dan neprolitiasis kiri.

3.6 Diagnosis Kerja


Nefrolithiasis Multiple Renal (S)
‒ Hydronefrosis Berat (S)
‒ Hydronefrosis Ringan (D)

19
3.7 Penatalaksanaan
Planning Terapi :
 Ureterorenoskopi (S)
Planning Diagnostic
Persiapan Pre Operasi :
 Laboratorium : Darah Lengkap , BT/CT, BUN, SC, SGOT/SGPT,
GDS, Na, K, Cl
 Radiologi: Rontgen Thorax PA
 EKG
 Konsul TS Interna, Cardio, dan Anestesi
KIE

3.8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien merupakan seorang perempuan berumur 59 tahun, datang mengeluh


nyeri pinggang sejak 10 hari sebelum pemeriksaan. Nyeri pinggang dirasakan terus
menerus, terutama dirasakan pada daerah pinggang bagian kiri. BAK dikatakan
jarang dan terasa nyeri saat berkemih. Keluhan tersebut sesuai dengan manisfestasi
klinis dari batu saluran kemih. Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang
menyumbat saluran kemih. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri
di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus
renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang
hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, nyeri tekan (+) regio flank kiri dan nyeri
ketok CVA (+) pada regio flank kiri. Nyeri non kolik tersebut terjadi akibat
peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Batu
bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan
mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan
ginjal.
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis batu saluran kemih pada pasien
ini adalah pemeriksaan sedimen urine, foto polos abdomen dan USG. Analisa air
kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal batu yang
kecil. Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan
kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen). Pada pasien ini, dari hasil
foto polos abdomen didapatkan hasil tampak bayangan radioopak ukuran 3 cm

21
setinggi VL 14 sisi kiri dengan kesan neprolitiasis sinistra. Pemeriksaan USG dapat
menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow),
hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal. Ultrasongrafi memiliki
kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi teknik ini kurang sensitif dalam
mendeteksi batu dan hanya bisa memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal Pada
pasien ini, dari pemeriksaan ultrasonography, didapatkan hasil kesan hydronefrosis
ringan kanan, hidronefrosis berat kiri dan neprolithiasis kiri. Sehingga berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien dapat
didiagnosis dengan batu neprolitiasis sinistra.
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan
batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi,
dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa
operasi, dan pembedahan terbuka. Kebanyakan batu berukuran lebih kecil dari 5
mm dan dapat lewat tanpa intervensi sepertilitotripsi, ureteroskopi, atau
nefrolitotomi perkutan. Pada kasus dimana ukurannya mencapai 1cm, batu
sebaiknya dibiarkan lewat secara spontan apabila letaknya di ureter distal.
Penatalaksanaan nyeri adalah yang terpenting pada pasien dengan batu ginjal.
Sebuah penelitian menduga bahwa NSAID parenteral sama efektifnya dengan
narkotika untuk mengontrol nyeri pada kolik ginjal. Adanya kolik berulang atau
ISK menyebabkan observasi bukan merupakan pilihan untuk terapi
medikamentosa. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien
tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak
ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan
intervensi. Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan

22
ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis),
korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran
kemih yang menimbulkan obstruksi atau infeksi yang menahun. Pada pasien ini
dengan nefrolitiasis sinistra direncanakan untuk tindakan URS (Uretero-renoskopi),
karena ukuran dari batu ginjal 3 cm dan adanya penurunan dari fungsim faal ginjal.

23
BAB IV
SIMPULAN

Nefrolitiasis adalah penyakit batu ginjal yang disebabkan karena adanya


timbunan zat padat yang membatu pada ginjal, mengandung komponen kristal, dan
matriks organik yang adpat menimbulkan gangguan pada ginjal sehingga yang
harus dilakukan adalah deteksi dini terhadap keluhan yang sudah muncul, hal ini
diperlukan guna mencegahnya batu pada ginjal mengakibatkan obstruksi lebih
lanjut. Dengan mengetahui proses pemebentukan batu sendiri dengan komponen
yang dapat menyebabkan terbentuknya batu tersebut diharapkan kejadian
nefrolitiasis dapat menurun dan dengan pasien yg sudah mendapatkan penanganan
terhadap batu ginjalanya akan dapat mengurangi terjadinya rekuren atau
terbentuknya kembali nefrolitiasis. Dengan melakukan analisis yang akurat dan
evaluasi metabolik untuk memberikan diagnosis dini dan terapi yang tepat terhadap
nefrolitiasis juga pencegahan pembentukan batu berulang dan / atau infiltrasi kristal
maka akan dapat mengurangi adanya kerusakan ataupun penurunan fungsi ginjal
yang disebabkan karena nefrolitiasis.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Stoller, Marshall.Urinary Stone Disease in Smith’s General Urology.Mc


Graw-Hill Company Inc. North America. 17th Ed;2008.p.246-275
2. Asplin, John R, et al. Nephrolithiasis in Harrison’s Principle of Internal
Medicine. Mc Graw-Hill. 16th Ed; 2000.p.1710
3. Potts, J.M. Essential Urology: A Guide to Clinical Practice. Humana Press
Inc., Totowa, NJ. Pg 117-147.
4. Medscape Reference, Categories of Urology Articles, Stones, Subject of
Bladder Stones. Last modified on 17th November 2009 by Joseph Basler,
MD, PhD , downloaded from
http://emedicine.medscape.com/article/440657-overview on 19th April
2011.
5. Snell, Richard S. Clinical Anatomy For Medical Students 6th edition in
Cavitas Pelvis Part II.Lippincot William & Wilkins Inc. 2006. USA.
Pg.339-370.

25

Anda mungkin juga menyukai