Prak 2
Prak 2
LAPORAN PRAKRIKUM
TEKNIK BIOPROSES
(Proses Produksi Bahan Minyak Nabati (Minyak Kelapa) Cara Kering)
Oleh :
Nama : Lisa Oktavia Br Napitupulu
NPM : 240110150057
Hari,Tanggal Praktikum : Selasa, 3 Oktober 2017
Waktu/Shift : 7.30 – 10.00 WIB/A
Asisten : M. Hanief Bayhaqqi
Buah kelapa terdiri atas 28% daging buah dan 25% air buah. Daging buah
kelapa segar kaya akan lemak dan karbohidrat serta protein dalam jumlah cukup.
Lemak pada daging kelapa merupakan komponen terbesar kedua setelah air.
Lemak merupakan cadangan energi bagi prtumbuhan embrio tanaman kelapa.
Kadar lemak daging buah kelapa segar bervariasi menurut pmanenan dan varietas
tanaman kelapa. Pada saat berumur 8 bulan, kadar lemak daging buah kelapa
sebanyak 31% berat kering, dan mencapai 71% berat kering saat berumur 12
bulan. Berdasarkan varietasnya, kadar lemak bervariasin antara 68,57 – 70,64%
bk. Kadar lemak pada daging buah kelapa meningkat dengan semakin
bertambahnya umur buah dan mncapai maksimal pada umur 12 bulan. Daging
buah kelapa yang sudah matang dapat dijadikan kopra, minyak kelapa, dan bahan
makanan lainnya. Daging buah merupakan sumber protein yang penting dan
mudah dicerna. Komposisi kimia daging buah kelapa ditentukan oleh umur buah.
Protein kelapa menunjukkan asam amino yang relatif lebih disukai. Seperti
halnya protein pada tanaman lain, kelapa mempunyai kandungan jumlah asam
glutamat yang lebih tinggi. Komposisi asam amino esensial dalam protein yang
terdapat pada daging buah kelapa terdapat pada tabel. Protein kelapa mempunyai
jumlah asam amino yang cukup mengandung sulfur dan triptofan, tetapi sedikit
mengandung lisin. (Andi Nur Alam Syah, 2015)
2.2 Kopra
Kopra adalah nama daging buah kelapa kering atau inti, yang terdiri dari 65%
minyak yang dapat diambil dengan diperas atau ditekan. Untuk mendapatkan
kualitas minyak yang baik maka kopra yang dihasilkan pun memiliki kualitas
yang baik. Untuk memperoleh kopra yang baik, belahan buah kelapa harus sudah
dikeringkan dalam waktu empat jam, bla lebih lambat putih lembaha dapat
mengalami kerusakan karena gangguan mikroorganisme yang dapat
membusukannya (Suhadirman, 1989 ; dalam Anderson, 2006)
Tahap akhir dalam proses pengolahan buah kelapa menjadi kopra adalah
proses pengeringan, yaitu untuk menurunkan kandungan air putih lembaga 50%
menjadi 5-7%. Kopra yang terlalu kering sulit untuk dipecah jaringannya, selain
itu pun dapat terjadi proses hidrolisa (Palungkun, 1992 ; Anderson, 2006)
Daging kelapa didapat dengan mencungkil dari tempurung secara manual atau
memakai mesin cungkil kopra kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar
matahari atau panas buatan. Kopra yang baik sebaiknya hanya memiliki
kandungan air 6% – 7% agar tidak mudah terserang organisme pengganggu.
Kerusakan yang terjadi pada kopra pada umumnya disebabkan oleh serangan
bakteri dan serangan cendawan. Serangan tersebut mudah terjadi jika kadar air
dalam kopra tinggi, kelembaban udara mencapai 80% atau lebih dan suhu
atmosfer mencapai 30°C.
2.3 Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah
kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya. Minyak kelapa sebagaimana
minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai
asam lemak dan 90% diantaranya merupakan asam lemak jenuh. Selain itu minyak
kelapa yang belum dimurnikan juga mengandung sejumlah kecil komponen bukan
lemak seperti fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam
lemak bebas (< 5%) dan sedikit protein dan karoten. Sterol berfungsi sebagai
stabilizer dalam minyak dan tokoferol sebagai antioksidan (Ketaren, 1986). Setiap
minyak nabati memiliki sifat dan ciri tersendiri yang sangat ditentukan oleh struktur
asam lemak pada rangkaian trigliseridanya . Minyak kelapa kaya akan asam lemak
berantai sedang (C – C ), khususnya asam laurat dan asam meristat. Adanya asam
8 14
lemak rantai sedang ini (medium chain fat) yang relatif tinggi membuat minyak
kelapa mempunyai beberapa sifat daya bunuh terhadap beberapa senyawaan yang
berbahaya di dalam tubuh manusia. Sifat inilah yang didayagunakan pada pembuatan
minyak kelapa murni (VCO, virgin coconut oil).
Minyak kelapa secara fisik berwujud cairan yang berwarna bening sampai kuning
kecoklatan dan memiliki karakteristik bau yang khas. Zat warna yang termasuk
golongan ini terdapat secara alamiah didalam bahan yang mengandung minyak dalam
proses ekstraksi. Warna pada minyak kelapa disebabkan oleh zat warna dan kotoran-
kotoran lainnya. Zat warna alamiah yang terdapat pada minyak kelapa adalah
karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh dan tidak stabil pada suhu tinggi.
Proses pengolahan minyak kelapa dengan udara panas menyebabkan warna kuning
akibat karoten mengalami degradasi. Warna minyak kela dipengaruhi oleh bahan
dasar dan suhu selama proses pengolahan. Pada pemrosesan suhu tinggi (100°C),
daging kelapa yang mengandung protein dan karbohidrat akan menghasilkan minyak
kelapa dengan warna kecokelatan. Hal ini disebabkan, selama pengolahan terjadi
reaksi antara karbonil dari protein. (Andi Nur Alam Syah, 2015)
Didaerah tropis, minyak kelapa berbentuk cair pada suhu 26-35 °C, tetapi berubah
menjadi lemak beku jika suhunya turun. Minyak kelapa pada keadaan padat, titik
lelehnya 24-27°C dan diindikasikan lebih mudah rusak dibandingkan fase cairnya.di
anara minyak nabati pada umumnya, minyak kelapa memiliki turbiitas minimum.
Secara kimiawi, minyak kelapa terbentuk dari rantai karbon, hydrogen, dan oksigen
yang disebut dengan asam lemak. Komponen-komponen asam lemak tersebut akan
membentuk gliserida saat bergabung dengan gliserol. Gliserida yang umum terdapat
pada lemak dan minyak adalaha triglisrida atau lipida. Dibandingkan dengan lemak
dan minyak lainnya, minyak kelapa memiliki kandungan gliserol terbanyak.
Kandungan gliserol ini bervariasi antara 13,5-15%, sementara pada lemak dan
minyak lainnya hanya 9,5-11%. Gliserol merupakan karbohidrat dengan komposisi
kimiawi yang mirip dengan gula. Hal ini mengimplikasikan bahwa minyak kelapa
adalah lemak diet, asupan akktual substansi lemaknya jauh lebih rendah dibandingkan
dengan minyak lainnya pada jumlah yang sama. Perbedaan ini menjadi signifikan saat
beragam minyak diet dibandingkan untuk referensi konsumsi kesehatan.(Andi Nur
Alam Syah, 2015)
Adapun minyak goreng memiliki standar mutu yang akan menentukan kulitas
dari minyak goreng, yang dapat dipasarkan atau tidak.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah daging buah kelapa.
= 34,92106068%
0 729,78 - - - 59,8
= 59,8%
m1−(m2−m) 5 gram−(8,77 gram−5 gram)
KA1 = x100% = x 100%
m1 5 gram
= 24,6%
m1−(m2−m) 5 gram−(9,74 gram−5 gram)
KA2 = x100% = x 100%
m1 5 gram
= 5,2%
(a−b)x 100 %
Persentase susut massa hari ke 2 =
a
113,92 x 100 %
= = 18,2948 %
622,69
= 96,01305778%
4. Rendemen Minyak Kelapa
Massa kopra awal = 833,22gram
Massa miyak kelapa = 66,97 gram
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
Rendemen minyak kelapa = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑝𝑟𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 × 100%
66,97 gram
= 833,22 gram × 100%
= 8,037493099%
BAB V
PEMBAHASAN
Pada pratikum kali ini kegiatan praktikum yang dilakukan adalah proses
pembuatan minyak kelapa dengan kopra. Kopra merupakan daging buah kelapa
yang dikeringkan. Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat memahami dan
melakukan proses pembuatan minyak kelapa. Minyak kelapa sendiri merupakan
minyak yang terbentuk dari daging buah kelapa yang dapat diproduksi dengan
cara kering dan cara basah. Jumlah kandungan minyak kelapa pada buah kelapa
sendiri dipengaruhi oleh umur fisiologis buah kelapa dan juga varietas buah
kelapa. Semakin tua buah kelapa maka akan semakin banyak kandungan minyak
didalamnya. Kandungan minyak kelapa pada kelapa tua yaitu 30%-35%. Proses
pembuatan minyak kelapa dengan menggunakan kopra merupakan pembuatan
minyak secara kering. Praktikum kali ini cara kering dilakukan dengan
mengekstrak minyak secara mekanis dengan mengepress kopra yag telah
dihaluskan atau.
Pada praktikum ini buah kelapa yang digunakan sebanyak 2386,01 gram.
Berat daging buah kelapa ini masih terhitung dengan tempurungnya. Kemudian
daging buah kelapa diukur kadar air awalnya sebelum dikeringkan. Didapatkan
bahwa kadar air awal daging buah kelapa segar yaitu 59,8%. Kemudian daging
buah kelapa segar dikeringkan selama 3 hari berturut-turut untuk mendapatkan
kadar air kopra sebesar 4-6 %. Setelah 24 jam pertama kadar air daging buah
kelapa yang dikeringkan adalah 24,6 %. Dan pada 24 jam kedua kadar air daging
buah kelapa yang dikeringkan sudah mencapai 5,2%. Kadar air pada hari kedua
sudah sesuai untuk kadar air kopra sehingga pengeringan dihentikan. Hal ini tidak
sesuai dengan literature yang mengatakan bahwa pengeringan daging buah kelapa
untuk menjadi kopra dibutuhkan waktu selam 3 hari hingga kadar air mencapai 4-
6%. Terjadinya hal ini bisa saja dikarenakan suhu oven yang digunakan terlalu
besar atau tidak benar. Sehingga panas yang diberikan berlebihan.
Dari pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan oven sampai kadar air
mencapai 5,2% didapatkan massa kopra sebesar 833,22 gram. Sehingga nilai
rendemen kopra sebesar 34,92106068%. Rendemen tersebut dipengaruhi oleh
berat tempurungnya, sehingga rendemen yang dihasilkan tidak banyak. Pada
proses ini tempurung daging buah kelapa tidak digunakan atau akan menjadi
limbah. Kemudian kopra akan mengalami olahan lebih lanjut. Buah kopra diris
menjadi bagian-bagian kecil agar memudahkan dalam penghalusan. Kemudian
kopra yang telah dikecilkan ukurannya dikeringkan kembali dengan oven sampai
kadar air kopra menjadi 3%. Selanjutnya kopra masuk pada tahap pengecilan
ukuran atau penghalusan dengan menggunakan grinder. Dengan tujuan agar
nantinya kopra lebih mudah untuk diproses lebih lanjut baik secara kering, setelah
dilakukan proses penghalusan diketahuilah bahwa massa kopra yang telah
dihaluskan adalah 800 gram dan nilai rendemen penghalusan yang didapatkan
adalah 96,01305778%. Rendemen penghalusan kopra tidak 100% itu dikarenakan
ada kopra yang tertinggal pada permukaan grinder atau wadah atau dapat pula
karena tercecer. Setelah dihaluskan kopra kemudian dipanaskan kembali atau
disangrai selama 5 menit dengan api yang kecil. Dengan tujuan suhu kopra
menjadi panas agar saat dipress akan menghasilkan minyak yang banyak. Setelah
disangrai kopra yang telah dihaluskan kemudian dipress. Pada cara kering ini
didapat minyak kelapa sebesar 66,97 gram dengan nilai rendemen sebesar
8,037493099%. Rendmen yang dihaslikan terbilang sangat sedikit. Hal ini dapat
terjadi karena pengolahan yang mungkin belum terbilang baik, kualitas daging
buah kelapa yang rendah, ataupun umur fisiologis buah kelapa yang belum
terbilang tua. Selain itu hasil rendemen yang sedikit dapat disebabkan oleh
banyaknya minyak yang tertinggal pada permukaan mesin press.
Jika dibandingkan dengan hasil minyak yang didapat dan rendemen maka
cara basah terbilang cara yang baik untuk menghasilkan minyak kelapa. Selain
hasil minyak dan rendemen yang didapat terbilang cukup besar, dengan cara
basah juga waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama. Namun dengan
menggunakan cara kering, waktu yang dibutuhkannya sangat lama dan juga
melalui proses pengolahan yang cukup banyak. Pada minyak yang dihasilkan juga
terlihat bahwa cara basah menghasilkan minyak yang lebih jernih dan bening.
Namun dengan menggunakan cara kering didapatkan minyak yang cukup keruh
dan berwarna kecoklatan. Hal ini dapat terjadi karena saat proses penyimpanan
kopra sebelum diolah pada suhu kamar mengalami kontaminasi dengan udara
bebas sehingga beberapa kopra terkena jamur. Juga terjadi karena kopra
dikeringan dan dipanaskan lagi sehingga kopra berubah warna. Hal ini jelas
terlihat bahwa kuliatas minyak yang dihasilkan kurang baik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Minyak kelapa merupakan minyak yang terbentuk dari daging buah
kelapa yang dapat diproduksi dengan cara kering dan cara basah.
2. Pembuatan minyak kelapa cara kering dilakukan dengan menggunakan
kopra. cara kering yang digunakan adalah dengan ekstraksi mekanis
dengan cara dipres.
3. Kopra merupakan daging buah kelapa yang telah dikeringkan.
4. Kandungan minyak kelapa pada daging buah kelapa dipengaruhi oleh
umur fisiologis buah kelapa dan varietasnya.Semakin tua umur buah
kelapa maka kandungan minyaknya semakin banyak.
5. Rendemen kopra yang didapatkan adalah sebesar 34,92106068%.
6. Rendemen daging buah kelapa yang dijadikan kopra terbilang cukup
sedikit karena dipengaruhi oleh tempurung. Tempurung buah kelapa
nantinya akan dijadikan limbah.
7. Rendemen minyak pada cara kering adalah sebesar 8,037493099%.
8. minyak yang didapatkan dengan cara kering ini memiliki kuantitas yang
sediki dan juga kualitas yang tidak baik jika dibandingkan dengan cara
basah.
6.2. Saran
Adapun saran dari praktikum yang telah dilakukan adalah :
1. Praktikan harus lebih menguasai materi agar praktikum berjalan lancar.
2. Praktikan harus fokus dan tidak bercanda saat praktikum berlangsung.
3. Lebih berhati-hati selama proses praktikum agar tidak menimbulkan
kerusakan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Nur Alam Syah . 2015. Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka
Penyakit.. AgroMedia : Depok
Badan Standarisasi Nasional. 1995. Standar Mutu Minyak Goreng. SNI - 3741-
1995. Jakarta
Setiaji, B dan Surip Prayugo. 2006. Andi Nur Alam Syah. Penebar Swadana.
Jakarta.
Widiandani, Tri. 2015. Upaya Peningkatan Kualitas Minyak Kelapa Yang Dibuat
Dari Cocos nucifera L Dengan Beragai Metode Kimiawi dan Fisik.
Departemen Kimia Farmasi. Fakultas Farmasi. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Cristianti, L dan Adi, HP. 2009. Pembuatan Minyak Kelapa Murni (Virgin
Coconut Oil) Menggunakan Fermentasi Ragi Tempe. Jurusan Teknik
Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Dokumentasi Praktikum