Anda di halaman 1dari 15

BAB I

DEFINISI

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan pelayanan mutu dan keselamatan pegawai maupun pasien dan keluarga
pasien.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
rumah sakit, tetapi juga dapat mengganggu pelayanan mutu secara menyeluruh, yang pada
akhirnya akan berdampak pada pasien maupun terhadap pegawai.

Kemungkinan bahaya tersebut di antaranya adalah akibat adanya bahan-bahan kimia yang
bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) baik karena uapnya atau karena paparan
bahan tertentu di kulit, bahaya kebakaran, bahaya keracunan, serta pontensi bahaya lainnya. Di
samping hal itu orang yang bekerja di laboratorium (analis, dan lainnya) dihadapkan pada
pekerjaan dengan resiko yang besar, yang disebabkan karena dalam setiap pengerjaan sampel
pasien digunakan:

a. Bahan kimia yang mempunyai sifat karsinogenik dan beracun


b. Jarum suntik saat sampling pasien yang kemungkinan bisa terjadi tertusuk jarum bekas
pasien.
c. Alat alat listrik seperti: oven, alat-alat untuk pemeriksaan sampel pasien yang
menyebabkan terjadinya sengatan listrik.

Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja, para pegawai hendaknya menggunakan alat
pelindung diri (APD) sesuai prosedur.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat kesalahan cara dan prosedur melakukan
pekerjaan, maka perlu diadakan tata tertib laboratorium dan panduan kegiatan laboratorium yang
jelas. Untuk mencegah terjadinya kerusakan alat-alat laboratorium akibat kesalahan
pengoperasian alat-alat maka manual penggunaan alat dan penuntun percobaan, harus selalu
tersedia bagi setiap staf yang akan menggunakan alat-alat itu.

1
Jadi pada dasarnya prinsip untuk membuat suatu laboratorium bebas dan aman dari kecelakaan
(accident free operation), yaitu:
1. Semua kecelakaan sekecil apapun yang mungkin terjadi, harus dapat dicegah sedini
mungkin.

2. Lingkungan kerja termasuk bangunan, alat, sistem, dan sarana laboratorium harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan bahaya kecelakaan.
3. Setiap personal yang bekerja di laboratorium harus dilatih agar membiasakan diri bekerja
secara aman, bersih dan disiplin.

BAB II
RUANG LINGKUP

1. Prosedur keamanan kerja secara umum


Cara bekerja secara umum di laboratorium yang selalu berpedoman dan mengacu pada
keamanan baik untuk diri sendiri maupun orang lain di lingkungan kerjanya.
2. Prosedur penanganan keamanan kerja
Prosedur penanganan kecelakaan kerja merupakan suatu usaha cara penanganan yang
benar jika terjadi pajanan (paparan) di dalam laboratorium di saat bekerja.
3. Prosedur penggunaan alat pelindung diri (APD)
Prosedur penggunaan alat pelindung diri (APD) adalah ketentuan-ketentuan pemakaian
alat-alat pelindung tubuh saat bekerja.

2
4. Prosedur penanganan limbah berbahaya:
Limbah laboratorium adalah buangan dari kegiatan laboratorium dalam bentuk limbah
cair, padat dan gas. Limbah laboratorium dibagi menjadi tiga yaitu limbah umum,
limbah khusus padat dan limbah khusus cair.
a. Limbah umum adalah limbah yang berasal dari sampah umum
(domestik) misalnya kertas.
b. Limbah khusus padat adalah peralatan habis pakai seperti alat
suntik, sarung tangan, kapas, botol spesimen, kemasan reagen, sisa spesimen dan
medium biakan.
c. Limbah khusus cair adalah pelarut organik, bahan kimia untuk
pengujian, air bekas pencucian alat, sisa spesimen.
5. Prosedur Mencuci Tangan.
Prosedur mencuci tangan adalah Mencuci tangan adalah suatu tindakan mencuci kotoran
dan mikroorganisme pada tangan yang didapat melalui kontak dengan pasien, petugas
kesehatan lain dan permukaan lingkungan (flora transien) dengan menggunakan
sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau menggunakan hand rub atau berbasis
alkohol.

6. Kesehatan Petugas Laboratorium


Kesehatan petugas laboratorium adalah setiap petugas laboratorium harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala sesuai ketentuan Rumah Sakit untuk memantau
kesehatan petugas dan mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit.
7. Penanganan Bahan Infeksius
Penanganan bahan Infeksius adalah berbagai tindakan yang dilakukan di dalam
laboratorium untuk penanganan bahan infeksius yang berupa spesimen maupun
peralatan terkontaminasi yang dapat menimbulkan penyebaran infeksi baik pada petugas
laboratorium maupun oang disekelilingnya.
8. Pengelolaan Limbah Khusus Cair Laboratorium.
Pengelolaan limbah khusus cair laboratorium meliputi limbah medis berupa darah dan
cairan tubuh, limbah reagen pemeriksaan (hematologi, kimia klinik), yang menular.
9. Pengelolaan Limbah Khusus Padat laboratorium.

3
Pengelolaan limbah khusus padat laboratorium yang berasal dari pelayanan laboratorium
yang sudah terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, berupa spuit, jarum
suntik, tabung sisa darah, lancet, card/strip pemeriksaan, masker, sarung tangan
terkontaminasi darah yang infeksius.
10. Pengelolaan Limbah umum laboratorium
Pengelolaan limbah khusus padat laboratorium yang berasal dari pelayanan laboratorium
yang sudah terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, berupa spuit, jarum
suntik, tabung sisa darah, lancet, card/strip pemeriksaan, masker, sarung tangan
terkontaminasi darah yang infeksius.
11. Keamanan Kerja di Laboratorium
Keamanan kerja di laboratorium adalah keamanan kerja di laboratorium adalah bagian
dari upaya keselamatan laboratorium yang menjadi tanggung jawab bersama antara
pimpinan dan Petugas yang bekerja di laboratorium mengingat adanya bahaya penularan
dari sampel.

BAB III
TATA LAKSANA

1. Prosedur keamanan kerja secara umum


Cara bekerja secara umum di laboratorium yang selalu berpedoman dan mengacu pada
keamanan baik untuk diri sendiri maupun orang lain di lingkungan kerjanya.

a. Ruangan :
 Bersihkan selalu ruangan laboratorium.
 Bersihkan permukaan meja dan tidak ada tumpahan bahan.
 Keringkan dan bersihkan lantai.
 Atur suhu ruangan antara 19-260 C.
 Pintu laboratorium selalu ditutup dan yang tidak berkepentingan dilarang
masuk.
b. Peralatan :
 Lepas sarung tangan saat menerima telepon.
 Jangan gunakan pipet mulut.
 Jangan simpan Jas laboratorium dengan baju lain yang dipakai di luar
laboratorium.
4
 Wajib memakai sarung tangan karet selama bekerja.
 Lepas sarung tangan setelah dipakai secara aseptik dan dibuang bersama
limbah laboratorium lainnya, kemudian petugas mencuci tangan sampai
bersih.
c. Petugas :
 Tidak boleh makan, minum, merokok, menyimpan makanan dan
menggunakan kosmetik diruangan laboratorium.
 Ikat selalu rambut yang panjang selama bekerja.
 Tidak memakai sepatu terbuka di laboratorium.
 Laporkan kejadian kecelakaan kerja baik karena tertumpah atau terpapar
bahan yang berpotensi berbahaya kepada penanggung jawab K3-RS secara
tertulis.

2. Prosedur penanganan kecelakaan kerja


Apabila pada petugas terjadi kecelakaan kerja di laboratorium di saat bekerja, tindakan-
tindakan yang harus dilakukan adalah :
a. Tertusuk Jarum Bekas Pengambilan Darah Pasien
 Petugas segera mencuci luka tusukan dengan antiseptik dan air mengalir serta
membilas tangan/ bagian tubuh yang terkena tusukan dengan cairan
desinfektan.
 Petugas tidak boleh menghisap darah dari luka tusukan dengan menggunakan
mulut.
 Petugas melaporkan kejadian kepada kepala ruangan Laboratorium.
 Kepala ruangan Laboratorium mencatat laporan tersebut dalam buku khusus
tentang laporan terjadinya kecelakaan kerja dan segera melaporkan kejadian
kecelakaan kerja kepada petugas K3 Rumah Sakit.

b. Tertumpah / Terciprat Cairan Bahan Kimia


 Petugas segera mencuci bagian tubuh dan sekitarnya yang terkena tumpahan
cairan bahan kimia dengan menggunakan antiseptik dan air mengalir dan
membilas bagian tubuh dengan cairan desinfektan.
 Petugas jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah.
5
 Petugas melaporkan kejadian kepada kepala ruang laboratorium
 Kepala ruangan laboratorium mencatat laporan tersebut dalam buku khusus
tentang laporan terjadinya kecelakaan kerja dan segera melaporkan kejadian
kecelakaan kerja kepada petugas K3 Rumah Sakit.

3. Prosedur penggunaan alat pelindung diri (APD)


a. Jas lab:

Jas lab harus dikenakan oleh setiap petugas laboratorium pada waktu pengambilan
sampel, preparasi, analisis dan pengelolaan limbah. Jas laboratorium hanya dapat di
gunakan satu kali pakai lalu di cuci.

 Sebelum petugas laboratorium masuk ke ruang kerja, petugas harus sudah


menggunakan jas laboratorium.

 Jas laboratorium di gunakan selama melakukan pengambilan sampel,


preparasi, analisis dan pengelolaan limbah.

 Setelah selesai bekerja jas labortorium di tempatkan di ruang ganti untuk di


bawa ke laundry / linen 1.

b. Sarung tangan:

Sarung tangan di ganti setiap selesai melakukan pengambilan darah/ sampling dan
jika terkontaminasi oleh cairan tubuh atau reagen.
 Petugas menggunakan Sarung tangan pada saat pengambilan darah/sampling,
melakukan preparasi, menerima, membawa dan melabel sampel, membuka
ampul, membuka wadah sampel, menuangkan atau pipetisasi sampel ke
wadah lain /tabung /cup, dan melakukan pengelolaan limbah. ( setiap pasien
di gunakan satu sarung tangan)

 Petugas membuang sarung tangan yang sudah terkena bahan infeksius ke


tempat sampah medis (tempat sampah warna kuning).

c. Masker:
Masker di ganti setiap hari, kecuali jika telah terciprat oleh cairan tubuh atau reagen.
6
Waktu penggunaan:
 Petugas menggunakan masker pada saat pengambilan darah/sampling,
melakukan preparasi, menerima, membawa dan melabel sampel, membuka
ampul, membuka wadah sampel, menuangkan atau pipetisasi sampel ke
wadah lain /tabung /cup, dan melakukan pengelolaan limbah.

 Lepaskan masker bila interaksi dengan seseorang.

 Buang masker yang sudah terciprat bahan infeksius atau setelah selesai bekerja
di laboratorium ke tempat sampah medis ( tempat sampah kuning).

d. Kaca Mata
Kacamata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari percikan bahan kimia dan
dilaboratorium perlu disediakan paling sedikit sepasang. Idealnya setiap pegawai
memilikinya.
a. Gunakan kaca mata pada saaat pemeriksaan sampel, membuka ampul, membuka
wadah sampel, melakukan pengelolaan limbah, dan pada waktu menuangkan atau
pipetisasi sampel ke wadah lain/ tabung/ cup.

b. Lepaskan kacamata bila berinteraksi dengan seseorang.

c. Cuci kacamata bila terciprat bahan infeksius/ cairan tubuh pasien.

d. Simpan kacamata bila selesai digunakan di tempat yang sudah di tentukan.

4. Prosedur penanganan limbah berbahaya


a. Penanganan limbah umum (domestik).
 Petugas menyediakan tempat sampah dalam keadaan bersih.
 Limbah dikumpulkan pada tempat bertutup rapat, yang dilapisi kantong plastik
warna hitam.
 Tutup sampah mudah dibuka, sebaiknya bisa dibuka dengan menggunakan kaki.
 Limbah dikumpulkan setiap pagi oleh petugas sanitasi ke dalam satu tempat
sampah besar.
 Selanjutnya limbah dibawah ketempat pengolahan sampah rumah sakit.

b. Penanganan limbah khusus padat.


7
 Petugas menyediakan tempat sampah dalam keadaan bersih.
 Petugas melapisi tempat sampah infeksius yang tersedia di laboratorium dengan
kantong plastik warna kuning dan bertutup.
 Tutup sampah mudah dibuka, sebaiknya bisa dibuka dengan menggunakan kaki.
 Petugas membuang sampah/ limbah medik ke dalam tempat sampah yang telah
dilapisi kantong plastik warna kuning.
 Khusus limbah benda tajam yaitu jarum, lancet, pisau cuter, objek glas,
dimasukkan ke dalam kotak berwarna kuning yang tidak dapat dibuka lagi.
 Petugas Kes Ling setiap pagi mengambil sampah infeksius.

c. Penanganan limbah khusus cair.


a. Petugas menampung sampah medis cair dalam jerigen bertutup ulir yang
dihubungkan dengan alat pemeriksaan laboratorium.
b. Limbah dibuang ke bak pembuangan limbah laboratorium yang disalurkan ke
septik tank untuk menetralkan zat kimia sebelum dialirkan ke sistim tempat
pengolahan (ditangani oleh instalasi sanitasi RS. Stella Maris).
c. Petugas membuka kran air yang mengalir dengan hati-hati untuk menghindari
cipratan.

5. Prosedur Mencuci Tangan


Mencuci tangan adalah suatu tindakan mencuci kotoran dan mikroorganisme pada tangan
yang didapat melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain dan permukaan
lingkungan (flora transien) dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir
atau menggunakan hand rub atau berbasis alkohol.
1. Mencuci tangan dengan cairan antiseptik (hand rub) adalah Mencuci tangan dengan
menggunakan cairan antiseptik yang berbahan dasar alkohol gel diseluruh
permukaan tangan untuk meminimalkan pertumbuhan mikroorganisme tanpa
menggunakan air dan handuk (pada tangan yang bersih).
2. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik/ cairan/ larutan dan air mengalir
(handwash) adalah mencuci tangan dengan air mengalir yang menggunakan sabun/
cairan antiseptik yang bertujuan membersihkan tangan dari mikroorganisme di
tangan (pada tangan yang kotor).
8
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air (handwash), langka-langkah:
1. Buka perhiasan yang digunakan, basahi tangan dengan air mengalir.
2. Tuangkan sabun ke telapak tangan 3 – 5 cc.
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan.
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dan kanan dan sebaliknya.
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan.
7. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
8. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan sebaliknya.
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
10. Keringkan kedua tangan dengan tissue sekali pakai
11. Gunakan bekas tissue tersebut untuk menutup kran air
12. Sekarang tangan sudah aman (prosedur dilakukan 40-60 detik)

b. Mencuci tangan dengan cairan antiseptik (handrub), langkah-langkah:


1. Tuangkan larutan antiseptik berbasis alkohol ke telapak tangan sebanyak 3-5 cc
2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dan kanan dan sebaliknya
4. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
5. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan
6. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
7. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan sebaliknya
8. Sekarang tangan sudah aman (prosedur dilakukan 20-30 detik)

6. Kesehatan Petugas Laboratorium


Setiap petugas laboratorium harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
sesuai ketentuan Rumah Sakit untuk memantau kesehatan petugas dan mengurangi
resiko terjadinya penularan penyakit.
Untuk menjaga kesehatan petugas laboratorium, harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :

9
1. Pemeriksaan radiologi paru-paru (Foto thorax) setiap tahun bagi petugas
laboratorium.
2. Pemberian makanan bergizi yang cukup.
3. Pemberian imunisasi, misalnya vaksinasi Hepatitis B.
4. Melakukan check-up setahun sekali atau di saat merasakan perubahan kondisi
kesehatan.

7. Penanganan Bahan Infeksius


Berbagai tindakan yang dilakukan di dalam laboratorium untuk penanganan bahan
infeksius yang berupa spesimen maupun peralatan terkontaminasi yang dapat
menimbulkan penyebaran infeksi baik pada petugas laboratorium maupun oang
disekelilingnya.

Penanganan Terhadap Benda Tajam


1. Setelah melakukan sampling, petugas memasukkan bekas jarum atau lancet dalam
kontainer khusus warna kuning yang kuat dan tidak mudah bocor.
2. Tidak menggunakan tabung yang pecah atau retak pada ujungnya.
3. Penutup harus diletakkan di atas meja, kemudian ujung jarum didorong masuk ke
dalam tutupnya, agar bagian tubuh tidak terkena tusukkan jarum.

Penanganan Terhadap Darah dan Cairan Tubuh


1. Semua sampel darah dan cairan tubuh diperlakukan sebagai bahan infeksius.
2. Petugas menggunakan alat pelindung diri selama bekerja di dalam ruang
laboratorium.
3. Tidak memipet sampel dan reagen yang berbahaya dengan menggunakan mulut,
gunakan alat bantu pipet yang disediakan.
4. Sebelum dan sesudah selesai bekerja, bersihkan meja kerja dengan kain yang telah
dibasahi larutan antiseptik.
5. Sampel penderita tersangka HIV / AIDS, diberi label atau tanda pengenal khusus.

Penanganan Spesimen Sputum


1. Petugas menggunakan masker penutup mulut dan hidung.

10
2. Pada waktu mensterilkan ose, pemanasan sebaiknya dimulai dari pangkal ose lalu
ke ujung.
3. Letakkan posisi api bunsen di depan tabung sampel yang akan diperiksa, sehingga
berada pada posisi tengah antara petugas dan sampel.
4. Pada waktu membuka tutup sampel dalam tabung, bibir tabung dilewatkan pada
api bunsen.
5. Bersihkan meja kerja pada pagi hari sebelum bekerja dan setelah selesai bekerja
dengan menggunakan kain yang dibasahi larutan Germisep.
6. Sebelum dan setelah selesai bekerja, petugas mencuci tangan menggunakan cairan
antiseptik.

Penanganan Terhadap Tumpahan Spesimen Pada Meja Kerja


1. Petugas menggunakan sarung tangan sewaktu bekerja.
2. Petugas menggunakan kain sudah dibasahi larutan desinfektan untuk
membersihkan cairan spesimen yang tertumpah di meja kerja.
3. Petugas membawa kain lap yang terkontaminasi tumpahan spesimen untuk
disterilkan menggunakan oven.

Penanganan Terhadap Peralatan Laboratorium


1. Petugas membersihkan peralatan yang digunakan dengan larutan desinfektan.

8. Pengelolaan Limbah Khusus Cair Laboratorium


Prosedur:
1. Petugas laboratorium menampung sampah medis cair dalam jerigen bertutup ulir
yang dihubungkan dengan alat pemeriksaan laboratorium.
2. Petugas laboratorium mengumpulkan limbah cairan tubuh.
3. Petugas laboratorium membuang limbah ke dalam bak pembuangan.
4. Petugas laboratorium menyiram dengan air mengalir secara hati-hati agar
terhindar dari cipratan cairan limbah.

9. Pengelolaan Limbah Khusus Padat Laboratorium

11
Prosedur :
1. Petugas laboratorium menyiapkan tempat sampah dalam keadaan bersih.
2. Petugas laboratorium melapisi tempat sampah infeksius yang tersedia di
laboratorium dengan kantong plastik warna kuning dan bertutup.
3. Petugas laboratorium menutup sampah mudah dibuka, sebaiknya bisa dibuka
dengan menggunakan kaki.
4. Petugas laboratorium membuang sampah / limbah medik ke dalam tempat sampah
yang telah dilapisi kantong plastik warna kuning.
5. Khusus limbah benda tajam yaitu jarum, lancet, pisau cuter, objek glas, petugas
laboratorium memasukkan ke dalam kotak berwarna kuning yang tidak dapat
dibuka lagi.
6. Petugas Kes Ling setiap pagi mengambil sampah infeksius.

10. Pengelolaan Limbah Umum Laboratorium


Prosedur :
1. Sediakan tempat sampah dalam keadaan bersih.
2. Lapisi tempat sampah non infeksius yang tersedia di laboratorium dengan kantong
plastik warna hitam dan bertutup.
3. Tutup sampah mudah dibuka, sebaiknya bisa dibuka dengan menggunakan kaki.
4. Buang sampah domestik atau pembungkus reagen pada tempat sampah non
infeksius.
5. Petugas cleaning service setiap pagi mengambil sampah non infeksius.

11. Keamanan Kerja di Laboratorium

a. Penggunaan Jas Laboratorium

1. Gunakan jas laboratorium guna melindungi diri dari bahan-bahan yang dapat
menularkan penyakit, dan melepaskan jas laboratorium jika selesai bekerja.
2. Cuci tangan dengan cairan antiseptik sebelum dan sesudah bekerja.

b. Penggunaan Sarung Tangan

12
Cuci tangan dengan cairan antiseptik sebelum dan sesudah menggunakan sarung
tangan.

c. Wadah Penampung Spesimen


1. Wadah penampung harus terbuat dari gelas atau plastik yang tidak mudah pecah
dan tidak bocor.
2. Wadah harus diberi label yang jelas dan lengkap.
3. Formulir permintaan pemeriksaan harus lengkap dan jangan ditempel pada
wadah.

d. Pengiriman Sampel ke Laboratorium


1. Sebaiknya diletakkan di dalam rak, dalam posisi tegak agar terhindar dari
kebocoran atau tumpah.

e. Membuka Wadah / Tempat Spesimen


1. Harus dilakukan dengan hati-hati, terutama bila wadah sampel pecah atau bocor.
2. Desinfektan harus tersedia.

f. Teknik Penggunaan Pipet dan Alat Bantu Pipet


1. Harus selalu menggunakan alat bantu pipet, tidak boleh memipet dengan mulut.
2. Jangan meniup udara melalui cairan yang mengandung bahan infeksius.
3. Bahan infeksius jangan dicampur dengan cara menghisap dan mengeluarkan
melalui pipet.
4. Cairan jangan ditiup keras-keras dari pipet.
5. Kalau ada cairan yang menetes dari pipet jatuh di meja kerja, gunakan kain yang
dibasahi larutan Germisep untuk membersihkan meja kerja.
6. Pipet yang terkontaminasi harus direndam dalam cairan Extran selama 5 jam.

g. Wadah Penampung Spesimen

13
1. Wadah penampung harus terbuat dari gelas atau plastik yang tidak mudah pecah
dan tidak bocor.
2. Wadah harus diberi label yang jelas dan lengkap.
3. Formulir permintaan pemeriksaan harus lengkap dan jangan ditempel pada
wadah.

h. Pengiriman Sampel ke Laboratorium


1. Sebaiknya diletakkan di dalam rak, dalam posisi tegak agar terhindar dari
kebocoran atau tumpah.

i. Membuka Wadah / Tempat Spesimen


1. Harus dilakukan dengan hati-hati, terutama bila wadah sampel pecah atau bocor.
2. Desinfektan harus tersedia.

j. Teknik Penggunaan Pipet dan Alat Bantu Pipet


1. Harus selalu menggunakan alat bantu pipet, tidak boleh memipet dengan mulut.
2. Jangan meniup udara melalui cairan yang mengandung bahan infeksius.
3. Bahan infeksius jangan dicampur dengan cara menghisap dan mengeluarkan
melalui pipet.
4. Cairan jangan ditiup keras-keras dari pipet.
5. Kalau ada cairan yang menetes dari pipet jatuh di meja kerja, gunakan kain yang
dibasahi larutan Germisep untuk membersihkan meja kerja.
6. Pipet yang terkontaminasi harus direndam dalam cairan Extran selama 5 jam.

k. Teknik pemisahan serum


1. Hanya petugas yang telah diberi pelatihan yang boleh menangani pemisahan
serum.
2. Harus selalu menggunakan sarung tangan.
3. Tidak menuang darah dan serum tapi memipet dengan hati-hati.

14
BAB IV
DOKUMENTASI

1. SPO keamanan kerja secara umum.


2. SPO penanganan kecelakaan kerja.
3. SPO penggunaan APD.
4. SPO penanganan limbah berbahaya.
5. SPO Mencuci Tangan.
6. SPO Kesehatan Petugas Laboratorium.
7. SPO Penanganan Bahan Infeksius.
8. SPO Pengelolaan Limbah khusus Cair Laboratorium.
9. SPO Pengelolaan Limbah Khusus Padat Laboratorium.
10. SPO Pengelolaan Limbah Umum Laboratorium.
11. SPO Keamanan Kerja di Laboratorium.

15

Anda mungkin juga menyukai