Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada

semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua

system muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan

timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu dari golongan reumatik yang

sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal

terutama adalah Rheumatoid Artritis (Fitriani, 2009).

Berdasarkan data World Healt Organization (WHO) dalam Depkes RI

(2013) di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar (8%) atau sekitar 14,2

juta jiwa. pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 15,3, sedangkan pada tahun 2005-

2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19,3 (±9%)

juta jiwa dari total populasi. Dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia

mencapai 28,8 juta jiwa (11,34%) dari total populasi. Di Indonesia akan menduduki

peringkat Negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC,

India dan Amerika serikat dengan harapan hidup di atas 70 tahun (Nugroho, 2008).

Pertambahan jumlah lansia dibeberapa Negara, salah satunya Indonesia

telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil sensus

penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia

berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak

14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus

bertambah sekitar 450.000 jiwa pertahun. Dengan demikian, pada tahun 2025

1
2

jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat

Statistik 2010).

Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur

lanjut usia (Aging Struktured Population) karena jumlah penduduk yang berusia 60

tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk lanjut usia

(lansia)nya sebanyak 7 % adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah

penduduk lansia ini antara lain disebabkan tingkat sosial ekonomi masyarakat yang

meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan

masyarakat yang meningkat (Menkokesra, 2008).

Pada lansia mengalami proses degenerasi yang disertai oleh berbagai

penderitaan akibat bemacam penyakit yang menyertai proses menua. Salah satu

penyakit yang sering di derita pada lansia adalah Rematik. Rematik atau artritis

reumatoid adalah penyakit inflamasi kronis dan sistemik yang simetris, yang

terutama menyerang sendi perifer dan otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah

disekitarnya. Remisi spontan dan eksaserbasi yang tidak dapat diperkirakan

menandai jalannya penyakit yang mengakibatkan kecacatan ini (Stocklager, 2007

dalam Lutfi, 2016).

Lebih dari 355 juta orang di dunia ternyata menderita penyakit rematik. Itu

berarti, setiap enam orang di dunia ini satu di antaranya adalah penyandang rematik.

Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih

dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO)

melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid.

Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang

berusia 55 tahun (Wiyono, 2010).


3

Namun sayangnya pengetahuan tentang penyakit rematik belum tersebar

secara luas. Sehingga banyak mitos yang keliru beredar di tengah masyarakat yang

justru menghambat penanganan penyakit itu. Hal yang perlu jadi perhatian adalah

angka kejadian penyakit rematik ini yang relatif tinggi, yaitu 1-2 persen dari total

populasi di Indonesia. Pada tahun 2004 lalu, jumlah pasien rematik ini mencapai 2

Juta orang, dengan perbandingan pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria

(Nugroho, 2012).

Gejala Rheumatoid Arhtritis tersebut oleh masyarakat dirasakan sebagai

penyakit sederhana dan tidak menimbulkan kematian. Breedveld (2003),

mengatakan separuh dari 2.800 orang dari 5 negara yang ditanya dalam survei yang

dilakukan ”European Public Opinion Survey” tidak berfikir bahwa penyakit

Rheumatoid Artritis dengan sendi dapat menganggu kemampuan mereka untuk

bekerja, bahkan sekitar 55% tidak menyadari bahwa hal itu dapat mengurangi usia

harapan hidup. Jika tidak segera ditangani Rheumatoid Arhtritis bisa membuat

anggota tubuh berfungsi tidak normal, sendi akan menjadi kaku, sulit berjalan,

bahkan akan menimbulkan kecacatan seumur hidup, sehingga aktivitas sehari-hari

lansia menjadi terbatas. Selain menurunkan kualitas hidup, Rheumatoid Arhtritis

juga meningkatkan beban sosial ekonomi bagi para penderita dan tentunya akan

menimbulkan masalah (Afriyanti, 2009).

Rheumatoid Artritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat

inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.

Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau

berpotensi terjadi (Price, 2005 dalam Santosa, 2016). Berdasarkan penelitian


4

terakhir dari Zeng QY et. al. (2008) dalam Andriani (2016), prevalensi nyeri

Rheumatoid Artritis di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini

menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat Rheumatoid Artritis sudah cukup

mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia.

Rheumatoid Artritis memang lebih sering dialami oleh lansia, untuk itu

perlu perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan penyakit ini, dan

bagaimana cara penanganannya yang terbaik. Berdasarkan hal tersebut maka

penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Gangguan

Sistem Muskuloskeletal dengan sub masalah yang menonjol yaitu Rheumatoid

Artritis, dan mendokumentasikannya dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Muskuloskeletal:

Rheumatoid Artritis dengan Masalah Nyeri pada Lansia”.


5

1.2 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka tujuan dalam penulisan ini

sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan

gangguan musculoskeletal: Rheumatoid Artritis dengan masalah nyeri pada

lansia secara langsung dan komprehensif yang meliputi aspek bio-psiko-

sosial-spiritual melalui proses keperawatan secara optimal.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada lansia dengan masalah Rheumatoid Artritis.

b. Menganalisa data yang diperoleh dengan masalah Rheumatoid Artritis

untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

c. Menyusun rencana keperawatan pada lansia dengan masalah Rheumatoid

Artritis.

d. Melaksanakan rencana keperawatan pada lansia dengan masalah

Rheumatoid Artritis.

e. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada

lansia dengan masalah Rheumatoid Artritis.

f. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam memberikan

asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah Rheumatoid Artritis

1.3 Metode Penulisan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode

studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
6

prioritas masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta teknik penulisan

yang digunakan antara lain :

1. Wawancara

Wawancara merupakan pembicaraan terarah yang dilakukan bertatap muka

secara langsung.wawancara untuk memperoleh data dapat dilakukan secara formal

yaitu pada saat melakukan pengambilan riwayat kesehatan secara langsung

terhadap klien,sedangkan wawancara informal yaitu pada saat melakukan

implementasi keperawatan yang memungkinkan klien memberikan informasi

tentang permasalahan kesehatan yang mungkin ada.

2. Observasi

Pengamatan yang dilakukan terhadap klien baik secara langsung maupun

tidak langsung untuk memperoleh data, dimana penulis ikut serta memberikan

asuhan keperawatan gerontik melalui pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

3. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi sehingga

didapatkan data yang objektif tentang status kesehatan klien.

4. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan yang ada dan

laporan dari tenaga kesehatan dan sekalisus mempelajari buku-buku atau referensi

yang berguna untuk memperoleh dasar-dasar teori yang berhubungan dengan

arthritis serta permasalahannya sehingga dapat digunakan untuk landasan dalam

pemberian asuhan keperawatan pada klien.


7

5. Studi Kepustakaan

Hal ini dilakukan dalam rangka mendapatkan landasan teoritis yang

berkaitan dengan kasus yang dihadapi, sehingga dapat membandingkan teori yang

didapat dengan fakta yang ada di lahan praktek, diperoleh kesenjangan, mencari

penyebab dan pemecahan masalah.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari

tiga bab, yaitu:

a. BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika

penulisan.

b. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang tinjauan teori yang meliputi konsep lansia, konsep Rheumathoid

Artritis, konsep nyeri, dan konsep asuhan keperawatan gangguan musculoskeletal.

c. BAB III : TINJAUAN KASUS

Penyusunan asuhan keperawatab yang meliputi pengkajian, masalah

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai