Anda di halaman 1dari 98

PEMBINAAN PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI DINAS

KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan


pada Jurusan Administrasi Pendidikan

OLEH:

FAUZI AHMAD
1200230/2012

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. Hadiyanto, M.Ed Dra. Elizar Ramli, M.Pd


NIP:19600416 1986031 004 NIP:19550203 198602 2 001

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
ABSTRAK

Judul : Pembinaan Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas Di Dinas


Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
Penulis : Fauzi Ahmad
1200230/2012
Pembimbing : 1. Dr. Hadiyanto , M. Ed.
2. Dra. Elizar Ramli, M.Pd

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya permasalahan yang


menunjukan tentang pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas yang kurang
berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai pembinaan pegawai dalam pelakasanaan tugas di Dinas Kesehatan
Kabapaten Pasaman Barat. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah (1)
Bagaimanakah pembinaan pegawai melalui bimbingan dalam pelaksanaan tugas
di Dinas Kesehatan Kabupaten pasman Barat. (2) Bagaimanakah pembinaan
pegawai melalui motivasi dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten pasman Barat. (3) Bagaimanakah pembinaan pegawai melalui
Pengawasan dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman
Barat. (4) Bagaimanakah pembinaan pegawai melalui keteladanan dalam
pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. (4)
Bagaimanakah pembinaan pegawai melalui pendidikan dan pelatihan dalam
pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten pasman Barat
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini
adalah seluruh pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Pasman Barat yang
berjumlah 108 orang. Penelitian ini adalah penelitian populasi yaitu pengambilan
seluruh anggota populasi menjadi responden dikurangi dengan 10 responden
untuk uji coba sehingga jumlah sampel penelitian adalah 98 orang. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah angket model skala likert dengan lima
alternatif jawaban yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembinaan pegawai dalam
pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat dilihat dari
aspek bimbingan berada pada kategori cukup baik dengan skor rata-rata yang
diperoleh yaitu 3,38. (2) Pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas di Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat dilihat dari aspek motivasi berada pada
kategori baik dengan skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,6. (3,23). (3)
Pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasaman Barat dilihat pada aspek pengawasan berada pada kategori cukup baik
dengan skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,34 (4) Pembinaan pegawai dalam
pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat dilihat pada
aspek keteladanan berada pada kategori cukup baik dengan skor rata – rata 3,25.
(5) Pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasaman Barat dilihat dari aspek pendidikan dan pelatihan berada pada kategori
cukup baik dengan skor rata – rata 2,8. Jadi secara umum pembinaan pegawai
dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat berada
ada kategori cukup Baik.

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis untuk melakukan penelitian

dan menuliskan skripsi ini dengan judul “Pembinaan Pegawai Dalam

Pelakasanaan Tugas Di Dinas Kesehatan Kabupeten Pasaman Barat”. Skripsi ini

ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan. Program Studi Manajemen Pendidikan, Jurusan Administrasi

Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan

yang sangat berharga untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hadiyanto, M. Ed. selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Elizar Ramli,

M.Pd selaku pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang beserta Pembantu

Dekan.

3. Ibu Dra. Anisah, M.Pd dan Bapak Dr. Hanif Al Kadri M. Pd selaku Ketua dan

sekretaris Jurusan Administrasi Pendidikan.

4. Staf dosen beserta karyawan jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu

Pendidikan UNP

5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pasman Barat yang telah memberi izin

penulis untuk melakukan penelitian ditempatnya.

6. Segenap Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Pasman Barat yang telah

bersedia membantu penulis untuk mendapatkan data dan informasi yang

diperlukan untuk penulisan skripsi ini.

ii
7. Orang tua dan keluargaku yang telah memberikan motivasi kepada penulis

baik materil maupun moril dalam menyelesaikan studi S1.

8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberi dukungan, saran, dan

semangat dalam penulisan skripsi ini serta semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan namanya satu persatu disini.

Semoga bimbingan dan petunjuk yang diberikan menjadi amal saleh bagi

bapak dan ibu serta mendapat balasan yang setimpal dari sisi Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai

kekurangan dan kesalahan, untuk itu kritikan dan saran yang membangun dari

pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini, mudah-mudahan

dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Padang, Agustus 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi masalah ..................................................................................... 6
C. Batasan Masalah........................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
E. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 7
F. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
G. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................... 10
A. Konsep Pembinaan Pegawai ...................................................................... 10
1. Defenisi Pembinaan ............................................................................... 10
2. Dasar Hukum Pembinaan ...................................................................... 11
3. Pembinaan Pegawai ............................................................................... 12
4. Hal-hal Pokok dalam Pembinaan Pegawai ............................................ 14
5. Fungsi Pembinaan ................................................................................. 17
6. Tujuan Pembinaan Pegawai .................................................................. 17
7. Sasaran Pembinaan Pegawai ................................................................. 19
8. Bentuk Pembinaan Pegawai .................................................................. 22
B. Kerangka Konseptual ................................................................................. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 41
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 41
B. Defenisi Operasional .................................................................................. 41
C. Populasi ...................................................................................................... 42

iv
D. Instrumen penelitian ................................................................................... 43
E. TeknikPengumpulanData ........................................................................... 45
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 46
BAB IV ................................................................................................................. 48
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 48
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................................................. 48
1. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Bimbingan ........................ 48
2. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Motivasi ........................... 50
3. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Pengawasan ...................... 52
4. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Keteladanan ..................... 53
5. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Pendidikan dan Pelatihan . 55
6. Rekapitulasi Skor Rata-Rata Pembinaan Pegawai dalam Pelaksanaan
Tugas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat ................... 56
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 57
1. Pembinaan Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Bimbingan ........................ 57
2. Pembinaan Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Motivasi ........................... 59
3. Pembinaan Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Pengawasan ...................... 62
4. Pembinaan Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Keteladanan ..................... 65
5. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Pendidikan dan Pelatihan . 67
BAB V................................................................................................................... 70
PENUTUP ............................................................................................................. 70
A. Kesimpulan ................................................................................................ 70
B. Saran ........................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 SDM Dinas kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011-2015 ... 3

Tabel 2.1 Bentuk Pembinaan Pegawai ................................................................ 23

Tabel 3.1 Jumlah Pegawai di Dinas Kesehatan Kabuaten Pasaman Barat. ......... 42

Tabel 3.2 Skor dan Kriteria Pembinaan Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas di
Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat....................................... 47

Tabel 4.1 Deskripsi Data Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di


Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat dalam Bentuk
Bimbingan ........................................................................................... 49

Tabel 4.2 Deskripsi Data Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di


Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk
Motivasi .............................................................................................. 51

Tabel 4.3 Deskripsi Data Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di


Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk
Pengawasan ......................................................................................... 52

Tabel 4.4 Deskripsi Data Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di


Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk
Keteladanan ......................................................................................... 54

Tabel 4.5 Deskripsi Data Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di


Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk
Pendidikan dan Pelatihan .................................................................... 55

Tabel 4.6 Rekapitulasi Skor Rata-rata Pembinaan Pegawai dalam Pelaksanaan


Tugas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat ................... 56

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka konseptual pembinaan pegawai dalam pelaksanaan


tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. ........................40

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ...........................................72

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ........................................................... 73

Lampiran 3 Petunjuk pengisian Angket ................................................ 74

Lampiran 4 Angket Penelitian ............................................................... 75

Lampiran 5 Tabulasi Analisi Uji Coba Angket ...................................... 78

Lampiran 6 Analisi Uji Coba Angket ..................................................... 79

Lampiran 7 Tabulasi Data Penelitian ................................................... 86

Lampiran 8 Analisis Data Penelitian ......................................................86

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan sebuah Bangsa dan Negara dapat dilihat dari perkembangan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nya dan begitu juga dengan

kemajuan sebuah instansi pemerintahan dapat dipengaruhi oleh sumber

dayanya, dalam hal ini pegawai. Suatu organisasi tanpa didukung pegawai

yang sesuai, baik dari segi kuantitatif, kualitatif, strategi dan

operasionalnya, maka instansi pemerintahan itu tidak akan mampu

mempertahankan keberadaanya, mengembangkan dan memajukan dimasa

yang akan datang, untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang

berkualitas dalam menunjang tugas yang menjadi tanggung jawab

organisasi (Rivai, 2004:35).

Pelaksaan tugas pegawai secara langsung berpengaruh terhadap citra

instansi dimata masyarakat luas. Untuk itu sangat penting bagi suatu

instansi untuk memonitor dan membina seluruh pegawai agar

melaksanakan tugasnya dengan baik agar dapat mencapai target kerja yang

telah ditetapkan. Usaha untuk bisa terus meningkatkan

kemampuannyaadalah dengan memberikan motivasi kerja bagi

pegawainya (Sedarmayanti, 2009 :115).

Peranan SDM menjadi semakin penting bila dikaitkan dengan

perkembangan global yang penuh dengan persaingan kompetitif diantara

organisasi. Salah satu cara yang dilakukan instansi dalam menghadapi

1
2

persaingan yaitu dengan memberdayakan dan menggali seluruh potensi

SDM yang dimilikinya itu secara maksimal.

Organisasi perlu meningkatkan perhatiannya terhadap kualitas

pegawai, baik dari perhatian dari segi kualitas pengetahuan dan

keterampilan, karir, tingkat kesejahteraanya dan bimbingan dari pekerjaan

yang akan dikerjakan serta tempat yang nyaman dalam bekerja begitu dan

diharapkan untuk perlakuan yang sama khususnya pada Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat.

Dinas Kesehatan merupakan suatu instansi pemerintahan yang

bertindak di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat di Kabupaten Pasaman termasuk melayani

pengurusan berbagai izin dalam kesehatan, jaminan kesehatan dan

mempromosikan suatu kesehatan kepada masyarakat yang ada di Pasaman

Barat. Dinas Kesehatan memiliki unit pelaksana teknis di tingkat

kecamatan yaitu Puskesmas dan di tingkat desa Polindes dan Puskesmas

Pembantu. Seluruh pegawai di unit pelaksana teknis tersebut harus

bekerjasama untuk menindaklanjuti berbagai program kegiatan yang telah

dirumuskan oleh Dinas Kesehatan sehingga mencapai kinerja yang

maksimal sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan. SDM

kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat dapat

dilihat pada tabel berikut :


3

Tabel 1.1
SDM Dinas kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
Tahun 2011-2015

Status Kepegawaian Total


No Tahun
PNS Honorer Kontrak
1 2011 67 5 26 98
2 2012 67 5 28 100
3 2013 74 5 29 101
4 2014 74 5 29 101
5 2015 83 5 20 108
Sumber : Sub Bagian Kepegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat,
2015

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat di dominasi oleh mayoritas pegawai PNS dan

minoritas pegawai kontrak dengan jumlah pegawai 108 orang.

Berdasarkan keadaan dilapangan diketahui bahwa pelaksanaan

Tupoksi pegawai Dinas Kesehatan belum berjalan sebagaimana mestinya.

Hal ini terlihat berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada 4 – 8

Januari 2016, didapatkan hasil bahwa :

1. Masih ditemukan pegawai tidak mengerjakan tugas secara

keseluruhan, sehingga ada pegawai yang tidak mampu memenuhi

target kerja yang telah ditetapkan.

2. Adanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) bekerja tidak sesuai dengan

standar operasional yang telah ditetapkan, hal ini mengakibatkan ada

Tupoksi yang tidak dapat berjalan dengan baik.

3. Masih ada sebahagian pegawai yang kurang memiliki pengetahuan

dalam pelakasanaan tugasnya, sehingga pekerjaan tidak optimal dan

hal ini kurang ada penangulangan dari atasan atas masalah tersebut.
4

4. Masih ada pegawai yang kurang terampil dalam melakasanakan tugas,

yang kurang sesuai dengan petunjuk kerja yang di tetapkan dan atasan

kurang memberikan pengarahan.

5. Ada sebahagian PNS yang menyatakan bahwa atasan kurang

memberikan pembinaan terhadap bawahan dalam melaksanakan

tugas sehingga semangat kerja pegawai menjadi rendah.

6. Ada sebahagian PNS yang menyatakan bahwa atasan langsung hanya

memberikan arahan ringkas terhadap kegiatan yang akan dilakukan

sehingga pegawai terkadang merasa ragu dengan kelangsungan

kegiatannya.

Fenomena tersebut di atas menunjukkan bahwa pegawai di lingkungan

Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat belum sepenuhnya bekerja

sesuai dengan tugasnya masing – masing. Hal ini jika dibiarkan maka

secara keseluruhan kinerja Dinas Kesehatan menjadi kurang baik. Untuk

mengatasi hal tersebut diperlukan peran pimpinan untuk memberikan

pembinaan terutama pada pegawai yang tugasnya tidak berjalan dengan

baik.

Tugas pokok seorang pemimpin dalam organisasi pada dasarnya

adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari:

merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi.

Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh

pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakkan orang-orang yang

dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara erektif

seorang pemimpin di samping harus memiliki inisiatif dan kreatif harus


5

selalu memperhatikan hubungan manusiawi. Oleh sebab itu organisasi

membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk membantu pemimpin

dalam mencapai tujuan organisasi.Adanya SDM yang mumpuni juga

diharapkan dapat mengolah sumber-sumber lain yang dapat mendukung

pencapaian visi organisasi.SDM yang dimaksudkan adalah pegawai negeri

sipil yang ditempatkan dan bekerja di dinas kesehatan kabupaten pasaman

barat, untuk menjalankan tugasnya sebagaimana telah ditetapkan.

Salah satu tujuan pokok pembinaan kepegawaian adalah terbinanya

pegawai dengan tingkat disiplin kerja dalam pelaksanaan tugas yang

merupakan kunci keberhasilan dalam mewujudkan tujuan dari organisasi

atau instansi. Konsekuensi logis dalam hal tersebut adalah bahwa pegawai

harus lebih produktif, kaya akan ide-ide cemerlang, gagasan positif yang

hanya akan terwujud dengan sikap disiplin dalam pelaksanaan tugas

dikalangan pegawai yaitu adanya sikap mental dan kesadaran diri segenap

pegawai dalam melakukan keseluruhan aktifitas untuk memenuhi segenap

norma-norma, ketentuan-ketentuan dan peraturan undang-undang yang

berlaku dilingkungan masyarakat yang luas dan kompleks.

Menurut Wahjosumidjo (2011:203) bentuk pembinaan dapat

dilakukan melalui pengelolaan, penilaian, bimbingan, pengawasan dan

pengembangan. Pembinaan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat dalam bentuk pemberian arahan terhadapa kegiatan yang

dilakukan, monitoring selama kegiatan dilakukan, menilai hasil kinerja

pegawai, melakukan bimbingan teknis terhadapa pegawai terkait pekerjaan

yang dilakukan, melakukan pengawasan kerja (mulai dari perencanaan


6

sampai hasil kerja), mencari jalan keluar ketika ditemui masalah atau

hambatan selama proses kerja serta memberikan ide-ide untuk perbaikan

dan pengembagan kegiatan/pekerjaan yang akan dilakukan. Pembinaan

dilakukan oleh atasan terhadap bawahan yaitu Kepala Bidang - Kepala

Seksi dan Kepala Seksi – stafnya.

Uraian di atas menunjukan bahwa pembinaan pegawai sangat penting

dilakukan oleh pemimpin kerena merupakan faktor yang menentukan

hasil kerja dalam mencapai tujuan organisasi, atas pemikiran tersebut

peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tentang

“Pembinaan Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat”.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan fenomena dan masalah yang ada, maka dapat

diidentifikasi yaitu sebagai berikut :

1. Masih ditemukan PNS di Dinas Kesehatan belum melaksanakan

tugasnya secara keseluruhan.

2. Masih ditemukan PNS yang tidak mencapai target kerja yang telah

ditetapkan kepadanya.

3. Adanya pegawai dalam melaksanaan tugas kurang menguasai kerja

yang diwewenangkan kepada mereka, hal ini dikarenakan

pengetahuan pegawai terhadap tugasnya masih rendah.

4. Pembinaan yang dilakukan atasan langsung belum maksimal karena

tidak dilakukansecara rutin.

5. Kurangnya arahan yang di berikan oleh pimpinan kepada pegawai.


7

C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah serta fenomena di atas, diketahui banyak aspek

yang mempengaruhi pembinaan pegawai. Pegawai yang akan di bina tidak

termasuk pimpinanya. Karena pimpinan berperan aktif dalam pemberian

pembinaan. Dalam penelitian ini penulis tidak akan meneliti seluruhnya,

karena keterbatasan pengetahuan, waktu, biaya, maka penelitian ini

dibatasi pada masalah pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas di

Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat yang dilihat dari sasaran

pembinaanya yaitu pembinaan pengetahuan, pembinaan fungsional,

pembinan afektif, melalui bentuk- bentuk pembinaan seperti bimbingan,

motivas, pengarahan, pengawasan, keteladanan, pendidikan dan pelatihan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan yang telah diuraikan maka

rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “bagaimana

pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas melalui bentuk- bentuk

pembinaan seperti bimbingan, motivasI, pengarahan, pengawasan,

keteladanan, pendidikan dan pelatihan di Dinas Kesehatan Pasaman Barat?

E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah dan rumusan masalah, penulis

mengajukan beberapa pertanyaan antara lain yaitu :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembinaan pegawai melalui bimbingan

dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman

Barat?
8

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembinaan pegawai melalui motivasi

dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman

Barat ?

3. Bagaimanakah pelaksanaan pembinaan pegawai melalui pengawasan

dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman

Barat ?

4. Bagaimanakah pelaksanaan pembinaan pegawai melalui keteladanan

dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman

Barat ?

5. Bagaimanakah pelaksanaan pembinaan pegawai melalui pendidikan

dan pelatihan dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat ?

F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk memperoleh informasi mengenai :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan pegawai melalui

bimbingan dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan pegawai melalui motivasi

dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman

Barat.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan pegawai melalui

pengawasan dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat.
9

4. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan pegawai melalui

keteladanan dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat.

5. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan pegawai melalui

pendidikan dan pelatihan dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat.

G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang terkait dalam suatu organisasi, secara rinci penelitian ini dapat

bermanfaat:

1. Sebagai masukan bagi Kepala Dinas Kesehatan dalam meningkatkan

pembinaan dan pelaksanaan tugas pegawainya.

2. Sebagai masukan dan menambah khasanah ilmu di Jurusan

Administrasi Pendidikan

3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya untuk

mengembangkan kemampuan sesuai disiplin ilmu terutama

menyangkut pembinaan pegawai di Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat.
10

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Pembinaan Pegawai

1. Defenisi Pembinaan

Pembinaan secara umum diartikan sebagai usaha untuk memberi

pengarahan dan bimbingan, guna mencapai suatu tujuan tertentu.

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina. Pembinaan adalah

proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan

atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna

dengan baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Peorwadarmita, 2007)

pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan

secara bedaya guna dan behasil guna unutk memperoleh hasil yang

lebih baik.

Dalam pelaksanaan pembinaan hendaknya didasarkan pada hal

bersifat efektif dan pragmatis dalam arti dapat memberikan

pemecahan persoalan yang dihadapi dengan sebaik-baiknya, dan

pragmatis dalam arti mendasarkan fakta-fakta yang ada sesuai dengan

kenyataan sehingga bermanfaat karena dapat diterapkan dalam

praktek.

Menurut Thoha (2009:7) pembinaan adalah suatu proses, hasil

atau pertanyaan menjadi lebih baik, dalam hal ini mewujudkan adanya

10
11

perubahan, kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evaluasi atau

berbagai kemungkinan atas sesuatu.

Ketidaktercapaian apa yang diharapkan akan sangat

mempengaruhi kondisi seseorang tersebut baik secara psikis maupun

mental. Di sini peran pembinaan ini sangat diperlukan guna me-

refresh kondisi prsikis dan mental seseorang agar kembali agar tidak

mengalami depresi, dan hal ini sangat membantu agar apa yang

direncanakan tadi dapat tercapai dengan baik.

Konsep pembinaan memberi kerangka acuan mengenai

kekuasaan (power) dan kemampuan (kapabilitas) yang melingkup

arah sosial, ekonomi, budaya, politik dan kelembagaan.

Dari beberapa definisi pembinaan di atas, jelas bagi kita maksud

dari pembinaan itu sendiri dan pembinaan tersebut bermuara pada

adanya perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, yang

diawali dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan,

koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk

mencapai tujuan yaitu hasil yang lebih baik.

2. Dasar Hukum Pembinaan

a. Pancasila dan UUD 1945.

b. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-undang Nomor 8. Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian, pembinaan dilaksanakan berdasarkan sistem karier

dan sistem prestasi kerja.


12

c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tetang Aparatur Sipil Negara

d. KeputusanMenteri PAN RI Nomor: 25/KEPM.PAN/4/2002tanggal

25 April 2002 tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja

Aparatur Negara.

e. PP No 99 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri

Sipil.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.

g. PP No 42 Tahun 2004 Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik

Pegawai Negeri Sipil.

h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 79 Tahun 2005

Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelengaraan

Pemerintah Daerah.

i. Peraturan pemerintah nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin

pegawai Negri Sipil.

3. Pembinaan Pegawai

Untuk meningkatkan SDM, maka diperlukan adanya pendidikan

dan pelatihan sebagai investasi manusia yang tidak bisa tidak harus

dilaksanakan oleh suatu organisasi, tidak saja meningkatkan efektifitas

dan efisiensi kerja, juga dalam rangka mempercepat pemantapan

perwujudan perilaku yang diinginkan (Siagian, 2003:32).

Pendayagunaan aparatur pada dasarnya tidaklah dapat

dipisahkan dari pembinaan pegawai secara menyeluruh yang


13

merupakan segenap aktivitas yang bersangkut paut dengan masalah

penggunaan tenaga kerja dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan

tertentu dengan masalah pokoknya terutama berkisar pada

penerimaan, pengembangan, pemberian balas jasa dan pemberhentian

(Gie, 2006:32).

Guna pembinaan Aparatur Negara diperlukan adanya

pendidikan dan pelatihan yang dapat mengembangkan kemampuan

pegawai bukan saja untuk menangani pekerjaan mereka pada saat itu

tetapi juga untuk pekerjaan-pekerjaan mereka dimasa mendatang.

Artinya pendidikan dan pelatihan merupakan investasi didalam diri

pekerja (bank bakat) yang nantinya siap dtimba bila untuk

meningkatkan efektifitas operasional suatu organiasasi (Steers,

2005:67).

Gie (2006:35) mengatakan, bahwa pembangunan Negara

memerlukan aparatur administrasi Negara yang mau dan mampu

bekerja bagi aparat pelaksana Negara. Dalam rangka meningkatkan di

atas yang juga merupakan wujud pengembangan sumber daya

manusia yang merupkan faktor yang sangat penting di dalam setiap

organisasi, baik organisasi pemerintah, organisasi swasta, organisasi

sosial maupun dalam bentuk organisasi yang besar dan kecil. Oleh

karena itu keberadan pegawai sebagai sumber daya manusia ditinjau

dari sisi kualitas dan kuantitas merupakan faktor pendorong atau

penggerak bagi organisasi dalam proses pencapaian tujuannya.


14

Dengan melihat besarnya peranan sumber daya manusia atau

pegawai dalam pencapaian tujuan Negara, maka hadirnya para

pegawai yang memiliki kecakapan dan keterampilan serta motivasi

dalam diri masing-masing individu sangatlah dibutuhkan, supaya

tujuan Negara yang telah ditetapkan tidak hanya menjasi dokumen

historis saja tetapi juga harus dilaksanakan. Perhatian dan pembinaan

terhadap pegawai dalam suatu pemerintahan, karena tanpa atau

kurangnya perhatian dan pembinaan pegawai dalam suatu

pemerintahan akan menimbulkan berbagai efek yang dapat

mengancam hidup pemerintahan yang bersangkutan.

Berdsarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembinaan pegawai untuk meningkatkan Sumber daya manasia, guna

mengembangkan kemampuan pegawai bukan saja untuk menangani

pekerjaan mereka pada saat itu tetapi juga untuk pekerjaan-pekerjaan

mereka dimasa mendatang untuk mencapai tujuan yang telah di

tetapkan.

4. Hal-hal Pokok dalam Pembinaan Pegawai

Kegiatan-kegiatan pokok yang harus diperhatikan dalam

pembinaan kepegawaian menurut Wijaya, (1995:35), meliputi:

a. Penentuan kebutuhan

Dalam melakukan pembinaan harus ditentukan terlebih

dahulu berapa pegawai yang dibutuhkan untuk melaksankaan

kegiatan operasional suatu instansi dan mencapai tujuan yang telah


15

ditetapkan. Penentuan kebutuhan ditentukan berdasarkan beban

kerja yang ada serta waktu pencapaian yang telah ditetapkan.

Penentuan kebutuhan biasanya dilakukan oleh pimpinan instansi

dan bagian kepegawaian.

b. Pengadaan

Pengadaan pegawai dimulai dari perencanaan sumber daya

yang dibutuhkan dan kualifikasi pendidikan, penarikan, proses

seleksi dan penentuan penerimaan pegawai. Kegiatan ini pada

pemerintahan dilakukan oleh Badan Kepegawaian Nasional (BKN)

ataupun Badan Kepegawaian Daerah untuk penerimaan CPNSD.

c. Penempatan

Penempatan pegawai didasarkan kepada hasil analisa

kebutuhan yang telah dilakukan sehingga diketahui bidang mana

yang masih membutuhkan tenaga agar kegiatannya dapat

berlangsung dengan baik. Penempatan pegawai disesuaikan

dengan latar belakang pendidikan dan jenis keterampilan yang

dimiliki, sehingga ada korelasi antara pengetahuan dan

keterampilan dengan pekerjaan yang akan dilakukan di lapangan.

d. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk melihat sejauh mana kemajuan

yang dilakukan oleh masing – masing pegawai. Pengendalian dapat

dilakukan dengan melakukan evaluasi kinerja pegawai dan


16

kemudian memberikan masukan dan kritikan untuk perbaikan

kinerja yang dirasa masih kurang.

e. Peningkatan moril

Peningkatan moril dimaksudkan untuk menjaga semangat

kerja pegawai dan memelihara rasa memiliki pegawai terhadap

instansi tempat bekerja. Peningkatan moril akan berujung pada

hasil kerja yang lebih baik.

f. Peningkatan mutu

Peningkatan mutu pegawai dapat dilakukan dengan

memberikan kesempatan kepada pegawai untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilakukan

dengan menyediakan anggaran untuk beasiswa ataupun dengan

memberikan izin belajar kepada pegawai dengan pembiayaan

pendidikan oleh pegawai yang bersangkutan.

g. Pemeliharaan tata usaha kepegawaian

Pemeliharaan tata usaha pegawai diartikan juga denga audit

tata usaha. Kegiatan ini dilakukan dengan mengevaluasi kegiatan –

kegiatan personalia yang dilakukan dalam suatu organisasi. Tujuan

dari audit ini adalah untuk menilai efektivitas, menganali aspek –

aspek yang masih dapat diperbaiki, mempelajari aspek secara

mendalam, menunjukkan kemungkinan perbaikan.


17

5. Fungsi Pembinaan

Pembinaan pegawai pada hakikatnya melakukan dua fungsi

yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Fungsi internal

dimaksudkan bahwa pembinaan yang dilakukan oleh atasan kepada

pegawai untuk memupuk kesetiaan dan ketaatan, meningkatkan

adanya rasa pengabdian, tanggung jawab, kesungguhan dan

kegairahan kerja dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi,

meningkatkan gairah dan produktivitas kerja secara optimal dan

memperbesar kemampuan dan kehidupan pegawai melalui proses

pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan intansi.

Sedangkan fungsi eksternal adalah fungsi untuk organisasi atau

instansi tempat kerja yaitu mewujudkan suatu layanan organisasi dan

pegawai yang bersih dan berwibawa.

6. Tujuan Pembinaan Pegawai

Pembinaan aparatur Negara yang diorientasikan kepada

kemampuan, kesetiaan, pengabdian dan tanggung jawab pegawai

negari terhadap Negara dan bangsa, merupakan salah satu usaha untuk

mengimbangi laju pembangunan dan menghadapi kemajuan di segala

bidang.

Adapun yang menjadi tujuan dari pembinaan pegawai negeri

adalah sebagai berikut:


18

a) Diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas-tugas

perintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil

guna.

b) Meningkatkan mutu dan keterampilan dan memupuk kegairahan

kerja.

c) Diarahkan menuju terwujudnya komposisi pegawai, baik dalam

jumlah maupun mutu yang memadai serasi dan harmonis.

d) Terwujudnya pegawai yang setia dan taat kepada Pancasila dan

Undnag-undang Dasar 1945 dan terwujudnya aparatur yang

bersih dan berwibawa.

e) Ditujukan kepada terwujudnya suatu iklim kerja yang serasi dan

menjamin terciptanya kesejahteraan jasmani maupun rohani

secara adil dan merata.

f) Diarahkan kepada penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan

pegawai secara teratur terpadu dan berimbang.

g) Diarahkan kepada pembinaan dengan menggunakan sistem karier

dan sistem prestasi kerja (Musenaf, 1989:16)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembinaan adalah perbaikan atau penyempurnaan yang dilakukan

oleh pemimpin dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan

potensi seseorang dalam melaksanakan tugas, sehingga seseorang

menjadi lebih terampil dan memberikan hasil kerja dengan sebaik-

baiknya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.


19

7. Sasaran Pembinaan Pegawai

Pimpinan atau manajer sebagai atasan mempunyai tanggung

jawab tertentu terhadap pembinaan pegawai yang ada

dibawahnya.Setiap pimpinan dalam melaksanakan pembinaan harus

mengetahui secara tepat sasaran pokok yang hendak dicapai oleh

organisasi, terutama dalam mengadakan pembinaan pegawai supaya

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,

seperti yang dikemukakan oleh Silalahi (1994:78-79). bahwa sasaran

pembinaan terbagi atas bidang pengetahuan, bidang fungsional, bidang

afektif adalah :

1. Bidang Pengetahuan

Pengetahuan pegawai sangatlah berperan penting dalam

tujuan menyelesaikan tugas, dimana tugas yang dikerjakan

sesuai dengan tujuan dari organisasi. Menurut, Track (2012:58)

pengetahuan (knowledge) dianggap sebagai hasil kerja

intelektual yang dikembangkan oleh manusia melalui proses

psikologinya. Sedangkan, Meonir (1995:92) menyatakan

bahwa dengan adanya penegetahuan dan pengalaman itu ia

dapat memiliki pandagan jauh kedepan sehingga aturan yang

dibuat dapat menjangkau waktu yang cukup panjang karena

dapat mengantisipasi segala sesuatu yang berada 5-10 tahun

yang akan datang.


20

Pengetahuan yang diteteapkan organisasi merupakan

basis dari berbagai aspek pengembangan sumber daya yang

dimiliki yang dikondisikan sebagai upaya pendukung dalam

pencapaian kinerja organisasi, Adapun tujuan sasaran

pembinaan pengetahuan menurut, Silalahi (1994:78) bertujan

untuk a) Meningkatkan pengetahuan tentang kebijakan dan

peraturan perusahaan, b) Meningkatkan prestasi kerja para

bawahan hingga mencapai taraf yang dituntut oleh jabatan yang

bersangkutan, c) Membina karyawan muda untuk regenerasi

dan pelestarian pimpinan organisasi; dan d) Meningkatkan

kelangsungan hidup dan perkembangan organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan dimiliki setiap orang mencakup keyakinan

dan pengalaman yang berkembang dengan pola pikir seseorang

untuk melakukan hal yang lebih baik. Bidang pengetahuan

mencakup aspek sejauah mana penguasaaan pengetahauan

pegawai tentang tugas yang di kerjakan.

2. Bidang Fungsional

Pembinaan fungsional adalah pembinaan yang menyangkut

teknis atau kegiatang fungsinoal. Menurut Silalahi (1994:95)

menyatakan bahwa pembinaan fungsional adalah pembinaan

dalam pengunaan sarana dan prasarana kerja, seperti komputer,

peralatan ataupun mesin-mesin yang digunakan untuk


21

melaksanakan tugasnya, Pembinaan fungsional ini lebih di

tujukan untuk menegemabngkan keterampilan pegawai.

Sedangkan, Moenir (1995:117) menyatakan bahwa keterampilan

adalah kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan

mengunakan anggota badan dan peralatan kerja yang tersedia.

Menurut, Silalahi (1994:78) Sasaran bidang fungsional bertujuan

untuk a) Meningkatkan produktivitas melalui penjurusan

keterampilan, b) Mengembangkan keterampilan baru,

pengetahuan, pengertian dan sikap, c) Menggunakan dengan tepat

peralatan baru, mesin, proses dan tata cara pelaksanaan yang baru,

d) Meningkatkan efisiensi kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembinaan fungsional pegawai penting dilakukan untuk

mempermudah peleksanaan pekerjaanya, karena dengan

peningkatan fungsional berarti keterampilan pegawai lebih baik

dari sebelumnya. Bidang fungsional mancakup aspek

keterampilan yang dimiliki pegawai dalam melaksanakan tugas.

3. Bidang Afektif

Pembinaan afaektif adalah pembinaan terhadap sikap dan

moral yang dimiliki oleh pegawai. Menurut, Andreson (2001)

mengatakan bahwa ranah afektif adalah ranah yang berkaitan

dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku

seperti perasaan, minat emosi nilai dan sikap. Adapun menurut,


22

silalahi (1994:76) Sasaran bidang afektif bertujuan untuk a)

Membina mutu dan moral kerja, b) Mengurangi pemborosan,

kecelakaan dan biaya yang tidak perlu, c) Mengurangi kadaluarsa

dalam keterampilan teknologi, metode, proses, produk dan

pengurusan, d) Meningkatkan rasa tanggung jawab

kesetiaan/loyalitas dan kejujuran pada organisasi, dan

e) Membina pengabdian, solidaritas, dan gotong royong.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembinaan afektif dilakukan untuk memperbaiki sikap, nilai dan

minat, konsep diri dan moral agar mereka mampu menyelesaikan

pekerjaanya dengan lebih baik. Bidang afektif mencakup aspek

nilai, sikap dan moral pegawai dalam melaksanakan tugas.

8. Bentuk Pembinaan Pegawai

Pelaksanaan pembinaan memberikan pengaruh positif terhadap

peningkatan kemampuan pegawai, oleh sebab itu perlu dilakukan

dengan baik. Untuk melaksanakan pembinaan butuh satu pengetahuan

dan keterampilan serta dukungan dari semua pihak. Tanpa adanya itu,

pimpinan akan mengalami hambatan dalam pelaksanaan pembinaan.

setiap atasan dalam suatu organisasi harus mengetahui bagaimana

bentuk dari pembinaan kepada bawahan agar pembinaan berjalan

dengan baik untuk meningkatkan kemampuan pegawai.

Menurut Wahjosumidjo (2011:203) menyatakan bahwa bentuk

pembinaan dapat dilakukan melalui pengelolaan, penilaian,


23

bimbingan, pengawasan dan pengembangan. Sedangkan, Hasibuan

(2007:194) menyatakan bahwa pembinaan pada dasarnya yang

mempengaruhi kinerja karyawan dalam meningkatkan kedisiplinan

adalah keteladanan.Menurut, Soesiana (1999) pembinaan pegawai

dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan,

memberikan motivasi, arahan dan pengawasan kepada pegawai yang

bersangkutan.

Selanjutnya Wijoyo (1989:2) menyatakan pembinaan yang

diberikan pimpinan kepada pegawai dapat dilakukan dengan

bimbingan, pengarahan, motivasi/dorongan, dan pengawasan.

Tabel 2.1Bentuk Pembinaan Pegawai


Bentuk Pendapat ahli
pembinaan Wahjosumidjo Soesiana Hasibuan Wijoyo
pegawai
Bimbingan  
Keteladanan 
Motivasi  
Pendidikan dan 
pelatihan.
Pengarahan  
Pengawasan   
Pengelolaan 
Pengembangan 
Penilaian 

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat di tarik

kesimpulan tentang bentuk-bentuk pembinaan terhadap pegawai

dalam melaksanakan tugas yang menjad indikator dalam penelitian ini


24

adalah bimbingan, motivasi, pengawasan, keteladanan, pendidikan

dan pelatihan.

Adapun kegitan yang dapat dilakukan oleh pimpinan dalam

meberikan pembinaan terhadap pegawai di jelaskan sebagai berikut.

a. Bimbingan

Memberikan bimbingan dalam melaksanakan pembinaan

dapat menentukan apa yang harus mereka kerjakan. Dengan

adanya bimbingan terhadap pegwai tentu cara atau pola pikir

kerjanya akan menjadi lebih baik, sehingga prestasi kerja dan

kinerja pegawai akan meningkat.

Menurut Ahmadi (1991:1), bimbingan adalah bantuan yang

diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki

mampu membangkan diri secara optimal dengan jalan memahami

diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna

menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Sedangkan,

Sukardi (1995:3) menyatakan bahwa bimbingan adalah proses

pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang. Atau

sekolompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh

pembimbing agar individu atau sekolmpok individu menjadi

pribadi yang lebih mandiri. Selanjutnya menurut Tolberd dalam

Hikmawati (2012:1) menyatakan bahwa bimbingan adalah seluruh

program atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga yang di

arahkan membantu individu agar mereka dapat menyusun dan


25

melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian dalam semua

aspek kehidupannya sehari-hari. Adapun menurut, Ahmadi

(1991:1) tujuan bimbingan adalah a) Memiliki kemampuan dalam

menyelesaikan konflik atau masalah baik bersifat internal maupun

eksternal, b) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dan

memahami berbagai hambatan yang muncul dalam proses

pembelajran, c) Memiliki sikap dan kebiasaan yang positif, d)

Memiliki keterampilan dan teknik yang efektif dalam

menyelesaikan persoalan, e) Memiliki pemahaman diri

(kemampuan, minat dan kepribadian) yang berkaitan dengan

pekerjaan, f) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, g)

Memahami relevansi kompetensi belajar sesuai dengan

keterampilan bidang pekerjaan. Sedangkan fungsi bimbingan

menurut, Ahmadi (1991:3) ialah a) Fungsi Pemahaman, membantu

agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan

lingkungannya, b) Fungsi preventif, berkaitan dengan upaya

atasan untuk menantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang

mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegah terjadinya masalah,

c) Fungsi pengembangan, yaitu bersifat proaktif untuk

menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, yang memfasilitasi

perkembangan, d) Fungsi penyembuhan, yaitu memberikan

bantuan kepada bawahan yang mengalami masalah baik aspek

pribadi, sosial, dan karir, e) Fungsi penyaluran, yaitu membantu


26

bawahan dalam memantapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai

dengan minat, bakat, keahlian dan ciri – ciri kepribadian lainnya.

Dalam memberikan bimbingan kepada pegawai menurut

Ahmadi (1991:41) hal yang bisa dilakukan atasan ialah

1) Memberikan bantuan. Bimbingan dalam bentuk bantuan

merupakan upaya yang dilakukan atasan dalam membimbing

pegawainya dengan memberikan bantuan kepada pegawai secara

langsung. Sebagaimana atasan secara langsung membantu pegawai

meneyelesaikan pekerjaanya, bantuan yang diberikan atasan dapat

berupa menyusun laporan, dan ikut serta turun langsung ke

lapangan sehingga pekerjaan pegawai dapat terselesaikan.

2) Memberikan arahan. Bimbingan dalam bentukan arahan adalah

upaya yang dilakukan atasan dengan mengarahkan pekerjaan

pegawai agar sesuai dengan petunjuk teknis, bimbingan dalam

bentuk arahan ini berupa petujuk teknis, nasehat serta saran yang

bisa di terapkan oleh pegawai sehingga pekerjaan dapat

terselesaikan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

bimbingan dimaksudkan untuk bantuan dan arahan yang diberikan

oleh atasan kepada bawahannya sehingga seluruh kegiatan dan

pelayanan dalam lembaga dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam

hal membimbing bawahan, atasan mengunakan teknik bimbingan

melalui
27

1. Bantuan

Bimbingan dalam benuk memberikan bantuan yang mana

atasan secara langsung memberikan bantuan kepada

pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya ketika

pegawai yang bersangkutan tidak mampu.

2. Arahan

Bimbingan dalam bentuk arahan yang mana atasan hanya

akan mengarahkan pegawai berupa saran dalam

menyelesaikan pekerjaannya agar pekerjaan tersebut

terselesaikan dengan baik.

b. Motivasi

Salah satu pembinaan untuk meningkatkan produktivitas

kerja adalah pemberian motivasi. Menurut, Danim (2004:2)

mengatakan bahwa motivasi adalah, kekuatan, dorongan,

kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang

mendorong seseorang atau sekolmpook orang untuk mencapai

prestsi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendainya. Sedangkan,

Winardi (2001:6) menyatakan bahwa motivasi merupakan susuatu

kekuatan potensial yang ada pada dalam diri manusia, yang dapat

dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan

luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan monoter, yang

dapat mempengaruhi hasil kerjanya secara positif atau secara

negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang


28

dihadapi orang yang bersangkutan. Selanjutnya, Hikmat

(272:2011) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan atau

rangsangan yang dberikan kepada seseorang agar memiliki

kemauan untuk bertindak, Dorongan ini dapat dilakukan dengan

berbagai cara, misalnya dengan meningkatkan upah kerjanya,

reaward dan imbalan yang merupakan bonus tertentu, aturan-aturan

dan sanksi yang ketat bagi para pelnaggar aturan dan sebagainya.

Tujuan motivasi menurut, Hasibuan (2007) adalah :

a) Meningkatkan moral kerja dan kepuasan kerja karyawan,b)

Meningkatkan produktivitas kerja karyawan, c) Mempertahankan

kestabilan karyawan, d) Meningkatkan disiplin karyawan, e)

Mengefektifkan pengadaan karyawan, f) Menciptakan suasana dan

hubungan kerja yag baik, g) Meningkatkan loyalitas, kreativitas

dan partisipasi karyawan, h) Mempertinggi tingkat kesejahteraan

karyawan, i) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan

terhadap tugas-tugasnya, j) Meningkatkan efisiensi penggunaan

allat-alat dan bahan baku.

Menurut, hasibuan (2007) dalam melakukan motivasi

atasan dapat mengunakan motode motivasi yaitu,

a) Motivasi Langsung (Direct motivation)

Motivasi langsung adalah motivasi (materil dan non

materil) yang diberikan secara langsung kepada setiap

individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan


29

kepuasannya. Jadi, sifatnya khusus seperti pujian,

penghargaan, tunjangan hari raya, bonus dan bintang jasa.

b) Motivasi Tak Langsung (Indirect motivation)

Motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan

hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta

menunjag gairah kerja/kelancaran tugas sehingga karyawan

betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya

kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yag

terang dan nyaman, suasana kerja yang serasi serta

penempatan yang tepat. Motivasi tak langsung besar

pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan

sehingga produktif (Hasibuan, 2007).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan

bahwa memotivasi dimaksudkan untuk mendorong dan

mempengaruhi pegawai meningkatkan pengetahuan, fungsional,

dan afektif dalam melaksanakan tugas. Dalam memotivasi

bawah atasan dapat melakukan motode motivasi adalah :

1. Motivasi Langsung (Direct motivation) Motivasi langsung

adalah motivasi (materil dan non materil) yang diberikan

secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk

memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi, sifatnya

khusus seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya,

bonus dan bintang jasa.


30

2. Motivasi Tak Langsung (Indirect motivation)

Motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan

hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta

menunjag gairah kerja/kelancaran tugas sehingga karyawan

betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya

kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja

yag terang dan nyaman, suasana kerja yang serasi serta

penempatan yang tepat. Motivasi tak langsung besar

pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan

sehingga produktif .

c. Pengawasan

Pengawasan (controling) adalah suatu usaha sistematik

untuk menetapkan standar peleksaan dengan tujuan – tujuan

perencanaan merancang sistem informasi umpan balik,

membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah

ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan

– penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang perlun

untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan

dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam

pencapaian tujuan – tujuan perusahaan. kegiatan untuk

melaksanakan penilaian dan koreksi terhadap pekerjaan yang

sedang berlangsung (Handoko,1993 : 360). Sedangkan, Terry

(2012:232) mengatakan bahwa pengawasan adalah kegiatan dalam


31

bentuk pemeriksaan utuk memastikan bahwa apa yang sudah

dikerjakan sesuai dengan rencana.

Menurut, Maman Ukas (2004:337) tujuan pengawasan

adalah a) Mensuplai pegawai-pegawai manajemen dengan

informasi-informasi yang tepat, teliti dan lengkap tentang apa yang

akan dilaksanakan, b) Memberi kesempatan pada pegawai dalam

meramalkan rintangan-rintangan yang akan mengganggu

produktivitas kerja secara teliti dan mengambil langkah-langkah

yang tepat untuk menghapuskan atau mengurangi gangguan-

gangguan yang terjadi, c) Setelah kedua hal di atas telah

dilaksanakan, kemudian para pegawai dapat membawa kepada

langkah terakhir dalam mencapai produktivitas kerja yang

maksimum dan pencapaian yang memuaskan dari pada hasil?hasil

yang diharapkan. Adapun menurut, Sibmolon (2004:620) fungsi

dari pengawasan adalaha a) Mempertebal rasa tanggung jawab

terhadap pengawas yang diserahi tugas dan wewenang dalam

pelaksanaan pekerjaan, b) Mendidik para pengawas agar mereka

melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur yang telah

ditentukan, c) Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian

dan kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan,

d) Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar

pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan

pemborosan-pemborosan.
32

Dalam melalakukan pembinaan dalam pengawasan atasan

dapat melihat pada proses pengawasan, menurut. Handoko (2009)

yang termasuk kedalam proses pengawasan adalah 1) Standar,

Standar berperan penting bagi pengawasan untuk mengawasi hasil

kerjanya. Setiap pegawai harus mampu bekerja memenuhi standar

kerja yang telah ditetapkan. 2) Penilaian, Penilaian dilakukan oleh

atasan dengan membandingkan hasil kerja pegawai dengan standar

kerja yang ditetapkan oleh organisasi/perusahaan. Penilaian dapat

dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Penilaian dapat

juga dilakukan secara diam – diam atau terang – terangan dan

diketahui oleh semua pihak. 3) Tindakan, Tindakan dilakukan

untuk mengoreksi hasil kerja. Tindakan dapat dilakukan dengan

memberikan pujian jika hasil kerja pegawai memenuhi target kerja

ataupun memberikan teguran jika hasil kerja tidak dapat memenuhi

target kerja.

Berdasarkan pendapat diatas bahawa pengawasan adalah

segala usaha atau kegiatan untuk memeriksa, menilai dan

mengoreksi pelakasanaan tugas masing-masing pegawai. Dalam

melakukan pembinaan dalam bentuk pengawasan atasan dapat

melakukan pembinaan melalui proses pengawasan yaitu :

1) Standar. Standar berperan penting bagi pengawasan untuk

mengawasi hasil kerjanya. Setiap pegawai harus mampu

bekerja memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan.


33

2) Penilaian. Penilaian dilakukan oleh atasan dengan

membandingkan hasil kerja pegawai dengan standar kerja yang

ditetapkan oleh organisasi/perusahaan. Penilaian dapat

dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Penilaian

dapat juga dilakukan secara diam – diam atau terang – terangan

dan diketahui oleh semua pihak.

3) Tindakan. Tindakan dilakukan untuk mengoreksi hasil kerja.

Tindakan dapat dilakukan dengan memberikan pujian jika hasil

kerja pegawai memenuhi target kerja ataupun memberikan

teguran jika hasil kerja tidak dapat memenuhi target kerja.

d. Keteladanan

Keteladanan merupakan cerminan tingkah laku yang dapat

ditiru pegawai. Menurut, Alya (2009:783) menyatakan bahwa kata

keteladan mempunyai akar kata “teladan” yang berarti perbuatan

atau sifat yang patut ditiru atau baik untuk di contoh. Jadi

“keteladanan” adalah hal-hal yang dapat ditiru atau di contoh.

Sedangkan, Hasibuan (2012:195) menyatakan bahwa teladan

pemimpin sangatlah berperan dalam menentukan kedispilinan

karyawan karena pimpinan dijadikan teladan oleh para bawahanya.

Peimpinan harus memberikan contoh yang baik, jujur adil, serta

sesuai kata dengan perbuatan. Menurut, Rahman (2009: 14)

Metode keteladanan yang banyak digunakan adalah metode

percakapan, menceritakan kisah – kisah, mengambil pembelajaran


34

dan mendidik dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan

ataupun menakutkan. Metode tersebut dilakukan oleh pendidik

atau atasan agar dapat ditiru oleh murid atau bawahannya.

Berbagai metode keteladan dapat diterapkan. Namun pada

umumnya keteladan merupakan suatu proses pembelajaran.

Selanjutnya, menurut Rahman (2009:14) menjelaskan unsur

dari keteladan adalah :

1) Kesiapan untuk meniru, Setiap tahapan usia mempunyai

kesiapan dan potensi untuk meniru. Pada prinsipnya setiap

pemimpin harus mempertimbangkan potensi yang ada pada

bawahannya sehingga memudahkan dalam melakukan

bimbingan dan arahannya kepada mereka.

2) Tujuan untuk meniru, Setiap peniruan mempunyai tujuan

tertentu yang kadang – kadang diketahui oleh pihak peniru dan

kadang – kadang tidak diketahui.

3) Pelaksanaan terhadap diri sendiri, yang mana atasan

menerapkan nilai – nilai disiplin pada dirinya sendiri yaitu

dengan melakukan pekerjaan dengan baik, bekerja tepat pada

waktunya dan memiliki tingkah laku yang baik sehingga bisa

dicontoh dan diterapkan oleh pegawainya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

keteladanan adalah sikap dan perilaku baik yang ditunjukan oleh

atasan sehingga dapat memotivasi pegawai untuk menerapkan


35

sikap dan prilaku yang baik tersebut. Dal hal ini yang dapat

dilakaukan atasan dalam memberikan pembinaan pegawai

dalam bentuk keteladan ialah melalaui unsur keteladan itu

sendiri dimana menurut Rahman (2009:14) adalah

1.Pelaksanaan terhadap diri sendiri, yang mana atasan

menerapkan nilai – nilai disiplin pada dirinya sendiri yaitu

dengan melakukan pekerjaan dengan baik, bekerja tepat pada

waktunya dan memiliki tingkah laku yang baik sehingga bisa

dicontoh dan diterapkan oleh pegawainya.

e. Pendidikan dan pelatihan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam mennetukan

kemampuan kerja pegawai. Pendidikan dan pelatihan pegawai

memberi kontribusi pada peningkatan produktivitas, efektivitas,

dan efesiensi organisasi. Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai

harus di berikan secara berkala agar setiap pegawai terpilihara

kopetensinya untuk peningkatan kinerja organisasi. Oleh karna

itu program pelatihan harus mendapat perhatian melalui

perencanaan kebutuhan diklat bagi setiap pegawai.

Menurut Heidjaracman (2004:77) menyatakan bahwa

pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan

pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya

peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan

terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan


36

mencapai tujuan. Sedangkan, Notoatmodjo (2003:16)

menyatakan bahwa pendidikan Secara Umum Adalah segala

upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik

individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka

melakukan apa yang di harapkan oleh perilaku pendidikan.

Selanjutnya, Simanjuntak (2005 : 78) Menyatakan bahwa

Pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan atau

perilaku ke arah yang diinginkan, sedangkan pelatihan adalah

teknik yang memusatkan pada belajar tentang keterampilan,

pengetahuan dan sikap – sikap yang ibutuhkan untuk memulai

suatu pekerjaan atau tugas untuk meningkatkan kemampuan

melakukan suatu pekerjaan atau tugas.

Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah no 11 tahun

2000 tentang pendidikan dan pelatihan pasal 2 dan 3 bahwa

Diklat bertujan agar peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap untuk dapat melaksanakan tugas secara operasional yang

didasari kepribadian etika pegawai sesuai dengan kebutuhan

instansi yaitu sebagai berikut:

a) Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai

pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

b) Memantapkan sikap dan semangat kepribadian yang

berorientasi pada pelayanan, pengayoman, pemberdayaan

masyarakat.
37

c) Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola berpikir

dalam melaksanakan tugas dan pembagunan demi

terwujudnya pemerintahan yang baik.

Adapun menurut, Maman R (2008:56) Faktor yang

Mempengaruhi Terlaksananya Pendidikan dan Pelatihan ialah

a. Dana/Biaya yang tersedia

Dana merupakan faktor penting terlaksananya kegiatan

pendidikan dan pelatihan bagi karyawan. Dana

pendidikan biasanya dalam bentuk beasiswa ataupun

swadana, dimana pegawai membiayai sendiri pendidikan

dan pelatihan yang akan diikutinya.

b. Kesempatan yang Diberikan

Atasan harus memberikan kesempatan kepada pegawai

untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan.

Peningkatan ini dapat dilakukan dengan melanjutkan

pendidikan atau mengikuti pelatihan – pelatihan tertentu.

Kesempatan yang diberikan berupa tugas belajar atau izin

belajar untuk pendidikan ataupun kesempatan untuk

mengikuti pelatihan – pelatihan sehubungan dengan

bidang kerja yang menjadi tugas pegawai sehari – hari di

kantor.
38

c. Pelatihan Non Keterampilan

Pendidikan dan pelatihan tidak hanya ditujukan untuk

pengetahuan saja tetapi juga pelatihan budi pekerti

sehingga pegawai merasa memiliki tanggung jawab

secara moral terhadap pekerjaan yang dilakukannya.

Kegiatan pelatihan ini biasanya lebih kepada pelatihan

kepribadian yang dilakukan khusus oleh masing – masing

instansi.

d. Evaluasi Hasil Pelatihan

Atasan harus melakukan penilaian terhadap pegawai yang

diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan

pendidikan dan pelatihan. Misalnya dengan mengukur

tingkat pengetahuan dan keterampilan setelah diberikan

kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau melihat hasil

kerja yang dibebankan kepada pegawai yang

bersangkutan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan dan pelatihan adalah upaya untuk

pengembangan sumber daya manusia terutama untuk

pembagunan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian

manusia serta dapat meningkatkan keahlian teoritis, konseptual,

moral produktivitas, disiplin, sikap, etos kerja dan keterampilan

agar dapat melaksankan tugas dengan baik. Dalam hal ini


39

pembinaan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan yang dapat

di lakukan oleh atasan melihat dari Faktor yang Mempengaruhi

Terlaksananya Pendidikan dan Pelatihan menurut Maman R

(2008:56) sebagai berikut.

1. Kesempatan pelatihan, Atasan harus memberikan

kesempatan kepada pegawai untuk meningkatkan

pendidikan dan keterampilan. Peningkatan ini dapat

dilakukan dengan melanjutkan pendidikan atau mengikuti

pelatihan – pelatihan tertentu. Kesempatan yang diberikan

berupa tugas belajar atau izin belajar untuk pendidikan

ataupun kesempatan untuk mengikuti pelatihan – pelatihan

sehubungan dengan bidang kerja yang menjadi tugas

pegawai sehari – hari di kantor

2. Anggaran atau dana pembiayaan untuk pendidikan dan

pelatihan, Dana merupakan faktor penting terlaksananya

kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan. Dana

pendidikan biasanya dalam bentuk beasiswa ataupun

swadana, dimana pegawai membiayai sendiri pendidikan

dan pelatihan yang akan diikutinya.

3. Pengawasan hasil pelatihan, Penilaian terhadap pegawai

yang diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan

pendidikan dan pelatihan. Misalnya dengan mengukur

tingkat pengetahuan dan keterampilan setelah diberikan


40

kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau melihat hasil

kerja yang dibebankan kepada pegawai yang bersangkutan.

B. Kerangka Konseptual

Pembinaan pegwai adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan, fungsional dan afektif pegawai untuk

menghasilkan tanaga kerja yang berhasil guna. Pada penelitian ini

pimpinan akan memberikan pembinaan kepada pegawai dalam

pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. Penulis

perlu mengambarkan kerangka konseptual yang di sajikan sebagai

pedoman dalam menentukan arah penelitian yang akan penulis lakukan

sebagai berikut:

- Bimbingan
- Motivasi
- Pengawasan
Pembinaan
- Keteladanan Hasil Kerja
pegawai
- Pendidikan
dan pelatihan

Gambar 1. Kerangka konseptual pembinaan pegawai dalam


pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Ditinjau dari yang akan diteliti, penelitian ini termasuk jenis penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang mengungkapkan masalah yang terjadi

dimasa sekarang sebagamana adanya. Arikunto (2010:3) istilah deskriptif

berasal dari istilah bahasa inggris to describe yang berarti memamparkan

atau mengambarkan suatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi,

peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Dengan demikian penelitian deskriptif

adalah penelitian yang mengambarkan atau meyelidiki suatu hal yang

hasilnya di paparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian ini

digolongkan ke dalam penelitian deskriptif, yaitu mengungkapkan

tentang pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat.

B. Defenisi Operasional

Penelitian ini terdiri atas satu variabel yaitu pembinaan pegawai.

Pembinaan pegawai adalah yang dilakukan untuk meningkatkan

keterampilan serta memupuk semangat dan moral kerja, mewujudkan

iklim kerja yang berdaya guna ada pun indikator pembinaan pegawai

adalah : 1) Bimbingan, 2) Motivasi, 3) Pengawasan, 4) Keteladanan, 5)

Pendidikan Dan Pengetahuan.

41
42

C. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek penelitian yang di jadikan

jumlah penelitian. Sugiyono (2009:115) “Populasi adalah wilayah

generelisasi yang terdiri atas objek-objek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian diberi kesimpulannya”

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja

di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. Berdasarkan data yang

diperoleh di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat diperoleh

informasi bahwa jumlah populasi adalah 108 orang.

Tabel 3.1
Jumlah Pegawai di Dinas Kesehatan Kabuaten Pasaman Barat.

No Bidang Jumlah Pegawai

1. Sekretariat
21
2. Pelayanan Kesehatan Dasar
18
3. Pemecahan Masalah Kesehatan
21
4. Sumber Daya Kesehatan
19
5. Promosi Kesehatan
18
6. Instalasi Farmasi
11
Jumlah 108

Sumber :Sub Bagian Kepegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat,


2015

Penelitian ini adalah penelitian populasi, dengan demikian, responden

pada penelitian ini adalah seluruh anggota populasi dikurangi 10 orang


43

untuk uji coba kuesioner. Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah

responden adalah 108 – 10 orang = 98 orang.

D. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Sugiyono (2009:199) angket

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

dengan menggunakan skala Likert, dengan alternatif pilihan jawaban

yaitu:

a. Selalu (SL)

b. Sering (SR)

c. Kadang-kadang (KD)

d. Jarang (JR)

e. Tidak pernah (TP)

Masing-masing dari alternatif jawaban diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1.

Penyusunan instrumen dalam penelitian ini dilakukan melaluibeberapa

kegiatan yaitu:

a. Membuatan kisi-kisi instrumen berdasarkan variabel dan indikator

yang telah ditetapkan.

b. Membuat dan menyusun butir-butir pernyataan berdasarkan

indikator yang telah ditetapkan dari masing-masing variabel sesuai

dengan kisi-kisi.
44

c. Mengkonsultasikan butiran pertanyaan kepada dosen pembimbing.

d. Melakukan uji coba instrumen kepada 10 orang pegawai dari

anggota populasi yang tidak terpilih sebagai sampel dalam

penelitian. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

validitas dan reliabilitas masing-masing.

Validitas data merupakan suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat kesahihan suatu instrument.Instrumen yang sahih memiliki

validitas tinggi.Instrumen dikatakan sahih apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan, mampu mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti secara tepat, tinggi rendahnya validitas

instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran validitas yang dimaksud” (Suharsimi

A., 2003). Nilai korelasi (r) dibandingkan dengan 0,3, jika korelasi

(r) lebih besar dari 0,3 maka pertanyaan yang dibuat dikategorikan

valid.

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu instrument dapat

memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila pengukuran

diulang dua kali atau lebih (Juanda, 2009). Menurut Suharsimi

(2003) uji reliabilitas bisa dilakukan dengan menggunakan teknik

Alpha-Cronbach, yaitu dengan rumus:


45

Dimana :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

= Jumlah varians butir

= Varians total

Kriteria uji reliabilitas instrumen menggunakan batas 0,6, jika

Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka pertanyaan dinyatakan

reliabel. Karena item variabel penelitian ini kurang dari 20, maka

nilai minimal Cronbach alpha yang digunakan adalah 0,5 (Supranto

dan Nandan, 2012).

E. TeknikPengumpulanData

Pengumpulan data dilakukan secara langsung ditempat penelitian

yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. Angket disebarkan

kepada pegawai yang menjadi sampel penelitian. Langkah yang ditempuh

pada hari pertama menemui responden secara langsung serta menyerahkan

instrumen. Pada kunjungan kedua mengumpulkan kembali angket yang

sudah diisi oleh responden. Pengisian angket oleh responden diberi waktu

selama satu minggu,agar angket dapat diisi dengan baik oleh responden.

Angket yang telah diisi oleh responden diteliti satu per satu, jika ada

butir instrument yang terlupakan atau tidak diisi oleh responden pada

pengumpulan data, akan dikembalikan pada responden sehingga semua

instrumen dijawab lengkap oleh responden.


46

F. Teknik Analisis Data

Angket yang telah terkumpul dianalisa dengan mengunakan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Memeriksa angket yang telah terkumpul dan menentukan angket

manayang bisa diolah dan yang tidak.

b. Membuat tabel persiapan tabulasi data.

c. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang di

berikan.

d. Menghitung rata-rata dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Arikunto (2010:371) sebagai berikut :

∑𝑓𝑥
𝑀=
𝑁

M : Rata-rata

∑fx : Jumlah skor keseluruhan

N : Jumlah responden.

e. Untuk menentukan kualitas pembinaan pegawai di Dinas

Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat dari masing-masing

indikator, maka digunakan klasifikasi kategori hasil menurut

Nana dalam Yanti (2013:39) yaitu pada tabel 3.2 :


47

Tabel 3.2
Skor dan Kriteria Pembinaan Pegawai dalam Pelaksanaan
Tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat

No Skor Kriteria
1 4,6 – 5,0 Sangat baik
2 3,6 – 4,5 Baik
3 2,6 – 3,5 Cukup baik
4 1,6 – 2,5 Kurang baik
5 1 – 1,5 Tidak baik
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis akan menguraikan deskripsi data hasil penelitian

dan pembahasan mengenai Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di

Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat yang dilihat dari indikatornya yaitu

bimbingan, motivasi, Pengawasan, keteladanan, pendidikan dan pelatihan.

Deskripsi data untuk masing-masing indikator tersebut dapat dilihat pada bagian

berikut yang kemudian diikuti dengan pembahasan penelitian.

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian


Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat dapat dilihat dari lima indikator yaitu memberikan

bimbingan, motivasi, pengawasan, keteladanan, pendidikan dan pelatihan

Masing-masing indikator tersebut diuraikan pada bagian berikut:

1. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Bimbingan

Deskripsi hasil pengolahan data tentang Pembinaan Pegawai

Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman

Barat dalam bentuk Bimbingan dapat dilihat dari bantuan yang di berikan

oleh atasan dan pengarahan yang dilakukan oleh atasan dapat dilihat pada

tabel dibawah in.

48
49

Tabel 4.1
Deskripsi Data Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
dalam Bentuk Bimbingan

SL SR KD JR TP Jumlah
No Aspek yang Diteliti
F Fx F Fx F Fx F Fx F FX ∑f ∑fx M
Atasan membantu pegawai dalam
1 menyusun laporan. 4 20 47 188 33 99 14 28 0 0 98 335 3,4

Atasan membantu pegawai


2 mengoreksi laporan yang telah 2 10 45 180 36 108 15 30 0 0 98 328 3,3
disusun
Atasan membetulkan laporan jika di
3 3 15 48 192 37 111 10 20 0 0 98 338 3,4
temukan kesalah
Atasan ikut serta langsung
4 kelapangan untuk membantu 9 45 42 168 36 108 11 22 0 0 98 343 3,5
pekerjaan pegawai
Atasan mengkoordinir langsung
5 6 30 34 136 42 126 16 32 0 0 98 324 3.3
pekerjaan pegawai di lapangan
Atasan membantu pegawai
6 menyelesaikan masalah yang timbul 3 15 50 200 36 108 9 18 0 0 98 341 3,5
di lapangan.
Atasan membantu pegawai
7 mengkondisikan keadaan di 4 20 49 196 32 96 13 26 0 0 98 338 3,4
lapangan.
Atasan membantu pegawai secara
kontiniu sampai pegawai mampu
8 1 5 47 188 38 114 12 24 0 0 98 331 3,4
mandiri dalam menyelesaikan
pekerjaan
Atasan memberikan arahan kepada
9 pegawai untuk bekerja sesuai 4 20 41 164 38 114 15 30 0 0 98 328 3,3
dengan prosedur kerja tertulis
Atasan memberikan arahan kepada
10 pegawai sesuai dengan 3 15 44 176 37 111 14 28 0 0 98 330 3,4
keterampilan yang dibutuhkan
Atasan mengarahkan pegawai untuk
11 giat mendapatkan informasi yang 2 10 32 136 56 174 4 8 0 0 98 330 3,4
dibutuhkan
Atasan berusaha untuk menjalin
12 6 30 32 128 52 156 8 16 0 0 98 330 3,4
hubungan baik dengan pegawai
Jumlah 40,6
Rata-rata 3,38

Pada tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata yang

paling tinggi pada aspek bimbingan adalah atasan akan ikut serta langsung

ke lapangan untuk membantu pekerjaan pegawai dan atasan membantu

pegawai menyelesaikan masalah yang timbul di lapangan yaitu 3,5.


50

Kemudian skor rata-rata yang paling rendah adalah atasan membantu

pegawai mengoreksi laporan yang telah disusun, Atasan mengkoordinir

langsung pekerjaan pegawai di lapangan, Atasan memberikan atahan

kepada pegawai untuk bekerja sesuai dengan prosedur yang tertulis, yaitu

3,3.

Secara keseluruhan skor rata-rata pelaksanaan pembinaan tugas

pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat pada aspek bimbingan

adalah 3,38. Skor rata-rata ini berada pada kategori cukup baik, ini berarti

menunjukkan bahwa pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas pada

indikator bimbingan telah berlangsung cukup baik.

2. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Motivasi

Hasil pengolahan data mengenai Pembinaan Pegawai Dalam

Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat

Dalam Bentuk Motivasi dilihat dari : Motivasi langsung dan tidak

langsung dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


51

Tabel 4.2
Deskripsi Data Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
Dalam Bentuk Motivasi

SL SR KD JR TP Jumlah
No Aspek yang Diteliti
F Fx F Fx F Fx F Fx F Fx ∑f ∑fx M
Atasan memotivasi pegawai untuk
1 18 90 54 216 22 66 4 8 0 0 98 380 3,9
selalu meningkatkan pengetahuan
Atasan memotivasi pegawai untuk
2 menyelesaikan pekerjaan tepat pada 18 90 54 208 22 66 4 8 0 0 98 372 3,8
waktunya
Atasan memberikan kesempatan
kepada pegawai mengikuti
3 7 35 32 128 54 161 5 10 0 0 98 334 3,4
pelatihan yang bersifat fungsional
sesuai dengan bidang kerja
Atasan memotivasi pegawai untuk
4 berperilaku yang baik 10 50 49 196 39 117 0 0 0 0 98 363 3,7
Atasan merekomendasikan pegawai
5 yang lebih terampil untuk 40 160 51 153 6 12 1 1 98 326 3,3
mendapatkan jabatan.
Atasan menyediakan sarana dan
prasarana yang diperlukan seperti
komputer dan jaringan internet
6 34 136 52 156 12 24 0 0 98 316 3,2
untuk memudahkan pegawai
mendapatkan informasi dan
pengetahuan baru.
Jumlah
21,3

Rata-rata 3,6

Pada tabel 4.2 di atas terlihat bahwa skor rata-rata yang paling

tinggi terlihat pada penyataan poin 1 yaitu atasan memotivasi pegawainya

untuk meningkatkan pengetahuan yaitu 3,9. Sedangkan skor rata-rata yang

paling rendah adalah Atasan menyediakan sarana dan prasarana yang

diperlukan seperti komputer dan jaringan internet untuk memudahkan

pegawai mendapatkan informasi dan pengetahuan baru yaitu 3,2.

Secara keseluruhan skor rata-rata pembinaan dalam pelaksanaan

tugas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat pada aspek

motivasi adalah 3,6. Skor rata-rata ini berada pada kategori baik, hal ini
52

menunjukkan bahwa pelaksanaan motivasi oleh atasan baik secara

langsung ataupun tidak langsung dalam rangka pembinaan pelaksanaan

tugas sudah berjalan dengan baik.

3. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Pengawasan

Hasil pengolahan data mengenai Pembinaan Pegawai Dalam

Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat

Dalam Bentuk Pengawasan dilihat dari : Standar, penilaian dan tindakan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3
Deskripsi Data Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
Dalam Bentuk Pengawasan

SL SR KD JR TP Jumlah
No Aspek yang Diteliti
F Fx F Fx F Fx F Fx F Fx ∑f ∑fx M
Atasan mempunyai standar tingkat pengetahuan
1 0 0 1 4 43 129 52 104 2 2 98 239 2,4
yang harus dimiliki pegawai
Atasan menetapkan standar keterampilan yang
2 6 30 50 200 28 84 14 28 0 0 98 342 3,5
harus dimiliki pegawai
Atasan menetapkan prosedur kerja tertulis
3 1 5 51 204 35 105 11 22 0 0 98 336 3,4
Atasan memberikan penilaian terhadap
4 1 5 6 24 53 159 38 76 0 0 98 264 2,7
pengetahuan yang dimiliki pegawai
Atasan mengawasi seluruh pekerjaan yang
5 dilakukan oleh pegawai 7 35 48 192 26 78 17 34 0 0 98 339 3,5
Atasan memberikan pujian terhadap pengetahuan
6 7 35 46 184 27 81 18 36 0 0 98 336 3,4
yang dimiliki pegawai.
Atasan memberikan sanksi bagi pegawai yang
7 5 25 40 160 32 96 21 42 0 0 98 323 3,3
tidak mampu bekerja sesuai dengan target
Atasan menegur pegawai yang lalai dalam
8 26 130 44 76 16 48 12 24 0 0 98 378 3,9
melaksanakan pekerjaan
Atasan mengharuskan pegawai untuk selalu
9 10 50 35 140 36 108 17 34 0 0 98 332 3,4
bersikap ramah dan sopan kepada semua orang
Atasan menegur pegawai yang tingkah lakunya
10 32 160 40 160 15 45 11 22 0 0 98 387 3,9
kurang sopan
Jumlah
33,4

Rata-rata 3,34
53

Pada tabel 4.3 di atas terlihat bahwa skor rata-rata yang paling

tinggi adalah pada pernyataan poin 8 Atasan menegur pegawai yang lalai

dalam melaksanakan pekerjaan yaitu 3,9. Skor rata-rata yang paling

rendah adalah pada pernyataan pon 1 : Atasan mempunyai standar tingkat

pengetahuan yang harus dimiliki oleh pegawai yaitu 2,4.

Secara keseluruhan skor rata-rata pembinaan pelaksanaan tugas

pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat pada aspek pengawasan

adalah adalah 3,34. Skor rata-rata ini berada pada kategori cukup baik, hal

ini menunjukkan bahwa pengawasan terhadap pegawai dalam rangka

pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas telah terlaksana dengan

Cukup Baik.

4. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Keteladanan

Hasil pengolahan data mengenai Pembinaan Pegawai Dalam

Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Dalam

Bentuk Keteladanan dilihat dari : Pelakasanaan tehadap diri sendiri dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:


54

Tabel 4.4
Deskripsi Data Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
Dalam Bentuk Keteladanan

SL SR KD JR TP Jumlah
No Aspek yang Diteliti
F Fx F Fx F Fx F Fx F Fx ∑f ∑fx M
Atasan mengatasi masalah
yang di hadapi oleh pegawai
1 7 35 48 192 26 78 17 34 0 0 98 339 3,5
dalam melaksankan
pekerjaanya
Atasan membentuk tim untuk
2 7 35 48 192 26 78 17 34 0 0 98 339 3,5
penilaian kinerja pegawai
Atasan bertingkah laku sopan
3 dan ramah terhadap seluruh 5 25 40 160 32 96 21 42 0 0 98 323 3,3
pegawai
Atasan bertutur kata lembut
4 terhadap seluruh pegawai 0 0 0 0 45 135 51 102 2 2 98 239 2,4
Atasan hadir tepat waktu
5 sesuai dengan jadwal yang 7 35 46 184 27 81 18 36 0 0 98 336 3,4
telah ditetapkan
Atasan bekerja dengan
6 5 25 40 160 32 96 21 42 0 0 98 323 3,3
sungguh – sungguh
Atasan bekerja sesuai dengan
7 1 5 40 160 37 111 20 40 0 0 98 316 3,2
standar yang ada
Atasan lebih menyukai
8 pegawai yang bersikap baik 7 35 37 14 41 123 13 26 0 0 98 332 3,4
dan sopan
Jumlah
36

3,25

Pada tabel 4.4 di atas terlihat bahwa skor rata-rata yang paling

tinggi poin 1 dan 2 yaitu Atasan mengatasi masalah yang dihadapi oleh

pegawai dalam melaksanakan pekerjaanya dan Atasan membentuk tim

penilaian kinerja pegawai yaitu 3,5. Skor rata-rata yang paling rendah

adalah poin 4 atasan bertutur kata lembut kepada semua pegawai yaitu

2,4.

Secara keseluruhan skor rata-rata pembinaan pegawai dalam

pelaksanaan tugas pada aspek Keteladanan adalah 3,25. Skor rata-rata ini

berada pada kategori cukup baik, hal ini menunjukkan bahwa pembinaan
55

pegawai dalam tugas pada aspek keteladanan di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat sudah berjalan cukup baik.

5. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Pendidikan dan Pelatihan

Hasil pengolahan data mengenai Pembinaan Pegawai Dalam

Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat dalam

bentuk Pendidikan dan Pelatihan dilihat dari : Kesempatan pelatihan,

Anggaran/dana Pembiyaan untuk pendidikan dan pelatihan dan

Pengawasan hasil pelatihan. dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5
Deskripsi Data Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas
di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
Dalam Bentuk Pendidikan dan Pelatihan

SL SR KD JR TP Jumlah
No Aspek yang Diteliti
F Fx F Fx F Fx F Fx F Fx ∑f ∑fx M
Atasan memberikan kesempatan kepada
1 pengawainya untuk melanjutkan pendidikan ke 1 5 40 160 39 117 18 36 0 0 98 318 3,2
jenjang yang lebih tinggi
Atasan memberikan kesempatan kepada
2 pegawainya untuk mengikuti pelatihan sesuai 7 35 46 184 31 93 14 28 0 0 98 340 3,5
dengan bidang kerjanya
Atasan menyiapkan anggaran tertentu untuk
3 meningkatkan keterampilan pegawainya secara 0 0 0 0 45 135 51 102 2 2 98 239 2.4
berkala
Atasan menganggarkan dana untuk beasiswa
4 bagi pegawai yang akan melanjutkan 0 0 0 0 35 105 61 122 2 2 98 229 2.3
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Atasan mempunyai data tentang pelatihan yang
5 0 0 1 4 45 135 50 100 2 2 98 241 2.5
pernah diikuti oleh masing – masing pegawai
Atasan akan mengawasi hasil kerja pegawai
6 yang sudah pernah mendapatkan pelatihan 7 35 45 180 30 90 16 32 0 0 98 337 3.4
keterampilan
Atasan memonitoring perkembangan
7 7 35 40 160 35 105 16 32 0 0 98 332 3.4
pegawainya
Atasan menyusun tupoksi masing – masing
8 23 115 49 196 15 43 11 22 0 0 98 378 3.9
pegawai
Untuk menghindari masalah, atasan
10 menunjuk dengan jelas personil yang akan 16 80 50 200 21 63 11 22 0 0 98 365 3,7
melaksanakan tugas tambahan
Jumlah
28,3

Rata-rata 2,83
56

Pada tabel 4.5 di atas terlihat bahwa skor rata-rata yang paling

tinggi terlihat pada poin 8 Atasan menyusun tupoksi masing – masing

pegawai yaitu 3,9. Skor rata-rata yang paling rendah adalah poin 4 Atasan

menganggarkan dana untuk beasiswa bagi pegawai yang akan melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan skor rata-rata pembinaan pegawai dalam

pelaksanaan tugas pada aspek pendidikan dan pelatihan adalah 2,83. Skor

rata-rata ini berada pada kategori cukup baik, hal ini menunjukkan bahwa

pembinaan pegawai dalam bentuk pendidikan dan pelatihan sudah

terlaksana dengan Cukup Baik.

6. Rekapitulasi Skor Rata-Rata Pembinaan Pegawai dalam


Pelaksanaan Tugas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman
Barat

Secara keseluruhan hasil pengolahan data mengenai pembinaan

pegawai dalam pelaksanaan tugas pada Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6
Rekapitulasi Skor Rata-rata Pembinaan Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas
pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
No. Aspek yang diamati Skor Rata-rata Keterangan

1. Bimbingan 3,38 Cukup baik

2. Motivasi 3,6 Baik

3. Pengawasan 3,34 Cukup baik

4 Keteladanan 3,25 Cukup baik

5 Pendidikan dan Pelatihan 2,83 Cukup baik

Rata-rata 3,28 Cukup Baik


57

Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat skor rata-rata Pembinaan

Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barata dalah 3,21. Artinya pembinaan pegawai dalam

pelakasanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat telah

terlaksana dengan cukup baik.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dikemukakan pembahasan hasil penelitian

mengenai pembinaan pegawai dalam pelakasanaan tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat dengan menggunakan instrumen penelitian yang

ada. Pembahasan hasil penelitian ini akan diuraikan berdasarkan indikator

penelitian yakni : 1) bimbingan, 2) motivasi, 3) pengawasan, 4) keteladanan,

5) pendidikan dan pelatihan.

1. Pembinaan Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Bimbingan

Hasil penelitian terhadap aspek bimbingan pada pembinaan

pegawai dalam pelaksanaan tugas mendapatkan skor rata-rata adalah 3,38.

Skor rata-rata ini berada pada kategori cukup baik, ini berarti

menunjukkan bahwa pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas pada

indikator bimbingan telah berlangsung cukup baik. Hal ini dapat

dinterpretasikan bahwa atasan telah melaksanakan bimbingan terhadap

pegawainya dan dapat dirasakan cukup baik oleh seluruh pegawai.

Pada tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata yang

paling tinggi pada aspek bimbingan adalah atasan akan ikut serta langsung
58

ke lapangan untuk membantu pekerjaan pegawai dan atasan membantu

pegawai menyelesaikan masalah yang timbul di lapangan yaitu 3,5.

Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa atasan mau membantu

pegawai untuk bekerja di lapangan demi kelancaran kegiatan yang

dilaksanakan. Dinas Kesehatan mempunyai banyak program yangn

berkaitan langsung dengan masyarakat yang mengharuskan pegawainya

terjun langsung ke lapangan. Misalnya saja kegiatan penyemprotan jentik

nyamuk/fogging. Kegiatan ini langsung berhadapan dengan masyarakat

yang ada di lapangan. Pada kegiatan ini, atasan akan berbaur dengan

pegawainya demi kelancaran kegiatan fogging tersebut.

Keadaan ini harus dapat dipertahankan oleh atasan, yaitu dengan

tetap bersikap ramah dan mau turun tangan membantu menyelesaikan

pekerjaan bawahannya. Satu tekad dan komitmen yang harus dipegang

oleh atasan adalah kinerja bawahan menunjukkan kinerja atasannya. Jika

ada satu target kerja yang tidak dapat diselesaikan, maka yang harus

bertanggung jawab adalah seluruh pegawai yang membawahi kegiatan

tersebut termasuk atasannya.

Bimbingan secara singkat dan sederhana dapat diartikan sebagai

usaha bantuan terhadap individu yang mempunyai masalah. Pelayanan

bimbingan dapat dipikirkan bagaimana membantu keadaan seseorang yang

sedang risau hatinya sehingga berkat bimbingan yang diberikan orang

tersebut memperoleh pencerahan atas kerisauannya, secara singkat

masalahnya terselesaikan, kemudian melangkah maju menapaki hidupnya


59

dengan lebih berhasil. Orientasi bimbingan lebih mengacu ke cara, yaitu

cara bagaimana tujuan hendak dicapai dengan kata lain, mengacu ke

ancangan/arahan atau pendekatan (Munandir, 2009).

Kemudian skor rata-rata yang paling rendah adalah atasan

membantu pegawai mengoreksi laporan yang telah disusun, Atasan

mengkoordinir langsung pekerjaan pegawai di lapangan, Atasan

memberikan arahan kepada pegawai untuk bekerja sesuai dengan prosedur

yang tertulis, yaitu 3,3. Keadaan ini dapat ditingkatkan dengan

memberikan arahan kepada para atasan bahwa pekerjaan yang dilakukan

oleh bawahan harus dipantau secara menyeluruh, sejak dari perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. Atasan harus berperan langsung

dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh bawahan, atasan mampu

mengkondisikan bawahannya baik di ruangan ataupun di lapangan.

Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan atasan memberikan

bimbingan kepada pegawainya untuk pembinaan pegawai dalam

pelaksanaan tugas sudah cukup baik.

2. Pembinaan Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Motivasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan atasan memotivasi

pegawainya untuk meningkatkan pengetahuan yaitu 3,9. Atasan harus

mampu mempertahankan kondisi ini. Atasan harus tetap memberikan

perhatian kepada bawahannya terutama pada tingkat pengetahuan


60

bawahan, karena pengetahuan yang tinggi akan mempengaruhi hasil kerja

seseorang.

Skor rata-rata yang paling rendah adalah Atasan menyediakan

sarana dan prasarana yang diperlukan seperti komputer dan jaringan

internet untuk memudahkan pegawai mendapatkan informasi dan

pengetahuan baru yaitu 3,2. Berdasarkan pengamatan di lapangan,

diketahui bahwa penyediaan sarana dan prasarana ini tidak bisa dipenuhi

dengan baik karena kurangnya anggaran untuk pengadaan barang tersebut.

Untuk meningkatkan keadaan ini, atasan harus melakukan koordinasi

dengan Seksi Aset Dinas Kesehatan Pasaman Barat dan membicarakan

kebutuhan sarana dan prasarana bawahannya sehingga dapat dimasukkan

pada perencanaan anggaran tahun berikutnya. Kemampuan memotivasi

karyawan merupakan keterampilan manajerial seorang pimpinan/atasan.

Secara psikologis pimpinan tidak mungkin mampu mempengaruhi

motivasi karyawan/bawahan tanpa sebelumnya memahami apa yang

dibutuhkan oleh karyawannya. Produktivitas kerja maksimal akan mudah

dicapai melalui pemahaman motivais yang ada dalam diri dan di luar diri

karyawan. Dengan memahami peran penting motivasi karyawan, akan

mempermudah pimpinan mengharapkan prestasi dan kepuasan kerja

karyawan. Ada 3 aspek utama yang mempengaruhi motivasi kerja

karyawan, yaitu :

1. Perbedaan karakteristik individu meliputi kebutuhan, minat, sikap dan

nilai
61

2. Perbedaan karakteristik pekerjaan. Hal ini berhubungan dengan

persyaratan untuk setiap pekerjaan dan menuntut pekerjaan sesuai

dengan bidang ahlinya.

3. Perbedaan karakteristik organisasi (lingkungan kerja) yang meliputi

peraturan kerja, iklim kerja dan budaya kerja yang disepakati.

Oleh karena itu, pimpinan perlu memahami ketiga aspek tersebut

agar perilaku kerja karyawan terkendali diarahkan untuk mencapai

produktivitas kerja maksimal (Mangkunegara, 2014)

Motivasi dalam diberikan secara langsung dan tidak langsung.

Motivasi langsung berupa pujian, penghargaan, tunjangan hari raya dan

bonus dan bintang jasa. Motivasi tidak langsung berupa fasilitas-fasilitas

yang mendukung serta menunjag gairah kerja/kelancaran tugas sehingga

karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya kursi

yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yag terang dan

nyaman, suasana kerja yang serasi serta penempatan yang tepat (Hasibuan,

2007).

Pelaksaan motivasi langsung di Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat dapat dilihat dari adanya kesempatan kepada pegawai

untuk mengikuti pelatihan fungsional, memotivasi pegawai untuk

meningkatkan pengetahuan, dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

Motivasi tidak langsung yang diberikan adalah merekomendasikan

pegawai terampil untuk menduduki jabatan tertentu dan melengkapi


62

sarana dan prasarana yang dibutuhkan pegawai untuk melakukan

pekerjaannya.

Secara keseluruhan skor rata-rata pembinaan dalam pelaksanaan

tugas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat pada aspek

motivasi adalah 3,6. Skor rata-rata ini berada pada kategori baik, hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan motivasi oleh atasan baik secara

langsung ataupun tidak langsung dalam rangka pembinaan pelaksanaan

tugas sudah berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan secara keseluruhan meningkatkan komunikasi sudah

terlaksana dengan baik.

3. Pembinaan Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Pengawasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

keseluruhan skor rata-rata pembinaan pelaksanaan tugas pada Dinas

Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat pada aspek pengawasan adalah

adalah 3,34. Skor rata-rata ini berada pada kategori cukup baik, hal ini

menunjukkan bahwa pengawasan terhadap pegawai dalam rangka

pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas telah terlaksana dengan

Cukup Baik.

Skor rata-rata yang paling tinggi adalah pada pernyataan poin 8

Atasan menegur pegawai yang lalai dalam melaksanakan pekerjaan yaitu

3,9. Teguran yang diberikan kepada pegawai yang lalai dalam

melaksanakan pekerjaan merupakan hal yang positif yang diharapkan

mampu meningkatkan kinerja bawahan. Untuk mempertahankan keadaan


63

ini, maka dapat ditingkatkan penerapannya dengan menetapakn petunjuk

teknis pemberian teguran kepada seluruh pegawai sehingga setiap atasan

akan merasa harus memberikan teguran kepada pegawai yang tidak

menyelesaikan pekerjaannya tanpa pandang bulu. Dengan demikian

teguran ini akan bersifat menetap dan wajib dilaksanakan oleh atasan.

Siagian dalam Syamsir (2013:179) menyatakan bahwa pengawasan

adalah proses pengamatan terhadap seluruh kegiatan organisasi untuk

menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai

dengan rencana ynag telah di tentukan sebelumnya. Menegur karyawan

yang lalai melaksanakan pekerjaannya merupakan salah satu langkah

pengawasan.

Menurut Handoko (2009) yang termasuk kedalam proses

pengawasan adalah 1) Standar, Standar berperan penting bagi pengawasan

untuk mengawasi hasil kerjanya. Setiap pegawai harus mampu bekerja

memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan. 2) Penilaian, Penilaian

dilakukan oleh atasan dengan membandingkan hasil kerja pegawai dengan

standar kerja yang ditetapkan oleh organisasi/perusahaan. Penilaian dapat

dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Penilaian dapat juga

dilakukan secara diam – diam atau terang – terangan dan diketahui oleh

semua pihak. 3) Tindakan, Tindakan dilakukan untuk mengoreksi hasil

kerja. Tindakan dapat dilakukan dengan memberikan pujian jika hasil

kerja pegawai memenuhi target kerja ataupun memberikan teguran jika

hasil kerja tidak dapat memenuhi target kerja.


64

Meskipun proses pengawasan yang berlangsung sudah cukup baik,

masih perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penerimaan pegawai.

Perencanaan pegawai hendaknya berdasarkan standar tertentu, misalnya

pengetahuan ataupun keterampilan yang harus dimiliki. Meskipun

mempunyai jenjang pendidikan tinggi, belum dapat dipastikan seseorang

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi pula. Oleh sebab itu

hendaknya atasan menerapkan penerimaan pegawai berdasarkan standar

yang dibutuhkan.

Skor rata-rata yang paling rendah adalah pada pernyataan atasan

mempunyai standar tingkat pengetahuan yang harus dimiliki oleh pegawai

yaitu 2,4. Pada dasarnya pengadaan pegawai/penerimaan pegawai PNS

ataupun honorer dilakukan secara global oleh Badan Kepegawaian Daerah

(BKD) Pasaman Barat dan tes yang dilakukan adalah tes pengetahuan

umum dengan hanya sedikit saja yang berkaitan dengan bidang kerja yang

membutuhkan. Dinas Kesehatan tidak melakukan tes yang diperlukan

untuk mengukur tingkat pengetahuan pegawai yang akan bekerja di Dinas

Kesehatan. Keadaan ini dapat ditingkatkan jika atasan melakukan

rangkaian test atau uji pengetahuan terhadap pegawai yang akan menjadi

bawahannya. Cara yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan tes

kepada calon pegawai baru tentang bidang pekerjaan yang ada di Dinas

Kesehatan dan menempatkan pegawai sesuai dengan latar belakang

pendidikan dan hasil tes yang telah dilakukan. Berdasarkan uraian di atas
65

dapat disimpulkan secara keseluruhan meningkatkan partisipasi terlaksana

cukup baik.

4. Pembinaan Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Keteladanan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata

pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas pada aspek Keteladanan

adalah 3,25. Skor rata-rata ini berada pada kategori cukup baik, hal ini

menunjukkan bahwa pembinaan pegawai dalam tugas pada aspek

keteladanan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat sudah berjalan

cukup baik.

Hasibuan (2012:195) menyatakan bahwa teladan pemimpin

sangatlah berperan dalam menentukan kedispilinan karyawan karena

pimpinan dijadikan teladan oleh para bawahannya. Proses pembinaan

merupakan salah satu bentuk pendidikan bagi pegawai. Langkah

keteladanan dapat digunakan sebagai alat untuk merealisasikan tujuan

pendidikan dalam hal ini pelaksanaan pembinaan pegawai.

Faktor keteladanan merupakan salah satu faktor penting dalam

membentuk perilaku seseorang. Dengan melihat dan memperhatikan

lingkungan yang baik, maka cenderung akan membentuk perilaku yang

baik pula. Keteladanan yang baik dalam suatu lingkungan menjadi salah

satu faktor yang dapat menimbulkan situasi yang baik dimana keutamaan

dapat menyebar luas yang meluruskan perilaku dan memperkuat jiwanya.

Supaya atasan menjadi teladan bagi bawahannya, maka mereka wajib


66

membina hubungan kemanusiaan dengan bawahannya, didasari dengan

rasa kasih sayang dan kelemahlembutan hari dan pergaulan yang baik serta

dialog secara spiritual dan psikologis. Atasan harus menjadi idola dalam

perbuatan yang terpuji di lingkungannya (At-Tuwaanisi, 2002).

Skor rata-rata yang paling tinggi poin 1 dan 2 yaitu Atasan

mengatasi masalah yang dihadapi oleh pegawai dalam melaksanakan

pekerjaannya dan Atasan membentuk tim penilaian kinerja pegawai yaitu

3,5. Hal ini menunjukkan bahwa atasan memberikan contoh yang baik

kepada pegawai terutama untuk membentuk kerja sama yang baik sesama

pegawai pada unit organisasinya. Untuk mempertahankannya maka atasan

harus selalu memperbaruhi tim penilaian kerja dan menetapkan prosedur

kerja bagi tim tersebut agar penilaian berjalan objektif.

Skor rata-rata yang paling rendah adalah poin 4 atasan bertutur

kata lembut kepada semua pegawai yaitu 2,4. Untuk itu, perlu diperhatikan

oleh atasan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat untuk

memperbaiki cara berbicara, berbicara dengan baik kepada seluruh

pegawai, tidak membedakan bawahan, dan memberikan perhatian yang

sama kepada pegawai untuk membentuk hasil kerja yang berimbang

diantara semua pegawai. Jika atasan sudah berbicara dengan baik, sopan

dan lemah lembut, maka otomatis hal yang kurang baik akan berubah

menjadi baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan secara keseluruhan

meningkatkan partisipasi terlaksana cukup baik.


67

5. Pembinaan Pegawai Dalam Pelakasanaan Tugas di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat Dalam Bentuk Pendidikan dan Pelatihan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata

pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas pada aspek pendidikan dan

pelatihan adalah 2,83. Skor rata-rata ini berada pada kategori cukup baik,

hal ini menunjukkan bahwa pembinaan pegawai dalam bentuk pendidikan

dan pelatihan sudah terlaksana dengan cukup baik.

Pendidikan merupakan faktor penting dalam mennetukan

kemampuan kerja pegawai. Pendidikan dan pelatihan pegawai memberi

kontribusi pada peningkatan produktivitas, efektivitas, dan efesiensi

organisasi. Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai harus di berikan secara

berkala agar setiap pegawai terpilihara kopetensinya untuk peningkatan

kinerja organisasi. Oleh karna itu program pelatihan harus mendapat

perhatian melalui perencanaan kebutuhan diklat bagi setiap pegawai.

Menurut Heidjaracman (2004:77) menyatakan bahwa pendidikan

adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang

termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan

memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan

mencapai tujuan. Sedangkan, Notoatmodjo (2009:16) menyatakan bahwa

pendidikan dan pelatihan adalah upaya untuk mengembangkan

kemampuan intelektual dan kemampuan kepribadian manusia.

Strategi pembinaan pelatihan diarahkan agar pelatihan kerja

mampu berfungsi memenuhi tuntutan pasar kerja. Hal ini perlu

dilaksanakan sesuai dengan tuntutan dunia kerja, perkembangan teknologi


68

dan perkembangan pembangunan. Strategi pelatihan menggunakan

pendekatan kesisteman dan dibina secara terpadu, berkesinambungan,

berperan secara optimal dan menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai,

terampil, disiplin dan produktif. Sasaran pendidikan dan pelatihan adalah

adalah pegawai yang memiliki prestasi kerja yang kurang baik.

Implementasi program pendidikan dan pelatihan berfungsi sebagai proses

transformasi (Bartos, 2009).

Pada karyawan yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan –

karyawan yang berkemampuan, sehingga dapat diberikan tanggung jawab

yang lebih besar. Untuk menilai keberhasilan program pendidikan dan

pelatihan, manajemen harus mengevaluasi kegiatan – kegiatan latihan dan

pengembangan secara sistematis. Secara ringkas, evaluasi pelatihan dapat

dilakukan dengan menetapkan kriteria evaluasi, tes awal (pretes), para

karyawan dilatih atau dikembangkan, tes akhir (posttest), transfer atau

promosi dan tindak lanjut (Handoko, 2014).

Skor rata-rata yang paling tinggi terlihat pada poin 8 Atasan

menyusun tupoksi masing – masing pegawai yaitu 3,9. Penyusunan

tupoksi ini dimaksudkan untuk membagi kegiatan yang akan dilaksanakan

selama 1 (satu) tahun anggaran. Penyusunan tupoksi ini dilakukan

berdasarkan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh pegawai yang

bersangkutan dan keterampilan yang dimilikinya. Atasan akan

berkoordinasi dengan pegawai yang bersangkutan untuk menanyakan

kesanggupannya menerima tupoksi yang dibebankan kepadanya.


69

Perhatian khusus perlu diberikan pada sistem penganggaran untuk

pendidikan dan pelatihan. Hal ini sesuai dengan skor rata-rata yang paling

rendah adalah poin 4 Atasan menganggarkan dana untuk beasiswa bagi

pegawai yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Hal ini disebabkan karena anggaran untuk pendidikan dan pelatihan

dianggarkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Pasaman Barat. Anggaran

yang tersedia di Dinas Kesehatan hanyalah dana untuk pelatihan –

pelatihan petugas medis dan paramedis di Puskesmas se Kabupaten

Pasaman Barat. Agar masalah penganggaran ini menjadi baik, maka atasan

hendaknya menetapkan perencanaan anggaran untuk pendidikan dan

pelatihan pegawai Dinas Kesehatan Pasaman Barat agar seluruh pegawai

mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan secara keseluruhan

meningkatkan partisipasi terlaksana cukup baik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pembinaan pegawai dalam

pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat dilihat dari aspek bimbingan berada pada

kategori cukup baik dengan skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,38.

2. Pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat dilihat dari aspek motivasi berada pada kategori

baik dengan skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,6.

3. Pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat dilihat pada aspek pengawasan berada pada

kategori cukup baik dengan skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,34.

4. Pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat dilihat pada aspek keteladanan berada pada

kategori cukup baik dengan skor rata – rata 3,25.

5. Pembinaan pegawai dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasaman Barat dilihat dari aspek pendidikan dan pelatihan

berada pada kategori cukup baik dengan skor rata – rata 2,8.
71

B. Saran

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti

dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Seluruh atasan (Kepala Bagian dan Kepala Seksi) harus membimbing

bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan yang mendapatkan hambatan.

2. Seluruh Kepala Bagian dan Kepala Seksi di Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat harus meningkatkan memberikan contoh yang baik kepada

bawahannya baik dalam sikap dan tingkah laku maupun dalam

melaksanakan pekerjaannya.

3. Atasan harus menyediakan anggaran yang cukup untuk kepentingan

pendidikan dan pelatihan pegawai Dinas Kesehatan Pasaman Barat.

4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian yang lebih

mendalam berkaitan dengan pelaksanaan tugas dengan memperhatikan

faktor lain yang belum diteliti pada penelitian ini.


72

Lampiran 1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Judul : Pembinaan Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas Di Dinas Kesehatan


Kabupaten Pasaman Barat

Variabel Indikator Sub Indikator No. Item

a. Bantuan 1–7
1. Bimbingan
b. Arahan 8-13

a. Langsung 14- 18
2. Motivasi
a. Tidak Langsung 19-20

a. Standar 21-23

Pembinaan b. Penilaian 24
3. Pengawasan
Pegawai
c. Tindakan 25-31

a. Pelakasanaan tehadap diri 32- 40


4. Keteladanan
sendiri.
a. Kesempatan pelatihan 41-42

b. Anggaran/dana
5. Pendidikan 43-46
Pembiyaan untuk
dan Pelatihan pendidikan dan pelatihan
c. Pengawasan Hasil 47-50
pelatihan.
73

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

1. Pengantar
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Pimpinan
Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
di tempat

Dengan hormat,
Terlebih dahulu saya mendoakan semoga Bapak/Ibu selalu dalam
keadaan sehat wal’afiat dan selalu sukses dalam melaksanakan aktivitas
serta rutinitas sehari-hari.
Dalam kesibukan Bapak/Ibu melaksanakan tugas sehari-hari, sudilah
kiranya Bapak/Ibu meluangkan sedikit waktu untuk dapat mengisi angket
ini. Angket yang saya berikan kepada Bapak/ibu bertujuan untuk
memperoleh data dan informasi tentang “Pembinaan Pegawai Dalam
Pelaksanaan Tugas Di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat”.
Data dan informasi yang diperoleh semata-mata untuk kepentingan ilmiah
dan penyelesaian penyusunan skripsi serta tidak ada maksud lain yang
dapat merugikan Bapak/ibu maupun instansi terkait. Oleh sebab itu,
sudilah kiranya Bapak/Ibu memberikan informasi sesuai dengan apa yang
terjadi sesungguhnya. Selanjutnya data dan informasi yang Bapak/Ibu
berikanakan dijaga kerahasiannya.
Atas kesedian dan bantuan serta kerjasama yang Bapak/Ibu berikan
terlebih dahulu saya aturkan terima kasih.

Wassalam.

Padang, Agustus 2016


Hormat Saya,

Fauzi Ahmad
Lampiran 3

1. Petunjuk Pengisian
Angket ini dibuat dalam bentuk pernyataan dan masing-masing
pernyataan disediakan lima (5) alternatif pilihan jawaban. Alternatif
jawaban tersebut disediakan pilihan yaitu: selalu (SL), sering (SR),
kadang-kadang (KD), jarang (JR) dan tidak pernah (TP).

Kepada Bapak/ibu diminta untuk memilih salah satu jawaban yang


dianggap cocok dengan memberi tanda check list (√) pada tempat yang
disediakan.
Contoh pengisian angket :

Jawaban
No Pernyataan
SL SR KD JR TP

1. Atasan membantu pegawai dalam √


menyusun laporan.

Jika Bapak/ibu ingin menggantikan pilihan maka beri tanda (X) pada

jawaban keliru tersebut, selanjutnya pilih alternatif jawaban lain yang

tersedia dengan memberi tanda check list (√).

Atas kesediaan dan kerja sama dari Bapak/ibu saya ucapkan terima

kasih.
75

Lampiran 4

ANGKET PENELITIAN

No Pernyataan SL SR KD JR TP

Bimbingan

1. Atasan membantu pegawai dalam menyusun laporan.

Atasan membantu pegawai mengoreksi laporan yang telah


2.
disusun
3. Atasan membetulkan laporan jika di temukan kesalah
Atasan ikut serta langsung kelapangan untuk membantu
4.
pekerjaan pegawai
Atasan mengkoordinir langsung pekerjaan pegawai di
5.
lapangan
Atasan membantu pegawai menyelesaikan masalah yang
6.
timbul di lapangan.
Atasan membantu pegawai mengkondisikan keadaan di
7.
lapangan.
Atasan membantu pegawai secara kontiniu sampai pegawai
8.
mampu mandiri dalam menyelesaikan pekerjaan
Atasan memberikan arahan pada pegawai untuk bekerja
9.
sesuai dengan prosedur kerja tertulis
Atasan memberikan arahan kepada pegawai sesuai dengan
10.
keterampilan yang dibutuhkan
Atasan mengarahkan pegawai untuk giat mendapatkan
11.
informasi yang dibutuhkan
Atasan membimbing pegawai yang memiliki keterampilan
12.
kurang dalam menyelesaikan pekerjaan
Atasan berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan
13.
pegawai
Motivasi
Atasan memotivasi pegawai untuk selalu meningkatkan
14. pengetahuan

Atasan memotivasi pegawai untuk menyelesaikan


15.
pekerjaan tepat pada waktu
16. Atasan memberikan kesempatan yang sama kepada pegawai
76

mengikuti pendidikan pelatihan


Atasan memberikan kesempatan kepada pegawai mengikuti
17. pelatihan yang bersifat fungsional sesuai dengan bidang
kerja
18. Atasan memotivasi pegawai untuk berperilaku yang baik
Atasan merekomendasikan pegawai yang lebih terampil
19.
untuk mendapatkan jabatan.
Atasan menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan
20. seperti komputer dan jaringan internet untuk memudahkan
pegawai mendapatkan informasi dan pengetahuan baru.
Pengawasan
Atasan mempunyai standar tingkat pengetahuan yang harus
21. dimiliki pegawai

Atasan menetapkan standar keterampilan yang harus


22.
dimiliki pegawai
23. Atasan menetapkan prosedur kerja tertulis
Atasan memberikan penilaian terhadap pengetahuan yang
24.
dimiliki pegawai
Atasan mengawasi seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh
25.
pegawai
Atasan memberikan pujian terhadap pengetahuan yang
26.
dimiliki pegawai.
Atasan memberikan teguran kepada pegawai yang kurang
27.
terampil
Atasan memberikan sanksi bagi pegawai yang tidak mampu
28.
bekerja sesuai dengan target
Atasan menegur pegawai yang lalai dalam melaksanakan
29.
pekerjaan
Atasan mengharuskan pegawai untuk selalu bersikap ramah
30.
dan sopan kepada semua orang
Atasan menegur pegawai yang tingkah lakunya kurang
31.
sopan
Keteladanan
Atasan mengatasi masalah yang di hadapi oleh pegawai
32.
dalam melaksankan pekerjaanya
Atasan memiliki keterampilan yang cukup mengatasi
33.
hambatan yang ditemui pada saat melaksanakan pekerjaan
34. Atasan membentuk tim untuk penilaian kinerja pegawai
77

Atasan bertingkah laku sopan dan ramah terhadap seluruh


35.
pegawai
36. Atasan bertutur kata lembut terhadap seluruh pegawai
Atasan hadir tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah
37.
ditetapkan
38. Atasan bekerja dengan sungguh – sungguh
39. Atasan bekerja sesuai dengan standar yang ada
Atasan lebih menyukai pegawai yang bersikap baik dan
40.
sopan
Pendidikan dan Pelatihan
Atasan memberikan kesempatan kepada pengawainya untuk
41. melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

Atasan memberikan kesempatan kepada pegawainya untuk


42.
mengikuti pelatihan sesuai dengan bidang kerjanya
Atasan menyiapkan anggaran tertentu untuk meningkatkan
43.
keterampilan pegawainya secara berkala.
Atasan menganggarkan dana untuk beasiswa bagi pegawai
44. yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi
45. Atasan menyediakan anggaran untuk pelatihan.
Atasan mempunyai data tentang pelatihan yang pernah
46.
diikuti oleh masing – masing pegawai
Atasan akan mengawasi hasil kerja pegawai yang sudah
47.
pernah mendapatkan pelatihan keterampilan
48. Atasan memonitoring perkembangan pegawainya
49. Atasan menyusun tupoksi masing – masing pegawai
Untuk menghindari masalah, atasan
50. menunjuk dengan jelas personil yang akan melaksanakan
tugas tambahan
78

Lampiran 5
79

Lampiran 6

ANALISIS HASIL UJI COBA

A. Uji Validitas dengan Rumus Rho Spearman atau Tata Jenjang

Mencari validitas instrumen “Pembinaan Pegawai” menggunakan

rumus Rho spearman oleh Arikunto (2010:321) sebagai berikut:

6 ∑ 𝐷2
𝑟ℎ𝑜𝑥𝑦 = 1 −
𝑁(𝑁 2 − 1)

Tabel Pembantu Penggunaan Rumus Untuk Validitas Angket


Pembinaan pegawai

Total Skor Rank Rank


No Responden D D²
Skor Max Total Max

1 A 188 55 7 8 -1 1
2 B 206 85 2 3 -1 1
3 C 193 70 5 6 -1 1
4 D 199 75 3 4,5 -1,5 2,25
5 E 181 65 8 7 1 1
6 F 208 105 1 1 0 0
7 G 176 50 9 9 0 0
8 H 191 75 6 4,5 1,5 2.25
9 I 197 90 4 2 2 4
10 J 175 40 10 10 0 0
Jumlah 12,5

6 ∑ 𝐷2
𝑟ℎ𝑜𝑥𝑦 = [1 − ]
𝑁(𝑁 2 − 1)

6 (12,5)
= [1 − ]
10(102 − 1)

75
= [1 − ]
990

= 1 − 0,075

= 𝟎, 𝟗𝟐
80

Jadi dari hasil perhitungan validitas di atas dapat diperoleh rho

hitung =0,92 sedangkan rho tabel dengan N = 10 pada taraf kepercayaan

95% adalah 0,648. Jadi rho hitung > rho tabel (0,92 > 0,648).Ini

menandakan angket penelitian ini valid.

B. Uji reliabilitas angket Pembinaan Pegawai dengan rumus Alpha.

1. Langkah pertama mencari masing-masing Item dengan rumus:

(Σ𝑥)2
Σ𝑥 2 − 𝑛
𝜗2 =
𝑛
Rumus Arikunto (2010: 239)

1600
𝟏𝟕𝟎− 𝟏𝟕𝟎−𝟏𝟔𝟎,𝟎 10
2
1. 𝜗 =
𝟏𝟎
= = =𝟏
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

𝟏𝟒𝟒,𝟒
𝟏𝟓𝟒− 𝟏𝟓𝟒−𝟏𝟒𝟒,𝟒 9,6
2
2. 𝜗 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟗𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

152,1
𝟏𝟔𝟏− 𝟏𝟔𝟏−𝟏𝟓𝟐,𝟏 8,9
2
3. 𝜗 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟖𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1369
𝟏𝟒𝟓− 𝟏𝟒𝟓−𝟏𝟑𝟔,𝟗 8,1
2
4. 𝜗 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟖𝟏
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1156
𝟏𝟐𝟒− 𝟏𝟐𝟒−𝟏𝟏𝟓,𝟔 8,4
5. 𝜗2 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟖𝟒
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1521
𝟏𝟔𝟏− 𝟏𝟔𝟏−𝟏𝟓𝟐,𝟏 8,9
2
6. 𝜗 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟖𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1600
𝟏𝟕𝟎− 𝟏𝟕𝟎−𝟏𝟔𝟎,𝟎 10
2
7. 𝜗 =
𝟏𝟎
= = =𝟏
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎
81

1024
𝟏𝟏𝟐− 𝟏𝟏𝟐−𝟏𝟎𝟐,𝟒 6,9
2
8. 𝜗 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟗𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1444
𝟏𝟓𝟒− 𝟏𝟓𝟒−𝟏𝟒𝟒,𝟒 9,6
2
9. 𝜗 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟗𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1681
𝟏𝟕𝟗− 𝟏𝟕𝟗−𝟏𝟔𝟖,𝟏 10,9
2
10. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟏, 𝟎𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1444
𝟏𝟓𝟐− 𝟏𝟓𝟐−𝟏𝟒𝟒,𝟒 7,6
2
11. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟕𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1936
𝟏𝟗𝟔− 𝟏𝟗𝟔−𝟏𝟗𝟑𝟔 2,4
2
12. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟐𝟒
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1444
𝟏𝟓𝟒− 𝟏𝟓𝟒−𝟏𝟒𝟒,𝟒 9,6
13. 𝜗 2 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟗𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

𝟏𝟕𝟔𝟒
𝟏𝟖𝟒− 𝟏𝟖𝟒−𝟏𝟕𝟔,𝟒 7,6
14. 𝜗 2 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟕𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1444
𝟏𝟓𝟖− 𝟏𝟓𝟖−𝟏𝟒𝟒,𝟒 13,6
2
15. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟏, 𝟑𝟒
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

160,0
𝟏𝟔𝟔− 𝟏𝟔𝟔−𝟏𝟔𝟎,𝟎 60
2
16. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

122,5
𝟏𝟑𝟑− 𝟏𝟑𝟑−𝟏𝟐𝟐,𝟓 10,5
2
17. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟏, 𝟎𝟓
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1681
𝟏𝟕𝟓− 𝟏𝟕𝟓−𝟏𝟔𝟖,𝟏 6,9
2
18. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟔𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1225
𝟏𝟑𝟏− 𝟏𝟑𝟏−𝟏𝟐𝟐,𝟓 8,5
19. 𝜗 2 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟖𝟓
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1296
𝟏𝟑𝟔− 𝟏𝟑𝟔−𝟏𝟐𝟗,𝟔 6,4
2
20. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟔𝟒
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎
82

1681
𝟏𝟕𝟕− 𝟏𝟕𝟕−𝟏𝟔𝟖,𝟏 8,9
2
21. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1600
𝟏𝟕𝟎− 𝟏𝟕𝟎−𝟏𝟔𝟎,𝟎 10
2
22. 𝜗
𝟏𝟎
= = = =𝟏
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1600
𝟏𝟔𝟖− 𝟏𝟔𝟖−𝟏𝟔𝟎,𝟎 8
2
23. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟎
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

𝟏𝟒𝟒𝟒
𝟏𝟓𝟐− 𝟏𝟓𝟐−𝟏𝟒𝟒,𝟒 7,6
2
24. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟕𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1225
𝟏𝟑𝟏− 𝟏𝟑𝟏−𝟏𝟐𝟐,𝟓 8,5
2
25. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟓
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1849
𝟏𝟗𝟑− 𝟏𝟗𝟑−𝟏𝟖𝟒,𝟗 8,1
26. 𝜗 2 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟖𝟏
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1681
𝟏𝟕𝟑− 𝟏𝟕𝟑−𝟏𝟔𝟖,𝟏 4,9
2
27. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟒𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1444
𝟏𝟓𝟒− 𝟏𝟓𝟒−𝟏𝟒𝟒,𝟒 9,6
2
28. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟗𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1681
𝟏𝟕𝟓− 𝟏𝟕𝟓−𝟏𝟔𝟖,𝟏 6,9
2
29. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟔𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1764
𝟏𝟖𝟒− 𝟏𝟖𝟒−𝟏𝟕𝟔,𝟒 7,6
2
30. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟕𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1296
𝟏𝟑𝟖− 𝟏𝟑𝟖−𝟏𝟐𝟗,𝟔 8,4
2
31. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟒
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1849
𝟏𝟗𝟑− 𝟏𝟗𝟑−𝟏𝟖𝟒,𝟗 8,1
32. 𝜗 2 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟖𝟏
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

2025
𝟐𝟎𝟓− 𝟐𝟎𝟓−𝟐𝟎𝟐,𝟓 8,5
2
33. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟐𝟓
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎
83

1681
𝟏𝟕𝟓− 𝟏𝟕𝟓−𝟏𝟔𝟖,𝟏 6,9
2
34. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟔𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1369
𝟏𝟒𝟓− 𝟏𝟒𝟓−𝟏𝟑𝟔,𝟗 8,1
2
35. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟏
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1369
𝟏𝟒𝟓− 𝟏𝟒𝟓−𝟏𝟑𝟔,𝟗 8,1
2
36. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟏
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1225
𝟏𝟑𝟏− 𝟏𝟑𝟏−𝟏𝟐𝟐,𝟓 8,5
2
37. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟓
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1521
𝟏𝟓𝟗− 𝟏𝟓𝟗−𝟏𝟓𝟐,𝟏 6,9
2
38. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟔𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1296
𝟏𝟑𝟖− 𝟏𝟑𝟖−𝟏𝟐𝟗,𝟔 8,4
39. 𝜗 2 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟖𝟒
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

144,4
𝟏𝟓𝟒− 𝟏𝟓𝟒−𝟏𝟒𝟒,𝟒 9,6
2
40. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟗𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1296
𝟏𝟑𝟖− 𝟏𝟑𝟖−𝟏𝟐𝟗,𝟔 8,4
2
41. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟒
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

676
𝟕𝟔− 𝟕𝟔−𝟔𝟕,𝟔 8,4
2
42. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟒
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1681
𝟏𝟕𝟓− 𝟏𝟕𝟓−𝟏𝟔𝟖.𝟏 6,9
2
43. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟔𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1296
𝟏𝟑𝟖− 𝟏𝟑𝟖−𝟏𝟐𝟗,𝟔 8,4
2
44. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟒
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

168,1
𝟏𝟕𝟑− 𝟏𝟕𝟑−𝟏𝟔𝟖,𝟏 4,9
45. 𝜗 2 =
𝟏𝟎
= = = 𝟎, 𝟒𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1681
𝟏𝟕𝟕− 𝟏𝟕𝟕−𝟏𝟔𝟖,𝟏 8,9
2
46. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎
84

1369
𝟏𝟒𝟓− 𝟏𝟒𝟓−𝟏𝟑𝟔,𝟗 8,1
2
47. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟏
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1156
𝟏𝟐𝟐− 𝟏𝟐𝟐−𝟏𝟏𝟓,𝟔 6,4
2
48. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟔𝟒
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1024
𝟏𝟏𝟐− 𝟏𝟏𝟐−𝟏𝟎𝟐,𝟒 9,6
2
49. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟗𝟔
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1521
𝟏𝟔𝟏− 𝟏𝟔𝟏−𝟏𝟓𝟐,𝟏 8,9
2
50. 𝜗
𝟏𝟎
= = = = 𝟎, 𝟖𝟗
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

C. Langkah kedua menjumlahkan semua hasil varians item yaitu:

∑ 𝜎𝑏2 = 𝜎1 + 𝜎2 + 𝜎3 + 𝜎4 + 𝜎5 + ⋯ … … … + 𝜎45

= 𝟏 + 𝟎, 𝟗𝟔 + 𝟎, 𝟖𝟗 + 𝟎, 𝟖𝟏 + 𝟎, 𝟖𝟒 + 𝟎, 𝟖𝟗 + 𝟏 + 𝟎, 𝟗𝟔 +

𝟎, 𝟗𝟔 + 𝟏, 𝟎𝟗 + 𝟎, 𝟕𝟔 + 𝟎, 𝟐𝟒 + 𝟎, 𝟗𝟔 + 𝟎, 𝟕𝟔 + 𝟏, 𝟑𝟔 + 𝟎, 𝟔𝟎 +

𝟏, 𝟎𝟓 + 𝟎, 𝟔𝟗 + 𝟎, 𝟖𝟓 + 𝟎, 𝟔𝟒 + 𝟎, 𝟖𝟗 + 𝟏 + 𝟎, 𝟖 + 𝟎, 𝟕𝟔 + 𝟎, 𝟖𝟓 +

𝟎, 𝟖𝟏 + 𝟎, 𝟒𝟗 + 𝟎, 𝟗𝟔 + 𝟎𝟔𝟗 + 𝟎, 𝟕𝟔 + 𝟎, 𝟖𝟒 + 𝟎, 𝟖𝟏 + 𝟎, 𝟐𝟓 +

𝟎, 𝟔𝟗 + 𝟎, 𝟖𝟏 + 𝟎, 𝟖𝟏 + 𝟎, 𝟖𝟓 + 𝟎, 𝟔𝟗 + 𝟎, 𝟖𝟒 + 𝟎, 𝟗𝟔 + 𝟎, 𝟖𝟒 +

𝟎, 𝟖𝟒 + 𝟎, 𝟔𝟗 + 𝟎, 𝟖𝟒 + 𝟎, 𝟒𝟗 + 𝟎, 𝟖𝟗 + 𝟎, 𝟖𝟏 + 𝟎, 𝟔𝟒 + 𝟎, 𝟗𝟔 +

𝟎, 𝟖𝟗 = 𝟒𝟎, 𝟕𝟑

D. Langkah Ketiga, Menggunakan Rumus Varians Total (  2 t )

(∑ 𝑋𝑡)2
∑ 𝑋𝑡 2 −
𝑁
∑𝜎 2 𝑡 =
𝑁
(1914)2
367546 − 10
=
10
367546−366339,6 1206,4
= =
10 10

= 120,64
85

E. Langkah Keempat, dengan Menggunakan Rumus Alpha Guna

Melihat Reliabilitas:

k ∑ σ2 t
r11 = ( ) (1 − 2 )
k−1 σ t

50 40,73
=( ) (1 − )
50 − 1 120,64

50
= ( ) (1 − 0,337)
49

= (1,02)(0,663)

= 0,67

Dari hasil perhitungan reliabilitas di atas diperoleh rho hitung=

0,68dan rho tabeldengan taraf kepercayaan 95%, dengan N = 10 adalah

0,632 (N=10). Jadi rho hitung>rho tabel( 0,67 > 0,632 ),Ini menandakan

angket penelitian ini reliabel.


86

Lampiran 7
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: Rineka Cipta

Alya, Qonita 2009. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar. Jakarta:
Indah Jaya.

Andreson. 2001. Human Relationship Managemen. Jakarta: Gramedia.

Arikunto, Saharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

At-Tuwaanisi, A. Futuh. 2002. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka


Cipta

Barthos, Basir. 2009. Menejemen Sumber Daya Manusia: Suatu Pendekatan


Makro. Jakarta: Bumi aksara

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi, Kepemimpinan dan efektivitas Kelompok.


Jakarta: Rineka Cipta.

Gie,Kwik. 2006. Menejemen Sumber Daya Manusia Jilid I. Jakarta: Indeks


Kelompok Gramedia.

Handoko, T. Hani. 1993. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

______________. 2009. Menejemen Personalia. Jakarta: Rineka Cipta

______________. 2014. Menejemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: BPFE

Hasibuan, Melayu S.P. 2007 Menejemen Sumber Daya Manusia. Bandung:


Alfabeta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2012. Manejemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.

Hikmat. 2011. Menejemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Hikmawati, Fenti. 2012. Bimbingan Kosneling. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Maman R. 2008. Pendidikan Indoneisa. Jakarta: UNJ Pres

Maman ukas. 2004. Ilmu pendidikan. Jakarta: Gramedia.


88

Mangkunegara, AAA. Prabu. 2014. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika


Aditama

Munandir. 2009. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Publisher.

Moenir, H.A.S. 1995. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Musenaf. 1989. Menejemen kepegawaian di indonesia. Jakarta: Yayasan


Masagung.

Notoatmodjo, soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta

Poerwadarmita. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Teori dan Praktek.


Jurnal Menejemen Sumber Daya Manusia Vol. 2 2007.

Rahman, Andi.2005. Pengawasan Aparatur Negara. Jakarta: Gramedia.

Ranupandojo, Heidjrachman dan Saud Husna. 2004. Manajemen Personalia.


Edisi ke empat. Yogyakarta: BPFE

Rivai, veithjzal. 2004. Menejemen SDM Untuk Perencanaan dari Teori ke


Praktek. Jakarta: Raja Presindo Persada.

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia Dan Produktifitas Kerja.


Bandung:Mandar Maju.

Siagian, Sondang P. 2003. Menejemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka


Citra.

Silalahi, Ulbert. 1994. Asas- Asas Manajemen. Bandung: Bandar Jaya.

Simanjuntak. 2005. Motode Pendidikan dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Simbolon. 2004. Pengawasan Tenaga kerja. Jakarta: Gramedia

Soesiana. 1999. Pengembagan Sumber Daya Manusia. Surabaya: Diklat Jawa


Timur

Steers. 2006. Stetegi Human Resource Management. Jakarta: Gramedia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.


89

Sukardi, Dewa Ketut. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.


Jakarta: Rineka Cipta

Terry, Goerge. 2012. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Thoha, Miftah. 2009. Prilaku organisasi. Jakarta :Raja Grafindo Persada.

Wahjosumidjo. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Wijaya. 1995. Prilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Wijoyo.1989. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Depdikbut

Winardi. J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai