Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infekasi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak.Insiden menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0.29 episode per anak/tahun
di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju.Episode batuk
–pilek pada Balita di indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun.Ispa merupakan salah
satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit
(15%-30%).Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak
dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.Faktor resiko
pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI eksklusi, gizi buruk, polusi udara dalam
ruangan,BBLR,kepatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia bersama lintas
program dan sector terkait
2. Tujuan Khusus
- Tercapainya cakupan penemuan pneumonia balita
- Menurunkan angka kematian pneumonia Balita
- Terjalinnya kerjasama /kemitraan dengan unit program yang kompeten dalam
pengendalian faktor resiko ISPA khususnya Pneumonia.
C. Sasaran pedoman
1. Pengendalian pneumonia balita
- Balita (<5 tahun)
2. Pengendalian ISPA umur > 5 tahun
- Kelompok umur > 5 tahun di fasilitas pelayanan kesehatan
3. Faktor resiko ISPA
- Lintas program dan lintas sektor
- Masyakat

D. Ruang Lingkup
a. Penderita Pneumonia Balita
b. ISPA umur >5 tahun
c. Faktor resiko ISPA
E . BATASAN OPERASIONAL
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan agar mencapai tujuan yang berhasil
dan berdaya guna, maka perlu ditetapkan kebijakan operasional dan strategi sebagai
berikut :

1. Kebijakan Operasional
Upaya kesehatan tentang ispa (pnemonia) diselenggarakan :
a. Sesuai standar operasional prosedur yang berlaku.
b. Secara menyeluruh dengan mengutamakan pendekatan promotif, preventif,
tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
c. Berdasarkan kemitraan melalui jejaring kerja sama dengan lintas program, lintas
sector.
d. Dengan memberdayakan masyarakat baik perorangan, keluarga dan kelompok.

2. Strategi
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dan non
kesehatan di bidang kesehatan tentang ispa (pnemonia)
b. Advokasi dan sosialisasi pada pembuat kebijakan dan pemegang program
terkait.
c. Menyebarluaskan informasi tentang ispa (pnemonia)
d. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan yang berlaku.
e. Memanfaatkan forum koordinasi yang ada sebagai wadah pembinaan upaya
kesehatan olah raga.
f. Menghimpun potensi / sumber daya masyarakat dalam pelaksanaan upaya
kesehatan tentang ispa (pnemonia)
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi petugas program P2 Ispa :
a. Pendidikan minimal DIII keperawatan
b. Masa kerja program P2 Ispa 2 tahun
c. Sudah mengikuti pelatihan program P2 diare
B. Distribusi Ketenagaan
Setiap puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan P2 ispa.
Pendistibusian ketenagaan diatur oleh dinas kesehatan Kab. Cirebon sesuai dengan
kebutuhan puskesmas selanjutnya diatur penempatan dan tugasnya serta dikukuhkan
dengan surat keputusan dan surat tugas dari kepala puskesmas
C. Jadwal Kegiatan
Pelayanan P2 ispa dilaksanakan setiap hari kerja,baik tatalakana ispa, penemuan
kasus baru, pemantauan care seeking di rumah penderita ispa (pnemonia)

NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN


1 Kegiatan Dalam gedung 1. Penemuan kasus ispa
2. Pencatatan penemuan kasus ispa
3. Merekap semua kunjungan penderita
ispa
4. Dokumentasi laporan

2 Kegiatan Luar Gedung 1. Pemantauan Care seeking ispa (


Peneumonia) di Rumah tangga
2. Promosi kesehatan ispa ( Pneumonia)
3. Pencegahan ispa (Pneumonia)
4. Dokumentasi hasil kegiatan
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
a. Sebuah meja yang dilengkapi dengan buku register pencatatan ispa,timer,
stetoskop, pengukur suhu.
b. Kamar periksa yang dilengkapi dengan sarana penyuluhan penyakit ispa (pnemonia)
atau kamar periksa yang sudah ada
c. Logistik : obat paracetamol,gliseril guaiacolat,clorfeniramina maleat, anti biotik
cotrimoxzazole.
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Untuk terselenggaranya upaya penyelenggaraan program ispa (pnemonia) di
Puskesmas perlu ditunjang dengan manajemen yang baik. Manajemen ispa (pnemonia)
di Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk
menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien di bidang kesehatan .

Ada tiga fungsi manajemen kesehatan ispa (pnemonia)di Puskesmas yakni

1. Perencanaan;
2. Pelaksanaan dan Pengendalian;
3. Pengawasan dan pertanggungjawaban.
Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan

B. Metode
Penyelenggaraan program ispa (pnemonia) di puskesmas, dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh puskesmas. Metode yang di
tetapkan adalah :
a. Pembinaan peran serta masyarakat
Pembinaan pada masyarakat dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kepedulian masyarakat menjalin kemitraan dalam penanggulangan penderita ispa (
pnemonia).
b. Pemberdayaan masyarakat
Dalam pembinaan peran serta masyarakat maka peran kader sangat penting
dalam pelaksanaan kegiatan program ispa (pnemonia)
c. Promosi program ispa ( pnemonia)
Yaitu pemberian informasi kepada masyarakat tentang :
1. Masalah ispa(pnemonia)
2. Bahaya dan pencegahan ispa ( pnemonia)
d. Bina suasana
Yaitu upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu,
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam pengendalian penyakit
ispa (pnemonia).
C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan ( P1 )
a. Pertemuan lintas program
b. Pertemuan lintas sektor
2. Pelaksanaan ( P2 )
1. Penemuan kasus dini ispa (pnemonia)
2. Penatalaksanaan kasus ispa (pnemonia)
3. Perawatan tindak lanjut di rumah
4. Promosi kesehatan P2 ispa ( pnemonia)
3. Penilaian/ Evaluasi
1. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadual yang sudah
tersusun.
2. Menyusun laporan hasil kegiatan P2 ispa ( pnemonia)
BAB V
LOGISTIK

Dukungan logistik sangat diperlukan dalam menunjang pelaksanaan pengendalian


ISPA. Penyediaan logistik dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku dan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Sesuai dengan
pembagian kewenangan antara pusat dan daerah maka pusat akan menyediakan
prototipe atau contoh logistik yang sesuai standard (spesifikasi) untuk pelayanan
kesehatan. Selanjutnya pemerintah daerah berkewajiban memenuhi kebutuhan logistik
sesuai kebutuhan. Logistik yang dibutuhkan antara lain:
1. Obat
• Tablet Kotrimoksazol 480 mg
• Sirup Kotrimoksazol 240 mg/5 ml
• Sirup kering Amoksisilin 125 mg/5 ml
• Tablet Parasetamol 500 mg
• Sirup Parasetamol 120 mg/5 ml.
Pola penghitungan jumlah obat yang diperlukan dalam satu tahun di suatu
daerah didasarkan pada rumus berikut :
• Kebutuhan tablet Kotrimoksazol 480 mg setahun = Cakupan tahun
sebelumnya x perkiraan
pneumonia Balita x 6 tablet + 10% bufferstock
• Kebutuhan sirup Kotrimoksasolsetahun240mg/5ml=
Cakupan tahun sebelumnya x perkiraan pneumonia Balita
x 2 botol + 10% bufferstock
• Kebutuhan sirup Amoksisilin 125mg/5ml setahun = Cakupan tahun
sebelumnya x perkiraan
pneumonia Balitax 2 botol + 10% bufferstock
• Kebutuhan tablet Parasetamol 500 mg setahun = Cakupan tahun
sebelumnya x perkiraan
pneumonia Balita x 6 tablet + 10% bufferstock
Obat-obat tersebut di atas merupakan obat yang umum digunakan di
Puskesmas untuk berbagai penyakit sehingga dalam penyediaannya dilakukan
secara terpadu dengan program lain dan proporsi sesuai kebutuhan. Jika
memungkinkan dapat disediakan antibiotik intramuskular: Ampisilin dan
Gentamisin.
Untuk menghindari kelebihan obat maka perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan hasil cakupan tahun sebelumnya dengan tambahan 10% sebagai
buffer stock.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan ispa


(pnemonia) perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi
risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.

11
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan ispa (pnemonia) perlu


diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sector terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan terhadap risiko harus dilakukan untuk tiap-
tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

12
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pelayanan ispa (pnemonia) dimonitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indicator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metode yang digunakan
4. Tercapainya indicator kesehatan lingkungan
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini puskesmas

13
BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas program/lintas
sector terkait dalam pelaksanaan pelayanan ispa (pnemonia) dipuskesmas.
Keberhasilan pelayanan ispa (pnemonia) tergantung pada komitmen yang kuat dari
semua pihak sehingga terwujud kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, maupun social guna mencegah penyakit dan atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh factor risiko lingkungan.
Demikian Pedoman pelayanan kegiatan P2 ispa, diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang kegiatan P2 ispa yang telah dilaksanakan oleh UPT Puskesmas
Watubelah, dan untuk tercapainya kegiatan P2 ispa yang lebih baik, diperlukan adanya
kerjasama, keterpaduan, dukungan baik lintas program, lintas sektor serta masyarakat
untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional.

Mengetahui,

Kepala UPT Puskesmas Watubelah Koordinator Program

DR. JOICE UNTARI, M.HKES NURMIAH, Amd.Kep


NIP. 19590325 198903 2 001

14
PANDUAN PROGRAM P2 ISPA

15
UPT PUSKESMAS WATUBELAH DINAS
KESEHATAN KABUPATEN CIREBON

BAB I
DEFINISI

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai
hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).

2. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pneumonia Balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran
bernapas seperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(TDDK), atau gambaran radiologi foto thorax/dada menunjukkan infiltrat paru akut.
Demam bukan merupakan gejala yang spesifik pada Balita.
Dalam penatalaksanaan pengendalian ISPA semua bentuk pneumonia seperti
bronkopneumonia, bronkiolitis disebut “pneumonia” saja.

Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia bersama lintas program
dan sector terkait
Tujuan Khusus

- Tercapainya cakupan penemuan pneumonia balita


- Menurunkan angka kematian pneumonia Balita

16
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelaksanaan program P2 Ispa meliputi:


1. kegiatan pemeriksaan Penderita Pneumonia Balita
2. ISPA umur < 5 tahun
3. Faktor resiko Ispa.

17
BAB III
TATA LAKSANA
A. Lingkup Kegiatan
Untuk terselenggaranya upaya penyelenggaraan program ispa (pnemonia) di
Puskesmas perlu ditunjang dengan manajemen yang baik. Manajemen ispa
(pnemonia) di Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien di bidang
kesehatan .

Ada tiga fungsi manajemen kesehatan ispa (pnemonia)di Puskesmas yakni

1. Perencanaan
2. Pelaksanaan dan Pengendalian
3. Pengawasan dan pertanggungjawaban.
Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan

B. Metode
Penyelenggaraan program ispa (pnemonia) di puskesmas, dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh puskesmas. Metode yang di
tetapkan adalah :

C. Pembinaan peran serta masyarakat


Pembinaan pada masyarakat dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan kepedulian masyarakat menjalin kemitraan dalam penanggulangan penderita
ispa ( pnemonia).

D. Pemberdayaan masyarakat
Dalam pembinaan peran serta masyarakat maka peran kader sangat penting
dalam pelaksanaan kegiatan program ispa (pnemonia)

E. Promosi program ispa ( pnemonia)


Yaitu pemberian informasi kepada masyarakat tentang :Masalah
ispa(pnemonia), Bahaya dan pencegahan ispa ( pnemonia)
18
F. Bina suasana
Yaitu upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu,
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam pengendalian penyakit
ispa (pnemonia).

G. Langkah Kegiatan
1. Persiapan ( P1 )
a. Pertemuan lintas program
b. Pertemuan lintas sektor
2. Pelaksanaan ( P2 )
1. Penemuan kasus dini ispa (pnemonia)
2. Penatalaksanaan kasus ispa (pnemonia)
3. Perawatan tindak lanjut di rumah
4. Promosi kesehatan P2 ispa ( pnemonia)
3. Penilaian/ Evaluasi
1. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadual yang
sudah tersusun.
2. Menyusun laporan hasil kegiatan P2 ispa ( pnemonia)

19
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu kegiatan dalam program P2
Ispa. Pencatatan dalam P2 Ispa bertujuan untuk memperoleh data penderita ispa
pneumoni.
Pencatatan dilakukan setelah pelaksanaan penemuan kasus dini ispa
(pnemonia)
Puskesmas mengumpulkan data dan mengelola data hasil penemuan kasus ispa
kemudian data yang telah di rekap dilaporkan ke dinas kesehatan.

20
BAB I
PENDAHULUAN

I .LATAR BELAKANG

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per
anak/tahun di Negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju.
Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana
151 juta episode (96,7%) terjadi di Negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di
India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia,
Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat,
7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek
pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO
2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di
Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). (Kemkes RI, Pedoman
Pengendalian ISPA

II. TUJUAN
1. Tujuan umum
Melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA/Pneumonia di wilayah kerja
Puskesmas watubelah
2 Tujuan khusus
a. Petugasdapat mengetahui factor-faktor penyebab tingginya angka kesakitan
ISPA di wilayah kerja Puskesmas watubelah.
b. Petugas dapat mencari alternative pemecahan masalah, langkah-langkah
pemecahan masalah dan prioritas pemecahan masalah pada kasus ISPA
/Pneumonia diwilayah kerja Puskesmas watubelah

III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


a. Membuat Laporan mingguan penyakit menggunakan Format W2
b. Membuat laporan bulanan P2 ISPA yang di laporkan ke dinas kesehatan kabupaten cirebon

IV.CARA MELAKSANAKAN TUGAS


1. Pengumpulan data penyakit bersumber dari BP Dewasa dan anak, MTBS, KIA, USILA, PUSTU,DAN
BP DESA
2. Melakukan kunjungan ke rumah penderita penyakit ISPA/PNEMONIA

21
3. Membuat laporan bulanan P2 ISPA/pnemonia yg dilaporkan tiap bulan ke dinas kesehatan
kabupaten cirebon

V . SASARAN
1. Data penyakit menular dan tidak menular yang bersumber dari BP dewasa dan anak, MTBS, KIA,
USILA, BP DESA,PUSTU
2. Pasien dengan diagnosa penyakit ISPA /PNEMONIA
3. Kelurahan endemis penyakit yang berpotensial wabah

VI .JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Pengumpulan x x x x x x x x x x x x
1.
data penyakit

Melakukan x x x x x x x x x x x x
kunjungan ke
rumah
3.
penderita
ispa/
pnemonia

Membuat x x x x x x x x x x x x
laporan hasil
4
kunjungan
rumah

Membuat x x x x x x x x x x x x
laporan
5.
mingguan
penyakit

Membuat x x x x x x x x x x x x
6 laporan
bulanan

22
VII .EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

1. Setiap minggu merekap data penyakit ispa/pnemonia


2. Setiap bulan merekap data penyakit ispa /pnemonia dengan menggunakan format W2KPU dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dan ke bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
Demikian kerangka acuan program surveilans di buat di UPT Puskesmas Watubelah tahun 2016.

Mengetahui,

Kepala UPT Puskesmas Watubelah Koordinator Program

DR. JOICE UNTARI, M.HKES NURMIAH, Amd.Kep


NIP. 19590325 198903 2 001

23
KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH ISPA

UPT PUSKESMAS WATUBELAH

A. Pendahuluan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per
anak/tahun di Negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara
maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun
dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di Negara berkembang. Kasus terbanyak
terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh,
Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di
masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode
batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al
Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan
pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). (Kemkes RI,
Pedoman Pengendalian ISPA).

B. Latar Belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Watubelah . Hal ini bisa dbuktikan bahwa penyakit ISPA menduduki peringkat
pertama 10 besar penyakit di Puskesmas WatubelahTahun 2015 (LaporanTahunan
2015 Puskesmas Watubelah)

C TUJUAN
1. TujuanUmum
a. Melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA/Pneumonia di
wilayah kerja Puskesmas Watubelah
2. Tujuan Khusus
a. Petugas dapat mengetahui factor-faktor penyebab tingginya angka
kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Watubelah.

24
b. Petugas dapat mencari alternative pemecahan masalah, langkah-langkah
pemecahan masalah dan prioritas pemecahan masalah pada kasus
ISPA/Pneumonia diwilayah kerja Puskesmas Watubelah.

D. CARA PELAKSANAAN :
1. Penyuluhan kesehatan ISPA dan Pneumonia
2. Deteksi din ikesehatan ISPA dan Pneumonia
3. Pelayanan kesehatan ISPA dan Pneumonia
4. Kunjungan rumah Pelayanan kesehatan ISPA dan Pneumonia

E. SASARAN :
1. Pasien penderita gangguan ISPA dan Pneumonia
2. Masyarakat

F. PELAKSANAAN KEGIATAN

JENIS JADWAL
No. TUJUAN SASARAN LOKASI PELAKSANA
KEGIATAN KEGIATAN
Pemeriksaan
terhadap bayi dan P2 ISPA
1 balita Deteksi dinI penyakit ISPA Bayi, Balita Posyandu Kader
Kesehatan

Kepala
Pelatihan Kader Melatih Kader untukmengenal
2 Kader Kesehatan Puskesmas Puskesmas
Kesehatan penyakit ISPA
P2 ISPA
Kepala
Memberikan pengetahuan
Puskesmas
Penyuluhan tentang kepada ibu-ibu tentang gejala
3 Ibu-ibu Puskesmas P2 ISPA
ISPA dan pencegahan penyakit
Kader
ISPA
Kesehatan
Memberikan pelatihan kepada
petugas kesehatan Petugas
Pelatihan Puskesmas Pembantu dan Kesehatan P2 ISPA
4 Puskesmas
pengobatan ISPA Poskesdes yang diberikan Pustu dan Dokter
wewenang untuk mengobati Poskesdes
ISPA
Kunjungan Rumah Pemberian imunisasi untuk Rumah
5 Bayi dan Balita P2 ISPA
Pelayanan mencegah penyakit ISPA Warga

25
Kesehatan
ISPA/Pneumonia

Memantau pelaksanaan
Bayi /Balita Wilayah
6 Monitoring program penanganan P2ISPA
Kader Kesehatan Kerja
penyakit ISPA
Mengukur tingkat Petugas
keberhasilan program dan Kesehatan
7 Evaluasi
mengidentifikasi hambatan-
hambatan pelaksanaan

G. PENCATATAN, PELAPORAN DAN DOKUMENTASI


1. Dilaksanakan sesuai dengan prosedur pelaksanaan.
2. Dokumentasi penunjang dan foto kegiatan.

Mengetahui,

Kepala UPT Puskesmas Watubelah Koordinator Program

DR. JOICE UNTARI, M.HKES NURMIAH, Amd.Kep


NIP. 19590325 198903 2 001

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai