Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma merupakan kata lain untuk cidera atau rudapaksa yang dapat
menciderai fisik maupun psikis. Trauma yang terjadi pada sistem muskuloskeletal
dapat mengenai jaringan lunak ataupun tulang. Trauma jaringan lunak
muskuloskeletal dapat berupa vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio),
regangan atau robek parsial (sprain), putus atau robek (avulsi atau ruptur),
gangguan pembuluh darah dan gangguan saraf (neuropraksia, aksonotmesis,
neurolisis). Sedangkan cidera pada tulang menimbulkan patah tulang (fraktur) dan
dislokasi. Fraktur juga dapat terjadi diujung tulang dan sendi (intra artikuler) yang
sekaligus menimbulkan dislokasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
Berdasarkan lokasi fraktur dislokasi ini dikelompokkan berdasarkan lokasi
fraktur salah satunya fraktur pada lengan bawah. Fraktur pada lengan bawah dapat
terjadi fraktur satu tulang, yaitu fraktur radius dan ulna, fraktur antebrachii, fraktur
monteggia, dan fraktur galeazzi. Pada Bab ini lebih difokuskan pada fraktur
monteggia yang merupakan fraktur pada sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi
caput radius ke anterior, lateral maupun posterior.
Prinsip penanggulangan cidera muskolaskeletal adalah rekognisi
(mengenali), reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan) dan
rehabilitasi. Rekognisi atau mengenali berarti perlu diketahui kerusakan apa saja
yang terjadi baik pada jaringan lunak maupun tulangnya. Mekanisme trauma juga
harus diketahui apakah akibat trauma tajam atau tumpul dan langsung atau tak
langsung. Reduksi berrati mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi semua
(reposisi). Dengan kembali ke bentuk semula, diharapkan bagian yang sakit dapat
berfungai kembali dengan maksimal. Selanjutnya, retaining adalah tindakan
mempertahankan hasil reposisi dengan fisksasi (imobilisasi). Hal ini akan
menghilangkan spasme otot pada ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih
nyaman dan sembuh lebih cepat. Rehabilitasi adalah penanganan terakhir yang
berarti mengembalikan kemampuan anggota yang sakit gar dapat berfungsi
kembali.

1
2

Oleh karena banyaknya kasus cidera yang berakibat fraktur dikehidupan


sehari-hari, maka penting untuk mempelajari fraktur secara mendalam sampai pada
tata laksana supaya tidak mengarah pada komplikasi yang lebih parah.

1.2 Rumusan Masalah


Apa definisi, etiologi, faktor resiko, klasifikasi, penegakan diagnosis, diagnosa
banding, penatalaksanaan, dan komplikasinya pada fraktur monteggia?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami definisi, etiologi, faktor resiko, klasifikasi,
penegakan diagnosis, diagnosa banding, penatalaksanaan, dan komplikasinya pada
fraktur monteggia.

1.4 Manfaat
Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Bedah Umum, serta menambah wawasan
mengenai penyakit bedah orthopedi khususnya tentang fraktur monteggia.

Anda mungkin juga menyukai