Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK STEGANOGRAFI DAN WATERMARK

MOCHAMMAD DWI ARI WIBOWO

4.31.14.1.13

Abstrak

Pada perkembangan jaman saat ini untuk system multimedia dan internet, pengaksesan
data sangatlah mudah dilakukan oleh hampir semua orang. Steganografi merupakan
salah satu cara untuk menyembunyikan suatu pesan atau data rahasia di dalam suatu
media penampungnya sehingga orang lain tidak menyadari adanya pesan didalam
media tersebut. Watermarking merupakan suatu bentuk dari steganography (ilmu yang
mempelajari bagaimana menyembunyikan suatu data pada data yang lain). Penggunaan
Steganografi digunakan ketika mengirimkan suatu pesan melalui beberapa media baik
berupa teks, gambar, audio dan video melalui kanal komunikasi di mana keberadaan
dari pesan itu dirahasiakan sementara watermarking suatu cara untuk penyembunyian
atau penanaman data dan informasi tertentu. Pada audio dan video digunakan teknik
watermark sebagai salah satu jawaban untuk menentukan keabsahan pencipta atau
pendistribusi suatu data digital.
Kata Kunci : Steganografi, Watermarking

I. PENDAHULUAN
Di zaman era globalisasi saat ini, internet menjadi salah satu sumber informasi untuk
sebagian besar masyarakat yang dapat memudahkan untuk saling bertukar informasi
dan pengambilan data dalam format digital, baik berupa teks, citra, audio, dan video.
Banyaknya data-data digital yang berkembang sekarang ini, telah memberikan
kemudahan bagi para pengguna, khususnya pertukaran data antar pengguna. Tetapi hal
ini menjadi sebuah masalah baru dalam hal hak cipta dan kepemilikan data digital
tersebut.
Steganografi merupakan salah satu cara untuk menyembunyikan suatu pesan atau data
rahasia di dalam suatu media penampungnya sehingga orang lain tidak menyadari
adanya pesan didalam media tersebut. Dalam bidang keamanan komputer, steganografi
digunakan untuk menyembunyikan data rahasia. proses penyisipan pesan dan proses
ekstraksi pesan. Proses penyisipan pesan membutuhkan masukan media penyisipan,
pesan yang akan disisipkan dan kunci. Keluaran dari proses penyisipan ini adalah media
yang telah berisi pesan. Proses ekstraksi pesan membutuhkan masukan media yang
telah berisi pesan. Keluaran dari proses ekstraksi pesan adalah pesan yang telah
disisipkan. Metode End Of File ini mempunyai kelebihan dapat menyembunyikan
pesan dalam jumlah yang tidak terbatas dan pesan yag akan disisipkan ditempatkan
diakhir file citra.
Steganografi berasal dari bahasa Yunani yaitu stegos yang berarti penyamaran dan
graphia yang berarti tulisan. Steganografi digunakan untuk menyembunyikan informasi
rahasia ke dalam suatu media sehingga keberadaan pesan tersebut tidak diketahui oleh
orang lain.Steganografi bertujuan untuk menghilangkan kecurigaan dengan cara
menyamarkan pesan tersebut.

Menurut (Rinaldi, 2006),[6] ada beberapa hal yang diperlukan untuk menyembunyikan
pesan yaitu:
1. Algoritma Penyisipan (Embeding Algorithm).
Algoritma ini digunakan untuk menyisipkan suatu pesan yang disembunyikan ke
dalam suatu data yang akan dikirim. Proses penyisipan ini diproteksi oleh sebuah
key-word sehingga hanya orang-orang yang mengetahui key-word ini yang dapat
membaca pesan yang disembunyikan tersebut.
2. Fungsi Detektor (Detector Function).
Fungsi Detektor ini adalah untuk mengembalikan pesan-pesan yang
disembunyikan tersebut.
3. Carrier Document.
Merupakan dokumen yang berfungsi sebagai media yang digunakan untuk
menyisipkan informasi. Dokumen ini dapat berupa file-file seperti file audio,video
atau citra(gambar).
4. Key
Merupakan kata kunci yang ikut disisipkan kedalam dokumen berguna dan dipakai
sebagai proses verifikasi sewaktu informasi akan ditampilkan atau diuraikan.
5. Secret Message/ Plaintext
Merupakan pesan rahasia yang akan disisipkan kedalam carrier document. Pesan
inilah yang tidak ingin terlihat dan terbaca oleh orang yang tidak berkepentingan.
Sebagai contoh ilustrasi, Gambar 13.1.a adalah citra lada (peppers.bmp) yang akan
digunakan untuk menyembunyikan sebuah dokumen teks (Gambar 13.1.b) yang
berukuran 20 KB). Perhatikanlah citra lada sebelum penyembuan data (13.1.a) dan citra
setelah disisipi data teks (13.1.c). Citra lada tetap kelihatan mulus, seolah-olah tidak
pernah disisipi data sebelumnya. Sebenarnya tidaklah demikian, gambar lada tersebut
mengalami sedikit perubahan akibat steganografi, namun mata manusia mempunyai
sifat kurang peka terhadap perubahan kecil ini,sehingga manusia sukar membedakan
mana gambar yang asli dan mana gambar yang sudah disisipi data.
Watermarking merupakan suatu bentuk dari steganography (ilmu yang mempelajari
bagaimana menyembunyikan suatu data pada data yang lain), dalam mempelajari
teknik-teknik bagaimana penyimpanan suatu data (digital) kedalam data host digital
yang lain (istilah host digunakan untuk data atau sinyal digital yang ditumpangi).
(Scheineider, 1994). Watermarking (tanda air) ini agak berbeda dengan tanda air pada
uang kertas. Tanda air pada uang kertas masih dapat kelihatan oleh mata telanjang
manusia (mungkin dalam posisi kertas yang tertentu), tetapi watermarking pada
media digital disini dimaksudkan tak akan dirasakan kehadirannya oleh manusia tanpa
alat bantu mesin pengolah digital seperti komputer, dan sejenisnya. Watermarking
merupakan suatu cara untuk penyembunyian atau penanaman data dan informasi
tertentu (baik hanya berupa catatan umum maupun rahasia) kedalam suatu data digital
lainnya, tetapi tidak diketahui kehadirannya oleh indera manusia (indera penglihatan
atau indera pendengaran), dan mampu menghadapi proses-proses pengolahan sinyal
digital sampai pada tahap tertentu. Watermarking berkembang seiring perkembangan
zaman dengan munculnya watermarking pada media digital atau disebut dengan digital
watermarking. Digital watermarking dapat dijalankan pada berbagai media digital
seperti citra digital, file suara, dan video. Salah satu prinsip dalam digital watermarking
adalah informasi yang disisipkan pada media digital tidak boleh mempengaruhi kualitas
media digital tersebut. Jadi pada citra digital, mata manusia tidak bisa membedakan
apakah citra tersebut disisipi watermark atau tidak. Demikian pula jika diterapkan pada
file suara atau musik, telinga manusia tidak bisa mendengar sisipan informasi tadi.
Sehingga pada digital watermarking terdapat persyaratan bahwa digital watermark atau
informasi digital yang disisipkan dalam media digital haruslah imperceptible atau tidak
terdeteksi oleh sistem penglihatan manusia (Human Visual System) atau sistem
pendengaran manusia (Human Auditory System). Digital watermark sendiri adalah
sebuah kode identifikasi yang secara permanen disisipkan kedalam data digital dengan
membawa informasi yang berhubungan dengan perlindungan hak cipta dan otentikasi
data. Watermarking ini memanfaatkan kekurangan-kekurangan sistem indera manusia
seperti mata dan telinga. Dengan adanya kekurangan inilah, metoda watermarking ini
dapat diterapkan pada berbagai media digital.
II. PERBEDAAN STEGANOGRAFI DAN WATERMARK
Steganografi Watermark
Memiliki Tujuan mengirimkan pesan Memiliki tujuan perlindungan
rahasia apapun tanpa menimbulkan copyright,pembuktian kepemilikan
kecurigaan (ownership), fingerprinting
Aman, sulit dideteksi, sebanyak Robustness, sulit dihapus (remove)
mungkin menamoung pesan (large
capacity)
Media penampung tidak punya arti apa- Media Penampung justru yang diberi
apa proteksi, watermark tidak rahasia, tidak
mementingkan kapasitas watermark

Komunikasi yang digunakan Point to Komunikasi yang one to many


point

III. PENGGUNAAN STEGANOGRAFI DAN WATERMARK


Steganografi digunakan ketika mengirimkan suatu pesan melalui beberapa media baik
berupa teks, gambar, audio dan video melalui kanal komunikasi di mana keberadaan
dari pesan itu dirahasiakan. Steganografi adalah salah satu dari teknik-teknik
penyembunyian informasi dan yang dapat yang digolongkan ke dalam linguistic
steganography dan technical steganography
Linguistic steganography didefinisikan oleh Chapman et al. [2] merupakan “seni
menggunakan bahasa alami yang ditulis
untuk merahasiakan pesan-pesan rahasia”. Namun pada saat ini teknik steganografi
yang digunakan sudah amat beragam,
beragam mulai dari algoritma yang digunakan sampai pada media yang digunakan.
Beberapa contoh media penyisipan
pesan rahasia yang digunakan dalam teknik Steganography antara lain adalah [1]:
1. Teks
Dalam algoritma Steganography yang menggunakan teks sebagai media penyisipannya
biasanya digunakan teknik NLP
sehingga teks yang telah disisipi pesan rahasia tidak akan mencurigakan untuk orang
yang melihatnya.
2. Audio
Format ini pun sering dipilih karena biasanya berkas dengan format ini berukuran relatif
besar. Sehingga dapat
menampung pesan rahasia dalam jumlah yang besar pula.
3. Citra
Format pun paling sering digunakan, karena format ini merupakan salah satu format
file yang sering dipertukarkan
dalam dunia internet. Alasan lainnya adalah banyaknya tersedia algoritma
Steganography untuk media penampung yang
berupa citra.
4. Video
Format ini memang merupakan format dengan ukuran file yang relatif sangat besar
namun jarang digunakan karena ukurannya yang terlalu besar sehingga mengurangi
kepraktisannya dan juga kurangnya algoritma yang mendukung format ini.
Steganografi berfungsi untuk menyembunyikan keberadaan pesan dan dapat dianggap
sebagai pelengkap dari kriptografi
yang bertujuan untuk menyembunyikan isi pesan. Berbeda dengan kriptografi dalam
steganografi pesan disembunyikan
sedemikian rupa sehingga pihak lain tidak dapat mengetahui adanya pesan rahasia.
Pesan rahasia tidak diubah menjadi karakter ‘aneh’ seperti halnya kriptografi. Pesan
tersebut hanya disembunyikan ke dalam suatu media berupa gambar, teks, musik, atau
media digital lainnya dan terlihat seperti pesan biasa.
Untuk memudahkan dalam proses penyembunyian pesan teks ke dalam image, maka
dirancang suatu aplikasi steganografi dengan metode Least Significant Bit (LSB).
Aplikasi dirancang dengan tiga proses yaitu mengambil image, menambahkan pesan ke
dalam image (encode image) dan menampilkan pesan rahasia (extract) dalam image.
Watermark digunakan untuk melindungi hak cipta multimedia dengan menyisipkan
informasi ke dalam data multimedia. Informasi yang disisipkan ke dalam data
multimedia disebut watermark, dan
watermark dapat dianggap sebagai sidik digital (digital signature) dari pemilik yang sah
atas produk multimedia tersebut. Dengan kata lain, watermark yang disisipkan menjadi
label hak cipta dari pemiliknya. Pemberian signature dengan teknik watermarking ini
dilakukan sedemikian sehingga informasi yang disisipkan tidak merusak data digital
yang dilindungi. Sehingga, seseorang yang membuka produk multimedia yang sudah
disisipi watermark tidak menyadarikalau di dalam data multimedia tersebut terkandung
label kepemilikan pembuatnya. Jika ada orang lain yang mengklaim bahwa produk
multimedia yang didapatkannya adalah miliknya, maka pemegang hak cipta atas karya
multimedia tersebut dapat membantahnya dengan mengekstraksi watermark dari dalam
data multimedia yang disengketakan. Watermark yang diekstraksi dibandingkan
dengan watermark pemegang hak cipta. Jika sama, berarti memang dialah pemegang
hak cipta produk multimedia tersebut.

IV. PENGGUNAAN WATERMARKING PADA DATA AUDIO DAN VIDEO


Watermarking audio dapat diartikan sebagai suatu teknik penyembunyian data atau
informasi rahasia ke dalam suatu data audio untuk “ditumpangi” (audio host), tetapi
orang lain tidak menyadari keberadaan data tambahan pada data host-nya. Jadi seolah-
olah tidak ada perbedaan antara audio host sebelum dan sesudah proses watermarking.
Metode watermarking dikembangkan sebagai salah satu jawaban untuk menentukan
keabsahan pencipta atau pendistribusi suatu data digital. Tahap – tahap penyisipan
watermark dengan menggunakan metode Phase Coding untuk mengisipkan watermak
dapat dilihat seperti pada Gambar 2.Tahap – tahap seperti pada gambar adalah
pergantikan fase sinyal audio original dengan satu dari dua fase refrensi yang masing –
masing mengkodekan sebuah bit informasi. Watermark tersebut digambarkan dengan
menggunakan sebuah phase shift (pergeseran fase) didalam fase tersebut.
Watermarking video merupakan suatu cara untuk menanamkan data watermark pada
suatu video host. Video host dimodifikasi bersama-sama dengan citra watermark untuk
menghasilkan video stego. Dalam proses ini, video stego akan mengalami error atau
distorsi. Untuk meyakinkan sifat transparansi data watermark yang telah ditanam,
jumlah distorsi citra yang terjadi pada proses embedding harus seminimal mungkin.
Video stego kemudian didistribusikan dan mungkin disirkulasikan dari konsumen legal
ke konsumen yang ilegal. Dengan demikian, akan terjadi bermacam-macam distorsi
pada video. Distorsi video
kemungkinan dihasilkan oleh proses kompresi video lossy, re-sampling atau serangan
khusus pada data watermark yang telah ditanamkan. Proses ekstraksi watermark,
tergantung dari aplikasinya, memerlukan referensi video host untuk mengestimasikan
data watermark pada video yang diterima. Citra watermark diperoleh dari video stego.
Dalam proses ini dapat terjadi perbedaan antara citra watermark yang diuraikan dengan
citra watermark asli. Proses watermarking yang baik akan meminimumkan
perbedaan/error antara citra watermark yang diuraikan dengan citra watermark asli.

V. DAFTAR PUSTAKA

Lilyani, Desi. 2014. Implementasi Steganografi pada Citra Digital dengan


menggunakan Metode Dynamic Cell Spreading. STMIK Budi Darma Medan.

Asep Saefullah, Himawan dan Nazori Agani. 2012. Aplikasi Steganografi Untuk
Menyembunyikan Teks Dalam Media Image Dengan Menggunakan Metode Lsb.
Universitas Budi Luhur.

Solikhin. M. 2017. Watermarking Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform.


Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika.

Fitri, Zahratul. 2015. Audio Digital Watermarking Untuk Melindungi Data Multimedia.
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bumi Persada.

Dwiandiyanta, Yudi. 2010. Watermarking Video Digital menggunakan Discrete


Wavelet Transform (DWT) berbasis Human Visual System (HVS).Universitas Atma
Jaya.

Sembiring, Sandro. 2013. Perancangan Aplikasi Steganografi Untuk Menyisipkan


Pesan Teks Pada Gambar Dengan Metode End Of File. STMIK Budi Darma Medan.

Anda mungkin juga menyukai