Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengatasi masalah diabetes melitus merupakan suatu tantangan yang


berat di zaman modern ini. International Diabetes Federation (IDF)
(2015) menyatakan bahwa setiap enam detik satu orang meninggal dunia
karena mengalami penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus mempunyai
beberapa tipe yaitu, diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2 dan
diabetes melitus gestational. Selain ketiga tipe diabetes melitus tersebut,
ada juga suatu kondisi dimana terjadi peningkatan kadar gula darah,
namun belum cukup untuk didiagnosa sebagai diabetes melitus, kondisi ini
disebut dengan prediabetes. Prediabetes merupakan suatu titik yang akan
bergerak ke dua arah, bisa menuju ke arah normal, atau sebaliknya menuju
ke arah terjadinya diabetes melitus tipe 2 (IDF, 2015).
Prediabetes merupakan suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan
kadar gula darah namun belum memenuhi kriteria untuk bisa dikatakan
diabetes melitus (PERKENI, 2009). Biasaya seseorang bisa dikatakan
mengalami prediabetes jika mengalami kondisi gula darah puasa
terganggu (GDPT) atau toleransi glukosa terganggu (TGT). Seseorang bisa
dikatakan mengalami GDPT, bila memiliki kadar gula darah mencapai
100-125 mg/dL tanpa memandang kadar glukosa darah 2 jam pasca
pembebanan glukosa dan untuk TGT bila memiliki kadar glukosa darah
mencapai 140-199 mg/dL setelah 2 jam pasca pembebanan glukosa.
Keadaan prediabetes ini dapat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak
sehat, seperti konsumsi fast food, kurangnya aktivitas fisik, serta obestitas
(PERKENI, 2015).
Prevalensi TGT pada usia 20 sampai 79 tahun mencapai 318 juta
(6,7%) dan diperkirakan akan meningkat hingga 7,8 % atau mencapai
angka 481 juta pada tahun 2040. Kemudian untuk prevalensi TGT

1
2

Indonesia menduduki peringkat ke – 3 dengan angka kejadian pada tahun


2015 mencapai 29 juta dan diperkirakan akan meningkat hingga mencapai
angka 36,8 juta pada tahun 2040 (IDF, 2015). Kementrian Kesehatan RI
(2014) juga mengestimasi jumlah penduduk ≥15 tahun yang mengalami
GDPT mencapai 36,6% dan TGT mencapai 29,9% kemudian sebanyak
0,2% dari penduduk Bali tercatat telah mengalami gejala-gejala dari
prediabetes maupun diabetes melitus. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Provinsi Bali tahun 2016, di Puskesmas sekota Denpasar tercatat sebanyak
7.174 kasus DMT2. Kemudian berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kota Denpasar menunjukkan bahwa kunjungan Puskesmas dengan
diabetes melitus tipe 2 tertinggi berada di Denpasar Utara, yaitu sebanyak
2.198 kunjungan.
Gaya hidup sedentary (sedentary behavior) merupakan kebiasaan
yang dilakukan setelah bangun tidur dimana kebiasaan ini hanya
mengeluarkan energi yang sedikit seperti menonton televisi, memainkan
handphone atau sekedar duduk dan berbaring. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Dicaraka, Susiana, & Madya (2014) bahwa remaja di
perkotaan memiliki sedentary behavior yang lebih tinggi dibandingkan
dengan remaja di pedesaan. Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Munwar (2014) didapatkan bahwa aktivitas fisik dan
kebiasaan merokok tidak berhubungan dengan kejadian pradiabetes.
Sedangkan berdasarkan penelitian Kristanti, Huriah, & Kohiriyati (2016)
tentang karakteristik prediabetes, didapatkan bahwa faktor resiko dari
prediabetes adalah tidak melakukan aktivitas fisik. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Auliya, Oenzil, & Rofinda (2016) dimana
hasil yang didapatkan bahwa peningkatan kadar gula darah baik
peningkatan kadar gula darah puasa maupun kadar gula darah 2 jam
postprandial berhubungan dengan aktivitas fisik.
Obesitas dapat menyebabkan sel-sel lemak melepaskan zat kimia yang
disebut pro-imflammatory, dimana zat ini dapat mengakibatkan sensitifitas
sel tubuh terhadap insulin berkurang, sehingga dapat menyebabkan kadar
3

gula dalam darah meningkat (Diabetes.co.uk, 2017). Berdasarkan hasil


penelitian yang dilakukan oleh Apriliani, Tjiptaningrum, & Basuki (2013)
tentang hubungan obesitas dengan prediabetes didapatkan hasil bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan prediabetes.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian dari Amiri, dkk. (2015) didapatkan
bahwa prevalensi prediabetes dan diabetes melitus terjadi paling tinggi
diantara anak dan remaja yang memiliki IMT yang tergolong overweight
atau obesitas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali tahun
2016, tercatat bahwa konsumsi fast food tertinggi berada di daerah
perkotaan. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 37,51% pengeluaran
perbulan penduduk perkotaan adalah untuk mengkonsumsi fast food.
Dengan jumlah konsumsi kalori sebanyak 475,99 kkal perhari dan protein
sebanyak 13,22 gr perhari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Hanum, Dewi, & Erwin (2015) didapatkan hasil bahwa 55,4% remaja
menyatakan sering mengkonsumsi fast food. Hal-hal yang serba praktis
seperti fast food ini tentu saja dapat diterima dengan mudah oleh
masyarakat terutama remaja, hal ini menggambarkan masyarakat
cenderung memiliki gaya hidup yang tidak sehat (IDF, 2015). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sudargo, Pertiwi, Alexander, Siswati, &
Ernawati (2016) didapatkan hasil bahwa frekuensi konsumsi fried food
berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Sedangkan
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aji (2016) didapatkan hasil
bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi fast food dengan kadar gula
darah.
Prediabetes jika tidak dicegah dan ditanggulangi, maka akan
menimbulkan masalah yang lebih besar dikemudian hari yaitu diabetes
melitus tipe 2 dengan segala komplikasi yang akan menyertainya. Maka
dari itu sudah semestinya perawat mengetahui faktor- faktor resiko yang
dapat menimbulkan prediabetes terutama faktor resiko yang berkaitan
dengan gaya hidup di era modern ini, seperti misalnya konsumsi fast food,
4

aktivitas fisik terutama gaya hidup sedentary (sedentary behavior) serta


obesitas yang terus-menerus membayangi remaja saat ini. Sehingga
dengan begitu intervensi yang tepat akan dapat diterapkan. Seperti
misalnya dengan melakukan deteksi dini prediabetes melalui pengecekan
gula darah serta penyuluhan mengenai hidup sehat juga sangat diperlukan,
karena dengan gaya hidup yang sehat maka segala jenis penyakit termasuk
prediabetes akan dapat dicegah.
Jadi, berdasarkan beberapa penelitian yang diperoleh peneliti,
dinyatakan bahwa konsumsi fast food, aktivitas fisik dan obesitas
berhubungan dengan prediabetes. Namun ada beberpa penelitian yang
menyatakan bahwa konsumsi fast food, aktivitas fisik dan obesitas tidak
berhubungan dengan prediabetes. Kemudian, berdasarkan data Kemenkes
RI (2014) tercatat bahwa penduduk usia 15-24 tahun telah mengalami
TGT (17,5%) dan GDPT (26,2%). Hal tersebut menunjukkan bahwa
mereka telah mengalami prediabetes. Sehingga, berdasarkan data-data
yang telah peneliti dapatkan serta masih banyaknya perbedaan hasil
penelitian dari peneliti terdahulu maka peneliti tertarik untuk meneliti
Hubungan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh
( IMT ) dengan Kadar Gula Darah Puasa untuk Mendeteksi Prediabetes
pada Remaja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini “Adakah Hubungan Konsumsi Fast
Food, Aktivitas Fisik dan IMT dengan Kadar Gula Darah Puasa untuk
Mendeteksi Prediabetes pada Remaja ?”.
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui Hubungan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik
dan IMT dengan Kadar Gula Darah Puasa untuk Mendeteksi
Prediabetes pada Remaja.

2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui gambaran konusmsi fast food pada remaja.
b. Mengetahui gambaran aktivitas fisik pada remaja.
c. Mengetahui gambaran IMT pada remaja.
d. Mengetahui gambaran gula darah puasa pada remaja.
e. Mengetahui hubungan konsumsi fast food dengan kadar gula darah
puasa untuk mendeteksi prediabetes pada remaja.
f. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah
puasa untuk mendeteksi prediabetes pada remaja.
g. Mengetahui hubungan antara IMT dengan kadar gula darah puasa
untuk mendeteksi prediabetes pada remaja.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis :
a. Untuk institusi
Diharapkan penelitian ini akan menambah bahan perpustakaan
sebagai dokumentasi ilmiah serta informasi dalam pengetahuan
yang berhubungan dengan prediabetes.
b. Untuk peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan
refrensi untuk studi lebih lanjut bagi peneliti berikutnya mengenai
prediabetes.
6

2. Manfaat Praktis :
a. Untuk masyarakat
Diharapkan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
masukan dan sumber informasi bagi masyarakat terutama remaja
mengenai prediabetes agar kejadian diabetes melitus tipe 2 dapat
dicegah.

Anda mungkin juga menyukai

  • 1
    1
    Dokumen4 halaman
    1
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Psi
    Psi
    Dokumen3 halaman
    Psi
    indah96
    Belum ada peringkat
  • 951 2413 1 PB
    951 2413 1 PB
    Dokumen20 halaman
    951 2413 1 PB
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Psi
    Psi
    Dokumen3 halaman
    Psi
    indah96
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen4 halaman
    1
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Dini Lestrina DKK
    Dini Lestrina DKK
    Dokumen12 halaman
    Dini Lestrina DKK
    indah96
    Belum ada peringkat
  • 1021 4028 3 PB
    1021 4028 3 PB
    Dokumen11 halaman
    1021 4028 3 PB
    indah96
    Belum ada peringkat
  • 3423 9621 1 PB
    3423 9621 1 PB
    Dokumen10 halaman
    3423 9621 1 PB
    indah96
    Belum ada peringkat
  • 951 2413 1 PB
    951 2413 1 PB
    Dokumen20 halaman
    951 2413 1 PB
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Tugas Epid
    Tugas Epid
    Dokumen4 halaman
    Tugas Epid
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kependudukan Kelompok-5
    Tugas Kependudukan Kelompok-5
    Dokumen10 halaman
    Tugas Kependudukan Kelompok-5
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Aksara Modre
    Aksara Modre
    Dokumen3 halaman
    Aksara Modre
    indah96
    100% (1)
  • Ayu Riska
    Ayu Riska
    Dokumen7 halaman
    Ayu Riska
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Aksara Modre 1
    Aksara Modre 1
    Dokumen7 halaman
    Aksara Modre 1
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Tugas Epid
    Tugas Epid
    Dokumen4 halaman
    Tugas Epid
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Etiologi
    Etiologi
    Dokumen5 halaman
    Etiologi
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Seksual PDF
    Jurnal Seksual PDF
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Seksual PDF
    syukkur
    Belum ada peringkat
  • Definisi Penyakit
    Definisi Penyakit
    Dokumen10 halaman
    Definisi Penyakit
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Demo
    Demo
    Dokumen5 halaman
    Demo
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Aksara Modre 1
    Aksara Modre 1
    Dokumen7 halaman
    Aksara Modre 1
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Etiologi
    Etiologi
    Dokumen5 halaman
    Etiologi
    indah96
    Belum ada peringkat
  • A3. Review Jurnal Ilmiah PDF
    A3. Review Jurnal Ilmiah PDF
    Dokumen15 halaman
    A3. Review Jurnal Ilmiah PDF
    Quinta Nadya Madra
    Belum ada peringkat
  • 1.2. Host
    1.2. Host
    Dokumen8 halaman
    1.2. Host
    indah96
    Belum ada peringkat
  • SKR 11 100 07045
    SKR 11 100 07045
    Dokumen62 halaman
    SKR 11 100 07045
    Izat Fuadi
    Belum ada peringkat
  • Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Di PKBM Pati
    Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Di PKBM Pati
    Dokumen10 halaman
    Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Di PKBM Pati
    FajarMamanyaKembar
    Belum ada peringkat
  • Uji Chi Square
    Uji Chi Square
    Dokumen1 halaman
    Uji Chi Square
    indah96
    Belum ada peringkat
  • Demo
    Demo
    Dokumen5 halaman
    Demo
    indah96
    Belum ada peringkat