Anda di halaman 1dari 5

SANG PENAHLUK HATI

Tidak ada yang menyangka aku bisa menerima dia, dari awal yang ada di benakku
hanyalah sekedar teman. Teman yang bisa membuatku nyaman dan bisa lebih perhatian hanya
sebatas sahabat, tapi semua itu salah. Semua yang ada dibenakku semua salah, aku tidak
menyangka bisa menjadi seperti sekarang ini. Aku bernama Flora, cewek manis yang cerewet,
mempunyai suara yang begitu nyaring. Aku tidak secantik artis-artis yang ditv. Aku hanya
cewek sederhana yang berkerudung. Varel, itulah panggilannya. Laki laki humoris yang selalu
membuatku sebal dengan semua perilakunya, laki-laki yang selalu berperilaku aneh setiap berada
di hadapanku. Entah apa yang ada dipikiran dia, hingga dia selalu berbuat seperti itu. Tapi
dibalik semua itu dia selalu memberiku rasa nyaman saat bersamanya.

Hari senin ini, entah mengapa hatiku merasa bahagia seolah-olah dunia ini hanya
milikku. Tidak seperti pada hari senin biasanya. Aku begitu menikmati udara sejuk di pagi ini,
embun pagi yang menyapaku diiringi dengan kicauan burung. Dan sang raja siang pun mulai
menampakkan dirinya. Tepat pukul 06.15 aku telah tiba di sekolah dengan menaiki sepeda motor
kesukaanku. Aku berjalan melewati koridor sekolah penuh dengan wajah yang ceria. Banyak
teman-teman yang menyapaku dengan senyum manisnya, dan aku juga membalas sapaan dengan
senyumanku.

Tak lama kemudian, tibalah aku di kelasku. Disambut dengan suara-suara yang begitu
ceria dan juga canda tawa yang membuat hati ini lebih bahagia. Aku ikut bergabung bersama
mereka, bercanda, membicarakan hal konyol yang membuat kita tertawa terbahak-bahak. Pada
saat kita sedang asyik-asyik tertawa, tak terasa jam dinding menunjukkan pukul 06.45 dan kita
semua harus turun mengikuti upcara biasa yang dilakukan setiap hari senin. Kita pun turun untuk
mengikuti upacara itu. Kita mengikuti upacara dengan penuh semangat. Setelah itu, upacara
berakhir dan mengikuti pelajaran sekolah seperti biasanya.

Tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 14.30,saatnya kita pulang. Aku pun
langsung membereskan semua barang-barangku dan segera mungkin keluar dari kelas untuk
pulang bersama dengan temanku yang bernama Tania. Tania adalah sahabatku sejak aku duduk
dibangku SMP, Tania juga satu kelas dengan Varel, laki-laki yang selalu usil kepadaku. Saat itu,
aku pun langsung beranjak menuju kelas Tania untuk mengajaknya pulang. Tiba-tiba Varel
datang lalu menghampiriku. Seperti biasanya, dia selau berperilaku usil kepadaku. Selalu botol
minumku yang menjadi pusat perhatian. Dia selalu mengambil botol minumku setiap aku
menjemput Tania sepulang sekolah. Akhirnya aku pun mengejarnya demi untuk botolku kembali
dan segera pulang, Tania juga membantuku untuk mendapatkan botol tersebut. Varel tetap saja
menyembunyikan botol minumku tersebut. Dia tetap tidak mengembalikannya. Ia malah tertawa
terbahak-bahak melihat wajahku yang kesal kepadanya. Dan itu membuat emosiku makin
meningkat. Tak lama kemudian, akhirnya dia mengembalikan botolku dan mengizinkan ku
pulang. Aku dan Tania pun sesegera mungkin maju untuk pulang, lega rasanya setelah dia
mengembalikan botolku dan mengizinkanku pulang.
Setibanya dirumah, aku masih berpikir tentang sikapnya yang selalu seperti itu ketika
bertemu denganku. Entah mengapa aku merasa makin hari aku makin dekat dengannya. Semakin
lama aku dekat dengannya , semakin merasa nyaman. Sepulang sekolah dia selalu berbuat usil
padaku. Dia yang membuat jadwalku pulang sekolahku tertunda karena harus mengambil botol
minumanku yang selalu dia sembunyikan. Hal itulah yang membuatku sebal dengannya.

Hingga pada suatu hari dia bertemu lagi denganku entah mengapa aku merasa beda. Cara
dia berbicara denganku sudah berbeda tidak seperti biasanya. Aku merasa aku semakin canggung
berhadapan dengannya pada saat itu. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, aku bingung
harus bersikap bagaimana. Tiba saatnya dia berkata bahwa dia ingin berbicara denganku. Dan
aku meyetujui permintaanya itu pada saat pulang sekolah. Setelah bel pulang sekolah berbunyi
aku turun tangga bersama Tania seperti biasa, aku pulang bersamanya. Tiba-tiba ada teman Varel
yang memanggilku dari kejauhan. Aku tidak tau siapa namanya, Tania lah yang tau namnya
karena mereka teman sekelas. Dia berkata bahwa aku telah ditunggu oleh Varel sejak tadi di
parkiran. Saat itulah aku merasa gugup, canggung serasa jantungku mau copot. Akhirnya aku
dan Tania menuju tempat tersebut. Tania sengaja menungguku jauh dari tempat dimana aku dan
Varel berada, dia memberi kesempatan Varel untuk berbicara berdua saja denganku.

5 menit kemudian di posisi yang sama aku dan Varel tetap saja diam tidak ada sepatah
kata pun yang terucap di bibir kita berdua. Sebenarnya ada yang ingin Varel sampaikan padaku
tetapi dia tidak lekas untuk menyampaikan itu semua, dia terlihat gugup. Aku tetap menyuruhnya
untuk berbicara, tetapi dia tetap saja menghiraukannya dan malah tetap tertawa-tawa
dihadapanku. Aku semakin merasa kesal dengannya. Akhirnya aku memasang wajah judes dan
marah. Aku juga begitu cerewet karena dia tidak cepat berbicara apa yang ingin dia sampaikan.
10 menit kemudian karena dia melihat wajahku yang seperti itu akhirnya dia memutuskan untuk
berbicara serius dan berhenti tertawa. Dia menyatakan bahwa dia menyukaiku, dia berkata
bahwa dia nyaman jika sedang bersamaku. Dia menyatakan perasaannya padaku. Aku terkejut
entah mengapa aku melihat dia, dia seperti tidak serius berbicara begitu padaku. Hingga akhirnya
aku menyuruhnya untuk berbicara yang kedua kalinya. Dia pun menuruti permintaanku. Kali ini
dia benar-benar serius dengan ekspresi yang gugup. Lucu sekali melihat ekspresinya, sampai aku
tak kuat untuk menahan tawaku. Tak lama kemudian aku pun menjawab pertanyaannya. Dia
memintaku untuk menjadi lebih dari seorang teman. Lebih tepatnya menjadi seorang pacar.
Kemudian aku berpikir sejenak, dia memberiku kesempatan untuk mengutarakan pendapatku.
Saatnya aku menjawab dan jawaban yang aku berikan, bahwa aku menerima dia sebagai
pacarku. Aku melihat ekspresi Varel berubah menjadi senang,begitu pun denganku.

Setelah selesai berbicara dengan Varel aku pun langsung mengajak Tania untuk segera
pulang. Dengan hati yang berbunga-bunga aku menceritakan semuanya kepada Tania. Dia
tertawa mendengar semua ceritaku. Mulai detik ini,hari-hariku dipenuhi dengan kehadiran Varel.
Kita berdua menikmati menjalani hubungan ini. Mungkin awalnya kita berdua sedikit canggung,
tidak seperti biasanya.

Suatu hari, pada saat terdapat acara di sekolah, awalnya aku tidak melihat batang hidung
Varel. Aku tidak bertemu dengannya. Aku menikmati acara tersebut bersama teman-temanku.
Sekitar pukul 10.00 pagi acaranya telah usai dan tak lama kemudian aku melihat Varel sedang
asyik berbicara bersama teman ceweknya. Aku terkejut melihat tingkah Varel yang seperti itu.
Aku tidak menghampirinya aku hanya melihat dia dari kejauhan saja. Tiba-tiba salah satu
temanku bernama Sasa menghampiriku dan bertanya padaku apa yang sedang terjadi padaku.
Akhirnya aku menceritakan semua itu kepada Sasa. Dengan ekspresi yang sebal dan kesal, Sasa
tidak segan-segan langsung menghampiri Varel. Dia langsung berbicara dihadapan Varel. Tidak
sepatutnya dia berperilaku seperti itu. Akhirnya aku pulang digonceng oleh teman cowokku yang
bernama Bastian. Disinilah awal pertengkaranku dengan Varel dimulai, itu semua karena kita
belum memahami karakter masing-masing.

Keesokan harinya dia menghampiriku dan memberiku pengertian. Dia meminta maaf
kepadaku karena kejadian yang kemarin. Sebenarnya aku masih belum bisa memaafkan dia, aku
masih tetap sebal hingga saat ini. Tetapi aku berpikir bahwa aku tidak boleh egois dalam
menjalani suatu hubungun. Kita harus menurunkan rasa keegoisan kita masing-masing .
Akhirnya aku memaafkan dia. Dari situ kita mulai belajar bagaimana karakter kita masing-
masing, kita mulai memahami diri kita sendiri dan pasangan kita.

Tak terasa kita telah melewati 1 bulan dalam menjalani hubungan ini. Pada saat itu Varel
memberiku coklat dan puisi. Aku tertawa kecil membaca sebuah puisi yang dia berikan
kepadaku. Aku mengucapkan terima kasih kepadanya karena sudah membuatku nyaman. Begitu
pun dengan Varel, dia juga meresponku dengan baik dan juga mengucapkan terima kasih karena
telah menemaninya.Seiring berjalannya waktu, sudah 3bulan lebih aku menjalani hubungan ini
bersama Varel. Begitu banyak rintangan dan pertengkaran yang kita hadapi. Entah mengapa
selama 3 bulan itu kita mengalami banyak pertengkaran. Tetapi semua itu bisa terselesaikan dan
menjadi acuan kita untuk bertahan. Banyak temanku yang terheran-heran padaku mengapa kita
sering sekali bertengkar. Aku hanya tertawa kecil melihat temanku berbicara seperti itu.
Meskipun kita sering banget bertengkar tapi tidak ada salah satu dari kita yang ingin mengakhiri
hubungan ini.

Aku bersyukur bisa bersama Varel, banyak hal yang aku dapat dari dia. Dia selalu bisa
membuatku nyaman dengan candaanya yang selalu membuatku tertawa terbahak-bahak.
Membuat semua penat yang ada dipikiran terlepas jika sedang bersamanya. Berbulan-bulan telah
kita lewati bersama, tetap saja tidak lepas dari yang namanya pertengkaran. Hubungan ku
bersama Varel selalu dibumbui oleh masalah-masalah yang membuat kita bertengkar. Tetapi kita
selalu menyelesaikannya dengan baik-baik. Banyak hal yang kita lalui bersama. Dia bisa menjadi
seorang sahabat, temen curhat. Semakin lama aku merasa hubungan ini semakin erat, meskipun
banyak sekali pertengkaran yang kami hadapi.

Hingga saatnya datanglah bulan suci Ramadhan. Ramdhan pertama kali yang aku jalani
bersama Varel. Aku begitu menikmati. Tapi sayangnya, aku jarang bertemu dengannya karena
libur sekolah. Kalaupun kita ke sekolah karena ada kepentingan dari ekskul kita masing-masing.
Kita jarang sekali bisa untuk mengobrol berdua. Tapi itu bukan menjadi alasan kita berdua untuk
tidak saling memberi kabar, kita sering memberi kabar lewat bbm atau whatsapp.

Tanggal 2 Juli 2015 inilah hari ulang tahunku yang baru ke-16 tahun. Varel berencana
memberiku surprise pada hari itu. Pada tanggal 1 malam harinya, Varel sengaja bersikap cuek
padaku, bahkan dia lama sekali hanya untuk membalas bbm dari aku. Aku merasa kesal dan
marah padanya. Aku tidak menyadari bahwa dia bersikap seperti itu untuk memberiku surprise
pada saat hari ulang tahunku. Hingga larut malam dia tetap cuek, akhirnya aku lebih memilih
untuk tidur terlebih dahulu. Pada malam itu aku sedang tidak nyenyak tidur, entah mengapa
terjadi seperti itu. Akhirnya sekitar pukul 01.00 pagi aku terbangun karena alarm yang aku setel
sebelumnya. Aku pun langsung mematikan alarmku dan melihat pemberitahuan yang ada di
hpku ternyata ada pesan bbm yang masuk dan aku belum membukanya. Aku penasaran siapa
yang menghubungiku larut malam seperti ini. Akhirnya aku membuka pesan itu, ternyata pesan
itu dari Varel, dia mengirimi ku voice note tepat pada pukul 00.00 dini hari yang berisi sebuah
ucapan ulang tahun untukku dan permohonan maaf karena dia bertingkah aneh sebelumnya.
Pada saat itu juga aku terharu dan langsung membalas menggunakan voice note yang berisi
ucapan terima kasih karena dia telah meluangkan waktunya hanya untuk mengucapkan selamat
ulang tahun padaku tepat dini hari.

Pagi harinya tepat pukul 08.00,aku ada acara di sekolah. Awalnya dia mengajakku keluar
tetapi karena aku ada acara di sekolah akhirnya dia membatalkannya. Siang harinya Shanti,
teman akrabku dan Varel mengirimi pesan lewat bbm bahwa dia ingin mengajakku buka
bersama. Tanpa pikir panjang aku langsung menyetujuinya. Hingga sore harinya dia tiba di
rumahku pada saat aku sedang ganti baju. Akhirnya ibuku yang menyuruhnya untuk masuk dan
duduk terlebih dahulu. Tak lama kemudian aku keluar menuju ruang tamu dan ternyata disana
sudah ada Shanti yang menungguku. Aku heran mengapa dia tertawa-tawa kecil dan juga
mengapa dia datang sendirian padahal kan sebelumnya dia bilang kalau dia bersama Dimas,
pacarnya. Pada saat kita sedang asyik ngobrol, tiba-tiba aku terdengar suara Varel yang
bernyanyi selamat ulang tahun. Aku terkejut disana Varel sudah berdiri ditemani oleh Dimas dan
membawa sekotak kue tart yang di atasnya dihiasi oleh buah cerry yang merah dan begitu cantik,
ditengahnya terdapat lilin yang berbentuk angka 1 dan 6 yang menunjukkan bahwa itu adalah
umurku. Aku terharu untuk yang kedua kalinya, aku terkejut. Varel menyuruhku untuk segera
meniup lilinnya, akhirnya aku langsung meniupkan lilin tersebut. Dan kita berempat langsung
pergi menuju tempat makan untuk acara buka bersama kita. Hingga saatnya acara buka bersama
selesai kita foto-foto.Setelah selesai semuanya kita langsung pulang. Awalnya aku ingin menuju
pasar malam, tetapi pasar malamnya sudah tidak ada akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
Beberapa bulan kemudian, saat sedang asyik mengobrol. Aku berkata pada Varel, “udah
gak terasa ya kita menjalani hubungan ini udah hampir setahun”. Lalu Varel menjawab “iya,
kenapa kamu ngomong kayak gitu? Kamu udah bosan sama hubungan ini?”, “tidak, aku hanya
berpikir mengapa kita bisa bertahan sejauh ini sedangkan kita sering bertengkar” kataku. Varel
tertawa mendengar jawabanku yang seperti itu. Dia mengelus kepalaku dan berkata “meskipun
kita sering bertengkar tetapi buktinya kita bisa tetap mempertahankan hubungan ini sampai
sekarang”. Aku hanya tertawa kecil mendengar jawaban dari Varel.

Kami menjalani hubungan ini dengan penuh rintangan. Diisi dengan canda gurau dan
pertengkaran. Seperti halnya coklat,semanis apapun coklat yang kita makan rasa pahit dari coklat
tersebut akan terasa walaupun sedikit. Sama halnya dengan hubungan ini meskipun terlihat baik-
baik saja tetapi pasti ada pertengkaran di dalamnya. Tapi pertengakaran itu tidak membuat kami
untuk menghakhiri hubungan ini. Justru itulah yang menjadi kekuatan kami untuk bertahan
hingga satu tahun ini.

Anda mungkin juga menyukai